BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

BAB I PENDAHULUAN. namun juga sehat rohani juga perlu, seperti halnya di negara sedang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS FUNGSIONAL PASIEN PASCA STROKE DI WILAYAH KERJA

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dan psikologis. Gejala fisik paling khas adalah paralisis, kelemahan, hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. merokok, mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang memiliki. kurang beristirahat dan berolahraga. (Auryn, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan asupan darah di otak yang sering disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah tersebut mengganggu asupan oksigen dan nutrisi sehingga dapat meyebabkan kerusakan pada jaringan otak (World Health Organization, 2012). Stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut berlangsung lebih dari 24 jam yang diakibatkan oleh gangguan aliran darah. Stroke bisa diakibatkan oleh adanya trombus dan embolus (Agustina, dkk. 2009). World Health Organization (WHO) (2012), menilai sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke pada tahun 2001. 205 juta jiwa penderita stroke tersebut 5,5 juta telah meninggal dunia. Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Data dari Yayasan Stroke Indonesia, memperkirakan bahwa setiap tahun terjadi kasus 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya menderita cacat ringan ataupun berat dan stroke merupakan penyakit nomor 3 yang mematikan setelah penyakit jantung dan kanker (Yayasan stroke indonesia, dalam Freshlifegreen, 2011). Data penderita stroke di Amerika setiap tahun terjadi lebih dari 795.000 orang stroke. Akibatnya, banyak penderita stroke yang mengalami kelumpuhan dan masalah keseimbangan. Statistik menunjukkan bahwa 40% dari semua penderita stroke (795.000 orang) mengalami jatuh yang serius dalam periode satu tahun setelah paska stroke (American Stroke Association s, 2011). Kerse (2008), menyatakan bahwa 37% dari 1.104 penderita stroke melaporkan setidaknya 1 kali jatuh selama 6 bulan 1

2 pertama setelah stroke, dari 407 yang jatuh, 37% mengalami cedera yang membutuhkan perawatan medis, dan 8% menderita patah tulang. 407 penderita stroke yang jatuh, 50% jatuh hanya sekali, tetapi 12% jatuh lebih dari lima kali (The hospital, a New Zealand study shows, 2008). Tingginya angka kejadian jatuh pada umumnya dilaporkan setelah keluar dari rumah sakit atau rehabilitasi paska stroke dengan cacat sisa. Kejadian jatuh lebih sering terjadi pada awal setelah keluar dari rumah sakit atau rehabilitasi dengan tingkat insiden 8 minggu pertama mencapai 8,7 juta orang tiap tahunnya (Tsur & Segal, 2010; Geurts, et al., 2008; Stepleton, 2001). Individual dengan stroke tidak hanya hadir dalam fase akut, tetapi masih menjadi masalah kesehatan yang cukup tinggi sepanjang rentang kehidupan pasca stroke karena kejadian dan prevalensi peningkatan stroke akibat penuaan penduduk dan prevalensi juga meningkat sebagai hasil dari perbaikan yang berkesinambungan kehidupan pasca stroke (Geurts, et al. 2008). Pasien dengan stroke berada pada risiko tinggi untuk jatuh. Penilaian kejadian jatuh dan faktor risiko jatuh pada pasien rawat inap beresiko tinggi akibat stroke akut (Tutuarima, et al. 1997). Stroke paling banyak menyebabkan orang cacat pada kelompok usia diatas 45 tahun. Banyak penderita yang menjadi cacat, menjadi invalid, tidak mampu lagi mencari nafkah seperti sediakala, menjadi tergantung kepada orang lain dan tidak jarang menjadi beban bagi keluarganya. Beban ini berupa beban tenaga, beban perasaan dan beban ekonomi (Tutuarima et al. 1997; Lumbantobing, dalam Komariah, 2008). 700.000 1 juta pasien rawat inap mengalami kejadian jatuh pada lantai dengan atau tanpa cedera pada rumah sakit di amerika serikat setiap tahunnya karena disebabkan oleh faktor pasien termasuk kelemahan otot, kondisi kronis dan penggunaan tongkat atau walker, kemudian faktor lingkungan seperti tempat tidur tidak diposisikan pada ketinggian optimal kemudian faktor proses dari keperawatan seperti perawat tidak menanggapi

