BAB I PENDAHULUAN. tingginya tingkat inflasi, naiknya harga barang-barang dan melemahnya nilai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. inflasi, naiknya harga barang-barang dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap

BAB I PENDAHULUAN. khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi,

BAB I PENDAHULUAN. khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak

BAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat bertahan dari dampak krisis tersebut. Hal ini membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Untuk melaksanakan pembangunan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumber utama penerimaan negara, sedangkan negara-negara miskin dan negara

BAB I PENDAHULUAN. wujud pelayanan pemerintah kepada masyarakat. berasal dari iuran rakyat yang berdasarkan Undang Undang (dapat

BAB I PENDAHULUAN. baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penulisan. Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.03/2010 TENTANG

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. negara dan aktivitas pembangunan dapat diwujudkan secara nyata.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merata baik dalam bidang ekonomi, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. sektor khususnya pada sektor perekonomian. Baru baru ini juga terjadi

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat melaksanakan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.03/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. memenuhi kewajiban dalam bentuk fasilitas telah diberikan untuk mempermudah

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang telah memenuhi kriterial sebagai wajib pajak menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang melanda Indonesia berdampak buruk terhadap pembangunan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan, maka tidak terlepas dari pembahasan mengenai sumber

BAB I PENDAHULUAN. sebagai primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERPAJAKAN LANJUTAN. by Ely Suhayati SE MSi Ak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali

Dasar-dasar Studi Kasus Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia.

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor yang sangat penting bagi sumber penerimaan negara,

BAB I PENDAHULUAN. Beragam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilakukan

BAB I. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah dalam rangka menjalankan. pemerintah dalam memungut pajak dari masyarakat, yaitu sebagai berikut:

AKUNTANSI PPN & PPnBM

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. didasarkan kepada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 A.

BAB I PENDAHULUAN. (Yusdianto 2004). Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai suatu kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemungutan pajak yang menjiwai Undang-Undang Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan ini ditujukan untuk membiayai proyek-proyek yang diselenggarakan

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB II TELAAH PUSTAKA. jawab atas kewajiban pembayaran pajak berada pada masyarakat sendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

KUP PELAPORAN DAN PENYETORAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. pendapatan negara dari sektor minyak dan gas saja, sebab sebagaimana kita

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah salah satu wujud kemandirian bangsa dalam pembiayaan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir ini, perpajakan telah menjadi sumber penerimaan

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR 1101 BM SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (SPT MASA PPn BM) ( F )

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Pajak. Penjualan. Barang Mewah. PPn. Rehabilitasi. NAD. NIAS Hibah. Pemberlakuan.

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

PERPAJAKAN II. PENGISIAN e-spt PPN Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber dalam negeri lebih diutamakan dari pada luar negeri.

FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR KINERJA PELAYANAN. Realisasi pelayanan NPWP tepat waktu X 100% Jumlah penerbitan NPWP. Realisasi pelayanan pengukuhan

BAB I PENDAHULUAN. sektor pajak perlu diimplementasikan secara maksimal untuk menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut Indonesia dalam menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. pelakasanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara

PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA PT. SINAR BHODI CIPTA TANJUNGPINANG

BAB I PENDAHULUAN. sejak saat itulah Indonesia menganut Self Assessment System. di Indonesia memberi kepercayaan kepada pengusaha kena pajak dalam

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1998, dengan ini kami : Nama Wajib Pajak : Alamat : N.P.W.P. :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi, naiknya harga barang-barang dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta turunnya daya beli masyarakat telah menjadi masalah yang sangat rumit yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Saat ini tengah digali berbagai macam potensi untuk meningkatkan penerimaan negara, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Namun seiring dengan berkembangnya kemampuan analisis para praktisi ekonomi yang menyatakan bahwa mengandalkan pinjaman dari luar negeri sebagai salah satu sumber penerimaan negara hanya akan menjadi bumerang dikemudian hari, potensi penerimaan dari pinjaman luar negeri akan semakin dikurangi. Jenis pajak yang menjadi sumber pendapatan Negara adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan lain sebagainya. Dalam karya tulis ini, penulis hanya membahas lebih lanjut tentang Pajak Pertambahan Nilai, karena Pajak Pertambahan Nilai merupakan jenis pajak yang memberikan kontribusi paling besar dibanding dengan pajak yang lainnya. Memang dilihat dari segi penerimaan, Pajak Panghasilan dapat membantu negara dalam membiayai pengeluaran, namun tidak semua orang 1

