BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum perundang-undangan, baik hukum Islam maupun hukum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang dianggap sebagai suatu tindakan melanggar hukum

BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG. NOMOR 87/Pid.B/2006/PN-SMG. A. Putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 787/Pid.B/2006/PN.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai jenis manusia, ada

ANALISIS ABORSI DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO.538/PID.B/2006/PN.SMG MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan

BAB I PENDAHULUAN. adanya hukum dalam lingkup Islam yang mengatur mengenai hukuman bagi

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO. 787/PID.B/2006/PN-SMG TENTANG ABORSI SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban pidana ( criminal liability) atau ( straafbaarheid),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu kegagalan dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja di Indonesia mulai dari usia sekolah hingga perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. trauma terhadap korbannya baik penderitaan lahir maupun batin. Bagong

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO. 469 / PID.B / 2010 / PN. SMG. TENTANG PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

I. PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan lalu lintas merupakan suatu masalah yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

I. PENDAHULUAN. pidana, dan pidana (sanksi). Di Indonesia, pengaturan hukum pidana materiil

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

PENERAPAN SANKSI PIDANA BAGI PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. Skripsi. Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan sebelumnya maka penulis. menyimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau terjepit maka sangat dimungkinkan niat dan kesempatan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu lama. Di abad 21 ini, aktivitas manusia sangat terbantu

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

KAJIAN PEMBUKTIAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. secara konstitusional terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perempuan dan anak. Dengan demikian upaya perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

I. PENDAHULUAN. kali di dalam peraturan penguasa militer nomor Prt/PM-06/1957, sehingga korupsi

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

peradilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam hal ini, untuk

BAB II. 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang KUHP. yang dibuat tertulis dengan mengingat sumpah jabatan atau dikuatkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) seperti

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. mampu melakukan penyaringan terhadap kebudayaan asing yang bersifat liberal. Para remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan hukum yang berkaitan dengannya. Anak yang secara harfiah

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MEMBERIKAN PUTUSAN BERSYARAT TERHADAP ANAK PEMAKAI NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG

I. PENDAHULUAN. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (Selanjutnya disebut KUHP), dan secara

TINJAUAN YURIDIS PEMBUKTIAN TURUT SERTA DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No. 51/Pid.B/2009 /PN.PL) MOH. HARYONO / D

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara hukum yang menjunjung tinggi keadilan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERANAN KETERANGAN AHLI DALAM PROSES PERKARA PIDANA PENGADILAN NEGERI

(ubi-ius ubi-societas). Hukum menghendaki kerukunan dan perdamaian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. 1 Angka yang

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu perbuatan yang dikatakan sebagai delik atau tindakan yang melanggar hukum perundang-undangan, baik hukum Islam maupun hukum positif memiliki kedudukan yang sama yakni melalui tahapan-tahapan. Maksudnya sebelum ditentukan siapa pelakunya harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu, dimana dalam proses pemeriksaan tersebut dapat diketahui terbukti bersalah dan dapat berakibat hukum atau sebaliknya. Pemeriksaan terhadap pelaku yang dianggap melakukan tindakan pidana dilakukan oleh pengadilan dalam proses peradilan. 1 Dalam hukum positif, proses pemeriksaan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Proses pemeriksaan yang dilakukan dalam pengadilan meliputi pemeriksaan terhadap pelaku atau terdakwa, saksi, dan alat bukti yang berkaitan dengan perkara. Proses pemeriksaan yang dilakukan dalam pengadilan dibedakan menjadi tiga yaitu pemeriksaan biasa, pemeriksaan singkat dan pemeriksaan cepat. 2 Umumnya perkara yang diperiksa dengan pemeriksaan biasa adalah perkara tindak pidana yang hukumannya 5 tahun ke atas dan masalah 1 Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syari at dalam Wacana dan Agenda, cet. ke-1, Jakarta: Gema Insani Press, 2003, h. 48-54 2 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan Kuhap: Pemeriksaan Persidangan Pengadilan, Banding, Kasasi,Dan Peninjauan Kembali,Edisi kedua, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h. 109

