Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

dokumen-dokumen yang mirip
Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU DAN

HUTAN HUJAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA PENTING BAGI IKLIM, SATWA LIAR DAN MASYARAKAT HUTAN

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015

West Kalimantan Community Carbon Pools

PERKEMBANGAN LOI RI-NORWAY DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan?

BRIEFING PAPER Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia & Iklim Global

1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

Laporan Investigatif EoF PT RML GSK BB publikasi Mei

Pemetaan Keanekaragaman Hayati Dan Stok Karbon di Tingkat Pulau & Kawasan Ekosistem Terpadu RIMBA

Resiko Korupsi dalam REDD+ Oleh: Team Expert

Pengecekan lapangan lokasi kebakaran foto dirilis di database online EoF

Saudara-saudara yang saya hormati,

Pmencerminkan kepatuhan terhadap prinsipprinsip

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Kalimantan Tengah

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

ber Laporan investigatif dan analisa pengindraan jarak jauh di 29 konsesi HTI Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan April 2018

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

Moratorium Hutan Berbasis Capaian

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.19/Menhut-II/2012 TENTANG

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

ISU ISU STRATEGIS KEHUTANAN. Oleh : Ir. Masyhud, MM (Kepala Pusat Humas Kemhut) Pada Orientasi Jurnalistik Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011

APRIL menebangi hutan bernilai konservasi tinggi di Semenanjung Kampar, melanggar komitmennya sendiri

Kebakaran di Konsesi APP/Sinar Mas Memperparah Kabut Asap Regional dan Mengancam Cagar Biosfir PBB yang Baru

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

Sebuah Analisis Terhadap Instruksi Presiden No. 10, 2011

Avoided Deforestation & Resource Based Community Development Program

2014, No menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Tata Cara Penetapan Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi Yang Tidak

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

sumber pembangunan ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai pemelihara lingkungan global.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Indonesia

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012

24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Barat

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG

KRITERIA CALON AREAL IUPHHK-RE DALAM HUTAN PRODUKSI

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Bali

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Maluku

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di DKI Jakarta

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Aceh

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Papua

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Gorontalo

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Nusa Tenggara Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Tenggara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Utara

NOTA DINAS Nomor: ND. /II-PHM/2012

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Tengah Central Kalimantan Province Indonesia

PEDOMAN PELAKSANAN MONITORING DAN EVALUASI SERTA PELAPORAN INPRES NO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Proses Permohonan Izin Usaha HTI (Berdasarkan Permenhut No. P.19/Menhut-II/2007 jo. P.11/Menhut-II/2008)

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Aceh Aceh Province Indonesia

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 60 Pg karbon mengalir antara ekosistem daratan dan atmosfir setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Restorasi Ekosistem di Hutan Alam Produksi: Implementasi dan Prospek Pengembangan

Overlay. Scoring. Classification

Analisis Kebijakan Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

For data sources, see slide #9: Appendix 1. Data used to produce Sumatra PIM

Perkiraan Sementara Emisi CO 2. di Kalimantan Tengah

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010)

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

Transkripsi:

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra - Analisa titik deforestasi Riau, Sumatra- 16 Maret 2011 oleh Eyes on the Forest Diserahkan kepada : Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4)

