PENGARUH PERLAKUAN MATRICONDITIONING TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH JAGUNG. Fauziah Koes dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

dokumen-dokumen yang mirip
PERLAKUAN MATRICONDITIONING BENIH SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN VIGOR DAN VIABILITAS BENIH

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

MUTU FISIOLOGI BENIH JAGUNG (Zea mayzs L.) PADA BEBERAPA PERIODE SIMPAN

INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG. Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia

Deteksi Dini Mutu dan Ketahanan Simpan Benih Jagung Hibrida F1 Bima 5 Melalui Uji Pengusangan Cepat (AAT)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

MUTU BENIH JAGUNG PADA BERBAGAI CARA PENGERINGAN. Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

MUTU BENIH JAGUNG DI TINGKAT PETANI DAN PENANGKAR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Mutu fisiologis Benih pada Beberapa Varietas Jagung Selama Periode Simpan

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH DAN PRODUKTIVITAS JAGUNG. Fauziah Koes dan Rahmawati Balai Penelitian Tanaman Serealia

BOCORAN KALIUM SEBAGAI INDIKATOR VIGOR BENIH JAGUNG. Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA

PENINGKATAN PERFORMANSI BENIH KACANGAN DENGAN PERLAKUAN INVIGORASI. Agus Ruliyansyah 1

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

EVALUASI MUTU BENIH JAGUNG DALAM GUDANG PENYIMPANAN BENIH UPBS. Rahmawati dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

MUTU BENIH JAGUNG HASIL TANGKARAN DI KABUPATEN BULUKUMBA DAN WAJO, SULAWESI SELATAN. Rahmawati dan I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sehubungan dengan peranan air bagi kehidupan Allah SWT berfirman dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Teknologi Benih

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk pada Kualitas Benih. Benih bermutu yang dihasilkan dari suatu produksi benih ditunjukkan oleh

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

PENGUJIAN MUTU BENIH JAGUNG DENGAN BEBERAPA METODE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Pengaruh Lot Benih dan Kondisi Tingkat Kadar Air Benih serta Lama Penderaan pada PCT terhadap Viabilitas

PENGARUH PERLAKUAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH JAGUNG (Zea mays L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

PENENTUAN STADIA KEMASAKAN BUAH NANGKA TOAYA MELALUI KAJIAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI BENIH ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. baku industri, pakan ternak, dan sebagai bahan baku obat-obatan. Di Indonesia,

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai dengan Bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri Maulana Malik Ibrahim malang. Pada bulan Desember 2011 sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

(1981) adalah menurunnya potensi tumbuh rnaksimum, daya berkecambah dan vigor

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian produksi benih dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian terdiri dari tiga percobaan. Percobaan pertama yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PENGARUH PERLAKUAN MATRICONDITIONING TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH JAGUNG Fauziah Koes dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Upaya peningkatan produksi dan produktivitas jagung memerlukan suplai benih unggul bermutu ditinjau dari aspek fisik, fisiologis, dan genetik. Benih jagung yang telah disimpan selama beberapa waktu dengan kondisi suhu dan kelembaban udara ruang simpan yang tinggi berpengaruh terhadap percepatan penurunan viabilitas dan vigornya. Upaya meningkatkan viabilitas dan vigor benih ialah melalui perlakuan invigorasi, salah satu di antaranya dengan perlakuan matriconditioning. Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Serealia pada bulan Juli- September 2010. Sebagai bahan matriconditioning digunakan abu sekam, serbuk gergaji, dan jerami padi. Benih yang digunakan sebagai bahan penelitian ialah varietas Bima 5 dan MAL-01 masing-masing dari lot benih baru dan yang sudah disimpan selama 6 bulan. Perlakuan disusun dengan rancangan acak lengkap sebanyak tiga ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, bobot kering kecambah, panjang akar primer, daya hantar listrik. Hasil penelitian menunjukkan benih yang diberi perlakuan matriconditioning mempunyai viabilitas dan vigor yang lebih tinggi dibanding kontrol. Kata kunci: Matriconditioning, invigorasi, benih, jagung, vigor. PENDAHULUAN Idealnya semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masingmasing kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimum atau sesudah benih melampui suatu periode simpan yang lama. Pada hakikatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia (Sutopo 1984). Bahwa keadaan lingkungan di lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh benih 548 Fauziah Koes dan Ramlah Arief : Pengaruh Perlakuan Matriconditioning Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Jagung