2 pembuktiannya memerlukan penelitian. Sebaliknya perkara yang tindak pidananya diancam dengan hukuman yang ringan dan pembuktiannya tidak memerlukan penelitian maka diperiksa dengan pemeriksaan singkat atau sumir. 3 Dijelaskan dalam KUHAP pasal 205 bahwa kejahatan atau pelanggaran tidak termasuk dalam acara singkat. 4 Menurut Penuntut umum pembuktian dan penerapan hukumnya mudah dan sifatnya yang sederhana. Sedangkan pemeriksaan cepat merupakan pemeriksaan tindak pidana ringan yang hukumannya paling lama tiga bulan seperti halnya pelanggaran lalu lintas jalan. Namun, tidak selamanya pemeriksaan dapat berjalan dengan mudah dan lancar sesuai dengan harapan. Kurangnya alat bukti maupun keterangan saksi yang berbelit-belit dan berbeda-beda antara satu dengan lainnya menjadi salah satu faktor penyebab pemeriksaan tidak berjalan dengan lancar. Untuk itu, dalam hal pembuktian terdapat beberapa cara untuk melakukan pembuktian dalam pemeriksaan perkara. Dalam lingkup hukum positif, terdapat beberapa cara untuk melakukan pembuktian dalam pemeriksaan perkara yakni: 5 1. Pembuktian yang didasarkan pada keyakinan hakim (conviction in time) Pembuktian pada teori ini, untuk menentukan salahtidaknya seorang terdakwa semata-mata hanya menggunakan penilaian atau keyakinan hakim. Penilaian hakim tidak dapat diganggu gugat, bagaimana hakim 3 Ibid. h. 109 4 Kumpulan Kitab Undang-Undang Hukum: KUH Perdata, KUHP, KUHAP, Bandung: Wipress, 2008, h. 612 5 M. Taufik M dan Suhasril, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, h. 103-106

3 dalam memutuskan suatu perkara dengan menggunakan alat-alat bukti atau justru sebaliknya dengan mengabaikan alat bukti yang sudah ada. 2. Pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas alasan logis (la conviction raisonee / convictimraisonee) Pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas alasan yang logis, pada intinya hampir sama dengan conviction in time. Hanya saja dalam teori ini hakim mesti menyertakan alasan yang logis dalam menilainya. 3. Pembuktian yang didasarkan pada undang-undang secara positif (positif wettelijk bewijs theori) Teori ini merupakan pembuktian yang bertolak belakang dengan keyakinan hakim. Karena dalam teori ini pembuktian yang digunakan hanyalah berdasarkan alat bukti yang ditentukan dalam undang-undang. 4. Pembuktian yang didasarkan pada undang-undang secara negatif (negatief wettelijk bewijs theorie) Sistem pembuktian berdasarkan undang-undang secara negatif adalah teori antara sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim dan pembuktian menurut undang-undang secara positif. Meskipun dalam teori ini menggabungkan antara dua teori, namun keyakinan hakim yang lebih dominan hanya saja dibatasi dengan alat bukti yang sudah diatur dalam undang-undang. Dari keempat teori sistem pembuktian yang telah dikemukakan di atas, yang digunakan dalam peradilan di Indonesia adalah teori sistem pembuktian berdasarkan undang-undang secara negatif (negatief wettelijk

4 bewijs theorie). Dengan kata lain hakim dalam memutus perkara harus mempertimbangkan 2 hal yaitu: a. Kesalahan terbukti dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah b. Dengan alat bukti minimum yang sah tersebut hakim memperoleh keyakinan bahwa telah terjadi tindak pidana dan terdakwalah pelakunya. Hal ini sesuai dengan pasal 183 KUHAP yang berbunyi: Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya. 6 Salah satu praktek pemeriksaan dalam proses pembuktian yang diterangkan di atas adalah dalam proses pemeriksaan dan memutus perkara No. 787/Pid.B/2006/PN-Smg dengan terdakwa Kokok Hadyanto bin Goenardi dalam perkara aborsi. Proses pemeriksaan dan putusan Pengadilan Negeri Semarang tersebut merupakan tindak lanjut tindak pidana aborsi yang terjadi di kamar Sumbing No. 3 dan 4 Hotel Rowopening Bandungan Semarang yang dilakukan oleh terdakwa Kokok Hadyanto bin Goenardi terhadap Marlina Napitupulu dan Indah Setiani Ekawati bersama suami masing-masing Gunawan Cahyo Utomo dan Joko Slamet Riyadi. Dalam proses pemeriksaan dan putusan Majelis hakim terhadap perkara aborsi yang dilakukan terdakwa, majelis hakim menerima dakwaan dari Penuntut umum adalah dakwaan kesatu dan dakwaan yang kedua. Hal 6 Op. Cit. h. 606

