BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. memberikan berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya definisi

BAB II TELAAH PUSTAKA. Pada dasarnya pajak merupakan salah satu perwujudan dan kewajiban

BAB II KAJIAN TEORITIS. Ada beberapa sistem pemungutan pajak menurut Purwono (2010: 12). Lebih

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB II BAHAN RUJUKAN

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian, Unsur, dan Fungsi Pajak. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan sumber pendapatan kas negara yang digunakan untuk

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak

Perpajakan I. Modul ke: 01FEB. Pengantar Perpajakan. Fakultas. Dra. Muti ah, M.Si. Program Studi AKUNTANSI

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II LANDASAN TEORI

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) mengatakan bahwa pengertian penghasilan adalah tambahan kemampuan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN PAJAK FUNGSI PAJAK

PENGANTAR PERPAJAKAN. Pengantar Pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perpajakan. Menurut Soemitro (2010:1), pengertian pajak adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang pajak yang

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perpajakan. Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57. (Sesi 1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dimanfaatkan untuk melaksanakan dan meningkatkan pembangunan nasional.

PERTEMUAN 2 DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan dukungan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut beberapa ahli dalam Sari (2013:33) adalah sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut beberapa ahli dalam Sari (2013:33) adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Utara, oleh sebab itu mahasiswa/i diwajibkan untuk melakukan riset dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN. Untuk mengetahui pengertian pajak, Waluyo (2013:2) dalam bukunya

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa ahli dalam perpajakan telah memberikan pengertian pajak, antara lain sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Resmi (2011):

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. besar pula dalam menjalankan fungsi kenegaraannya.sebagai Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut:

DASAR DASAR PERPAJAKAN. ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata Kunci : Pencairan Tunggakan Pajak, Penagihan Pajak. Universitas Kristen Maranatha

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Dalam melakukan penelitian ini ada 2 (dua) tataran teori yang berkaitan

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

FUNGSI PAJAK. 2.Fungsi Mengatur Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan berbagai kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

Pengantar Perpajakan MINGGU 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan yang

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN MELALUI SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BARABAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terjadi pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Efektivitas Efektivitas adalah ukuran dimana berhasil tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuannya, kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan akhir atau sasaran, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi atau perusahaan. ( Mardiasmo,2004 : 134 ) Efektivitas juga dapat diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. Dalam perpajakan efektivitas dapat diukur melalui perbandingan antara realisasi penerimaan pajak dengan potensi pajak. 2.1.2. Pengertian Produktivitas Menurut A. Dale Timpe, secara tradisional peningkatan produktivitas dianggap dapat dicapai melalui penggunaan kelebihan energi secara fisik, bahan-bahan yang lebih baik. Meskipun keadaan telah berubah, pendekatan-pendekatan yang 7

8 dipakai selama era Industrialisasi tidak memadai lagi. Produktivitas merupakan perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama jangka waktu tersebut. Produktivitas juga dapat diartikan sebagai berikut : 1. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil 2. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan-satuan ( unit ). Produktivitas adalah suatu pendekatan untuk menentukan tujuan yang lebih efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien, serta tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Semua usaha untuk menaikkan suatu produktivitas dalam perusahaan, sektor atau Negara memerlukan organisasi serta manajemen yang kokoh yaitu menyatukan langkah dalam semua sistem produksi. 2.1.3. Pengertian Pajak Definisi pajak yang telah dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat soemitro, S.H.: Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas Negara yang berdasarkan undang-undang ( yang dipaksakan ) dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan, dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut disempurnakan, menjadi :

9 Pajak yaitu peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplus -nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I. Djajadiningrat: Pajak sebagai suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan oleh suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbale balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. 2.1.4. Fungsi Pajak Terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair ( sumber keuangan Negara ) dan fungsi regularend ( pengatur ). a. Fungsi Budgetair ( sumber Keuangan Negara ) Pajak mempunyai fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. b. Fungsi regularend ( pengatur ) Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan

10 tertentu di luar bidang keuangan. Demikian pula terhadap barang mewah. 2.1.5. Azaz- azaz pemungutan pajak Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-asas pemungutan dalam memilih alternatif pemungutannya, sehingga terdapat keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith dalam buku An Inquiri into the Nature and Cause of the Wealth of Nations menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada asas-asas berikut: 1. Equality Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak ( ability to pay ) dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta. 2. Certainty Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti

11 besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas pembayarannya. 3. Convenience Pajak harusnya dipungut pada saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak, yaitu pada saat wajib pajak memperoleh penghasilan/keuntungan yang dikenakan pajak. 4. Economy Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seefisien mungkin, demikian pula beban yang ditanggung wajib pajak. 2.1.6. Cara pemungutan Pajak System pemungutan pajak terdiri dari : a. System Official Assesment System ini merupakan system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. b. System Self Assessment System ini merupakan pemungutan pajak yang member wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besar nya pajak yang harus dibayar. c. System Withholding

12 System ini merupakan system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Dari jenis-jenis system pemungutan pajak yang ada diatas, system pemungutan pajak yang dipakai oleh Negara kita adalah self assessment system dimana wajib pajak berkenan menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutangnya. 2.1.7. Syarat Pemungutan Pajak Menurut Mardiasmo ( edisi revisi 2011 ; 2 ), Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Pemungutan pajak harus adil ( syarat keadilan ) Sesuai dengan tujuan hukum yaitu mencapai keadilan, undangundang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang ( syarat yuridis ) Di Indonesia pajak diatur dalam undang-undang 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi Negara maupun warganya. c. Tidak mengganggu perekonomian ( syarat ekonomis )

13 Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat. d. Pemungutan pajak harus efisien ( syarat Finansial ) Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya. e. System pemungutan pajak harus sederhana System pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. 2.1.8. Jenis- jenis Pajak Menurut Wirawan B. Ilyas ( 2003 ; 13 ) pembagian Pajak dibagi menjadi tiga macam yaitu : 1. Menurut Golongan a. Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dipindah tangankan ke pihak lain, tetapi harus menjadi beban wajib pajak itu sendiri. b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang dapat dipindahkan ke pihak lain. 2. Menurut Sifat a. Pajak subjektif, adalah pajak yang berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, atau memperhatikan keadaan dari wajib pajak.

14 b. Pajak Objektif, adalah pajak yang berdasarkan pada objeknya, tanpa melihat keadaan wajib pajak. 3. Menurut pemungut dan pengelolanya a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah itu sendiri. 2.1.9.Tarif Pajak Menurut Mardiasmo ( edisi revisi 2011; 9 ) ada empat macam tarif pajak antara lain : 1. Tarif sebanding/proporsional Tarif berupa presentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenakan pajak. 2. Tarif tetap Tarif berupa jumlah yang tetap atau sama terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. 3. Tarif Progressif Presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

15 4. Tarif Degresif persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. 2.1.10. Timbul dan Hapusnya utang pajak Menurut Siti Resmi ( 2009 ; 12 ), Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak : a. Ajaran Formil Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Ajaran ini diterapkan pada official assessment system. b. Ajaran Materill Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self assessment system. Hapusnya utang pajak dapat disebabkan beberapa hal : 1. Pembayaran 2. Kompensasi 3. Daluwarsa 4. Pembebasan dan penghapusan 2.1.11. Hambatan pemungutan pajak Menurut Mardiasmo ( edisi revisi 2011 ; 8 ), hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi dua antara lain :

16 1. Perlawanan Pasif Masyarakat enggan ( pasif ) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain : a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat b. System perpajakan yang ( mungkin ) sulit dipahami masyarakat c. System control tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik. 2. Perlawanan Aktif Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain : a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang. b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang ( menggelapkan pajak ). 2.1.12. Pengertian Penagihan pajak Menurut Prof. Mardiasmo ( edisi revisi 2011 ; 125 ), penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, malaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan

17 pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. 2.1.13. Tindakan Penagihan pajak Ada empat tindakan penagihan pajak yang meliputi : a. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus Memberitahukan surat paksa b. Melaksanakan penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkan surat perintah melaksanakan penyitaan c. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan. 2.1.14. Daluwarsa Penagihan Pajak Undang-undang KUP juga menentukan mengenai jangka waktu untuk Dirjen Pajak untuk melakukan penagihan pajak. Jika sudah melampau batas waktu yang telah diberikan maka hak untuk melakukan penagihan pajak tersebut menjadi daluwarsa. Daluwarsa penagihan Pajak 5 ( lima ) tahun dihitung sejak Surat Tagihan Pajak dan surat ketetapan Pajak telah diterbitkan. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan pembetulan, keberatan, banding, dan peninjauan kembali. 2.1.15. Jangka Waktu Hak Penagihan Pasal 22 UU KUP menyebutkan bahwa hak untuk malakukan penagihan pajak termasuk bunga, denda, kenaikan, dan

18 biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah malampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penerbitan: Surat Tagihan Pajak,Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,Surat Keputusan Pembetulan,Surat Keputusan Keberatan,Putusan Banding,Putusan Peninjauan Kembali. 2.1.16. Tertangguhnya Daluwarsa Penagihan Pajak Menurut Pasal 22 UU KUP, daluwarsa penagihan pajak tertangguh apabila: 1. Diterbitkan Surat Paksa 2. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung 3. Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan 4. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daluwarsa penagihan pajak menjadi tertangguhkan dan dihitung 5 (lima) tahun sejak tanggal penerbitan atau pelaksanaan kegiatan tersebut di atas. 2.1.17. Penagihan Pajak dengan Surat Teguran Penyampaian Surat Teguran merupakan langkah awal yang dilakukan oleh juru sita untuk memperingatkan kepada Wajib Pajak agar untuk melunasi utang pajaknya sesuai dengan keputusan :

19 a. Surat Tagihan Pajak b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan. Surat teguran merupakan surat yang diterbitkan untuk memperingatkan kepada Wajib Pajak agar melunasi utang pajaknya. Surat Teguran tersebut diterbitkan setelah lewat 7 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK03/2008 tanggal 2 februari 2008 tentang tata cara pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa dan pelaksanaan penagihan seketika dan sekaligus sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK03/2010 diatur bahwa mengenai saat penerbitan Surat Teguran. 2.1.18. Tata Cara Penerbitan Surat Teguran Penerbitan Surat Teguran dilakukan oleh Seksi Penagihan, dengan berbagai prosedur yaitu : a. Pelaksana pada Seksi Penagihan meneliti Surat Ketetapan Pajak ( SKP )/ Surat Tagihan Pajak ( STP )/ Surat Teguran Bea ( STB ) yang harus diterbitkan Surat Teguran dalam system Administrasi Perpajakan dan meminta persetujuan Kepala Seksi dan kemudian diteruskan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak melalui Sistem Informasi DJP

20 b. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memeriksa usulan penerbitan Surat Teguran dan memberikan persetujuan penerbitan melalui Sistem Indormasi DJP c. Pelaksana melihat Sistem Informasi DJP dan memeriksa persetujuan penerbitan Surat Teguran dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak, mencetak Surat Teguran dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan d. Kepala Seksi Penagihan meneliti, memaraf Surat Teguran, dan menugaskan kepada pelaksana untuk menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak e. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menandatangani Surat Teguran, dan meneruskan kepada pelaksana untuk disampaikan kepada Wajib Pajak f. Pelaksana meneliti Surat Teguran yang telah ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak, menatausahakan, dan menyampaikannya kepada Wajib Pajak melalui Subbag. Umum. 2.1.19. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ( PPSP ) Menurut Siti Resmi ( 2009 ; 61 ) Surat Paksa merupakan salah satu sarana penagihan pajak. Surat Paksa diterbitkan karena jumlah pajak yang masih harus dibayarkan berdasarkan Surat Tagihan Pajak ( STP ), surat ketetapan pajak kurang bayar ( SKPKB ), surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan ( SKPKBT ), surat keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan, putusan