adalah sangat nyata dan perbedaan kekuatan tumbuh benih dapat terlihat nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Di samping itu kecepatan tumbuh benih dapat pula menjadi petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh. (Harjadi 1979) Kemunduran suatu benih dapat diterangkan sebagai turunnya kualitas atau viabilitas benih yang mengakibatkan rendahnya vigor dan jeleknya pertumbuhan tanaman serta produksinya. Di mana kejadian tersebut merupakan suatu proses yang tak dapat balik dari kualitas suatu benih. Benih yang memiliki vigor rendah akan berakibat terjadinya kemunduran yang cepat selama penyimpanan benih, makin sempitnya keadaan lingkungan dimana benih dapat tumbuh, kecepatan berkecambah benih menurun, kepekaan akan serangan hama dan penyakit meningkat, meningkatnya jumlah kecambah abnormal dan rendahnya produksi tanaman. (Sajad 1993). Penelitian yang dilakukan oleh Arief dan Saenong (2006), menunjukkan bahwa pertumbuhan jagung yang lambat dan hasil yang rendah disebabkan oleh penggunaan bibit yang sudah mengalami penurunan mutu meskipun daya berkecambahnya relative tinggi. Penurunan mutu dapat disebabkan oleh lamanya penyimpanan. Semakin lama benih disimpan maka kemungkinan penurunan mutunya akan semakin besar. Menurut Khan et al. (1990) banyak cara yang dapat digunakan untuk untuk memperbaiki perkecambahan benih yaitu presoaking, matriconditioning, wetting and drying, humidifying, osmoconditioning, aerasi oksigen, dan3 pregermination. Conditioning yang sudah terbukti efektif dan paling mudah dilakukan adalah matriconditioning. Matriconditioning adalah perlakuan hidrasi terkontrol yang dikendalikan oleh media padat lembab dengan potensial matriks rendah dan potensial osmotik yang dapat diabaikan. Conditioning yang efektif dan paling mudah dilakukan adalah matriconditioning. Matriconditioning berbeda dengan osmoconditioning atau priming. Matriconditioning adalah istilah yang sesuai untuk conditioning yang menggunakan media yang memiliki potensial matriks. Perkecambahan benih dimulai saat terjadi imbibisi air ke dalam benih. Tingkat imbibisi yang terjadi dipengaruhi oleh komposisi benih, impermeabilitas lapisan luar benih, dan ketersediaan air. Ketersediaan air untuk imbibisi tergantung pada potensial air sel. Potensial air sel tersebut merupakan hasil dari tiga potensial yaitu tekanan matriks dinding sel, konsentrasi osmotik sel, dan tekanan turgor sel (Copeland dan McDonald 2001). Media yang digunakan untuk matriconditioning harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. memiliki potensial matriks yang tinggi dan potensial osmotik yang dapat diabaikan, 2. kelarutan dalam air rendah dan dapat utuh selama matriconditioning, 3. merupakan bahan kimia inert dan tidak beracun, 4. kapasitas daya pegang air yang cukup tinggi, 5. kemampuan aerasi t inggi, mampu untuk tetap kering, dan bebas dari serbuk, 6. memiliki permukaan yang cukup luas, 7. kerapatan ruang yang besar dan kerapatan isi yang rendah, dan 8. mampu menempel pada permukaan benih. Bahan-bahan yang berkarakteristik seperti itu diantaranya adalah kalsium silikat, Micro-Cel E, dan Zonolit vermikulit (Khan et al. 1990). Berbagai penelitian yang sudah dilakukan membuktikan bahwa perlakuan matriconditioning dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih lebih baik dibandingkan dengan perlakuan hidrasi lain. Matriconditioning terbukti berhasil memperbaiki viabilitas dan vigor benih kacang-kacangan dan sayur-sayuran. Matriconditioning mampu menurunkan waktu perkecambahan dan meningkatkan daya perkecambahan benih serta meningkatkan kemampuan tumbuh dan produksi di lapangan (Khan et al. 1990). Astuti (2009) melaporkan bahwa perlakuan matriconditioning efektif untuk meningkatkan viabilitas dan vigor benih pada tolok ukur daya 549 Seminar Nasional Serealia 2011

