Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 15 No. 03 Tahun 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual (Waluyo, 2013:2). Dalam

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SERTA PELAPORANNYA PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA MANADO

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. semakin menurun, sehingga pendapatan perkapita masyarakat juga semakin kecil. Hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 PADA KARYAWAN PT. BPR PRIMAESA SEJAHTERA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Judul : Evaluasi Kewajiban Perpajakan Pasal 21 PT ABC Studi Kasus di Kantor Sopindo Consulting Nama : Juniar Tigva Boru NIM : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai keinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan (daya pikul) masing-masing yang dapat dipaksakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. kualitas tersebut. Salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan Praktik Kerja

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita sadari semua bahwa pembangunan ekonomi tidak

M. TAHIR MATTATA STIE-YPUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang. menyelenggarakannya adalah pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan nasional.

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

MEY N.NAWAITU 1, ZULKIFLI BOOKIU 2, USMAN 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang berada dalam masa pembangunan, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang giat-giatnya mencari sumber pemasukan baru

BAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar dibandingkan penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Perpajakan merupakan disiplin ilmu yang dinamis, yang ketentuannya dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

EVALUASI MEKANISME PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT.HUTAMA KARYA (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan

PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG MEDAN. Mangasi Sinurat, SE, M.

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan dan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada pembangunan di masing-masing daerah. Terutama kota Medan yang

BAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa. Pendapatan dari penerimaan pajak yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana yang terjamin untuk menjalankan fungsi-fungsi pemerintah. Sumber

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang mampu berperan sebagai tenaga yang terampil, kritis dan siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari rakyat. Oleh karena itu diperlukan partisipasi dari setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI SISTEM ADMINISTRASI PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI PROVINSI SULAWESI UTARA

ANALISIS PERBEDAAN PENGETAHUAN WAJIB PAJAK PPh21 BERDASARKAN GENDER, USIA KERJA DAN TINGKAT PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan kampus. Untuk menjawab tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan

EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPH) 21 ATAS PENGHASILAN KARYAWAN PADA PDAM TIRTA JAYA MANDIRI KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan Negara. Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bagi rakyatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara Republik Indonesia antara lain berasal dari pajak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak memiliki peran yang sangat besar dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Pembangun Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan tax planning PPh pasal 21 yang dilakukan oleh PT.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. menerus dikeluarkan oleh pemerintah demi tercipta kesejahteraan rakyatnya. Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia Diana dan Lilis Setiawati Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pembangunan Negara Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. besar dan potensial untuk sumber penerimaan pajak. Oleh sebab itu penerimaan dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Alfryo T. Lumintang., J. Tinangon, I. Elim. Evaluasi Perhitungan PPH

Magdalena Judika Siringoringo. Oloan Simanjuntak

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengatur keseimbangan kehidupan perekonomian dan pemanfaatan dana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara yang berdasarkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

Tinjauan Atas Pengunaan e-spt Dalam Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak Badan di Konsultan Pajak TRITAX. Siti Umie Sartika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan dilingkungan kampus. Untuk menjawab

Transkripsi:

