Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(1), 9-18, 2016

dokumen-dokumen yang mirip
AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

Korelasi Antara Kepatuhan Minum Obat dengan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Rawat Jalan di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS

PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (2),

INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU PENGOBATAN DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.

ANALISIS PENGETAHUAN DAN PERILAKU PASIEN DM TIPE II DALAM PENGGUNAAN INSULIN SECARA MANDIRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

Saftia Aryzki* dan Alfian R. Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Jl. Flamboyan III/7B Kayu Tangi Banjarmasin 70123

PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS GUNDIH WILAYAH SURABAYA PUSAT LUCAS SUCIPTO

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kurangnya aktivitas fisik (Wild et al., 2004).Di negara berkembang, diabetes

INTISARI PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RSUD

BAB II METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberikan pretest (sebelum perlakuan) dan. penelitian kuasi eksperimental dengan metode non-randomized

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif komparatif. Komparatif merupakan penelitian non-eksperimen

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP KUALITAS HIDUP DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT SEBAGAI VARIABEL ANTARA PADA PASIEN DM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI. Mahrita Sauriah 1 ; Yugo Susanto 2 ; Dita Ayulia 3

BAB II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

ULFA KUMALASARI K

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS KALIJUDAN WILAYAH SURABAYA TIMUR ALEXANDER HALIM

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

DANIEL ADIARTHA

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM MENGKONSUMSI OBAT CAPTOPRIL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF), diabetes adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh : ANGGIT YATAMA EMBUN PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

DENGAN KOMBINASI PADA PASIEN DM TIPE 2 DI UPT. PUSKESMAS DAWAN II KABUPATEN KLUNGKUNG PERIODE NOVEMBER 2015-PEBRUARI 2016

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

PENGARUH PENGGUNAAN TELEMEDICINE (APLIKASI PESAN BERBASIS INTERNET) TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KAKI PADA DIABETES MELLITUS. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federatiaon (IDF)

KATA PENGANTAR. Dewan Editor

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

rumah sakit. Selain hal tersebut, pasien juga dapat mengalami resistensi terhadap obat tertentu (Hayers dkk., 2009). Seperti halnya diagnosa suatu

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN SELF-CARE PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN TENTANG PENGGUNAAN INSULIN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN CORRELATION BETWEEN THE KNOWLEDGE AND THE ADHERENCE IN DIABETES MELLITUS PATIENTS USING INSULIN AT INTERNAL DISEASE POLYCLINIC DR. H. MOCH. ANSARI SALEH HOSPITAL BANJARMASIN Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, Indonesia Email : riza_alfian89@yahoo.com ABSTRAK Diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif yang banyak ditemukan sekarang ini. Perkumpulan Endokrinologi memperkirakan jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia akan terus melonjak, dari semula 8,4 juta penderita di tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta di tahun 2030. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kepatuhan pasien serta untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan tentang penggunaan insulin pada pasien Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam di RSUD Dr. H. Moch. Ansari saleh. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional bersifat prospektif dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 52 pasien. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan dua kuesioner yaitu kuesioner pengetahuan dan kuesioner kepatuhan (MMAS). Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pasien penggunaan insulin yaitu tingkat pengetahuan kurang 3 pasien (5,77%), tingkat pengetahuan cukup 16 pasien (30,77%), tingkat pengetahuan baik 33 pasien (63,46%). Kategori tingkat kepatuhan pasien penggunaan insulin yaitu tingkat kepatuhan rendah 21 pasien (40,38%), tingkat kepatuhan sedang 23 pasien (44,24%), tingkat kepatuhan tinggi 8 pasien (15,38). Terdapat korelasi yang tidak bermakna antara dua variabel yang diuji dengan arah korelasi positif dan kekuatan korelasi rendah dengan hasil signifikansi 0,082 (p > 0,05). Berdasarkan penelitian ini disimpulkan pasien pengguna Insulin di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin didominasi pasien yang mempunyai tingkat pengetahuan baik dan tingkat kepatuhan sedang. Hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan pada penelitian ini tidak bermakna secara statistik. Kata Kunci: Diabetes Mellitus, Insulin, Pengetahuan, Kepatuhan Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 9

