BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO


BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kesehariannya disibukkan dengan berbagai macam

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM MEMBUANG LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medik dan non medik. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk pada tahun 2000 menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan juga merupakan bagian yang takterpisahkan dari pembangunan, karena

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PEMBUANGAN SAMPAH MEDIS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat. Kegiatannya tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi- tingginya,

BAB I PENDAHULUAN. Era perdagangan bebas dan globalisasi telah meluas di seluruh kawasan

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

NOMOR RESPONDEN : PUSKESMAS :.. TGL. SURVEY :. A. IDENTITAS RESPONDEN

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEHTAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terkait keselamatan di RS yaitu: keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%)

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN DARI KLIEN HIV/AIDS DI RUANG MELATI 1 RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER. Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ( Informed Consent )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya yang ditujukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN UNIVERSAL PRECAUTION INTISARI. Devi Permatasari*

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C

BAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan menghasilkan bermacam-macam buangan limbah yang dapat mempengaruhi kesehatan. Rumah sakit sebagai salah satu penghasil limbah terbesar yang apabila tidak dilakukan pengelolaan limbah dengan baik, berpotensi menimbulkan pencemaran bagi lingkungan sekitarnya dan akan merugikan masayarakat bahkan rumah sakit itu sendiri (Adisasmito, 2008). Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya, misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004). Dalam pengelolan lingkungan tidak hanya meliputi bagaimana mengolah limbah sebagai by product (output), tetapi juga evaluasi dan pemantauan secara berkala sehingga pengolahan limbah dapat berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Adisasmito, 2008). Pada fasilitas pelayanan kesehatan dimanapun, perawat dan tenaga kebersihan merupakan kelompok utama yang beresiko mengalami cidera, jumlah bermakna justru berasal dari luka teriris dan tertusuk limbah benda tajam. Untuk infeksi virus seperti HIV/AIDS (Acquired Immuno Defficiency Syndrome) serta hepatitis B dan C, tenaga pelayanan kesehatan terutama perawat merupakan kelompok yang beresiko paling besar untuk terkena infeksi melalui cidera akibat benda tajam yang terkontaminasi, umumnya jarum suntik (Pruss et al., 2005). Perawatlah yang pertama kali berperan apakah limbah medis akan berada pada tempat yang aman atau tidak (tempat pengumpulan sementara alat alat medis yang sudah tidak dipakai lagi), sebelum dikumpulkan dan diangkut ke 1

2 tempat pembuangan akhir yakni incinerator oleh petugas pengangkut limbah rumah sakit (Muchsin et al., 2013). Menurut Pruss et al (2005) bahwa pemilahan dan pengumpulan limbah rumah sakit secara cermat dan terpisah mungkin menyulitkan bagi tenaga rumah sakit tetapi tindakan tersebut merupakan kunci untuk melaksanakan pengelolaan limbah layanan kesehatan yang aman dan tepat. Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah padat medis yang berasal dari rumah sakit dapat berfungsi sebagai media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para petugas, penderita maupun masyarakat. Limbah padat medis rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain (Asmadi, 2013). Hasil penelitian Ahmad Yunizar dan Akhmad Fauzan (2014) di RS Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin pengelolaan limbah padat belum sesuai dengan Keputusan Menteri Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Hal ini ditandai dengan tidak adanya pemisahan limbah padat medis, kurangnya pewadahan sampah, dan alat pengangkutan tidak memenuhi standar. Limbah padat rumah sakit mengandung bahan berbahaya (bersifat infeksius, toksik dan radioaktif) jika tidak dikelola dengan benar maka dapat mencemari lingkungan dan dianggap sebagai mata rantai penyebaran penyakit menular. Limbah benda tajam yang termasuk dalam limbah padat medis tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tusuk tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda ini terkontaminasi patogen. Kerena resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam termasuk dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran pokok yang muncul adalah bahwa infeksi yang