ANALISIS KEBIJAKAN PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN 21 FINAL ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN III (STUDI KASUS PADA DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL PROVINSI SULAWESI UTARA) Syalomita Natalia Christi Sela, Jantje Tinangon, Inggriani Elim Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajemen Universitas Sam Ratulangi Manado e-mail : Syalomitasela@yahoo.co.id ABSTRAK Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dipungut pada objek pajak atas penghasilannya. Pajak penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha yang memperoleh penghasilan di Indonesia. Pajak yang berlaku bagi pegawai / karyawan adalah pajak penghasilan pasal 21. Undang-Undang yang dipakai untuk mengatur besarnya tarif pajak, tata cara pembayaran dan pelaporan pajak adalah Undang-Undang No.36 tahun 2008 yang merupakan penyempurnaan bagi Undang-Undang terdahulunya yaitu Undang-undang No.10 tahun 1994. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pemerintah yaitu kebijakan perubahan tarif pajak penghasilan 21 final atas Pegawai Negeri Sipil golongan III sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1994 dan diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010. Penelitian yang dilakukan penulis adalah Penelitian kualitatif menurut Herdiansyah adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Pajak Penghasilan 21 yang harus dipotong oleh bendaharawan pemerintah adalah sebesar 5% dari honor golongan III dan 15% dari honor golongan IV dan bersifat final. Namun demikian, pemotongan ini tidak dilakukan kepada Pegawai Negeri Sipil golongan II/d ke bawah. Artinya untuk Pegawai Negeri Sipil golongan II/d ke bawah ini jika mendapat honor dari APBN atau APBD, honornya tidak dipotong Pajak Penghasilan 21. Beberapa bentuk dari honorarium dan imbalan lain yaitu berupa honorarium, uang lembur, uang sidang, uang hadir, dan atau imbalan lain dengan nama apapun yang dibebankan kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah, tidak termasuk biaya perjalanan dinas. Kebijakan tarif dapat disesuaikan dengan jumlah honorarium yang diterima Pegawai Negeri Sipil yang diberikan berdasarkan setiap jabatan, golongan, dan jenis kegiatan. Dalam pembuatan kebijakan tersebut sebaiknya diikuti dengan pengetahuan mengenai besaran honorarium dan imbalan lain kepada Pegawai Negeri Sipil. Kata kunci : Kebijakan,Pajak penghasilan 21 Jurusan Ekonomi Pembangunan FEB Universitas Sam Ratulangi Manado 97

Latar Belakang 1. PENDAHULUAN PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yanh dilakukan oleh orang pribadi. Subjek pajak dalam negeri, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dipungut pada obyek pajak atas penghasilannya. Pajak penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha yang memperoleh penghasilan di Indonesia. Pajak yang berlaku bagi pegawai / karyawan adalah pajak penghasilan pasal 21. Undang-Undang yang dipakai untuk mengatur besarnya tarif pajak, tata cara pembayaran dan pelaporan pajak adalah Undang-Undang No.36 tahun 2008 yang merupakan penyempurnaan bagi Undang-Undang terdahulunya yaitu Undang-undang No.10 tahun 1994 (Laloly dan Arifin, 2010). Memahami dengan baik ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan serta perkembangan dan perubahannya adalah hal yang harus dilakukan oleh setiap Wajib Pajak. Banyak upaya yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk mengatur jumlah pajak yang harus dibayar. Salah satu pajak yang diberlakukan di Indonesia adalah Pajak Penghasilan (PPh) baik perseorangan atau badan. Pegawai Negeri Sipil adalah peletak dasar pelaksana sistem pemerintahan. Oleh karena itu Pegawai Negeri Sipil diharapkan mampu menggerakkan serta melancarkan tugas-tugas pemerintahan dalam pembangunan, termasuk di dalamnya melayani masyarakat. Didalam menjalankan tugasnya, Pegawai Negeri Sipil berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya. Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan perubahan tarif pajak penghasilan 21 final untuk Pegawai Negeri Sipil golongan III sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1994 dan diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010. Dengan adanya kebijakan perubahan tarif pajak penghasilan 21 final atas Pegawai Negeri Sipil golongan III, dari lahirnya kebijakan perubahan tersebut ada sesuatu yang melatarbelakangi munculnya kebijakan tersebut sehingga kebijakan perubahan tarif ini dapat dilakukan. Dan dengan adanya kebijakan perubahan tarif, tentu dibalik munculnya kebijakan ada dampak yang terjadi setelah munculnya kebijakan tersebut. Tidak semua pegawai di badan pemerintahan masih diberikan penghasilan selain penghasilan tetap dan teratur berupa honorarium dan imbalan lain. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dengan judul Analisis Kebijakan Perubahan Tarif Pajak Penghasilan 21 Final Atas Pegawai Negeri Sipil Golongan III (Studi Kasus pada Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Utara). Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pemerintah yaitu kebijakan perubahan tarif pajak penghasilan 21 final atas Pegawai Negeri Sipil golongan III sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1994 dan diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010, yaitu mengenai: Jurusan Ekonomi Pembangunan FEB Universitas Sam Ratulangi Manado 98