3 segera paggilan bel pasien (Butcher, 2013). Penelitian epidemiologi menunjukan bahwa orang yang selamat dari stroke beresiko tinggi untuk jatuh dalam semua tahap paska stroke. Stroke memiliki konsekuensi berat terhadap gangguan fisik, kognitif dan psikologis (Geurts, et al. 2008). Jatuh lebih sering terjadi pada awal setelah keluar dari rumah sakit atau klinik rehabilitas dengan tingkat insiden 8 minggu pertama cukup tinggi. Ini menunjukan bahwa selama rehabilitas rawat inap orang mungkin tidak optimal siap untuk tantangan yang mereka hadapi dalam lingkungan hidup mereka. Pengamatan dilakukan bahwa sebagian besar jatuh terjadi pada siang hari dan di kamar pasien, toilet, atau kamar mandi. Tempat yang paling sering pasien mengalami jatuh yaitu, tempat tidur pasien, kamar mandi/toilet, koridor, unit fisioterapi dan ruang makan (Verheyden, et al. 2013; Tsur & Segal, 2010). Faktor-faktor yang menyebkan pasien jatuh yaitu ketika transfer merupakan kejadian yang paling umum. Kemampuan transfer yang tampaknya menjadi faktor resiko jatuh pada pasien jelas terlihat pada pasien rawat inap. Jatuh sering menyangkut pasien dengan defisit kognitif karena itu jatuh sulit untuk dicegah ketika pasien tidak dapat diarahkan dengan baik, hanya tatacara (protokol) individual yang ketat pada pengawasan dan bantuan (misalnya untuk transfer) mungkin menjadi berhasil dengan tanpa membatasi sebagian besar mobilitas pasien (Geurts, et al. 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Agustina, Priambodo & Soementri (2009), menyimpulkan bahwa program Discharge Planning yang diberikan oleh pihak rumah sakit merupakan suatu kebutuhan yang mutlak untuk dipenuhi pada klien paska stroke. Pasien stroke ketika terjatuh cenderung jatuh mengenai pinggul mereka karena tidak mampu menahan jatuh dengan pergelangan tangan mereka, sedangkan pasien yang bukan stroke akan mampu dengan spontan menahan dengan pergelangan

4 tangannya (Geurts, et al. 2008; Tutuarim, et al. 1997). Individu dengan stroke memiliki peningkatan risiko patah tulang pinggul dan setelah mengalami patah tulang, mereka jarang mendapatkan kembali mobilitas independen. Selain itu, takut jatuh merupakan konsekuensi umum dari jatuh yang dapat menyebabkan penurunan aktivitas fisik, depresi sosial dan akhirnya kehilangan kemandirian (Verheyden, 2013; Czernuszenka & Czionkowska, 2009; Geurts, et al. 2008). Upaya-upaya dalam mengurangi kejadian pasien jatuh di rumah sakit dibutuhkan langkah-langkah intervensi pencegahan jatuh (fall prevention) seperti, membiasakan pasien dengan lingkungan sekitarnya dan staf yang ditugaskan sampai dengan mendidik dan memfasilitasi pasien dan keluarga dengan informasi pencegahan jatuh, (Lye, et al. dalam Sunjoto 2013; Geurts, et al. 2008; Morse, dalam Ganesses, 2007). Upaya mengurangi kejadian pasien jatuh banyak rumah sakit telah melakukan pencegahan jatuh seperti, pendidikan pada pasien, pemberian tanda beresiko pada bed pasien dan pelatihan pada para staf merupakan intervensi yang paling efektif untuk mengurangi kejadian pasien jatuh. Dalam proses implementasi intervensi, dibutuhkan struktur organisasi yang baik, infrastruktur keamanan yang baik, budaya keselamatan pasien serta kerja tim dan leadership (Lye, et al. dalam Sunjoto, 2013). Keberhasilan program pencegahan jatuh pada pasien stroke/paska stroke dapat diterapkan pada unit perawatan, perhatian yang konsisten terhadap bahaya lingkungan pada semua pasien, keperawatan dan intervensi medis sejalan dengan mengurangi faktor risiko jatuh pada setiap pasien stroke, terus-menerus belajar tentang kejadian jatuh dengan spesifik serta bersumber dari data jatuh yang benar (Good Fall Data), komunikasi yang efektif pada pasien resiko jatuh kemudian kerja