ABSTRACT Diabetes mellitus is a degenerative disease that a lot of found today. The Society of Endocrinology (PERKENI) estimates the number of people with Diabetes Mellitus in Indonesia will increasing from the baseline 8.4 million people in 2000 to about 21.3 million in 2030. This study aims to determine the level of knowledge and adherence patient as well as to determine the correlation between knowledge and adherence at the use of insulin in patients with Diabetes Mellitus in Internal Medicine Clinic at the Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Hospital. This study was using cross sectional design and prospective with purposive sampling technique. The Sample who met the inclusion and exclusion criteria were 52 patient. The data were collecting by completion knowledge and adherence questionnaire (MMAS). The results showed that the level of knowledge on the use of insulin is low knowledge level 3 patients (5.77%), the level of knowledge moderate 16 patients (30.77%), a high level of knowledge of 33 patients (63.46%). The level of patient adherence in the use of insulin were low adherence rate of 21 patients (40.38%), the moderate level of adherence were 23 patients (44.24%), a high level of adherence were 8 patients (15,38). There is no significant correlation between two variables and the correlations was positive with the direction and low strength correlation (0.082) (p> 0.05). Based on this study, it can be concluded that patients on insulin therapy at Internal Disease Polyclinic Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Hospital predominantly have a high knowledge level and the level of adherence was moderate. So the correlation was no significant between knowledge and adherence with the positive correlation. Key Words: Diabetes Mellitus, Insulin, Knowledge, Adherence PENDAHULUAN Diabetes mellitus merupakan penyakit degenerative yang banyak ditemukan sekarang ini. Menurut laporan International Diabetes Federation (IDF) 2013 Indonesia masuk 10 negara terbesar penderita diabetes mellitus di dunia. Indonesia ada di peringkat ke-7 dengan jumlah penderita sebanyak 8,5 juta orang. Data terbaru di tahun 2015 yang ditunjukkan oleh Perkumpulan Endokrinologi (PERKENI) menyatakan bahwa jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia disebut-sebut telah bergeser naik, dari peringkat ke-7 menjadi peringkat ke- 5 teratas diantara negara-negara dengan jumlah penderita DM terbanyak dunia. Diperkirakan jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia akan terus melonjak, dari semula 8,4 juta penderita di tahun 10 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

2000 menjadi sekitar 21,3 juta di tahun 2030. Diabetes mellitus yang tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan dampak bagi penderitanya, yaitu berupa komplikasi kronis. Sebagian besar penderita diabetes mellitus tidak paham tentang tujuan terapi diabetes mellitus sehingga tidak sadar akan bahaya komplikasi yang bisa muncul akibat penyakit diabetes mellitus itu. Komplikasi mikrovaskuler antara lain retinophati, neuropati, nephropati dan komplikasi makrovaskuler seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan gangguan pembuluh perifer (ADA, 2015). Penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari beberapa terapi, pertama terapi non farmakologis yang meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan pengetahuan terhadap pola makan (terapi gizi medis) dan aktivitas jasmani (olahraga). Kedua terapi farmakologis, yang meliputi pemberian obat anti diabetes oral dan terapi insulin (abdulazeez dkk, 2014). Adanya peningkatan penggunaan insulin ini, menyebabkan penderita diabetes mellitus yang menggunakan terapi insulin seharusnya perlu mengetahui dan mengerti bagaimana penggunaan insulin yang baik dan benar. Selain penderita harus mengetahuinya yang tidak kalah penting lagi penderita harus patuh tentang hal tersebut agar tercapainya tujuan utama terapi insulin. Kadang penderita diabetes mellitus yang sudah mempunyai pengetahuan dalam penggunaan insulin masih saja tidak patuh dalam penggunaan karena adanya keluhankeluhan tertentu selama pemakaian insulin, maupun sebaliknya ada juga penderita yang sudah patuh namun tidak mempunyai pengetahuan karena sikap patuhnya itu timbul karena adanya paksaan bukan berasal dari kesadaran diri sendiri (Ejeta dkk, 2015) Kesalahan terapi insulin cukup sering ditemukan dan menjadi masalah klinis yang penting. Bahkan terapi insulin termasuk dalam lima besar pengobatan beresiko tinggi (high-risk medication) bagi pasien di rumah sakit. Sebagian besar Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 11