Analisis terhadap implementasi kebijakan tarif Pajak Penghasilan 21 final atas penghasilan tidak teratur Pegawai Negeri Sipil golongan III sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2010. Tinjauan Pustaka Perpajakan Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011: 1) mendefinisikan bahwa Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra Prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Adriani dalam Waluyo (2010:2) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pajak merupakan iuran pada Negara yang dipungut oleh pemerintah berdasar peraturan perundang- undangan yang dapat dipaksakan, tanpa mendapat kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah. Pajak Penghasilan Pasal 21 Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan Pajak Penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Wirawan (2010:71) mendefinisikan PPh 21 adalah sebagai berikut. Pertama, PPh Pasal 21 memotong penghasilan yang diterima atau diperoleh dari pekerjaan dan kegiatan (active income). Active income yang dipotong PPh Pasal 21 hanya bersumber dari tiga aktivitas yaitu pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan. Kedua, Orang Pribadi yang memberikan jasa atau menjalankan pekerjaan bebas termasuk dalam active income yang dipotong PPh Pasal 21. Namun demikian, penghasilan Orang Pribadi yang berasal dari usaha dagang tidak termasuk dalam active income yang dipotong PPh Pasal 21. Ketiga, PPh Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan khusus kepada Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP). Jadi Pajak Penghasilan 21 merupakan Pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Tarif Pajak Suparmono (2010:7) menyatakan bahwa Tarif pajak digunakan dalam perhitungan besarnya pajak terutang. Dengan kata lain, tarif pajak merupakan tarif yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Secara umum, tarif pajak dinyatakan dalam bentuk persentase. Kebijakan Publik Islamy sebagaimana dikutip Suandi (2010:12) kebijakan harus dibedakan dengan kebijaksanaan. Policy diterjemahkan dengan kebijakan yang berbeda artinya dengan wisdom yang artinya kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan memerlukan pertimbangan pertimbangan lebih jauh lagi, sedangkan kebijakan mencakup aturan-aturan yang ada didalamnya. Jurusan Ekonomi Pembangunan FEB Universitas Sam Ratulangi Manado 99

Kebijakan publik adalah alat untuk mencapai tujuan publik, bukan tujuan orang perorang atau golongan dan kelompok. Meskipun sebagai alat ( tool) keberadaan kebijakan publik sangat penting dan sekaligus krusial. Penting karena keberadaannya sangat menentukan tercapainya sebuah tujuan, meskipun masih ada sejumlah prasyarat atau tahapan lain yang harus dipenuhi sebelum sampai pada tujuan yang dikehendaki. Krusial karena sebuah kebijakan yang di atas kertas telah dibuat melalui proses yang baik dan isinya juga berkualitas, namun tidak otomatis bisa dilaksanakan kemudian menghasilkan sesuai yang selaras dengan apa yang dinginkan oleh pembuatnya. Juga krusial karena sebuah kebijakan bisa - dan seringkali terjadi - diperlakukan seolah lebih penting atau sejajar dengan tujuan yang hendak dicapai, padahal ia hanyalah sekedar alat, meskipun alat yang sangat penting. Rusli (2013:10). Penelitian Terdahulu Anggraini (2009) dengan penelitian mengenai kebijakan pengurangan tarif pajak penghasilan pada wajib pajak badan usaha mikro kecil menengah (umkm) ditinjau dari asas keadilan yang bertujuan untuk mengetahui pengurangan tarif pajak penghasilan pada wajib pajak umkm. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Terdapat persamaaan dengan penelitian ini yakni menggunakan variabel kebijakan penguranggan tarif pajak, sedangkan perbedaan terletak pada judul dan objek penelitian. Prasetyo (2008) dengan penelitian mengenai analisis tax planning pajak penghasilan pasal 21 karyawan terhadap pajak penghasilan terhutang badan (pph pasal 25), studi survei pada wajib pajak (wp) badan yang diperiksa kantor pemeriksaan dan penyelidikan pajak malang yang bertujuan untuk menganalisis tax planning PPh 21 karyawan terhadap pajak penghasilan terhutang badan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Terdapat persamaan dengan penelitian ini yakni sama-sama membahas pajak penghasilan 21 sedangkan perbedaan terletak pada judul dan objek penelitian. 2. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis adalah Penelitian kualitatif menurut Herdiansyah adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010:9). Penelitian ini merupa kan penelitian studi kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif yaitu penelitian yang menguraikan sifat -sifat dan keadaan sebenarnya dari suatu objek penelitian. Tujuannya adalah mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dari bulan Maret 2014 sampai Agustus 2014. Jurusan Ekonomi Pembangunan FEB Universitas Sam Ratulangi Manado 100

