Vol.17 No.2. Agustus 2015 Jurnal Momentum ISSN : X

dokumen-dokumen yang mirip
Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

PENGARUH VARIASI KADAR AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Vol.14 No.1. Februari 2013 Jurnal Momentum ISSN : X

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

NASKAH SEMINAR INTISARI

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

PENGARUH BATU KAPUR SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN LASTON LAPIS AUS (AC-WC) ABSTRAK

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

III. METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penelitian ini

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB III METODE PENELITIAN

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

PENGARUH ABU VULKANIK GUNUNG SINABUNG SEBAGAI BAHAN PENGGANTI FILLER AC-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL.

PENGARUH PENGGUNAAN GENTENG KERAMIK SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR DAN ABU TERBANG SEBAGAI PENGISI PADA LASTON AC-BC ABSTRAK

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KERAMIK SEBAGAI TAMBAHAN AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN ASPAL

APLIKASI GRADASI GABUNGAN DI LABORATORIUM DAN GRADASI HOT BIN ASPHALT MIXING PLANT CAMPURAN LATASTON (HRS - BASE) TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PEMANFAATAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE-WEARING COURSE GRADASI KASAR NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

BAB III LANDASAN TEORI

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

aintis Volume 13 Nomor 2, Oktober 2013, 1-9

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

PENGGUNAAN ABU BATUBARA HASIL PEMBAKARAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON (LASTON)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

PENGEMBANGAN CAMPURAN BERGRADASI SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN BAHAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) DAN LIMBAH ARANG BATUBARA

lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan

PENGARUH TEPUNG KANJI SEBAGAI ZAT ADITIF TERHADAP NILAI STABILITAS DAN NILAI KELELEHAN PADA CAMPURAN ASPAL

PENGGUNAAN ASPAL BUTON TIPE RETONA BLEND 55 SEBAGAI BAHAN SUSUN CAMPURAN HRS-B

BAB III Landasan Teori LANDASAN TEORI. A. Bahan Penyusun Campuran Perkerasan Lapis Aus

METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI KADAR FILLER TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL Oleh : M i s b a h Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang Abstrak Jalan sebagai salah satu sarana transportasi yang digunakan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan pada umumnya dan perekonomian khususnya. Dengan biaya pembangunan dan perawatan jalan yang besar, berakibat pembangunan jalan dititik beratkan pada peningkatan mutu jalan, baik dari segi biaya, metoda pelaksanaan maupun segi pemeliharaan sehingga diperoleh hasil maksimal dan jalan bisa bertahan lama. Pada perkerasan jalan sering ditemui permukaan jalan yang sudah mengalami kerusakan sebelum umur rencana tercapai. Ini disebabkan beberapa hal diantaranya : pemeliharaan jalan yang belum optimal, muatan kendaraan melebihi kapasitas muat kendaraan, pengaruh faktor aspal dan faktor gradasi agregat, serta pelaksanaan perkerasan yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi Kementerian Pekerjaan Umum. Untuk itu, perlu suatu metoda sebagai pedoman untuk mengetahui terjadinya penyimpangan pelaksanaan yang telah memenuhi persyaratan spesifikasi Kementerian Pekerjaan Umum. Salah satu metode adalah analisa pengaruh variasi kadar filler terhadap nilai karakteristik campuran Asphalt Concrete-Bearing Course (AC-BC). Lapisan perkerasan lentur Asphalt Concrete-Bearing Course (AC-BC) adalah lapisan perkerasan yang digunakan sebagai lapis permukaan atau lapis aus, untuk itu diperlukan campuran AC-BC yang memenuhi standar. Dari hasil penelitian Pengaruh Variasi Kadar Filler terhadap Nilai Karakteristik Campuran Panas Aspal Agregat (AC-BC) dengan pengujian Marshall didapatkan bahwa dengan menurunkan kadar filler hingga 50% dari kondisi normal ( 00 % ), mengakibatkan nilai Flow dan VFA mengalami penurunan dari kondisi normal (00 %), sedangkan nilai VIM mengalami kenaikan dari kondisi normal (00%), hal ini mengakibatkan nilai karakteristik campuran Marshall tidak memenuhi spesifikasi campuran yang disyaratkan. Kata Kunci : Variasi Kadar Filler, Karakteristik Marshall Abstract Road as one of the means of transport used in improving the welfare of society in general and the economy in particular. With the cost of construction and maintenance of major roads, resulting in the construction of the road put emphasis on improving the quality of roads, both in terms of cost, in terms of the method of implementation and maintenance in order to obtain maximum results and can last a long road. On the road pavement frequently encountered road surface is already damaged before the design life is reached. This is due to several things including: road maintenance that is not optimal, vehicle load exceeds the load capacity of the vehicle, the influence factor of asphalt and aggregate grading factors, as well as the implementation of the pavement that does not meet the specification requirements of the istry of Public Works. For that, it needs a method as a guideline to determine the occurrence of irregularities implementation specification that meets the requirements of the istry of Public Works. One method is to analyze the influence of filler content variation on the value of the characteristic mix-bearing Course Asphalt Concrete (AC-BC). Layer flexible pavement-bearing Course Asphalt Concrete (AC-BC) is used as a pavement surface layer or layers of wear, it is necessary to mix AC-BC that meets the standards. From the results of the study "Effect of Filler Content Variation of the Characteristics Value Hot Asphalt Mixture Aggregates (AC-BC) with Marshall test found that by lowering the levels of filler up to 50% of normal (00%), resulting in the value of Flow and VFA decreased from normal conditions (00%), while the value of VIM increased from normal (00%), this resulted in the value of the Marshall mix characteristics of the mixture does not meet the required specifications. Keywords: Coarse Aggregate Variation, Marshall Characteristics 00