kesalahan tersebut terkait dengan kondisi hiperglikemia dan sebagian lagi akibat hipoglikemia. Jenis kesalahan tersebut antara lain disebabkan keterbatasan dalam hal keterampilan (skill-based), cara atau protokol (rule-based) dan pengetahuan (knowledge) dalam hal penggunaan insulin (Perkeni, 2008) Ketidakpahaman dan ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan terapi merupakan salah satu penyebab kegagalan terapi. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien tentang obat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan obat untuk terapinya. Akibat dari ketidakpatuhan dan ketidaktahuan pasien terhadap terapi atau penggunaan obat yang diberikan antara lain adalah kegagalan terapi, terjadinya resistensi antibiotika dan yang lebih berbahaya adalah terjadinya toksisitas (Depkes, 2007) Hasil penelitian yang telah dilakukan Sartunus dkk (2015) dari 78 orang responden didapatkan data bahwa mayoritas tingkat pengetahuan pada penelitiannya masih rendah yaitu sebanyak 31 orang (39,7%). Penelitian ketidakpatuhan penggunaan insulin pada DM Tipe II pernah dilakukan oleh Polonsky dkk (2005) dan diketahui bahwa ada beberapa pasien yang menghentikan penggunaan insulinnya karena merasa injeksi merupakan beban, adanya ketidakpuasan akan terapi insulin itu sendiri serta adanya dampak negatif terhadap kualitas hidup. Berdasarkan daftar 10 besar penderita penyakit pasien instalasi rawat jalan, penderita diabetes mellitus di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh selama tahun 2013 menempati peringkat ketiga dengan jumlah pasien sebesar 3.740 orang dengan persentase 15,88% dan pada tahun 2014 terjadi peningkatan dengan jumlah pasien 5.980 orang dengan persentase 16,43% yang menempati peringkat kedua setelah hipertensi pada penyakit terbesar di instalasi rawat jalan RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Dari keterangan tersebut perlu dilakukan penelitian mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan tentang penggunaan insulin pada pasien Diabetes Mellitus 12 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

di Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang bersifat prospektif untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan penggunaan insulin pada pasien diabetes mellitus rawat jalan di poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sejumlah 52 pasien. Sampel diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien usia 18-65 tahun dengan diagnosa diabetes mellitus, mendapatkan terapi insulin, minimal telah menggunakan satu pen insulin dan bersedia mengikuti penelitian dengan mengisi informed consent. Kriteria eksklusinya adalah pasien yang mengalami ketulian dan buta huruf. Uji statistik yang digunakan adalah uji distribusi frekuensi dan uji korelasi Spearman. Data penelitian dikumpulkan pada periode Desember 2015 sampai Januari 2016. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan mengisi kuesioner pengetahuan tentang penggunaan insulin dan kuesioner kepatuhan Morisky Medication Adherence Scale (MMAS). Uji pendahuluan untuk menentukan validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan pada 30 pasien. Kuesioner dinyatakan valid karena nilai R hitung lebih besar dibanding nilai R tabel yang dipersyaratkan. Nilai uji realibilitas Cronbach alpha kuesioner pengetahuan setelah diuji adalah 0,650 dan kuesioner kepatuhan 0,645 mengindikasikan bahwa kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini sudah reliabel. Data yang diperoleh dianalisis dengan SPSS 18.00 dan data hasil analisis ditampilkan dalam mean ± standar deviasi. Nilai P <0,05 dianggap secara statistika signifikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data karakteristik pasien yang didapatkan dari lembar penilaian kesehatan pasien dan data klinik yang didapatkan dari rekam medis pasien. Karakteristik data subjek penelitian seperti tersaji pada tabel I. Berdasarkan data karakteristik pasien, dapat dilihat bahwa mayoritas Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 13

subyek penelitian adalah perempuan sebesar 33 pasien (63,46%) sedangkan laki laki hanya 19 pasien (36,54%). Usia yang paling mendominasi adalah pada rentang usia lebih dari 50 tahun yaitu 34 pasien (65,38%). Pendidikan pasien didominasi oleh pendidikan tingkat Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 17 pasien (32,70%). Tingkat pekerjaan didominasi oleh pasien tidak bekerja sejumlah 26 pasien (50,00%). Kategori lama penggunaan insulin didominasi oleh pasien yang telah menggunakan insulin selama satu sampai lima tahun dengan jumlah 26 pasien (50,00%). Tabel I. Karakteristik pasien diabetes mellitus Karakterisrik Pasien Sampel (N= 52) % Jenis Kelamin Laki laki 19 36, 54 Perempuan 33 63, 46 Usia (tahun) 0 50 18 34, 62 > 50 34 65, 38 Pendidikan Tidak Sekolah 3 5,77 SD 10 19,23 SLTP 7 13,46 SLTA 15 28,85 PT 17 32, 70 Pekerjaan PNS 11 21, 15 Wiraswasta 15 28,85 Tidak Bekerja 26 50,00 Penggunaan Insulin < 1 tahun 20 38,46 1-5 tahun 26 50,00 6-10 tahun 5 9,61 > 10 tahun 1 1,92 Tabel II. Presentase tingkat pengetahuan Pengetahuan Jumlah (n=52) % Kurang 3 5,77 Cukup 16 30,77 Baik 33 63,46 Tabel III. Presentase tingkat kepatuhan Kepatuhan Jumlah (n=52) % Rendah 21 40,38 Sedang 23 44,24 Tinggi 8 15,38 14 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