Prodesur Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan penelitian : 1). Menyusun rancangan penelitian 2). Memilih lapangan 3). Mengurus Perizinan 4). Menjajagi dan menilai keadaan 5). Memilih dan memanfaatkan informan 6). Menyiapkan instrumen penelitian Gambar Alur Prosedur Penelitian Sumber : Data Olahan 1. Menyusun rancangan penelitian Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan orangorang/organisasi. 2. Memilih lapangan Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data. Juga dengan alasan-alasan pemilihan yang ditetapkan dan rekomendasi dari pihak yang berhubungan langsung dengan lapangan, seperti dengan kualitas dan keadaan pada (Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Utara). 3. Mengurus perizinan Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan penelitian. Terutama kaitannya dengan metode yang digunakan yaitu kualitatif, maka perizinan dari birokrasi yang bersangkutan biasanya dibutuhkan karena hal ini akan mempengaruhi proses penelitian. 4. Menjajagi dan menilai keadaan Setelah kelengkapan administrasi diperoleh sebagai bekal legalisasi kegiatan kita, maka hal yang sangat perlu dilakukan adalah proses penjajagan lapangan dan sosialisasi diri dengan keadaan. 5. Memilih dan memanfaatkan informan Ketika kita menjajagi dan mensosialisasikan diri di lapangan, sesuai dengan penelitian bahwa yang di masukkan dalam responden adalah PNS golongan III. Jurusan Ekonomi Pembangunan FEB Universitas Sam Ratulangi Manado 101

6. Menyiapkan instrumen penelitian Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah ujung tombak sebagai pengumpul data (instrumen). Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan analisis dokumen, observasi dan wawancara. Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumen, atas dasar konsep tersebut, maka berikut adalah teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Observasi Dalam tahap ini yang dilakukan peneliti adalah melakukan prasurvey ke lokasi yang akan diteliti, dalam penelitian ini, prasurvey dilakukan di Dinas Energi dan Sumber daya Mineral dengan melakukan dialog dengan pimpinan dan beberapa pegawai. Kemudian peneliti juga melakukan studi dokumentasi serta kepustakaan untuk melihat dan mencatat data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan untuk memperkuat data pegawai. Dengan demikian hasil observasi ini sekaligus untuk mengkonfirmasi data yang telah terkumpul melalui wawancara dengan kenyataan yang sebenarnya. Observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung dan tidak langsung tentang data objek penelitian. 2. Wawancara Dalam penelitian ini wawancara dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan pihak-pihak terkait atau subjek penelitian, antara lain pimpinan dan pegawai dalam rangka memperoleh penjelasan atau informasi tentang hal-hal yang belum tercantum dalam observasi dan dokumentasi. Kemudian peneliti juga melakukan observasi tidak langsung tentang kondisi kantor dan mengadakan pengamatan langsung tentang aktivitas di Dinas Energi dan Sumber daya Mineral. Dan wawancara mendalam kepada pihak-pihak yang berkompeten terhadap teori-teori dan kebijakan perpajakan sehingga diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti yang kemudian akan digunakan untuk menganalisis permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Sumber data 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari informan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. 2. Data sekunder, yaitu data-data tidak langsung yang diperoleh dari dokumen-dokumen dan literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah penelitian, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui: Jurusan Ekonomi Pembangunan FEB Universitas Sam Ratulangi Manado 102