. Pendahuluan Pembangunan jalan di Indonesia akhir-akhir ini sangat meningkat, tidak hanya proyek pembangunan jalan baru tetapi juga proyek peningkatan jalan. Perencanaan Pembangunan jalan biasanya dibuat untuk masa pelayanan yang disesuaikan dengan kondisi lalu lintas yang ada, namun kadang sering ditemukan jalan mengalami kerusakan sebelum umur rencana tercapai. Faktor penyebab terjadi kerusakan diantaranya pemeliharaan jalan yang belum optimal, muatan kendaraan berlebih serta pengaruh faktor aspal dan faktor gradasi. Proses pembuatan campuran dilakukan dengan dua kondisi yaitu : pembuatan campuran yang dilakukan dilaboratorium dan pembuatan campuran di AMP. Sebelum pembuatan campuran di AMP, sampel terlebih dahulu diuji di laboratorium dengan persyaratan material harus sesuai standar spesifikasi ideal, sehingga diharapkan aspal yang terpasang bisa memenuhi standar. Tidak Metoda pada penelitian ini berupa pembuatan dan pengujian sejumlah benda uji standar berbentuk tabung dengan diameter 02 mm (4 inch) dan tinggi 63,5 mm (2.5 inch). Pemadatan dilakukan dengan penumbukan sebanyak 75 kali per bidang di Laboratorium Teknik Sipil Institut Teknologi Padang dengan total benda uji 5 buah (terdapat 5 variasi dan tiap variasi terdiri dari tiga benda uji) dengan pengurangan 0%, 20%, 30%, 40% dan 50% kadar filler. Pengujian Agregat Kasar, halus, filler Studi Literatur Persiapan Material Pengujian Aspal Penetrasi 60/70 2. Metodologi Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat, yang mengandung hydrocarbon. Menurut Asphalt Institute, MS- 22 200, sifat-sifat aspal yang dibutuhkan untuk perkerasan jalan adalah : Spesifikasi Spesifikasi a. Daya Tahan (Durabilitas) b. Adhesi dan Kohesi c. Kepekaan terhadap campuran d. Kekerasan aspal Agregat atau batuan adalah kumpulan butirbutir mineral alam maupun buatan yang dapat berupa batu pecah, kerikil, pasir atau komposisi mineral lain. Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan (sekitar 90% - 95% berat atau 75% - 85% volume campuran). Berdasarkan besar partikelnya agregat dibedakan menjadi agregat kasar dan agregat halus. Agregat kasar adalah batuan yang tertahan saringan no : 8 (2,38 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lolos saringan no. 8 (2,38 mm) dan tertahan saringan no : 200 (0,075 mm). Ya Mix Design AC-BC Pengujian Marshall Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) Pembuatan Benda Uji Penyimpangan Kadar Filler Pengujian Marshall Ya 0