berkecambah, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh relatif, terutama benih yang diberi perlakuan matriconditioning plus minyak cengkeh 0.1 % atau matriconditioning plus Benlox 0.1 %. Rachmawati (2009) menyatakan bahwa 11 perlakuan matriconditioning plus bakterisida sintetik ataupun nabati (Agrept 0.2 % atau minyak serai wangi 1 %) terbukti dapat meningkatkan mutu fisiologis dan patologis benih padi. Perlakuan matriconditioning plus bakterisida sintetik (Agrept 0.2 %) ataupun nabati (minyak serai wangi 1 %) memperlihatkan peningkatan pada peubah vigor benih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh matriconditioning terhadap viabilitas dan vigor benih jagung dengan umur simpan yang berbeda. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perbenihan dan green house Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros yang berlangsung pada Juli sampai September 2010. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dan diulang 3 kali. dengan empat perlakuan, yaitu tanpa matriconditioning (M 0), matriconditioning dengan Jeramii (M 1), Matriconditioning dengan abu gosok (M 2), dan matriconditioning dengan gergaji (M 3). Materi yang digunakan adalah benih baru (benih yang baru dipanen) dan benih lama (benih yang telah disimpan 8 bulan pada suhu 28-32 o C) hibrida silang tunggal (Bima 5) dan MAL-01. Bahan Matriconditioning diperoleh dari : - Serbuk Gergaji berasal dari usaha meubel dan merupakan campuran dari berbagai jenis serbuk gergajian kayu - Abu gosok diperoleh dari pembakaran sekam padi yang didapat dari penggilingan padi. - Jerami padi diperoleh dari lahan sawah petani. Jerami yang panjang kemudian dicacah dengan tujuan untuk memudahkan saat perlakuan matriconditioning. Pembuatan Matriconditioning dan Perlakuan Benih Semua bahan matriconditioning ditimbang menggunakan timbangan analitik sebanyak 150 gram pada setiap matri. Bahan yang sudah ditimbang sebanyak 150 gram tersebut kemudian dimasukkan kedalam plastik sebanyak 12 plastik setiap matri lalu dicampurkan dengan benih 100 gram juga 50 ml aquades. Bahan matrikonditioning yang telah dicampurkan dengan benih tersebut kemudian di diamkan selama 24 jam pada ruang dingin. Parameter pengamatan Kadar air benih Kadar air benih (berdasarkan basis basah) Diamati pada awal periode simpan dan pada setiap periode, dengan menggunakan pemanasan oven pada suhu 105 O C.selama 2 x 24 jam. Daya berkecambah benih Sebanyak 50 butir benih dari setiap ulangan ditanam pada media pasir halus. Pengamatan dilakukan pada hari ke tiga, empat dan lima setelah tanam. Selain untuk pengujian daya berkecambah benih, perlakuan ini juga digunakan untuk tolok ukur kecepatan tumbuh benih. Pengamatan dilakukan atas dasar kriteria kecambah normal, abnormal dan mati. Kecambah normal dikelompokkan menjadi dua yaitu kecambah normal kuat dan normal lemah. Jumlah kecambah normal pada hari ke 4 (kumulatif), merupakan data keserempakan tumbuh benih. Kecepatan tumbuh benih Data diperoleh dari substrat pengujian daya berkecambah benih. Setiap kali pengamatan, jumlah persentase kecambah normal dibagi dengan etmal (24 jam). Nilai etmal kumulatif diperoleh dari saat benih ditanam sampai dengan waktu 550 Fauziah Koes dan Ramlah Arief : Pengaruh Perlakuan Matriconditioning Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Jagung

pengamatan. Rumus yang digunakan adalah sbb: (Xi-X i-1) KT = Ti KT = Kecepatan tumbuh (%/etmal) Xi = Persentase kecambah normal pada etmal ke i Ti = waktu pengamatan dalam (etmal) Keserampakan Tumbuh Metode yang digunakan sama dengan pengamatan daya berkecambah. Pengamatan kecambah benih dinyatakan sebagai persentase kecambah normal kuat pada hari-6. Keserampakan Tumbuh dihitung berdasarkan rumus: K ST = Σ kecambah normal kuat pada hari ke 6 x 100% Σ Total benih yang ditanam Panjang Akar Primer Kecambah yang dipanen diukur panjang akar primer dengan menggunakan mistar. Bobot kering kecambah Kecambah yang diperoleh pada uji daya tumbuh benih dikeringkan dalam inkubator pada suhu 60 O C selama 3x24 jam, setelah itu dimasukkan ke dalam desikator dan setelah dingin ditimbang. Berat kering/kecambah dihitung dari bobot kering total dibagi jumlah kecambah. Daya hantar listrik (DHL) DHL diamati dengan alat konduktometer tipe Methron E 38. Benih banyak 5 g diambil secara acak, masingmasing direndam pada air bebas ion selama 24 jam dengan volume air 50 ml di dalam botol gelas, kemudian diukur pada alat konduktometer. Sebagai blanko digunakan air bebas ion yang juga telah disimpan di dalam botol-botol gelas selama 24 jam. HASIL DAN PEMBAHASAN Mutu fisiologis yang rendah akan menyebabkan produksi tanaman yang rendah. Pemanenan yang dilakukan terlambat atau terlalu awal sebelum masak fisiologis menyebabkan kebocoran zat benih yang lebih besar dibandingkan dengan benih yang dipanen pada kisaran masak fisiologis, sehingga menyebabkan vigor awal benih yang cukup rendah. Hasil pengamatan pada percobaan ini dapat dilihat pada tabel 1. Pada tolok ukur daya berkecambah semua perlakuan benih mengindikasikan peningkatan dibanding kontrol. Perlakuan matriconditioning plus jerami menunjukkan peningkatan daya berkecambah yang nyata dengan nilai 99,33% (untuk Nei baru + jerami), dibanding tanpa perlakuan matriconditioning. Perlakuan matriconditioning mampu meningkatkan viabilitas dan vigor benih, karena imbibisi air ke dalam benih yang terkontrol oleh faktor media (jerami). Khan et al. (1992) menyatakan perlakuan matriconditioning memiliki fase imbibisi yang lebih lama dibanding perlakuan perendaman benih saja. Fase imbibisi yang cepat seperti pada perlakuan perendaman benih dapat menyebabkan rusaknya membran dikarenakan masuknya air ke dalam benih yang terlalu cepat. 551 Seminar Nasional Serealia 2011