Berdasarkan hasil yang terlihat pada tabel II, pasien dengan tingkat pengetahuan tentang penggunaan insulin kategori kurang sejumlah 3 pasien (5,77%), tingkat pengetahuan cukup sejumlah 16 pasien (30,77%), dan kategori yang mendominasi tingkat penegtahuan pasien adalah tingkat pengetahuan baik sejumlah 33 pasien (63,46%). Pengetahuan memegang peranan penting untuk menunjang keberhasilan terapi diabetes mellitus. Pasien yang menjalani terapi diabetes mellitus dengan berbekal pengetahuan mengenai penyakit dan terapinya cenderung akan lebih bagus luaran terapinya. Pasien diabetes mellitus selain mendapatkan terapi anti diabetika oral juga mendapatkan terapi insulin. Pada penggunaan insulin, pengetahuan pasien mutlak diperlukan terkait tujuan dan cara penggunaannya. Pemahaman pasien yang salah dan tidak benar mengenai penggunaan insulin dapat menghambat proses terapi yang dijalani (Clark, 2004). Penggunaan insulin juga memiliki efek berbahaya apabila pasien salah dalam menggunakannya. Insulin adalah obat anti diabetes mellitus yang bekerja dengan onset yang cepat. Apabila terjadi kesalahan pada dosis maka akan terjadi dua kemungkinan. Apabila terjadi kelebihan dosis maka pasien akan langsung mengalami kondisi hipoglikemik yang membahayakan dan apabila terjadi kekurangan dosis maka kadar gula dalam darah tetap akan bertahan pada level yang tinggi. Pengetahuan mengenai waktu penggunaan insulin juga wajib dimiliki oleh pasien. Insulin digunakan lima belas menit sebelum makan dengan tujuan untuk menurunkan kadar glikemik darah yang akan mencapai puncak segera setelah selesai makan (Delamater, 2006). Hasil penelitian pada tabel III menunjukkan bahwa pasien diabetes melitus dengan tingkat kepatuhan rendah 21 pasien (40,38%), tingkat kepatuhan sedang 23 pasien (44,24%), dan tingkat kepatuhan tinggi 8 pasien (15,38%). Kuesioner MMAS menyediakan informasi mengenai kebiasaan yang berhubungan dengan rendahnya kepatuhan. Kebanyakan pasien diabetes melitus mengabaikan akan Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 15

pentingnya pengobatan anti diabetika menggunakan insulin. Hal ini yang mungkin disebabkan oleh ketidaksengajaan (contohnya kelalaian atau terlupa), sengaja (tidak minum obat saat merasa penyakitnya bertambah parah atau membaik), dan kurangnya pengetahuan tentang diabetes melitus dan tujuan pengobatannya (Alfian, 2015). Terapi insulin harus dijalani dengan teratur, sama hal nya dengan terapi anti diabetika oral. Kepatuhan penggunaan insulin mutlak diperlukan mengingat tujuan penggunaan insulin sendiri yaitu Tabel IV. Alasan Ketidakpatuhan untuk mempertahankan kadar glikemik darah agar senantiasa berada dalam rentang normal. Pasien yang mendapatkan terapi insulin adalah pasien yang telah menjalani terapi antidiabetika oral, tetapi antidiabetika oral tersebut dirasa masih belum optimal untuk mencapai keberhasilan terapi yang diinginkan. Dengan kata lain, pasien yang mendapatkan terapi insulin adalah pasien yang kondisi diabetes mellitusnya relatif lebih parah dibandingkan dengan pasien yang hanya mendapatkan terapi anti diabetika oral (Farsaei dkk, 2014). No Alasan Ketidakpatuhan Jumlah (%) 1 Lupa 19 36,54 2 Sengaja tidak menggunakan 9 17,31 3 Kondisi lebih buruk 18 34,62 4 Terganggu oleh keharusan menggunakan 14 26,92 5 Kondisi lebih baik 2 3,85 6 Tidak nyaman dan bingung dengan kewajiban penggunaannya 11 21,15 Tabel V. Hasil Uji Korelasi Pengetahuan dengan Kepatuhan Variabel Kepatuhan Pengetahuan r 0,243 Terdapat korelasi yang tidak p 0,082 bermakna antara dua variabel yang diuji dengan arah korelasi positif dan kekuatan korelasi rendah Ket : p = signifikansi; r = korelasi Ketidakpatuhan pengobatan merupakan salah satu penyebab kegagalan terapi diabetes mellitus. Ketidakpatuhan dalam menggunakan 16 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