5 sama antara tim keperawatan dan seluruh unit tenaga kesehatan dengan tanpa membedakan dimana pasien dirawat di rumah sakit (Hendrich, 2006). Pelaksanaan program intervensi pencegahan jatuh (fall prevention) pada pasien diharapkan pasien dan keluarga dapat mengaplikasikan kebiasaan perilaku pencegahan jatuh (Fall Prevention Behavior) baik di rumah sakit atau sebagai bekal ketika pasien kembali ke rumah, seperti: Mengetahui hambatan untuk mencegah jatuh sampai dengan menggunakan prosedur pemindahan (tranfer) dengan aman (Bulechek, el al. 2013). Program yang komprehensif menggabungkan risiko lingkungan dengan key strategies untuk benar-benar mengurangi risiko jatuh dan penilaian jatuh pada pasien post stroke. Ada manfaat keselamatan langsung dari penargetan faktor risiko pada setiap pasien dengan resiko jatuh dapat dikurangi atau dihilangkan. Lebih dari 50% dari semua jatuh terjadi ketika pasien mencoba untuk ke toilet, kembali dari toilet, dan ketika mencoba untuk keluar dari tempat tidur untuk ke toilet. Ini adalah fenomena universal, hal tersebut merupakan salah satu yang paling sering diabaikan (Hendrich, 2006). Hasil studi pendahuluan di Rumah sakit Wava Husada Kepanjen pada ruang rawat inap stroke tanggal 15-27 November 2013, dari data satu tahun terakhir penderita stroke berjumlah 471 orang dimana penderita stroke hemoragik sebesar 147 orang (31,21%) sedangkan pada penderita stroke iskemik (non hemoragik) sebesar 324 orang (64,71%). Hasil wawancara yang dilakukan pada pasien stroke di ruang rawat inap stroke pasien rata-rata mengatakan dengan onset stroke pertama kali. Hasil wawancara pada perawat ruang stroke, mengatakan pernah ada kejadian pasien stroke terjatuh. Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pencegahan pasien dengan resiko jatuh di RS. Wava Husada belum cukup memadai karena hanya terdapat SOP tentang menjaga keselamatan pasien di tempat tidur. Sehingga para perawat tidak

6 melakukan tindakan-tindakan pencegahan jatuh yang semestunya pada pasien resiko jatuh khususnya kepada pasien stroke sebagai bagian dari rutinitas tindakan keperawatan, seperti education pada pasien atau keluarga tentang pencegahan jatuh dan membantu pasien toileting dengan sering dan menjadwalkan untuk toileting sewaktuwaktu. Berdasarkan gambaran masalah di atas peneliti ingin meneliti tentang Pengaruh Pemberian Pelatihan Pencegahan Jatuh (Fall Prevention) Terhadap Perubahan Perilaku Pencegahan Jatuh (Fall Prevention Behavior) pada Pasien Post Stroke di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan bagaimana Pengaruh Pemberian Pelatihan Pencegahan Jatuh (Fall Prevention) Terhadap Perubahan perilaku Pencegahan Jatuh pada Pasien Post Stroke di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Pelatihan Pencegahan Jatuh (Fall Prevention) Terhadap Perubahan Perilaku Pencegahan Jatuh pada Pasien Post Stroke. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan gambaran perubahan Perilaku pencegahan jatuh sebelum dilakukan pelatihan pencegahan jatuh pada pasien post stroke di rumah sakit Wava Husada Kepanjen.