Analisa Data Gambar.. Bagan Alir Penelitian SHELL BITUMEN (990) menyatakan bahwa campuran panas aspal agregat harus memiliki kemampuan untuk : a) Memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen. b) Ketahanan terhadap retak lelah (fatique) c) Mudah dikerjakan saat penghamparan sampai tingkat kepadatan yang diinginkan dengan peralatan yang memungkinkan. d) Bersifat kedap air untuk melindungi lapisan perkerasan dibawahnya terhadap pemasukan air dari luar yang bersifat merusak. e) Tahan lama dan mampu menahan abrasi oleh lalulintas, pengaruh air dan udara. f) Berperan dalam mendukung struktur perkerasan. g) Pemeliharaan mudah dan paling utama harganya murah. Di dalam penelitian, pendekatan empiris yang dipakai yang sesuai dengan perhitungan Marshall adalah sebagai berikut : a) Berat jenis Bulk dari total agregat: P P2... Pn Gsb P / Gsb P / Gsb... P / Gsbn 2 b) Berat jenis Apparent dari total agregat P Gsa P / Gsa P2 P / Gsa 2 n... Pn... P / Gsan c) Berat jenis efektif dari total agregat Gsb Gsa Gse 2 Kesimpulan dan Saran n d) Isi Bulk dari campuran padat, cc Vbulk = W ssd Ww e) VIM/Rongga didalam campuran (prosentase dari volume total) Gmm - Gmb VIM 00 x Gmm f) VMA/Rongga dalam agregat (prosentase dari volume total) Gmb - Ps VMA 00 Gsb g) VFA/Rongga terisi aspal (prosentase dari VMA) VMA - VIM VFA 00 x VMA h) Penyerapan aspal Gse - Gsb Pba 00 x XGb GsexGsb i) Kadar aspal efektif dari total campuran Pba Pbe Pb XPs 00 Dengan maksud, P,P2,...Pn = prosentase berat agregat Gsb, Gsb n, = berat jenis dari agregat Gsa,Gsa n,= berat jenis apparent dari agregat Gsa = berat jenis apparent dari total agregat Gsb = berat jenis bulk dari total agregat V bulk = volume bulk campuran dipadatkan Wssd = berat jenis kering permukaan Ww = berat dalam air Gmb = berat jenis bulk pada campuran padat Gmm = berat jenis teoritis maksimum campuran padat Pmm = prosentase berat dari total campuran lepas 00% Pb = kadar aspal Gb Ps VIM VFA VMA Pba Pbe MS = berat jenis aspal = prosentase berat agregat VIM rongga dalam campuran = rongga dalam campuran = rongga udara terisi aspal = rongga uddara dalanm agregat = penyerapan aspal, prosentase dari berat agregat = kadar aspal efektif, prosentase dari berat campuran = Stabilitas Marshall, kg 02

MF MSS MSI Pengujian Marshall = Marshall Flow (mm) = stabilitas Marshall pada kondisi standar (kg) = stabilitas Marshall pada kondisi perendaman (kg) Pengujian Marshal adalah metode pengujian laboratorium untuk bahan dasar perkerasan yang meliputi pengujian karakteristik campuran dan perencanaan kadar aspal optimum. Pengujian ini menghasilkan sejumlah data Marshall properties dan terdiri dari Stabilitas, Flow, Rongga Antar Butir Agregat (VMA), Rongga dalam Campuran (VIM), Rongga Terisi Aspal (VFA), dan Marshall Quotient (MQ). Hasil Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap Agregat Kasar, berat jenis curah (bulk) sebesar : 2.475 gr/cc, berat jenis semu (Apparent) sebesar : 2.584 gr/cc dan penyerapan (Absorption) sebesar :.76 %. Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap Agregat Halus, berat jenis curah (bulk) sebesar : 2.504 gr/cc, berat jenis semu (Apparent) sebesar : 2.654 gr/cc dan penyerapan (Absorption) sebesar : 2.36 %. Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap Filler, berat jenis curah (bulk) sebesar : 2.565 gr/cc, berat jenis semu (Apparent) sebesar : 2.726 gr/cc dan penyerapan (Absorption) sebesar : 2.273 %. 3. Pembahasan Dari pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat pembahasan tentang Marshall properties yang terdiri dari Stabilitas, Flow, Rongga Antar Butir Agregat (VMA), Rongga dalam Campuran (VIM), Rongga Terisi Aspal (VFA), dan Marshall Quotient (MQ). Stabilitas Stabilitas merupakan kemampuan lapis perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa mengalami perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur (rutting), maupun mengalami bleeding, nilai stabilitas dipengaruhi oleh kohesi/penetrasi, kadar aspal, gesekan (internal Friction), sifat saling mengunci (interlocking) dari partikel-partikel agregat, bentuk, tekstur permukaan serta gradasi agregat. Nilai stabilitas yang terlalu tinggi menyebabkan campuran menjadi terlalu kaku, hal ini berakibat perkerasan mudah menjadi retak bila menerima beban, tapi bila nilai stabilitas yang terlalu rendah campuran aspal agregat akan mudah mengalami rutting oleh adanya beban lalu lintas. nilai stabilitas dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar : Hubungan Kadar Filler dengan Stabilitas Hasil pemeriksaan memperlihatkan mengurangi kadar filler hingga 50% mengakibatkan nilai stabilitas menurun dari kondisi normal, tetapi nilai stabilitas masih berada diatas nilai minimal stabilitas. Hal ini disebabkan karena berkurangnya kadar filler meningkatkan rongga dalam campuran, sehingga fungsi filler sebagai bahan pengisi pada rongga tidak tercapai karena pengurangan kadar filler tadi, namun kondisi diatas masih menunjukkan daerah tersebut memenuhi spesifikasi campuran Kementerian Pekerjaan Umum, yaitu diatas 800 Kg. Flow Flow (kelelahan) adalah deformasi vertikal yang terjadi mulai dari awal pembebanan sampai dengan kondisi stabilitas menurun, yang menunjukkan besarnya deformasi yang terjadi pada lapis perkerasan akibat menahan beban yang diterimanya, pengujian dengan alat Marshall. Flow (kelelehan) merupakan besarnya perubahan bentuk plastis suatu benda uji campuran agregat yang terjadi akibat pembebanan yang dilakukan sampai batas keruntuhan, dinyatakan dalam panjang. nilai Flow dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 03