5 ini disebabkan karena bentuk dari dakwaan tersebut adalah dakwaan kumultif alternatif. 7 Dakwaan yang dimaksud adalah dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan yang diatur dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan dengan sengaja melakukan praktek kedokteran tanpa memiliki surat ijin praktek yang diatur dalam pasal 36 UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran 8 dan ancaman pidananya diatur dalam pasal 80 ayat (1) UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan pasal 76 UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. Sedangkan dakwaan yang ketiga yang tidak diterima dan dipertimbangkan oleh Majelis hakim adalah dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya seorang perempuan dengan izin perempuan itu yang diterangkan dalam pasal 349 KUHP. Selanjutnya dalam pemeriksaan perkara di pengadilan diperlukan pembuktian untuk mengetahui suatu perbuatan tersebut dapat berakibat hukum atau tidak. Hukum positif menerangkan pembuktian dalam Undang- Undang No. 8 Tahun 1981/Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Bab XVI Bagian Keempat tentang Pembuktian dan Putusan dalam Acara Pemeriksaan Biasa. 7 Maksud Dakwaan Kumulatif Alternatif adalah Dakwaan Kumulatif yang digabung dengan Dakwaan Alternatif. Dakwaan Kumulatif adalah terdakwa didakwakan atas beberapa tindak pidana sekaligus dan tindak pidana tersebut berdiri sendiri. Sedangkan, Dakwaan Alternatif adalah dakwaan yang disusun secara berlapis, lapisan yang satu merupakan alternatif dan bersifat mengecualikan 8 Putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 787/Pid.B/2006/PN-Smg, h. 13

6 Dalam Hukum Pidana Islam juga menerangkan serupa, bahwa pembuktian juga diperlukan dalam proses pemeriksaan dipersidangan. Dimana yang menjadi dasar pembuktian Majelis hakim dapat disebut sebagai hal-hal yang dapat berakibat hukum atau tidak. Hukum Pidana Islam tidak akan memandang suatu akibat tindak pidana dari salah satu sudut saja namun harus dipandang secara keseluruhan. Proses pembuktian harus dilakukan secara seksama dengan memperhatikan aspek-aspek dalam pembuktian. 9 Adapun pembuktian dalam Hukum Pidana Islam disebut dengan istilah tarjihul bayyinah. 10 Meskipun untuk suatu peristiwa yang disengketakan itu telah diajukan pembuktian, namun pembuktian itu harus dinilai. Karena pembuktian merupakan salah satu bagian terpenting dalam pemeriksaan perkara-perkara tindak pidana. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas dan melakukan penelitian terhadap putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 787/Pid.B/2006/PN-Smg. Tujuan dari penelitian ini tidak lain adalah untuk mengetahui dasar pertimbangan Majelis hakim dalam memutus perkara serta untuk mengetahui tinjauan hukum Islam tentang terhadap putusan tersebut. Oleh karena itu, penulis mengambil judul ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NOMOR 787/PID.B/2006/PN- SMG TENTANG ABORSI. 9 Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syari at dalam Wacana dan Agenda, cet. ke-1, Jakarta: Gema Insani Press, 2003, h. 54-55 10 Muhammad Hasbi Ashshiddieqy, Filsafat Hukum Islam, Bulan Bintang: Jakarta, 1970, hlm. 134

7 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah penyusun uraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yang menjadi perhatian dalam penyusunan skripsi ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana dasar pertimbangan hakim dari putusan Pengadilan Negeri Semarang 787/Pid.B/2006/PN-Smg tentang Aborsi? 2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 787/Pid.B/2006/PN-Smg tentang Aborsi? C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Dalam suatu penelitian tentunya ada tujuan yang ingin di capai sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka penelitian ini tujuannya adalah : 1. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hukum dari putusan Pengadilan Negeri Semarang 787/Pid.B/2006/PN-Smg? 2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam tentang pembuktian terhadap putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 787/Pid.B/2006/PN-Smg? Manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah : 1. Untuk memberikan kontribusi pemikiran terhadap khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang hukum dengan mencoba membandingkan antara hukum pidana Islam dengan hukum pidana positif mengenai pemidanaan pelaku aborssebagai bahan informasi untuk peneliti selanjutnya.

8 2. Untuk memenuhi kewajiban akademik serta untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam pada Fakultas Syari ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. D. Telaah Pustaka Karya-karya pemikiran yang membahas masalah hukum, baik itu hukum Islam maupun hukum positif sangat banyak macam dan coraknya. Di samping itu banyak pula sudut pandang serta metode yang digunakan masing-masing penulis, supaya tidak terjadi plagiasi, maka penulis memaparkan penelitian yang memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan penulis laksanakan. Skripsi saudara Zaenal Mustafa (99363513) yang berjudul Delik Penganiayaan Terhadap Ibu Hamil Yang Mengakibatkan Matinya Janin, dimana rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana perspektif hukum pidana Islam dan hukum pidana positif tentang delik penganiayaan serta pembunuhan serta bagaimana ketentuan kedua sistem hukum tersebut dalam menangani matinya janin yang ada dalam kandungan akibat penganiayaan. Hasil dari penelitian ini adalah Dalam hukum pidana Islam sanksi hukuman yang dikenakan untuk tindak penganiayaan dan pembunuhan adalah qisas, diyat, ta zir serta kifarah. Sedangkan mengenai pembunuhan janin dalam perut ibunya hukum pidana Islam menentukannya sebagai sebuah pembunuhan yang bersanksikan gurrah, yaitu semacam hukuman diyat yang besarnya adalah lima ratus dirham yang dibayarkan kepada si ibu