Tabel 1. Data Pengamatan mutu fisiologis Daya Berkecambah (%), Kecepatan Tumbuh (%/etmal), dan Keserampakan Tumbuh (%) pada penelitian pengaruh perlakuan matriconditioning terhadap viabilitas dan vigor benih jagung, 2010 Parameter Pengamatan Perlakuan Daya Berkecambah Kecepatan Tumbuh Keserampakan Tumbuh Nei Baru Kontrol 94,00 a-d 28,18 b 21,33 a-e Nei Baru + Jerami 99,33 a 33,06 a 24,00 abc Nei Baru + Abu Sekam 97,33 abc 31,02 a 25,33 a Nei Baru + Gergaji 94,67 abc 31,58 a 25,33 a Nei Lama Kontrol 84,67 f 24,58 cde 18,67 ed Nei Lama + Jerami 88,00 def 23,18 cde 20,00 cde Nei Lama + Abu Sekam 84,67 f 23,55 cde 20,00 cde Nei Lama + Gergaji 84,67 f 23,37 cde 22,67 a-d Bima Baru Kontrol 91,33 cde 25,70 bcd 20,67 b-e Bima Baru + Jerami 98,00 ab 30,69 a 23,33 abc Bima Baru + Abu Sekam 92,67 a-d 24,17 cde 24,67 ab Bima Baru + Gergaji 94,00 a-d 24,387 cde 25,33 a Bima Lama Kontrol 84,67 f 22,69 e 18,00 e Bima Lama + Jerami 91,33 cde 23,89 cde 21,33 a-e Bima Lama + Abu Sekam 84,00 f 24,17 cde 20,67 b-e Bima Lama + Gergaji 87,33 22,87 de 21,33 a-e Ket : Baru : Benih yang baru dipanen Lama : Benih yang telah disimpan 8 bulan pada suhu 28-32 o C Gambar 1. Daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan keserampakan tumbuh benih jagung pada perlakuan matriconditioning, 2010 Pada paramater pengamatan kecepatan tumbuh terlihat bahwa perlakuan matriconditioning untuk materi Nei dan Bima Baru memberikan hasil yang berbeda dibanding perlakuan yang lainnya. Sedang untuk perlakuan semua matriconditioning pada parameter keserampakan tumbuh (Tabel 1) nilainya lebih bervariatif, yaitu antara 18,00 (Bima Lama Kontrol) hingga 25,33 (Nei Baru + Abu Sekam dan Nei Baru + Gergaji). 552 Fauziah Koes dan Ramlah Arief : Pengaruh Perlakuan Matriconditioning Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Jagung