3 ditularkan melalui subkutan dapat menyebabkan masuknya agens penyabab penyakit, misalnya infeksi virus pada darah (Pruss et al., 2005). Sebuah penelitian salah satu Rumah Sakit di Amerika Serikat pada tahun 2008 menemukan bahwa dari 70 cedera benda tajam yang terjadi 0,7% akibat jarum, 10 % akibat bisturi, dan 23 % akibat cedera lain. Centre for Disease Control (CDC) setiap tahun terjadi 385.000 kejadian luka tertusuk akibat benda tajam yang terkontaminasi darah pada tenaga kesehatan di rumah sakit di Amerika (Ta dung et al., 2013). Data P2M-PL (Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan) menunjukkan, limbah alat suntik di Indonesia diperkirakan sekitar 300 juta per tahun. Dengan demikian jumlah limbah medis benda tajam di Indonesia menjadi sangat tinggi. Limbah alat suntik dan limbah medis lainnya dapat menjadi faktor risiko penularan berbagai penyakit seperti HIV/AIDS, Hepatitis B dan C serta penyakit lain yang ditularkan melalui darah (Depkes, 2003). Menurut Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Puskesmas tahun 2011 Indonesia sendiri digolongkan ke dalam kelompok daerah dengan prevalensi hepatitis B dengan tingkat endemisitas menengah sampai tinggi dari total sebanyak 5.870 kasus hepatitis di Indonesia berdasarkan hasil pendataan tahap pertama yang dilakukan oktober 2007 hingga 9 september 2008, 40% di antaranya berasal dari pengguna jarum suntik. Data pada salah satu Rumah Sakit terbesar di Kota Makassar yaitu RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo, jumlah data yang didapatkan dari tahun 2009-2012 yaitu 216 orang. Ditahun 2008 ada 48 orang, tahun 2009 ada 29 orang, tahun 2010 ada 61 orang, tahun 2011 ada 55 orang dan tahun 2012 pada akhir Oktober 23 orang. Disebabkan karena luka tertusuk jarum suntik, tertusuk abocath, terkena pecahan ampul, terkena jarum operasi dan juga teriris pisau operasi (Ta dung et al., 2013).

4 Sampai sampai saat ini pengelolaan limbah medis rumah sakit masih belum optimal, untuk pengelolaan limbah padat sebagian besar rumah sakit telah melakukan pemisahan antara medik dan non medik yaitu sekitar 80.7 %, tetapi terdapat masalah dalam pewadahan. Hanya sekitar 20,5% yang menggunakan pewadahan khusus dengan warna dan lambang yang berbeda (Adisasmito,2007). Hasil riset dari National Safety Council (NSC) (2011) menunjukkan bahwa penyebab kecelakaan kerja 88% adalah adanya unsafe behavior, 10% karena unsafe condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya. Berdasarkan teori Cooper perilaku manusia merupakan unsur yang memegang peranan penting dalam mengakibatkan kecelakaan kerja (Novita dan Denny, 2009). Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku, berdasarkan teori Lawrence Green dalam Notoatmojo (2007), faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu faktor predesposisi yaitu faktor yang mempermudah atau mempredesposisi terjadinya perilaku seseorang, seperti pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, sosio demografi (pendidikan, umur dan masa kerja). Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan, seperti sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, seperti sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, kader, undang-undang, peraturan, dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian Sudiharti dan Solikhah di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2012 menyatakan ada hubungan yang kuat dan positif antara tingkat pengetahuan dengan perilaku perawat dalam pembuangan limbah yaitu dengan p value 0,002 (p < 0,05). Faktor pengetahuan menjadi dasar keberhasilan pengelolaan limbah rumah sakit. Perilaku pengolahan limbah termasuk kedalam upaya kesehatan berbasis lingkungan dimana seseorang dapat menjaga kebersihan lingkungan. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Salah satu

5 lingkup dari perilaku ini adalah perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Termasuk didalamnya sistem pembuangan limbah dan air limbah yang sehat, serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik (Notoatmodjo, 2003). Dampak dari limbah infeksius dan benda tajam ini yaitu infeksi virus seperti HIV/AIDS (Acquired Immuno Defficiency Syndrome) serta hepatitis B dan C, tenaga pelayanan kesehatan terutama perawat merupakan kelompok yang beresiko paling besar untuk terkena infeksi melalui cidera akibat benda tajam yang terkontaminasi, umumnya jarum suntik. Resiko terkena infeksi hepatitis B dan C akibat kontak dengan limbah layanan kesehatan mungkin lebih signifikan karena virus ini mampu bertahan hidup lebih lama daripada HIV (Pruss et al., 2005). Faktor pengetahuan tentang limbah sangat penting untuk ditanamkan pada setiap perawat yang akan melakukan pembuangan limbah rumah sakit. Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dengan memberikan pelatihan atau penyuluhan sebagai sarana pemberian pendidikan khususnya perawat untuk berperilaku membuang limbah medis sesuai dengan tempatnya, sehingga dapat mengurangi dampak terjadinya kecelakaan kerja maupun infeksi nosokomial (Sudiharti dan Solikhah, 2012). Dalam hasil laporan terpajan limbah padat medis rumah sakit tahun 2015 tersebut dijelaskan mengenai jumlah petugas yang kecelakaan karena limbah padat medis dan penanganan dari terkena limbah padat medis. Hal ini disebabkan masih ditemukan suntikan bekas pakai tercecer diruang rawat dan tidak dibuang ke tempat penampungan sementara di luar ruangan yaitu savety box sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir, peletakan safety jarum pada saat operasi yang tidak tepat dan perawat tertusuk jarum pada saat melakukan recapping (memasukan suntik bekas pakai pada tutupnya sebelum dibuang). Selain itu pada tempat pembuangan limbah di rumah sakit masih sering ditemukan masalah