2 dapat dikenakan PPh. Pajak Penghasilan hanya dapat dikenakan kepada orang pribadi atau badan yang telah berpenghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Tetapi hal itu tidak berlaku bagi Pajak Pe rtambahan Nilai, karena pajak tersebut dapat dilimpahkan kepada orang lain sehingga memungkinkan semua orang dapat dikenakan PPN. Seperti yang kita ketahui bahwa hampir seluruh barang-barang kebutuhan hidup rakyat Indonesia merupakan hasil produksi yang terkena PPN. Pajak Pertambahan Nilai merupakan jenis pajak yang dikenakan atas barang dan jasa yang mengalami pertambahan nilai. Sebagaimana dalam penjelasan umum Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 18 Tahun 2000, dinyatakan bahwa pertambahan nilai itu sendiri timbul karena dipakainya faktor-faktor produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen. Teknis pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ini dilakukan beberapa kali berdasarkan pertambahan nilai yang timbul pada setiap penyerahan barang atau jasa. Didalam Pajak Pertambahan Nilai terdapat istilah pajak keluaran yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terutang yang wajib dipungut oleh pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), jasa kena pajak atau impor barang kena pajak. Barang kena pajak ( BKP ) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang

3 PPN. Selain pajak keluaran juga terdapat istilah pajak masukan yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan atau penerimaan jasa kena pajak, baik melalui proses impor ataupun ekspor barang kena pajak. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud (1) adalah setiap kegiatan mengeluarkan Barang Kena Pajak Berwujud dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean. ( Pasal 1 Angka 11 UU Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah). Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud (2) adalah setiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari dalam Daerah Pabean di luar Daerah Pabean. ( Pasal 1 Angka 28 UU Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah). Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan. Oleh karena itu walaupun seseorang belum memiliki NPWP namun ia tetap terkena PPN dan dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak sebagai pihak yang berhak memungut PPN yang nantinya PPN yang dipungut tersebut akan disetorkan ke kas Negara. Mekanisme pengenaan PPN dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan melakukan pemungutan, perhitungan,

4 pembayaran dan melaporkan PPN pada setiap transaksi pada setiap bulannya. PKP yang telah melakukan pemungutan PPN atas penyerahan BKP atau JKP, harus memperhitungkan dengan Pajak Keluaran yang dimilikinya, dan apabila Pajak Keluaran lebih besar dengan Pajak Masukan pada suatu masa tertentu, maka selisihnya akan disetorkan ke kas negara. Apabila Pajak Masukan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka terjadi Lebih Bayar. Untuk meminta kelebihan pembayaran PPN bisa dilakukan dengan dua cara, dengan cara restitusi atau dengan cara kompensasi. Apabila terjadi kelebihan pembayaran PPN, PKP biasanya akan segera mengkompensasikan ke masa pajak berikutnya. Namun jika setiap bulan terjadi lebih bayar, maka jumlah kelebihan pembayaran pajak pun akan semakin merangkak naik. Akhirnya, PKP tidak selalu dapat menggunakan cara kompensasi, karena semakin besar kelebihan pembayaran pajak tentunya akan semakin memperberat cash flow. Bila kelebihan pembayaran PPN tersebut didiamkan, hanya akan memperberat PKP. Potential lost yang dialami PKP akan semakin besar bila kelebihan pembayaran PPN tersebut ditanamkan dalam bentuk tabungan atau deposito misalnya. Tentunya dengan adanya kelebihan pembayaran pajak yang tertahan di negara, PKP tidak dapat menerima penghasilan berupa bunga tabungan atau deposito. Selain itu, kompensasi kelebihan pembayaran PPN mempunyai life cycle yang sangat pendek dan tidak dapat menjadi opsi dalam jangka panjang. Apabila terjadi kompensasi dalam jangka waktu 12 bulan terus menerus, akan dilakukan