Dari gambar 1 terlihat sangat jelas bahwa dengan perlakuan matriconditioning memberikan pengaruh terhadap paramater daya berkecambah dan kecepatan tumbuh. Dimana materi yang diperlakukan dengan matriconditioning mempunyai daya berkecambah yang lebih tinggi dibanding dengan tanpa pemberian matriconditioning. Diantara semua perlakuan matriconditioning yang memberikan daya berkecambah tertinggi adalah matriconditioning dengan penambahan bahan jerami (gambar 1). Kecepatan berkecambah berhubungan erat dengan vigor benih, benih yang kecepatan berkecambahnya tinggi, tanaman yang dihasilkan cenderung lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang sub optimum. Berat kering tanaman untuk semua perlakuan matriconditioning 0,22g sampai 0,35 g (gambar 2). Dimana perlakuan matriconditioning berbahan jerami memberikan nilai yang tertinggi, baik itu benih yang baru maupun yang lama. Dari gambar terlihat bahwa dengan perlakuan yang menggunakan bahan matriconditioning mempunyai akar primer yang lebih panjang yaitu Nei baru + jerami dan berbahan gergaji. Pengamatan terhadap panjang akar primer dapat dijadikan indikator untuk menentukan vigor benih. Benih yang memiliki perakaran yang panjang diindikasikan bahwa benih tersebut masih mempunyai cadangan makanan yang besar untuk membentuk epikotil dan radikel yang lebih besar dan kuat. Benih yang tumbuh cepat dan kuat akan terhindar dari lingkungan yang tidak menguntungkan. Tanaman yang ukuran benihnya lebih besar mempunyai tinggi tanaman, daya berkecambah dan panjang akar yang lebih besar daripada tanaman dari benih kecil, karena cadangan makanan awal yang lebih banyak pada benih yang berukuran besar sehingga kemampuan membentuk epikotol dan radikel akan lebih besar dan kuat (Miller 1938). Gambar 2. Berat kering tanaman (gr) pada penelitian pengaruh perlakuan matriconditioning terhadap viabilitas dan vigor benih jagung, 2010. 553 Seminar Nasional Serealia 2011

Gambar 3. Panjang akar primer (cm) pada penelitian pengaruh perlakuan matriconditioning terhadap viabilitas dan vigor benih jagung, 2010. Gambar 4, Grafik Daya Hantar Listrik pada penelitian pengaruh perlakuan matriconditioning terhadap viabilitas dan vigor benih jagung, 2010. Nilai Daya Hantar Listrik dari semua perlakuan matriconditioning bervariasi. Dimana dalam acuan dinyatakan bahwa nilai daya hantar listrik lebih kecil atau sama dengan 25 µs/cm/g berarti vigor benihnya sangat tinggi, sedang kalau nilainya lebih besar dari 43 µs /cm/g berarti vigor benihnya sangat rendah dan tidak dapat lagi digunakan sebagai benih (Milosevic et al. 2010). Dari penelitian ini terlihat bahwa perlakuan yang memberikan nilai daya hantar listrik yang tertinggi yaitu tanpa perlakuan matriconditioning dengan benih yang sudah lama (Nei Lama) dan perlakuan ini juga memberikan hasil daya berkecambah yang rendah. Antara daya berkecambah dengan daya hantar listrik berbanding terbalik. Semakin tinggi nilai daya hantar listriknya maka viabilitas benih tersebut menjadi menurun. 554 Fauziah Koes dan Ramlah Arief : Pengaruh Perlakuan Matriconditioning Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Jagung

KESIMPULAN Benih yang diberi perlakuan bahan matriconditioning mempunyai nilai rata-rata viabilitas dan vigor yang lebih tinggi dibandingkan tanpa diberikan perlakuan matriconditioning. DAFTAR PUSTAKA Astuti, D. 2009. Pengaruh Matriconditioning Plus Minyak Cengkeh terhadap Viabilitas, Vigor, dan Kesehatan Benih Padi (Oryza sativa) yang Terinfeksi Alternaria padwickii (Ganguly) M. B. Ellis. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. 41 hal Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principle of Seed Science and Technology. 4th ed. Kluwer Academic Publisher. Massachusetts. 467p. http://budidayabenihtanaman.blogspot. com/2010/11/viabilitas-danvigor-benih.html Khan, A. A., H. Miura, J. Prusinski, dan S. Ilyas. 1990. Matriconditioning of Seed to Improve Emergence. Proceeding of the Symposium on Stand Establishment of Horticultural Crops. Minnesota. p 19-40. Milosevic, M., M. Vujakovic, and D. karagic. 2010. Vigor test as indicators of seed viability. Genetika. Vol. 42 No. 1 : 103-118 Rachmawati, A. Y. 2009. Pengaruh Perlakuan Matriconditioning plus Bakterisida Sintetis atau Nabati untuk Mengendalikan Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) Terbawa Benih serta Meningkatkan Viabilitas dan Vigor Benih Padi (Oryza sativa L.). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 39 hal. Ramlah Arief dan Sania Saenong.2006. Pengaruh Ukuran Biji dan Periode Simpan Benih Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol.25 No.1 2006, p 52-56. 555 Seminar Nasional Serealia 2011