7 b. Mendeskripsikan gambaran perubahan perilaku pencegahan jatuh setelah dilakukan pelatihan pencegahan jatuh pada pasien post stroke di rumah sakit Wava Husada Kepanjen. c. Menganalisi hubungan pelatihan pencegahan jatuh terhadap perubahan perilaku pencegahan jatuh pada pasien post stroke di rumah sakit Wava Husada Kepanjen. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Ilmu Keperawatan Mengingat klien dengan stroke beresiko tinggi terhadap kejadian jatuh, sehingga memerlukan perhatian yang cukup, hendaknya perawat bisa memberikan edukasi atau latihan menciptakan keamanan lingkungan dan transfer dengan baik, sehingga pasien dan keluarga bisa mengaplikasikannya, baik di tempat pelayanan kesehatan maupun di rumah untuk mencegah kejadian jatuh pada klien. 1.4.2 Bagi Institusi Lain Penulis berharap agar hasil penelitian ini berguna untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada klien dengan immobilitas fisik khususnya klien dengan stroke. 1.4.3 Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan baru bagi penulis yang berguna sebagai bekal ketika terjun pada dunia kerja yang sesungguhnya dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien immobilitas fisik khususnya stroke.

8 1.5 Definisi Istilah a. Pencegahan jatuh (Fall Prevention) adalah mengadakan tindakan pencegahan khusus pada pasien beresiko cedera karena jatuh (Bulechek, el al. 2013). b. Perilaku pencegahan jatuh (Fall Prevention Behavior) adalah individu atau keluarga perduli terhadap tindakan meminimalisir factor resiko yang mengkin memicu jatuh dalam lingkungan pribadi (Moorhead, et al. 2013). 1.6 Keaslian Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nathan (2013), yang berjudul Persepsi pasien dengan stroke iskemik terhadap tindakan pencegahan resiko jatuh yang dilakukan perawat di ruang rawat inap dewasa rumah sakit advent bandung. Variabel terikat (dependent) yang digunakan pada penelitian tersebut adalah persepsi pasien dengan stroke iskemik. Sedangkan variabel bebas (independent) yang digunakan pada penelitian tersebut adalah tindakan pencegahan resiko jatuh yang dilakukan perawat. Kesimpulan penelitian tersebut adalah berdasarkan persepsi pasien, para perawat di ruang rawat inap dewasa rumah sakit advent bandung telah melakukan tindakan pencegahan resiko jatuh kepada pasien dengan stroke iskemik dalam kategori tinggi atau sering dilakukan. Perbedaan antara variabel penelitian Nathan (2013), dengan penelitian yang saya lakukan adalah variabel, tempat dan waktu penelitian. Variabel bebas (independent) yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah pengaruh pemberian pelatihan pencegahan jatuh (fall prevention) pada pasien post stroke, sedangkan variabel terikat (dependent) yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku pencegahan jatuh pada pasien post stroke. Tempat yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah RS Wava Husada Kepanjen. Kesamaan antara penelitian Nathan (2013), dengan penelitian ini adalah variabel pencegahan jatuh pada pasien stroke.

9 Menurut penelitian Imam (2014), berjudul Hubungan antara pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan kualitas hidup penderita stroke di poliklinik saraf RSUD Ajibarang. Variabel bebas (independent) yang digunakan pada penelitian tersebut adalah Hubungan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga. Sedangkan variabel terikat (dependent) yang digunakan pada penelitian tersebut adalah kualitas hidup penderita stroke. Kesimpulan penelitian tersebut yaitu bahwa faktor penting yang mempengaruhi aspek kehidupan seseorang dan bersikap serta pikiran individu adalah dari dalam dirinya dan bagaimana individu menyikapinya dan karena kualitas hidup bisa dipengaruhi oleh suatu budaya maka dalam pemberian tugas kesehatan kepada anggota keluarga pun mempunyai standar masing-masing, apabila menurut penderita stroke tugas kesehatan keluarga yang diberikan oleh pemberi perawatan dirasa cukup maka kualitas hidup penderita stroke pun akan baik pula. Perbedaan antara variabel penelitian Imam (2014), dengan penelitian yang saya lakukan adalah variabel, tempat dan waktu penelitian. Variabel terikat (dependent) yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah pengaruh pelatihan pencegahan jatuh (fall prevention) pada pasien post stroke, sedangkan variabel bebas (independent) yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah pengaruh pemberian pelatihan perilaku pencegahan jatuh pada pasien post stroke. Tempat yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah RS Wava Husada Kepanjen. Kesamaan variabel antara penelitian Imam (2014), dengan penelitian ini adalah kualitas hidup penderita stroke.