1. Studi Literatur ( Library Research) Sebagai sumber informasi dan pertimbangan dalam melakukan penelitian, baik penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif diperlukan suatu studi literatur atau kajian teoritis tertentu. Akan tetapi, dalam melakukan review literature (meninjau literatur) atau mengkaji teori terdapat perbedaan antara penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. 2. Studi Lapangan (Field Research) Untuk memperoleh data primer dan sekunder dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan pengumpulan data dengan metode wawancara mendalam ( in depth interview). Definisi wawancara seperti dikemukakan oleh Steward & Cash (2008 dalam (Herdiansyah, 2010:188) Metode Analisis 1. Menganalisis objek pajak pada Dinas Energi dan Sumber daya Mineral. 2. Menganalisis Pph 21 pada Dinas Energi dan Sumber daya Mineral. 3. Menganalisis Perubahan tarif pajak pada Dinas Energi dan Sumber daya Mineral. 4. Menganalisis implementasi kebijakan perubahan tarif pajak Penghasilan 21. Pembahasan 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Salah satu bentuk kebijakan pemerintah dalam bidang perpajakan direalisasikan dalam bentuk pemberian penurunan tarif. Terkait dengan penurunan tarif, pada akhir tahun 2010 pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010. Peraturan tersebut mengatur mengenai penurunan tarif Pajak Penghasilan 21 final atas Pegawai Negeri Sipil dengan pembatasan yakni hanya untuk golongan III yang sebelumnya 15% menjadi 5%. Peraturan tersebut berlaku sejak 1 Januari 2011 dimana tarif Pajak Penghasilan 21 final tersebut dikenakan terhadap penghasilan tidak tetap dan teratur berupa honorarium dan imbalan lain yang bersumber dari APBN atau APBD. Pajak Penghasilan 21 yang harus dipotong oleh bendaharawan pemerintah adalah sebesar 5% dari honor golongan III dan 15% dari honor golongan IV dan bersifat final. Namun demikian, pemotongan ini tidak dilakukan kepada Pegawai Negeri Sipil golongan II/d ke bawah. Artinya untuk Pegawai Negeri Sipil golongan II/d ke bawah ini jika mendapat honor dari APBN atau APBD, honornya tidak dipotong Pajak Penghasilan 21. Beberapa bentuk dari honorarium dan imbalan lain yaitu berupa honorarium, uang lembur, uang sidang, uang hadir, dan atau imbalan lain dengan nama apapun yang dibebankan kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah, tidak termasuk biaya perjalanan dinas. Atas penghasilan selain penghasilan tetap dan teratur berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama apa pun yang menjadi beban APBN atau APBD tersebut dipotong Pajak Penghasilan 21 dan bersifat final, tidak ditanggung pemerintah. Penelitian difokuskan pada Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Utara. Selain mendapatkan penghasilan dari gaji, Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral juga menerima penghasilan berupa penghasilan tambahan berupa honorarium dan imbalan lain. Jurusan Ekonomi Pembangunan FEB Universitas Sam Ratulangi Manado 103