aspal saling mengikat. Kondisi diatas menunjukkan daerah tersebut masih memenuhi spesifikasi campuran Departemen Pekerjaan Umum, yaitu min 250 kg/mm. Void in mineral aggregate (VMA) Gambar 2 : Hubungan Kadar Filler dengan Flow Hasil pemeriksaan memperlihatkan mengurangi kadar filler hingga 50%, mengakibatkan nilai flow mengalami penurunan dari kondisi normal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya kadar filler meningkatkan rongga dalam campuran sehingga pengikatan agregat berkurang, sehingga fungsi filler sebagai bahan pengisi pada rongga tidak tercapai, kondisi ini mengakibatkan daerah tersebut tidak memenuhi spesifikasi campuran Departemen Pekerjaan Umum, yaitu min 3 mm. Void in mineral agregat (VMA) merupakan rongga udara antar butiran agregat yaitu rongga udara yang ada diantara partikel campuran agregat aspa yang sudah dipadatkan termasuk ruang yang terisi aspal yang dinyatakan dalam persen terhadap total volume campuran aspal agregat, faktor-faktor yang mempengaruhi void in mineral aggregate antara lain gradasi agregat (komposisi campuran agregat dan ukuran diameter butir terbesar), energi pemadat, kadar aspal dan bentuk butiran. nilai VMA dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Marshall Quotient Marshall Quotient merupakan hasil bagi Marshall dengan flow. Nilai flow menggambarkan nilai fleksibilitas dari campuran. Semakin besar nilai MQ berarti campuran semakin kaku dan sebaliknya semakin kecil nilai MQ, maka campuran semakin lentur. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil bagi Marshall yaitu nilai stability dan flow, penetrasi, viscositas aspal, kadar aspal campuran, bentuk dan tekstur permukaan agregat, gradasi agregat. nilai Marshall Quotient dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 3 : Hubungan Kadar Filler dengan MQ Hasil pemeriksaan memperlihatkan mengurangi kadar filler pada campuran hingga 50 % mengakibatkan nilai MQ mengalami kenaikan dari kondisi normal, tetapi nilai MQ masih berada diatas batas nilai minimal MQ. Hal ini disebabkan karena sifat filler sebagai bahan pengisi dapat saling mengisi pada rongga yang sangat halus sehingga agregat dan Gambar 4 : Hubungan Kadar Filler dengan VMA,. Hasil pemeriksaan menunjukkan mengurangi kadar filler hingga 50 % mengakibatkan nilai VMA mengalami kenaikan dari kondisi normal. Hal ini disebabkan berkurangnya persentase kadar filler mengakibatkan meningkatnya kadar agregat kasar dan agregat halus, ini berpengaruh terhadap peningkatan jumlah rongga dalam campuran, namun kondisi diatas menunjukkan daerah tersebut memenuhi spesifikasi campuran Departemen Pekerjaan Umum, yaitu min. 4 %. Void in the Mix (VIM) Void in the mix (VIM) merupakan prosentase rongga dalam campuran, nilai VIM berpengaruh kepada keawetan dari campuran aspal agregat, semakin tinggi nilai VIM menunjukkan semakin besar rongga dalam campuran sehingga campuran bersifat porous, hal ini mengakibatkan campuran menjadi kurang rapat dimana air dan udara mudah masuk ke rongga-rongga dalam campuran, yang menyebabkan mudah teroksidasi 04