9 atau keluarga mereka. Sedang dalam hukum pidana positif hukuman yang berlaku untuk tindak penganiayaan adalah hukuman penjara. Begitu pula dalam pembunuhan, kecuali pada pembunuhan berencana, yaitu diancam dengan hukuman mati. Skripsi suadari Peni Safitri (02361490) yang berjudul Aborsi Bagi Ibu yang Menderita HIV AIDS Menurut Hukum Islam Dan Hukum Positif, tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk mendiskripsikan pandangan hukum Islam dan hukum positif dalam masalah aborsi bagi ibu penderita HIV AIDS serta menjelaskan metode hukum menurut hukum Islam dan hukum positif. Hasil dari penelitian ini bahwa aborsi yang dilakukan oleh seorang ibu yang menderita penyakit HIV AIDS diperbolehkan dengan alasan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan menghindari janin lahir dalam keadaan cacat serta penularan virus HIV AIDS. Dalam skripsi yang penulis susun ini secara garis besar akan memfokuskan pada Putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 787/Pid.B/2006/PN.Smg tentang Aborsi yang ditinjau dari dua hal. Pertama, mencoba mengetahui dasar pertimbangan majelis hakim dalam memutus perkara tersebut. Kedua, mengkaji putusan tersebut dengan pandangan hukum Islam.

10 E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang menggunakan buku-buku sebagai sumber datanya. Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan bersumber dari data literer atau kepustakaan, yakni berupa dokumen Putusan No. 787/Pid.B/2006/PN.Smg. Oleh karena obyek penelitian ini merupakan produk hukum, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan doktrinal. Maksud pendekatan doktrinal adalah penelitian dipusatkan pada hukum tertulis yang telah dihasilkan. 11 Pendekatan doktrinal bisa disebut juga sebagai hasil abstrak yang diperoleh dari proses induksi dari norma-norma yang berlaku. 12 2. Sumber Data a. Data primer merupakan bahan sumber hukum yang menjadi bahan utama dalam penelitian ini dan memiliki otoritas. Salah satu jenis bahan primer dalam penelitian hukum dapat berupa produk undang-undang. 13 Bahan primer dalam penelitian ini adalah Putusan No.787/Pid.B/2006/PN.Smg. 11 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998, h. 87. 12 Ibid. h. 91 13 Ibid. h. 141-146

11 b. Data sekunder merupakan bahan yang dapat mendukung bahan primer dan diambil bukan dari bahan primer. 14 Bahan sekunder dalam penelitian ini adalah seluruh bahan hukum yang bersumber pada bukubuku maupun hasil karya lain yang substansi bahasannya berhubungan dengan aborsi. 3. Teknik Analisis Data Proses analisa data merupakan suatu proses penelaahan data secara mendalam. Menurut Lexy J. Moloeng proses analisa dapat dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pengumpulan data meskipun pada umumnya dilakukan setelah data terkumpul. 15 Guna memperoleh gambaran yang jelas dalam memberikan, menyajikan, dan menyimpulkan data, maka dalam penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yakni suatu analisis penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat. 16 Teknik penalaran berfikir yang digunakan adalah deduktif-induktif. Deduksi merupakan langkah analisis dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus. Sedangkan induksi yaitu menganalisa data yang bersifat khusus kemudian digeneralisasikan sehingga akan diperoleh gambaran dan kesimpulan yang jelas. Dalam penelitian ini, penulis mencoba mendiskripsikan putusan Pengadilan 14 Ibid. h. 146-147 15 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002, h.103 16 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: CV Pustaka Setia, 2002, h. 41

12 Negeri No. 787/Pid.B/2006/PN.Smg tentang aborsi yang kemudian dianalisis dengan teori-teori yang berhubungan dengan putusan tersebut. F. Sistematika Pembahasan Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah: Bagian awal, yang terdiri dari halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, dan halaman lampiran. Bagian isi yang terdiri dari lima bab yaitu : BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II ABORSI (TINDAK PIDANA ATAS JANIN) Berisi tentang pengertian aborsi, perspektif hukum positif dan Hukum Pidana Islam tentang aborsi serta sistem pembuktian tindak pidana aborsi BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NOMOR 787/Pid.B/2006/PN-SMG Berisi tentang putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 787/Pid.B/2006/PN-Smg dan dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara aborsi.

13 BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NOMOR 787/Pid.B/2006/PN-SMG Berisi tentang analisis terhadap pertimbangan hakim dalam memutus perkara Nomor 787/Pid.B/2006/PN-Smg, serta analisis dari hukum Islam terhadap putusan Nomor 787/Pid.B/2006/PN-Smg BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran dan penutup