5 pemeriksaan pajak. Bila terjadi SPT lebih bayar, sebaiknya langsung diajukan restitusi. Restitusi adalah pengembalian kelebihan pembayaran. Sampai saat ini kelebihan pembayaran PPN dengan cara restitusi menjadi hal yang kurang populer di mata PKP. Hal ini dikarenakan mitos bahwa melakukan restitusi PPN adalah lama dan teramat rumit sudah terpatri di benak PKP. PKP merasa bahwa beban untuk membiayai administrasi perpajakan sangatlah besar, namun dalam meminta haknya sangatlah susah. Sebenarnya lama tidaknya proses ini tentunya kembali pada pembuktian apakah memang telah terjadi kelebihan pembayaran PPN atau tidak. Dalam mengajukan restitusi, PKP tentunya harus dilandasi dengan perencanaan yang matang, PKP harus dapat membuktikan bahwa uang tersebut sudah masuk ke kas negara melalui pemeriksaan pajak. Dalam proses ini, dibutuhkan langkah proaktif dari PKP yang bersangkutan. PKP harus mengajukan permohonan dan memenuhi persyaratan formal maupun material yang ada dan menyerahkan beberapa dokumen pendukung, misalnya dokumen atau bukti supplier. Jika Pajak Masukan tersebut sudah dilaporkan seluruhnya oleh para supplier, maka pengajuan restitusi bisa langsung dilakukan. Bila memang bisa dibuktikan oleh PKP bahwa pajak itu memang lebih bayar dan seharusnya dikembalikan, maka uang pajak itu bisa dikembalikan oleh pihak otoritas pajak. (Indonesian Tax Review, Volume II/Edisi 18/2013). Tidak semua Wajib Pajak mengetahui tentang mekanisme pengajuan dan penyelesaian restitusi PPN yang benar, terkait dengan aspek formal dan

6 materialnya. Diharapkan dengan adanya Karya Tulis ini, Wajib Pajak dapat mengetahui alur restitusi mulai dari pengajuan permohonan hingga kelebihan pembayaran pajak dikembalikan. Sehingga apabila semua ruang lingkup tentang restitusi PPN sudah dikuasai, maka kondisi-kondisi yang dapat merugikan Wajib Pajak dapat dihindari. Berdasarkan uraian di atas, maka Penulis mengambil judul Prosedur Restitusi PPN Bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang Melakukan Ekspor Barang Kena Pajak (BKP) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Tampan Pekanbaru 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: Bagaimana Prosedur Restitusi PPN Bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang Melakukan Ekspor Barang Kena Pajak (BKP) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Tampan Pekanbaru? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui Prosedur Restitusi PPN Bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang Melakukan Ekspor Barang Kena Pajak (BKP) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Tampan Pekanbaru

7 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1.3.2.1 Dapat memberikan sumbangan ilmu kepada pihak-pihak terkait untuk mengetahui tentang prosedur restitusi PPN bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak (BKP) 1.3.2.2 Memberikan masukan kepada masyarakat tentang perpajakan khususnya dalam hal prosedur restitusi PPN 1.3.2.3 Menjelaskan mengenai prosedur restitusi PPN bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak (BKP) 1.4 Metode Penelitian 1.4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Tampan Pekanbaru yang beralamat di Jl. SM Amin, Ring Road Arengka II Riau & Kepulauan Riau 1.4.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian penulis rencanakan selama 2 bulan mulai Januari sampai dengan Februari 2014 1.4.3 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.4.3.1 Data Primer

8 Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh penulis melalui wawancara 1.4.3.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk laporan, catatan dan dokumen dari tempat penelitian 1.4.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1.4.4.1 Observasi Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung di KPP Tampan Pekanbaru tentang Prosedur Restitusi PPN Bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang Melakukan Ekspor Barang Kena Pajak (BKP) 1.4.4.2 Interview Pengumpulan data melalui interview (wawancara) kepada Kepala Kantor dan pegawai bagian PPN sehingga dapat memberikan informasi terkait dengan restitusi PPN 1.4.5 Analisis Data Setelah data tersusun secara sistematis, langkah selanjutnya yaitu mengadakan analisis. Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Data kualitatif merupakan data dalam bentuk deskripsi dan bukan angka.

9 1.5 Sistematika Penelitian Dalam penulisan laporan ini terdapat beberapa bab dengan uraian sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, analisis data dan sistematika penulisan BAB II : GAMBARAN UMUM Pada bab ini menjelaskan deskriptif atau gambaran umum dan struktur kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Tampan Pekanbaru BAB III : TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK Pada bab ini diuraikan pengertian pajak, fungsi pajak, sistem pemungutan pajak, Wajib Pajak, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), batas penyetoran, petunjuk pengisian SPT dan pajak menurut syariah BAB IV : PENUTUP Bab ini merupakan inti sari yang bersumber dari hasil penelitian, dan berdasarkan kesimpulan dapat dibuat rekomendasi yang berisikan saran-saran yang dapat diambil sebagai tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan di lokasi penelitian DAFTAR PUSTAKA