21 banding, dan putusan peninjauan kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, yang tidak dibayar oleh penanggung pajak sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Jangka waktu yang dimaksud adalah 1 bulan sejak tanggal diterbitkannya STP,SKPKB,SKPKBT,Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali, atau 3 bulan bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu. Penagihan Pajak dengan surat paksa diatur tersendiri dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 sebagai perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997. 2.1.20. Penerbitan Surat Paksa Menurut Undang-undang PPSP Surat Paksa diterbitkan apabila : 1. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan surat teguran atau surat peringatan. 2. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus 3. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

22 2.1.21. Pemberitahuan Surat Paksa terhadap Badan Menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000, pemberitahuan Surat Paksa terhadap badan dapat disampaikan melalui : 1. Untuk perseroan terbatas kepada pengurus meliputi Direksi, Komisaris, pemegang saham tertentu, dan orang yang nyatanyata mempunyai wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan atau mengambil keputusan dalam menjalankan perseroan. 2. Untuk bentuk Usaha Tetap kepada kepala perwakilan, kepala cabang atau penanggungjawab. 3. Untuk badan usaha lainnya seperti persekutuan, firma, perseroan komanditer kepada direktur, pemilik modal atau orang yang ditunjuk untuk melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggungjawab atas perusahaan dimaksud. 4. Untuk yayasan kepada ketua, atau orang yang melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggungjawab atas yayasan dimaksud. 2.1.22. Pemberitahuan Surat Paksa terhadap Orang Pribadi 1. Penanggung Pajak 2. Orang dewasa yang tinggal bersama ataupun bekerja di tempat usaha penanggung pajak, apabila penanggung pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai.

23 3. Salah satu ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta peninggalannya apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi 4. Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal duniadan harta warisan telah dibagi. 2.2.Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh peneliti : Nana Adriana Erwis dengan judul Efektivitas penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makasar Selatan. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut ini : a. Penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011 baik dari segi jumlah lembar surat paksa maupun nilai tunggakan pajak yang tertera dalam surat teguran surat paksa. Begitu pula dengan pencairan tunggakan pajak dengan surat teguran dan surat paksa yang juga mengalami peningkatan baik dari segi jumlah lembar pencairan tunggakan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa maupun nilai pencairan tunggakan pajaknya dalam surat paksa. b. Penagihan pajak dengan surat paksa di KPP Pratama Makassar Selatan tergolong tidak efektif baik ditinjau dari segi jumlah lembar maupun nilai nominal yang tertera dalam surat teguran dan surat paksa. Penyebab pencairan surat paksa tidak mencapai 100% antara lain penanggung pajak

24 tidak mengakui adanya utang pajak, penanggung pajak tidak mampu melunasi utang pajaknya, penanggung pajak mengajukan permohonan angsuran pembayaran karena kondisi keuangan tidak memungkinkan jika dibayarkan sekaligus, penanggung pajak mengajukan keberatan atas jumlah tunggakan pajaknya, dan penanggung pajak lalai. 2.3. Kerangka Pemikiran Kerangka teori dan konsep-konsep kunci yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah dianalisis secara deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai upaya upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jepara, khususnya dalam hubungannya dengan Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa. Melalui kerangka teori yang dibangun dan dikembangkan pada masalah ini penulis mengutip beberapa teori dan konsep yang dianggap relevan dengan fokus permasalahan penelitian tersebut, untuk dijadikan acuan perumusan dan pemecahan masalah pada pembahasan selanjutnya. Gambar Kerangka Pikir : Tunggakan Pajak Penagihan Pajak dengan Surat Teguran Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Realisasi Pencairan Tunggakan Pajak Produktivitas Penagihan Pajak dengan Surat Teguran Efektivitas penagihan pajak dengan Surat Teguran