Latar belakang LoI Moratorium Indonesia & Norwegia dan PIM Letter of Intent Indonesia-Norwegia tentang Kerjasama mengurangi emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan disepakati untuk memulai TAHAP 2: TRANSFORMASI dari Januari 2011, mencakup dua kegiatan: 1. Penghentian dua tahun untuk semua konsesi baru dari konversi gambut dan hutan alam.. (LoIAlinea VII c i, dalam hal inii dirujuk sebagai LoI moratorium ) 2. Menegakkan undang-undang berlaku terhadap pembalakan liar dan perdagangan kayu dan terkait dengan kejahatan kehutanan dan membentuk unit khusus guna menangani masalah itu. (LoI Alinea VII c iii, dengan ini dirujuk sebagai tinjauan/penegakan hukum LoI ) Saat ini, berbagai draft untuk Instruksi Presiden (Inpres) yang mendefinisikan moratorium sedang beredar dan dengan demikian belum memungkinkan menentukan kawasan mana moratorium mana saja yang akan berlaku. Guna membantu menghitung kawasan hutan alam dan gambut untuk moratorium atau bukan, kami membuat skenario paling memungkinkan pembuka, Peta Indikatif Moratorium (PIM) yang berbasis pada bunyi kalimat pasti dari teks asli LoI untuk (A) pulau Sumatera dan (B) provinsi Riau. Karena itu moratorium akan mencakup semua hutan alam dan semua kawasan gambut kecuali yang berada di dalam konsesi yang eksisting dengan izin penebangan. Kami menganggap konsesikonsesi ini bagi PIM kami : Konsesi perkebunan kayu pulp (IUPHHK-HT atau HTI/hutan tanaman industri) Konsesi kelapa sawit (HGU) Konsesi tebang pilih (IUPHHK-HA atau HPH/hak pengusahaan hutan) sementara sejumlah lainnya dikelola dengan baik atau diusulkan menjadi HPH Restorasi Ekosistem, yang lainnya dibabat dalam sistem silvikultur ganda..

Skenario paling mungkin PIM Sumatera dan Peta Karbon Sumatera Peta hutan & karbon gambut Sumatra Skenario paling memungkinkan PIM Deforestasi legal, bisnis seperti Provinsi Riau: biasanya akan Konsentrasi karbon hutan dan gambut terbesar di berlanjut! Sumatera, banyak konsesi eksisting tak masuk moratorium. deforestasi skala besar, degradasi gambut dan emisi GRK agaknya berlanjut, bahkan makin cepat karena moratorium mencegah perusahaan menebangi hutan manapun.

Skenario paling mungkin PIM Riau Selama moratorium: Pada kategori 1 (24% atau 0,6 jt ha dari hutan Riau) deforestasi legal dan ilegal berskala kecil akan berlanjut. Pada kategori 2 (46% atau 12jt 1,2 ha dari hutan Riau) deforestasi legal skala besar akan berlanjut, kebanyakan pada gambut dalam dan habitat harimau Sumatera. Pada kategori 3 (33% or 0,8 jt ha), deforestasi mungkin mulai berdasarkan Instruksi President dan /atau pada based PP 3/2008 dan P50/2010.

Ancaman deforestasi pada moratorium skenario paling mungkin dan rekomendasi Eyes on the Forest bagi REDD+ bermakna Hutan Alam WWF 2008/2009 di Provinsi Riau Area (ha) % total Ancaman deforestasi Rekomendasi EoF agar REDD+ bermakna 1. Kawasan Lindung dan Konservasi * Pembalakan liar bisa terjadi. * Pemerintah menegakkan hukum dan menghentikan pembalakan liar Di dalam Kawasan Lindung dan Konservasi, pada lahan bukan * Konsesi tambang bisa terus menebangi hutan alam secara dan perambahan. 363,336336 14% gambut "legal". * Pemerintah jangan mengizinkan konversi hutan alam oleh sektor Di dalam Kawasan Lindung dan Konservasi, pada lahan pertambangan. 241,923 9% gambut Sub total 605,259 24% 2. Konsesi-konsesi dikeluarkan dari moratorium * Dalam konsesi-konsesi ini, penebangan hutan alam "legal" akan berlanjut selama moratorium. * Draft Inpres moratorium 15 Januari membolehkan * Pemerintah mengadakan kajian hukum soal izin dan verifikasi apakah pelaksanaan menaati undang-undang dan peraturan, misalnya, konversi hutan alam pada lahan gambut lebih dari penebangan hutan alam "pada area hutan sekunder yang rusak dan kritis", definisi tidak jelas yang artinya hutan alam yang bagus boleh ditebangi. * Di Riau, kebanyakan penebangan hutan alam itu akan kedalaman 3 meter dan/atau pada Kawasan Lindung oleh UU No 26/2007, PP No 26/2008 lazim di Riau dan klarifikasi hukum dan penegakan hukum yang sesuai jadi diperlukan. * Kemenhut menghentikan penerbitan izin penebangan tahunan (Rencana Kerja Tahunan/RKT). * Pemegang izin konsesi agar secara sukarela menghentikan penebangan hutan alam dan pembukaan gambut. * Kemenhut menghentikan izin-izin baru HTI. Dalam konsesi HTI, pada lahan bukan-gambut 67,730 3% Dalam konsesi HTI, pada lahan gambut berada pada gambut dalam berkedalaman lebih dari 3 meter 678,021 26% Dalam konsesi HGU, pada lahan bukan gambut dan dampak iklim akan lebih buruk daripada gambut di eks 11,169 0% Satu Juta Hektar lahan gambut di Kalimantan Tengah (lihat Dalam konsesi HGU, pada lahan gambut 142,380 5% WWF Indonesia 2008 dan Bab 7 WWF Indonesia 2010) Dalam konsesi HPH, pada lahan bukan gambut 64,355 2% * Pada dua konsesi HPH dengan luas hutan alam 55.000 * Kemenhut mengubah konsesi eks HPH menjadi HPH Restorasi Dalam konsesi HGU, pada lahan gambut 227,087 9% hektar, penebangan hutan alam "legal" akan berlanjut dalam Ekosistem. Sub total "dua sistem silvikultur" dimana pemegang izin boleh * Kemenhut menghentikan THPB (Tebang Habis dengan Permudaan menebangi hutan untuk memasok pabrik olah pulp SMG/APP Buatan) pada HPH-HPH yang membolehkan dua sistem silvikultur. 46% dan RGE/APRIL. 1,190,742 3. Kawasan yang ditutupi oleh moratorium "skenario paling mungkin" * Tergantung pada bunyi kalimat Instruksi Presiden, * Kemenhut menghentikan penerbitan izin-izin baru HTI. (bagaimanapun, pada beberapa hutan mungkin sudah dikonversi menjadi HTI oleh berdasarkan pada PP 3/2008 dan P50/2010, sebagian hutan * Kemenhut mengubah Hutan Produksi dan Hutan Produksi Terbatas keputusan "saat terakhir" P50/2010, yang lainnya mungkin berada di dalam jenis-jenis ini i (di dalam Hutan Produksi) bisa menjadi HTI selama menjadi HPH Ekosistem Restorasi. konsesi "deforestasi" yang tak tercakup di atas) moratorium dan pemegang izin bisa mulai menebangi hutan * Kemenhut tidak mengubah status hutan alam di Kawasan Hutan Pada lahan bukan gambut (di luar dua kategori di atas) 317,825 12% alam dan pada banyak tempat membuka lahan gambut dalam. menjadi Kawasan Non Hutan, Hutan Konversi ataupun APL (areal peruntukan lain sawit dan kegiatan bukan hutan bisa dilakukan). Pada lahan gambut (di luar dua kategori di atas) 520,116 20% * Kemenhut tidak mengeluarkan izin Pinjam Pakai dan izin IPK dalam Sub total 837,941 33% kawasan hutan alam. Total (ada sejumlah tumpang tindih antara ketiga kategori * Tergantung pada bunyi kalimat Instruksi Presiden, "hutan * Instruksi Presiden untuk mengikuti bunyi kalimat pasti dari LoI dan di atas, karena itu kawasan total t hutan ini i sedikit lebih sekunder", "gambut kurang dari kedalaman 3 meter" atau untuk tidak membedakan hutan primer dan sekunder, atau gambut 2,633,942 100% tinggi daripada tutupan hutan alam yang sebenarnya yakni kawasan lainnya yang dikeluarkan dari moratorium dan terus dengan kedalaman berbeda. 2.566.630 ha ) dihabisi hutannya. Hutan alam tersisa 2008/2009 2,566,630 100% Dikeluarkan dari moratorium 1,190,742 46%100% 1,443,200 HTI 745,751 29%63% pada bukan gambut 67,730 3% 9% pada gambut 678,021 26% 91% Minyak sawit 153,549 6%13% pada bukan gambut 11,169 0% 7% pada gambut 142,380 6% 93% HPH 291,442 11%24% pada bukan gambut 64,355 3% 22% pada gambut 227,087 9% 78%

Konsesi perusahaan SMG/APP dan RGE/APRIL Selama moratorium: Pada 14% (350.000 ha) hutan Riau dalam konsesi HTI dan HPH perusahaan terkait SMG/APP, deforestasi legal bisa berlanjut. Pada 18% (450.000 ha) hutan Riau dalam konsesi HTI dan HPH perusahaan terkait RGE/APRIL, deforestasi legal bisa berlanjut. EoF meminta: Kedua perusahaan secara sukarelah dan segera menghentikan semua penebangan hutan alam dan pembukaan gambut guna mendukung komitmen President mengatasi perubahan iklim. Pemerintah melaksanakan tinjauan hukum dan penegakan hukum

Konversi hutan alam dan gambut seperti biasanya oleh RGE/APRIL

Dampak historis dan masa depan SMG/APP dan RGE/APRIL soal hutan alam, gambut dan emisi Riau Soal emisi i masa datang, Eyes on the Soal emisi masa lalu, Eyes on the Forest menghitung : Forest memperkirakan bahwa: SMG/APP telah menjadikan pulp lebih dari 1 juta Dua kelompok ini akan hektar hutan alam di Riau sejak 1984. membersihkan hingga 30% dari RGE/APRIL telah menjadikan pulp p kurang lebih 0,9 hutan alam tersisa 2008/2009, juta hektar di Riau sejak 1995. termasuk lebih dari 700.000 hektar Mereka telah berkontribusi bagi hampir separuh dari hutan gambut. kehilangan hutan alam sejak 1985 (4,4 juta hektar), Penebangan hutan alam ini dan pada banyak gambut dan akibatnya, bagi emisi pembukaan gambut bisa karbon historis i Riau. meningkatkan emisi tahunan Riau hingga 15% dibandingkan dengan tingkat sejarah, guna mencapai Emisi gambut tambahan dari hampir 500 megaton. 61 Mton CO 2 e per tahun, 15% Sementara, Presiden meningkat dari tingkat emisi Susilo Bambang Yudhoyono bertekad rujukan. mengurangi emisi Indonesia hingga 26% (750 megaton) dan Strategi Nasional REDD+ menargetkan pengurangan 0,4 gigaton dari sektor kehutanan. Gambar 2 2 Tingkat emisi rujukan bagi Gambar 2.2 Tingkat emisi rujukan bagi tiap provinsi berdasarkan data historis angka deforestasi hutan dan gambut s (Bappenas 2010 Stranas REDD ver2).

Lampiran 1. Data digunakan untuk membuat PIM Sumatera Untuk membuat PIM Sumatera PIM, kami menggunakan data berikut: 1. Hutan alam 2008/2009: peta hutan alam Sumatera WWF berdasarkan interpretasi visual terhadap citra Landsat 2008/2009 (WWF Indonesia, 2010) 2. Kawasan gambut: Atlas gambut Sumatera Wetlands International (2003) dan Laumonier (1997) 3. Konsesi hutan tanaman industri (HTI) : Kemenhut (2010) 4. Konsesi sawit (HGU) : Kemenhut (2010) 5. Konsesi hak pengusahaan hutan (HPH) : Kemenhut (2010) 6. Kawasan Lindung & kawasan konservasi: Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan, Padu Serasi

Lampiran 2. Data digunakan untuk membuat PIM Riau (1) Definisi WWF soal hutan alam adalah vegetasi alam asli (sebagai lawan dari anthropogenis) yang didominasii i oleh pohon dengan tutupant mahkota lebih dari 10%. dan berdasarkan pada interpretasi visual mozaik citra Landsat 2008 dan 2009 dan pengecekan lapangan (WWF Indonesia 2010). Peta tutupan lahan Kementerian Kehutanan diambil dari Peta Interaktif WEBGIS Kehutanan http://webgis.dephut.go.id yang agaknya berdasarkan pada interpretasi visual atau otomatis interpretasi dari citra Landsat 2008 dan 2009 namun tidak memiliki kategori yang dinamakan hutan alam. Kami menduga yang berikut ini setara dengan hutan alam WWF : 1. Hutan Lahan Kering Primer (Dryland Primary Forest) 2. Hutan Lahan Kering Sekunder (Dryland Secondary Forest) 3. Hutan Mangrove Primer (Primary Mangrove Forest) 4. Hutan Mangrove Sekunder (Secondary Mangrove Forest) 5. Hutan Rawa Primer (Primary Swamp Forest) 6. Hutan Rawa Sekunder (Secundary Swamp Forest) Ada beberapa perbedaan dalam kawasan hutan alam antara data WWF dan MoF (lihat slide berikut). Kami memutuskan menggunakan data WWF untuk analisa ini, karena data tsb telah diverifikasi di lapangan. Jika PIM diproduksi berdasarkan pada data Kementerian Kehutanan, ada resiko bahwa sebagian hutan alam yang masih tegak saat ini bisa dikeluarkan dari moratorium karena kesalahan peta. Verifikasi lapangan soal kawasan moratorium yang pasti menjadi sangat mendasar. Sebagian hutan alam pada peta yang diproduksi keduanya, WWF dan Kemenhut, baru saja ditebangi karena peta ini berdasarkan pada citra satelit 2008 / 2009.

Hutan alam Riau 2008/2009 dipetakan oleh Kemenhut dan WWF Kawasan warna khaki ini ditutupi oleh hutan, banyak di antaranya ada di dalam HPH bersertifikasi ifsc (PT Diamond Raya Timber), namun peta Kemenhut menunjukkan tidak ada hutan alam. Hutan alam 2008/2009 didelineasi oleh: Area (ha) Kemenhut dan WWF 1.929.731 Kemenhut saja 584.206 WWF saja 636.899 Kawasan oranye ini tidak ada lagi memiliki hutan alam saat ini, namun Kemenhut menampakkannya seperti berhutan!

Lampiran 3. Data digunakan untuk memproduksi PIM Riau (2) EoF tengah mengumpulkan data konsesi akasia (HTI, hutan alam bisa ditebang secara legal ), konsesi tebang pilih (HPH, hak penguasaan hutan, sebagian hutan alam bisa ditebangi secara legal ) dan konsesi sawit HGU, hak guna usaha, hutan alam boleh ditebangi secara legal ), data berasal dari sumber beragam seperti terdaftar dalam bagian catatan dari slide ini. Kementerian Kehutanan baru-barub inii menerbitkan data konsesi HTI, HPH dan sawit dalam Peta Interaktif pada Peta Interaktif WEBGIS Kehutanan. Dua perangkat data memiliki sejumlah perbedaan. Untuk analisa ini kami memilih menggunakan database EoF karena itu telah diverifikasi di lapangan. Perbedaan dalam data mungkin menampakkan isu legalitas dengan sejumlah konsesi. Peta Interaktif WEBGIS Kehutanan juga mengikuti izin-izin ini. Kami mengabaikannya dalam analisa ini karena dampaknya kepada hutan alam agak kecil. (Kebanyakan kawasan itu yang mereka tutup baru saja dirusak). Pinjam Pakai Kawasan Hutan Transmigrasi Kami tidak memiliki data pertambangan dan konsesi lainnya yang mungkin menyebabkan deforestasi saat ini. Karena itu, mustahil menghitung ancaman tersebut.