mengurangi keawetannya. Nilai VIM dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Mak Gambar 5 : Hubungan Kadar Filler dengan VIM Hasil pemeriksaan menunjukkan pengurangan filler hingga 50% mengakibatkan nilai VIM meningkat dari kondisi normal. Hal ini disebabkan berkurangnya persentase kadar filler mengakibatkan meningkatnya kadar agregat kasar maupun agregat halus, sehingga terjadi peningkatan rongga dalam campuran, ini mengakibatkan pengikatan agregat dengan aspal menjadi tidak optimal, namun kondisi diatas menunjukkan daerah tersebut tidak memenuhi spesifikasi campuran Departemen Pekerjaan Umum, yaitu min. 3 5 mm. VFA mengalami penurunan dari kondisi normal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya kadar filler meningkatkan rongga dalam campuran, sehingga kepadatan menjadi berkurang karena ikatan antara agregat mengecil, kondisi diatas menunjukkan daerah tersebut tidak memenuhi spesifikasi campuran Departemen Pekerjaan Umum, yaitu min. 63 %. Kepadatan (Density) Nilai Density adalah nilai berat volume untuk menunjukkan kepadatan dari campuran beton aspal, faktor-faktor yang mempengaruhi Density yaitu temperatur pemadatan, komposisi bahan penyusun, semakin bertambahnya kadar aspal semakin banyak rongga-rongga udara yang terisi aspal, sehingga kerapatan semakin tinggi. Nilai Density dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Void filled with Asphalt (VFA) Void filled with Asphalt (VFA) yaitu rongga terisi aspal pada campuran setelah mengalami pemadatan yang dinyatakan dalam persen campuran setelah mengalami proses pemadatan terhadap rongga butiran agregat (VMA), sehingga nilai VFA dengan VMA mempunyai kaitan yang erat, faktor-faktor yang mempengaruhi VFA antara lain kadar aspal, gradasi agregat, energi pemadat dan temperatur pemadatan, VFA yang terlalu tinggi dapat menyebabkan aspal naik kepermukaan pada temperatur tinggi, sedangkan nilai VFA yang terlalu rendah menyebabkan campuran bersifat porous dan mudah teroksidasi (Roberts et.al, 99). Nilai VFA dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 7 : Hubungan Kadar Filler dengan Density Hasil pemeriksaan menunjukkan pengurangan kadar filler sampai 50 % mengakibatkan nilai Density mengalami penurunan dari kondisi normal. Hal ini disebabkan berkurangnya kadar filler mengakibatkan sifat filler sebagai bahan pengisi tidak berfungsi efektif karena rongga semakin besar akibat pengurangan kadar filler, ini menjadikan pengikatan agregat dengan aspal berkurang. Kesimpulan Gambar 6 : Hubungan Kadar Filler dengan VFA Hasil pemeriksaan menunjukkan mengurangi kadar filler hingga 50% mengakibatkan nilai. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menurunkan kadar filler hingga 50 % dari kondisi normal, mengakibatkan nilai Flow dan VFA mengalami penurunan dari kondisi normal (00%), sedangkan nilai VIM mengalami kenaikan dari kondisi normal (00%). 05

2. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan dengan melihat pada nilai karakteristik Marshall dan variasi kadar filler, tidak semua nilai karakteristik Marshall memenuhi spesifikasi yang disyaratkan, maka variasi menurunkan kadar filler hingga 50% tidak boleh dilakukan. series No. 22, Second Edition : Asphalt Institute Lexington, Kentucky. Referensi Balai Pengujian Kanwil PU Prop. Sumbar, Dinas Pekerjaan Umum, 2000, Bahan Kursus Asphalt Mix Training Program, Puslitbang Jalan bandung. Brown, S. 990. The Shell BitumenHand Book. University of Nottingham. Kimpraswil, 2003, Seksi 6.3, Spesifikasi Campuran Beraspal Panas. Kimpraswil, 2004, a. Buku I. Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas. Kimpraswil, 2004, b. Buku I. Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas. Standar Nasional Indonesia, SNI-06-2489- 99, Pengujian Campuran Beraspal dengan alat Marshall (AASHTO T- 245-978) Silvia.S, 999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung. Suprapto, T, 998, Model Rancangan Campuran Agregat Aspal Untuk Uji Marshall, Media Teknik, FT-UGM, Yokyakarta. Totomihardjo, S, 2004, Bahan dan Struktur Jalan Raya, Edisi Ketiga, Biro Penerbit Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. The Asphalt Institute, 200, Construction of Hot Mix Asphalt Pavement, Manual 06