6 adanya percampuran antara limbah medis dan non-medis (Rumah Sakit Pondok Indah-Pondok Indah, 2015). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior), karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar (Notoatmodjo, 2003). Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan (Daryanto, 2011). Mengingat pentinganya pengetahuan disertai perilaku sehubungan dengan limbah guna mencegah terjadi kecelakaan kerja maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang limbah padat medis terhadap penerapan perilaku perawat dalam pemilahan limbah padat medis. 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH Dari latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Antara Pengetahuan Perawat Tentang Pengolahan Limbah Padat Medis terhadap Perilaku Perawat dalam Penerapan Pemilahan Limbah Padat Medis di Rumah Sakit Pondok Indah-Pondok Indah tahun 2016, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana gambaran karakteristik responden meliputi usia, tingkat pendidikan, masa kerja dan pelatihan?

7 2. Sejauh mana gambaran pengetahuan perawat tentang pengolahan limbah padat medis? 3. Sejauh mana gambaran perilaku perawat dalam penerpan pemilahan limbah padat medis? 4. Bagaimana hubungan antara pengetahuan perawat tentang pengolahan limbah padat medis terhadap perilaku perawat dalam penerapan pemilahan limbah padat medis di Rumah Sakit Pondok Indah-Pondok Indah tahun 2016? 1.3 PEMBATASAN MASALAH Dengan mempertimbangkan keterbatasan khususnya dari segi waktu dan kemampuan penulis, maka penelitian ini hanya terbatas pada variabel Pengetahuan Perawat Tentang Pengelolaan Limbah Padat Medis terhadap Perilaku Perawat Dalam Penerapan Pemilahan Limbah Padat Medis Di Rumah Sakit Pondok Indah-Pondok Indah tahun 2016. 1.4 PERUMUSAN MASALAH Dari penjelasan diatas dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti yaitu Apakah Ada Hubungan Antara Pengetahuan Perawat Tentang Pengelolaan Limbah Padat Medis terhadap Perilaku Perawat Dalam Penerapan Pemilahan Limbah Padat Medis Di Rumah Sakit Pondok Indah-Pondok Indah tahun 2016. 1.5 TUJUAN PENELITIAN 1.5.1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan perawat tentang pengelolaan limbah padat medis terhadap perilaku perawat dalam penerapan pemilahan limbah padat medis di Rumah Sakit Pondok Indah-Pondok Indah tahun 2016. 1.5.2. Tujuan Khusus 1.5.2.1. Mengetahui gambaran karakteristik responden meliputi usia, tingkat pendidikan, masa kerja dan pelatihan.

8 1.5.2.2. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang pengelolaan limbah padat medis di Rumah Sakit Pondok Indah-Pondok Indah tahun 2016. 1.5.2.3. Mengetahui perilaku perawat dalam penerapan pemilahan limbah padat medis di Rumah Sakit Pondok Indah-Pondok Indah tahun 2016. 1.5.2.4. Mengidentifikasai hubungan antara pengetahuan perawat tentang pengelolaan limbah padat medis terhadap perilaku perawat dalam penerapan pemilahan limbah padat medis di Rumah Sakit Pondok Indah- Pondok Indah tahun 2016. 1.6. MANFAAT PENELITIAN 1.6.1. Bagi Mahasiswa Mampu mengembangkan ilmu dan pengetahuan kesehatan yang didapat selama perkuliahan dan mempraktekkan ilmu yang telah dipelajari. 1.6.2. Bagi Fakultas Ilmu ilmu Kesehatan. Sebagai masukan dalam mengembangkan terutama ilmu keselamatan dan kesehatan kerja terutama mengetahui hubungan antara pengetahuan perawat tentang pengelolaan limbah padat medis terhadap penerapan perilaku perawat dalam pemilahan limbah padat medis di rumah sakit. 1.6.3. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit dalam meningkatkan kualitas pengolahan limbah padat medis sehingga kecelakaan kerja dapat dihindari.