insulin dapat berdampak pada tidak terkontrolnya kadar glikemik darah, lebih lanjut dapat menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh seperti pembuluh darah, ginjal dan jantung (Alfian, 2015). Pada tabel IV dapat dilihat berbagai alasan ketidak patuhan pasien dalam menggunakan insulin. Alasan ketidakpatuhan pasien tertinggi adalah lupa dan merasa kondisi lebih buruk setelah menggunakan insulin. Alasan lupa memang adalah alasan yang paling lazim ditemukan pada pasien rawat jalan. Alasan lupa harusnya dapat diminimalisis dengan menggunakan suatu metode pengingat untuk menggunakan insulin secara teratur. Sebagai contoh pasien bisa menggunakan alarm untuk meningkatkan kepatuhan. Alasan kondisi lebih buruk dapat disebabkan karena cara penggunaan insulin yang salah. Apabila insulin digunakan dengan cara yang salah maka tidak akan terjadi efek pengontrolan kadar glikemik darah (Raut dkk, 2014). Secara teori, pengetahuan mengenai pengobatan berkorelasi dengan kepatuhan pasien. Berdasarkan hasil uji korelasi yang tertera pada tabel V didapatkan bahwa korelasi antara pengetahuan dan kepatuhan penggunaan insulin pada pasien diabetes mellitus tidak bermakna secara statistik. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menggunakan insulin selain pengetahuan. Faktor lain yang dapat memiliki korelasi yang signifikan dengan kepatuhan penggunaan insulin adalah tingkat keparahan penyakit dan adanya intervensi langsung dari tenaga kesehatan untuk menggunakan insulin. KESIMPULAN Tingkat pengetahuan tentang penggunaan insulin pasien diabetes mellitus didominasi oleh tingkat pengetahuan baik dan tingkat kepatuhan pasien didominasi oleh tingkat kepatuhan sedang. Korelasi antara pengetahuan tentang penggunaan insulin dengan kepatuhan tidak bermakna secara statistika. Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 17

DAFTAR PUSTAKA Abdulazeez, F.I., Omole, M., Ojulari, S.L., 2014, Medication Adherence Amongst Diabetic Patients in a Tertiary Healthcare Institution in Central Nigeria, Tropical Journal of Pharmaceutic al Research; 1 3 (6): 997-1001 American Diabetes Association, 2015, Standards Of Medical Care IN Diabetes-2015, Diabetes Care., 38(1): S01- S94. Clark, M., 2004, Adherence to treatment in patients with type 2 diabetes, Journal of Diabetes Nursing Vol 8 No 10 Delamater, A.M., 2006, Improving Patient Adherence, Clinical Diabetes, Volume 24, Number 2 Depkes, 2007, Profil Kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia. Ejeta, F., Raghavendra, Y., Wolde- Mariam, M., 2015, Patient Adherence to Insulin Therapy in Diabetes Type 1 and Type 2 in Chronic Ambulatory Clinic of Jimma University Specialized Hospital, Jimma, Ethiopia, International Journal of Pharma Sciences and Research, Vol. 6 No. 4 Farsaei, S., Radfar, M., Heydari, Z., Abbasi, F., Qorbani, M., 2014, Insulin adherence in patients with diabetes: Risk factors for injection omission, Primary care diabetes vol.2 no.1 IDF, 2013, IDF Diabetes Atlas Sixth Edition, International Diabetes Federation. Perkeni, 2008, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, Perkeni, Jakarta, Indonesia. Polonsky, W.H., Lawrence, F, Susan, G, Leonel, F.C., Steven, V.E., 2005, Psycological Insulin Resistance In Patients With Type 2 Diabetes, Diabetes Care 28 No.10:2543-2545. Raut, M.S., Balasubramanian, J., Anjana, R.M., Unnikrishnan, 2014, Adherence to insulin therapy at a tertiary care diabetes center in South India, Journal of Diabetology; 1:4 Saturnus, R., Yessi, H., Jumaini, 2015, Hubungan Antara Pengetahuan, Persepsi dan Efektifitas Penggunaan Terapi Insulin Terhadap Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus tipe II dalam Pemberian Injeksi Insulin, JOM 2 No.1:699-707. 18 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin