FUNGSI RANGE OF MOTION (ROM) PADA PENDERITA STROKE PASCA PERAWATAN RUMAH SAKIT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

IKRIMA RAHMASARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

KEEFEEKTIFAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA PASIEN STROKE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS FUNGSIONAL PASIEN PASCA STROKE DI WILAYAH KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN ANALISIS JURNAL PENELITIAN PENGARUH LATIHAN LINGKUP GERAK SENDI (ROM) TERHADAP

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

KARYA TULIS ILMIAH PERAN KELUARGA DALAM PRAKTIK MOBILISASI PASIEN PASCA STROKE

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

STUDI DESKRIPTIF DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DALAM MENJALANI REHABILITASI STROKE DI RSUD BENDAN PEKALONGAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang mencakup disegala bidang antara lain : politik, ekonomi, sosial

BAB I PENDAHULUAN. merokok, mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang memiliki. kurang beristirahat dan berolahraga. (Auryn, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik,

BAB I PENDAHULUAN. tanda klinis. Gangguan ini berlangsung lebih dari 24 jam dapat. World, 2008). Di Amerika, dua per tiga orang mengalami defisit

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. global dan merupakan penyebab kecacatan yang paling banyak. Penderita

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR.

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

TINGKAT KETERGANTUNGAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN STROKE INFARK HEMIPARESE

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), stroke. merupakan penyebab kematian kedua di dunia sebanyak 6,9 juta di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. negara. Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum bahwa cita cita bangsa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

PENGARUH TERAPI LATIHAN TERHADAP KEMANDIRIAN MELAKUKAN AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN STROKE ISKEMIK

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

BAB І PENDAHULUAN. semakin tidak terkendali seperti: pergeseran pola makan kearah yang serba

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

KARYA TULIS ILMIAH KEMAMPUAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING S) PADA PASIEN PASCA STROKE

Transkripsi:

FUNGSI RANGE OF MOTION (ROM) PADA PENDERITA STROKE PASCA PERAWATAN RUMAH SAKIT Arif Bachtiar, Nurul Hidayah, Ratih Poltekkes Kemenkes Malang Jl.Besar Ijen No 77 C Malang e-mail: nh_07@yahoo.com Abstract: Stroke is a disease or brain functional disorder. The design of this research is descriptive that aims to determine the range of motion s function in patients with stroke after hospital treatment. The data collection is done on the date of 5-25 May 2014 with accidental sampling technique, respondents were as many as 20 people. The results based on the ability obtained most of the respondent in both the ability range of motion is respondents (75%) and at least in the ability of respondents less range of motion is 2 respondents (10%), while based on the angle range of motion obtained most of the respondents both in terms of range of motion angle is 9 respondents (45%) and at least in the case of the respondents is quite range of motion angle is respondents (%). From the results of this study,respondents began to learn about the practice range of motion (ROM) associated with physiotherapy to recover a physical disability and can work as before with minimal assistance Keywords: stroke, range of motion, after hospital treatment Abstrak: Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui fungsi range of motion pada penderita stroke pasca perawatan rumah sakit. Pengambilan data ini dilakukan pada tanggal 5 25 Mei 2014 dengan teknik accidental sampling, responden sebanyak 20 orang. Hasil penelitian berdasarkan kemampuan rentang gerak didapatkan paling banyak responden baik dalam kemampuan rentang gerak sebanyak responden (75%) dan paling sedikit responden kurang dalam kemampuan rentang gerak yaitu 2 responden (10%), sedangkan berdasarkan besar sudut rentang gerak didapatkan paling banyak responden baik dalam hal besar sudut rentang gerak sebanyak 9 responden (45%) dan paling sedikit responden cukup dalam hal besar sudut rentang gerak yaitu responden (%). Dari hasil penelitian ini diharapkan responden mulai mempelajari tentang latihan range of motion (ROM) yang berkaitan dengan tindakan fisioterapi untuk memulihkan kecacatan fisik dan dapat beraktifitas seperti sebelumnya dengan bantuan minimal. Kata Kunci: stroke, range of motion, pasca perawatan rumah sakit PENDAHULUAN Stroke merupakan penyakit neurologis terbanyak yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada kecacatan dan kematian akibat dari adanya disfungsi motorik dan sensorik yang disebabkan oleh gangguan aliran darah otak non-traumatik (Subianto, 2012). Penyakit stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke akut didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau stroke perdarahan (stroke hemoragi) (Junaidi, 2011). Berdasarkan WHO 2010 setiap tahunnya terdapat juta orang di seluruh dunia menderita stroke. Diantaranya jumlah kematian sebanyak 5 juta dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen. Penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi 2 penyebab utama kecacatan pada usia dewasa dan merupakan salah satu penyebab terbanyak di dunia. Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama pissn 244-1125 eissn 2442-887 1 1

JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 1, MARET 20: 1-5 kematian setelah penyakit jantung koroner dan kanker di negara-negara berkembang. Negara berkembang juga menyumbang 85.5% dari total kematian akibat stroke di dunia, dua pertiga penderita stroke terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Terdapat sekitar 1 juta korban stroke baru setiap tahun, dimana sekitar 4.4 juta diantaranya meninggal dalam 12 bulan (WHO, 200). Data yang dirilis oleh Yayasan Stroke Indonesia sungguh membuat kita khawatir, dinyatakan bahwa kasus stroke di Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Setelah tahun 2000 kasus stroke dideteksi terus melonjak. Di tahun 2004 berdasarkan penelitian dari beberapa rumah sakit menemukan pasien rawat inap yang disebabkan oleh stroke berjumlah 2. orang. Sedangkan yang rawat jalan atau tidak dibawa ke dokter tidak diketahui jumlahnya. Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2007 mendata kasus stroke di wilayah perkotaan di provinsi dan 440 kabupaten mengumpulkan sebanyak 258. sampel rumah tangga perkotaan dan 987.205 sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran berbagai variabel kesehatan masyarakat, hasilnya adalah penyakit stroke merupakan pembunuh utama di kalangan perkotaan dan pedesaan (Waluyo, 2009). Sedangkan di Jawa Timur prevalensi stroke masih cukup tinggi yaitu 0,8% dan kasus untuk wilayah kota surabaya prevalensi penderita stroke adalah 0,7% (Balitbangkes, 2008 dalam Satiti, 201 ). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Nganjuk didapatkan data dari rekam medik yang menyatakan pada tahun 2011 sebanyak 479 pasien yang menderita stroke dan 4 pasien stroke di tahun 2012 dan sebanyak di tahun 201. Sementara yang terjadi pada kecamatan Nganjuk sebanyak 21 orang penderita stroke di tahun 201. Berdasarkan hasil wawancara kepada orang penderita stroke di kecamatan Nganjuk, 2 penderita diantaranya mengatakan tidak pernah melakukan latihan ROM namun hanya dengan terapi obat saja, dan 4 penderita yang lain mengatakan pernah melakukan latihan ROM aktif maupun pasif. Keadaan pasien pasca stroke dalam perjalanannya sangat beragam, bisa pulih sempurna, bisa sembuh dengan cacat ringan, sedang dan berat khususnya pada kelompok umur 45 tahun (Junaidi, 2011). Cacat yang diderita dapat mengakibatkan penderita tidak mampu melakukan banyak hal misalnya, tidak mampu berbicara atau berkomunikasi, tidak dapat berjalan, harus dibantu buang air besar, harus dibantu makan, masih ngompol, harus dibantu pindah dari tempat tidur ke kursi, harus dibantu berpakaian, mandi dan mencuci. Bila penderita mampu, ia diajar untuk duduk, meningkatkan rasa keseimbangannya, diajar berdiri dan berjalan (Lumbantobing, 2007). Salah satu rehabilitas yang dapat diberikan pada penderita stroke adalah latihan rentang gerak atau latihan range of motion (ROM). ROM aktif-pasif dilakukan dengan cara penderita menggunakan lengan atau tungkai yang berlawanan dan lebih kuat untuk menggerakan setiap sendi pada ekstermitas yang tidak mampu melakukan gerakan aktif. Peran perawat dalam mengatasi masalah terjadinya gangguan mobilitas meliputi membantu penderita stroke dalam melakukan latihan rentang gerak, membantu memenuhi kebutuhan aktifitasnya dan memberikan penyuluhan kepada keluarga cara merawat pasien stroke pasca perawatan rumah sakit dengan kondisi gangguan rentang gerak. Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal dan transversal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan kebelakang, membagi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati bagian tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah (Potter & Perry, 200). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui fungsi rentang gerak pada penderita stroke pasca perawatan Rumah Sakit di Kecamatan Nganjuk. 2 pissn 244-1125 eissn 2442-887

METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yang akan menggambarkan fungsi range of motion (ROM) pada penderita stroke pasca perawatan rumah sakit di wilayah kerja RSUD Nganjuk, jumlah penderitanya sebanyak 52 orang. Dengan kriteria sampel: Semua penderita stroke yang pernah dirawat. Penderita stroke yang berdomisili di kecamatan Nganjuk, bersedia menjadi responden, bisa membaca dan menulis. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling, yang berjumlah 20 responden. Variabel dalam penelitian ini adalah fungsi range of motion (ROM) pada penderita stroke pasca perawatan rumah sakit. Definisi operasional dari variabel fungsi ROM pada penderita stroke pasca perawatan rumah sakit dibagi menjadi 2 sub variabel: 1) kemampuan penderita stroke melakukan rentang gerak yaitu kemampuan penderita dalam melakukan rentang gerak, 2) besar sudut pada rentang gerak penderita stroke yaitu besar sudut ROM Instrumen dalam penelitian ini menggunakan observasi terstruktur. Dimana pada kemampuan ROM dengan observasi, besar sudut ROM menggunakan observasi dan pengukuran Goniometer. Peneliti secara cermat mendefinisikan yang akan diobservasi melalui suatu perencanaan yang matang. Peneliti tidak hanya mengobservasi fakta-fakta yang ada pada subyek, tetapi lebih didasarkan pada perencanaan penelitian yang sudah disusun pengelompokannya, pencatatan, dan pemberian kode terhadap hal-hal yang sudah ditetapkan (Nursalam, 2008) Penelitian dilakukan di Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk pada bulan Februari sampai Maret 2014. HASIL PENELITIAN Hasil-hasil penelitian dikategorikan dalam karakteristik umum dan karakteristik khusus responden. Karakteristik umum responden meliputi karakteristik umur, jenis kelamin dan tindakan fisioterapi yang dilakukan. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan sebanyak 11 orang laki-laki dan sisanya 9 orang perempuan. Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 45 dan 5 5 tahun yaitu masing-masing responden (0%) dan responden yang berumur 2 5 tahun yaitu hanya 1 responden (5%). Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengikuti tindakan fisioterapi yaitu sebanyak 14 responden (70%) dan paling sedikit tidak mengikuti fisioterapi yaitu responden (0%). Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur Umur (Tahun) F % 2 5 45 4 55 5 5 75 1 4 5 0 0 20 Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan fisioterapi Tindakan Fisioterapi F % Mengikuti Tidak mengikuti 14 70 0 Tabel. Distribusi frekuensi berdasarkan kemandirian melakukan latihan range of motion (ROM) Kategori F % Kurang Cukup Baik 2 10 75 Tabel 4. Distribusi frekuensi berdasarkan besar gerakan range of motion (ROM) Kategori F % Kurang Cukup Baik 8 9 40 45 pissn 244-1125 eissn 2442-887

JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 1, MARET 20: 1-5 Data khusus berupa kemandirian dalam melakukan latihan range of motion (ROM) disajikan pada Tabel dan 4. Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa paling banyak responden baik dalam kemandirian melakukan latihan range of motion (ROM) sebanyak responden (75%) dan paling sedikit responden kurang dalam kemandirian melakukan latihan range of motion (ROM) yaitu 2 responden (10%). Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dengan kategori baik dalam hal besar gerakan range of motion (ROM) yaitu sebanyak 9 responden (45%) dan responden kategori cukup sebanyak responden (%). PEMBAHASAN Hasil penelitian kemandirian dalam melakukan latihan range of motion (ROM) pada responden dapat diketahui bahwa mayoritas responden dalam kategori baik dalam kemandirian melakukan latihan range of motion (ROM) yaitu sebanyak responden (75%) dan responden dalam kategori kurang sebanyak 2 responden (10%). Menurut peneliti hal tersebut disebabkan karena sebagian besar dari responden selalu mengikuti latihanlatihan rentang gerak pada tindakan fisioterapi dan responden juga rutin untuk melakukan kontrol kesehatan setiap bulannya. Selain itu sebagian besar dari responden mengalami derajat kecacatan yang ringan sehingga setelah dilakukan perawatan rutin keadaan range of motion (ROM) dari responden cepat pulih kembali dan dapat melakukan aktivitas seperti sediakala walaupun dengan bantuan minimal dari anggota keluarga responden. Selain itu kemandirian dalam melakukan rentang gerak juga di pengaruhi oleh koping individu yang kurang, karena ada sebagian dari responden yang sebenarnya bisa melakukan secara mandiri walau pun secara perlahan namun responden mengatakan tidak bisa. Hal itu dipengaruhi kurangnya pengetahuan dari responden dan keluarganya mengenai perawatan yang tepat pada penderita stroke pasca perawatan rumah sakit. Menurut Junaidi (2011), beberapa kecacatan yang mungkin diderita penderita stroke setelah serangan stroke adalah tidak mampu berbicara atau kemampuan berkomunikasi menjadi berkurang, tidak mampu berjalan secara mandiri, perlu bantuan orang lain atau alat, ketidakmampuan berpindah posisi, misal dari tempat tidur ke kursi, perlu bantuan dalam melakukan aktifitas seharihari, misalnya berpakaian, mandi, mencuci, dan lain-lain. Setelah masa kritis lewat maka saatnya meneruskan proses kesembuhan yang lebih lagi dengan melakukan rehabilitasi yang akan membuat penderita berada dijalan menuju kesembuhan. Rehabilitasi tersebut ialah Fisioterapi yaitu pelatihan pergerakan peregangan atau tindakan lainnya yang memainkan peranan penting dalam pelatihan yang dijalani. Fisioterapi dilakukan sesegera mungkin setelah serangan stroke, satu hingga tiga hari setelah terkena stroke. Tujuan fisioterapi untuk membantu penderita menyelesaikan tugas sehari-hari seperti sediakala. Beberapa bidang yang dilatih adalah berdiri, berjalan, mengambil dan menggunakan bendabenda, khususnya peralatan makan. Besar sudut gerakan range of motion (ROM) pada responden dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam kategori baik dalam hal besar gerakan range of motion (ROM) yaitu sebanyak 9 responden (45%) dan responden dengan kategori cukup dalam hal besar gerakan range of motion (ROM) yaitu responden (%). Menurut peneliti besar gerakan range of motion (ROM) tergantung pada tingkat kecacatan yang dialami oleh responden. Semakin ringan tingkat kecacatan yang dialami responden maka semakin baik dalam hal besar gerakan range of motion-nya begitu pula sebaliknya semakin berat tingkat kecacatan yang dialami oleh responden maka semakin kurang dalam hal besar gerakan range of motion-nya, selain itu besar gerakan range of motion (ROM) juga dipengaruhi oleh lamnya waktu pemulihan dan upaya yang dilakukan responden untuk memulihkan atau menormalkan kembali anggota tubuhnya yang mengalami kecacatan. Selain itu sebagian dari responden ada yang kurang kooperatif dalam melakukan latihan rentang gerak dengan 4 pissn 244-1125 eissn 2442-887

mengatakan sudah mentok sampai disalah satu sisi yang padahal tanpa disadari dengan bantuan peneliti responden dapat melakukan gerakan yang besar sudut rentang geraknya mendekati batas normal, hal itu dikarenakan responden takut melakukan gerakan tersebut dengan alasan takut terjadinya patah tulang atau fraktur. Besar sudut gerakan range of motion (ROM) dapat pulih kembali dengan latihan-latihan fisioterapi dan keaktifan responden dalam melatih bagian anggota tubuhnya yang mengalami kecacatan pasca serangan stroke dengan demikian anggota tubuh responden jadi terbiasa untuk di gerakkan dan dapat pulih seperti sediakala. Menurut Junaidi (2011) menyatakan bahwa, untuk menilai tingkat kecacatan pascastroke dapat digunakan beberapa sistem, diantaranya dengan menggunakan skala Ranking yang dimodifikasi (The Modified Ranking Scale), dengan skala Kecacatan derajat 0 : Tidak ada gangguan fungsi, Kecacatan derajat 1 : a) hampir tidak ada gangguan fungsi aktifitas sehari-hari, b) penderita mampu melakukan tugas dan kewajiban seharihari, Kecacatan derajat 2 (ringan) : penderita tidak mampu melakukan beberapa aktifitas seperti sebelumnya, tetapi tetap dapat melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain, Kecacatan derajat (sedang): penderita memerlukan bantuan orang lain tetapi masih mampu berjalan tanpa bantuan orang lain, walaupun mungkin menggunakan tongkat, Kecacatan derajat 4 (sedang-berat) : a) penderita tidak dapat berjalan tanpa bantuan orang lain, b) perlu bantuan orang lain untuk menyelesaikan sebagian aktifitas diri seperti mandi, pergi ke toilet, walaupun mungkin menggunakan tongkat, Kecacatan derajat 5 (berat): penderita terpaksa berbaring di tempat tidur dan buang air besar dan kecil tidak terasa (inkontinensia), selalu memerlukan perawatan dan perhatian. PENUTUP Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut, berdasarkan kemandirian melakukan latihan range of motion (ROM) dari responden didapatkan responden (75%) atau lebih dari sebagian responden dengan kategori baik dalam kemandirian melakukan latihan range of motion (ROM). Berdasarkan besar gerakan range of motion (ROM) dari responden didapatkan 9 responden (45%) atau mayoritas responden baik dalam hal besar gerakan range of motion (ROM). Dari hasil penelitian ini diharapkan responden mulai mempelajari tentang latihan range of motion (ROM) yang berkaitan dengan tindakan fisioterapi untuk memulihkan kecacatan fisik dan dapat beraktifitas seperti sebelumnya dengan bantuan minimal. DAFTAR PUSTAKA Junaidi. I. 2011. STROKE. Yogyakarta : Andi Offset. Lumantobing, S.M. 2007. Stroke Bencana Perdarahan Darah di Otak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penilitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Pottrer, & Perry.200. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik, Ed. 4, Vol.2. Jakarta : EGC Satiti, P.K. 201. Gambaran Lima Tugas Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluargayang Mengalami Stroke Tahap Rehabilitasi di Kabupaten Brebes Bagian Utara. Skripsi. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman Subianto, R. 2012. Pengaruh Latihan ROM Terhadap Perubahan Mobilisasi Pada Pasien Stroke. Penelitian.Universitas Muhammadiyah Ponorogo Waluyo, S. 2009. STROKE. Jakarta : Elex Media Komputindo World Health Organization. 200. STEP Stroke Surveillance. Available from: http://www.who.int/entity/ chp/steps.section1_introduction.pdf. diakses pada April 2014 pissn 244-1125 eissn 2442-887 5