Pengenaan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 terhadap Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil yang dibebankan kepada Keuangan Negara Atau Keuangan Daerah.Wahyudi, 2009. Kesimpulan 4. PENUTUP Kesimpulan dalam penelitian ini adalah : 1. Objek pajak penghasilan pada dinas Energi dan Sumber daya Mineral yaitu Wajib Pajak khususnya Wajib Pajak Pegawai Negeri Sipil dalam pemberian pemahaman mengenai kebijakan perubahan tarif pajak penghasilan 21 final Pegawai Negeri Sipil golongan III dari 15% menjadi 5%. 2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010, Pajak Penghasilan 21 yang harus dipotong oleh bendaharawan pemerintah atas penghasilan selain penghasilan tetap dan teratur berupa honorarium dan imbalan lain yang dibebankan kepada APBN atau APBD adalah sebesar 5% dari honor golongan III dan bersifat final. Jumlah dari honorarium dan imbalan lain yang diterima berbeda sesuai dengan jabatan, golongan, dan jenis kegiatan. 3. Pertimbangan pemerintah melakukan perubahan tarif Pajak Penghasilan 21 Final atas Pegawai Negeri Sipil golongan III sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 yaitu untuk menciptakan rasa keadilan bagi Pegawai Negeri Sipil golongan III. Penurunan tarif Pajak Penghasilan 21 final terhadap golongan III adalah untuk memberikan keringanan pajak bagi Pegawai Negeri Sipil golongan III 4. Implementasi kebijakan perubahan tarif pajak penghasilan 21 merupakan bentuk dari honorarium dan imbalan lain Pegawai Negeri Sipil yang bersumber dari APBN dan APBD tercantum dalam Standar Biaya Umum Tahun Anggaran. Saran Saran dalam penelitian ini adalah : 1. Objek pajak harus dikajian lebih lanjut mengenai Pajak Penghasilan 21 harus dibandingkan dari masing-masing golongan pegawai negeri sipil didinas Energi dan Sumber daya Mineral. 2. Setiap pegawai negeri sipil lebih baik diajarkan prosedur pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji. Perlu diajarkan juga tentang prosedur dalam melaporkan penghasilan yang diterima dan pajak yang disetor ke Negara pada tiap masanya. Hal itu perlu dilakukan agar pegawai tidak merasa kebingungan saat prosedur tersebut harus ditempuh. Setiap pegawai negeri sipil perlu diberitahukan bahwa atas gaji yang diterima juga dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dipotong oleh Pemerintah Pusat. 3. Kebijakan tarif tersebut dapat disesuaikan dengan jumlah honorarium yang diterima Pegawai Negeri Sipil yang diberikan berdasarkan setiap jabatan, golongan, dan jenis kegiatan. Dalam pembuatan kebijakan tersebut sebaiknya diikuti dengan pengetahuan mengenai besaran honorarium dan imbalan lain kepada Pegawai Negeri Sipil. 4. Untuk penelitian yang akan datang dapat meneliti alternatif mekanisme perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 yang dilakukan dengan menggunakan sampel yang berbeda, sehingga Jurusan Ekonomi Pembangunan FEB Universitas Sam Ratulangi Manado 104

dapat diketahui fakta dan bukti Mekanisme Perhitungan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21. DAFTAR PUSTAKA Earli, Suandi. 2013.Hukum Pajak Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat. H. Bohari, 2012. Pengantar Hukum Pajak. Yang Menerbitkan PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Herdiansyah, Haris, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika. Laloly Damanik & Arifin Hamzah.2010. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT.Ika Utama Trasfer Express (http://akuntansi.usu.ac.id/jurnal-akuntansi-31.html) Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi. ANDI Yogyakarta. Rusli, Budiman. 2013. Kebijakan Publik, Membangun Pelayanan Publik yang Responsif. Cetakan Pertama. Hakim Publishing. Bandung. Suparmono, dan Damayanti, T. W. (2010). Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset Waluyo, Wirawan, 2010. Perpajakan Indonesia: Pembahasan Sesuai Dengan Ketentuan Pelaksanaan Perundang-Undangan Perpajakan, Jakarta: Salemba Empat. Jurusan Ekonomi Pembangunan FEB Universitas Sam Ratulangi Manado 105