HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENGEPAKAN DI PT. DJITOE INDONESIA TOBAKO

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PELINTINGAN MANUAL DI PT. DJITOE INONESIA TOBAKO

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan, manusia selalu mengadakan bermacam macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

PENGARUH MUSIK TERHADAP SEMANGAT KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DIBAGIAN LINTING ROKOK PT. DJITOE INDONESIA TOBAKO SURAKARTA

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

Kata kunci : Sikap Kerja, Keluhan Muskuloskeletal Disorder

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

ABSTRACT. Key words : age, length of employment, vibration, musculoskeletal complaints ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

HUBUNGAN ANTARA POSISI KERJA DENGAN KELUHAN MUKULOSKELETAL PADA EKSTREMITAS BAWAH TENAGA KERJA MATAHARI MEGA MALL DI MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

Kata kunci: Status Gizi, Umur, Beban Kerja Fisik, Keluhan Muskuloskeletal.

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

Disusun Oleh : FREDYLA J PROGRAM FAKULTAS

PENGARUH SIKAP KERJA DUDUK TERHADAP KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA BAGIAN PELINTINGAN ROKOK DI PT. DJITOE INDONESIA TOBACCO BAB I

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Data Produksi Tahun Sumber : PT.Karya Kita. Gambar I.2 Alur Proses Produksi PT.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMBUATAN BATU BATA

EVALUASI POSTUR KERJA DENGAN METODE OWAS TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA MANUAL HANDLING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

HUBUNGAN TEKNIK ANGKAT BEBAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DI INDUSTRI PAVING BLOK DESA MEKARWANGI KECAMATAN CISAYONG KABUPATEN TASIKMALAYA 2014

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS (CTDs) PADA PEKERJA PELINTINGAN ROKOK MANUAL DI PT.

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ADI OKANANTO J

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PENGARUH PENAMBAHAN WAKTU ISTIRAHAT PENDEK TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PAKERJA PELINTING ROKOK DI PT. DJITOE INDONESIA TOBACCO BAB I

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. negara. Industri sepenuhnya terintegrasi ke dalam rantai pasokan secara

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu

HUBUNGAN GERAKAN BERULANG PADA TANGAN DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA PENJULID BUKU DI PT. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN SUKOHARJO

MASA KERJA, SIKAP KERJA DAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT SURYA BESINDO SAKTI SERANG

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. tindakan/perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : RIA NUR ELLYANA J

BAB 1 PENDAHULUAN. (Azhar, 2011). Banyak ditemui keluhan dari para pekerja terkait masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN UMUR DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA BURUH BAGASI DI PELABUHAN SAMUDERA BITUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH SKRIPSI. DisusunGunaMemenuhi Salah SatuSyaratUntuk MemperolehIjazah S1 Kesehatan Mayarakat. Disusunoleh :

HUBUNGAN ANTARA UMUR, LAMA KERJA DAN GETARAN DENGAN KELUHAN SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA SOPIR BUS TRAYEK MANADO LANGOWAN DI TERMINAL KAROMBASAN


HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN WINDING

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan produktifitas tenaga kerja serta perbaikan mutu produk dalam suatu

SKRIPSI. Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Non Spesifik pada Pengemudi Angkutan Kota di Terminal Ubung

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

BAB I PENDAHULUAN. kematian termasuk 37% back pain, 15% hearing loss, 13% chronic obstructive

HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN OTOT SENDI PADA OPERATOR KOMPUTER BAGIAN KEUANGAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

EVALUASI POSTUR KERJA DENGAN METODE OWAS TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA MANUAL HANDLING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

ABSTRAK HUBUNGAN POSISI KERJA DOKTER GIGI TERHADAP LOW BACK PAIN DI RSKGM KOTA BANDUNG

HUBUNGAN POSTUR KERJA TIDAK ERGONOMIS DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN MUSCOLOSKELETAL DISORDERS

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

Transkripsi:

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENGEPAKAN DI PT. DJITOE INDONESIA TOBAKO ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : AGUSTIN DWI ARFIASARI J 410 090 004 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENGEPAKAN DI PT. DJITOE INDONESIA TOBAKO Agustin Dwi Arfiasari J 410 090 004 Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta 57162 Abstrak PT. Djitoe Indonesia Tobako adalah perusahaan di Surakarta yang fokus pada produksi rokok. Upaya yang dilakukan oleh PT. Djitoe Indonesia Tobako adalah mengimplementasikan kerja borongan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan postur kerja dengan keluhan muskuloskeletal dan produktivitas kerja pada karyawan bagian pengepakan di PT. Djitoe Indonesia Tobako. Metode penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian pengepakan sebanyak 28 responden. Pemilihan sampel dengan total sampling sebanyak 28 responden. Uji statistik menggunakan uji korelasi Person Product Moment dengan menggunakan SPSS 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang cukup kuat r = 0,439 dan signifikan dengan nilai p 0,019 antara postur kerja dengan keluhan muskuloskeletal. Ada hubungan yang cukup kuat r = -0,512 dan signifikan dengan nilai p 0,005 antara postur kerja dengan produktivitas. Ada hubungan yang kuat r = -0,753 dan signifikan dengan nilai p 0,005 antara keluhan muskuloskeletal dengan produktivitas. Dari hasil tersebut diketahui bahwa ratarata nilai postur kerja dalam kategori berisiko tinggi dimana diperlukan tindakan segera. Sedangkan rata-rata nilai keluhan muskuloskeletal dalam kategori rendah atau belum perlu adanya tindakan perbaikan, sedangkan rata-rata nilai produktivitas adalah 20.00 dengan nilai produktivitas lebih dari rata-rata adalah 9 responden dan kurang dari rata-rata adalah 19 responden Kata kunci : Postur Kerja, Keluhan Muskuloskeletal, Produktivitas. Abstract PT. Djitoe Indonesia Tobako was a corporation that focused to cigarette production. One of PT. Djito Indonesia Tobako effort was contracting work implementation. The purpose of this research was to study about working-posture with musculoskeletal complaints correlation work s productivity of packing department employees of PT. Djitoe Tobacco Indonesia. The method used in here was analytics survey uses cross-sectional approach. Population of this research was all the packing department employees include 28 respondences. Sampling used in this research was total sampling include 28 respondences. Statistic test

used in here was correlation Person Product Moment test with SPSS 21. Research results shown that there was a significant and solid correlation r =0,439 between working-posture with musculoskeletal complaints with p 0,019 and positive coefficient correlation. There was a solid and significant correlation r =-0,512 between working-posture and working productivity with score of p 0,005 and negative coefficient correlation. There was also solid and significant correlation = 0,753 between musculoskeletal complaints and productivity with score of p 0,005 and negative coefficient correlation. From these results it was known that the average value of work postures in the high risk category which required immediate action.. While the average value of musculoskeletal complaints in the low category or not the need for remedial action, while the average value of productivity was 20.00 with value productivity more than the average was 9 respondences and less than the average respondences was 19. Key Words : Working posture, Musculoskeletal Complaints, Productivity. PENDAHULUAN Negara Indonesia yang masih memiliki banyak tenaga kerja dengan ketrampilan maupun tingkat pendidikan rendah memiliki konsekuensi beban kerja yang mengarah ke fisik. Penyakit yang sering muncul akibat beban kerja fisik ini adalah nyeri pinggang (low back pain) dan nyeri pinggang merupakan salah satu gejala dari kelelahan. Gejala kelelahan tersebut banyak dialami oleh karyawan yang pekerjaannya bersifat monoton dan berulang-ulang. Misalnya saja, operator mesin tenun, mesin cetak dan sejenisnya (Nugraheni, 2009). PT. Djitoe Indonesia Tobacco merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi rokok yang terletak di Jl. Lu. Adisucipto No. 51, Solo, Jawa Tengah. PT. Djitoe Indonesia Tobacco memiliki bagian-bagian antara lain bagian Linting 1 dan 2, Packing SKT 1 dan 2, Sortir, Packing SKM 1 dan 2, Making SKM, Prossesing (Saos), dan Mesin Scrub. Peneliti memilih bagian Packing 1 dan 2 dikarenakan berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh Balai

Pelatihan dan Pengujian Keselamatan Kerja dan Hiperkes tahun 2013 di bagian produksi, tenaga kerja melakukan pekerjaan produksi rokok secara manual dan melakukan aktivitas berulang-ulang dengan postur kerja yang dinamis. Pekerjaan ini termasuk jenis pekerjaan yang memerlukan ketelitian, sehingga membutuhkan daya konsentrasi yang tinggi. Dari hasil pemeriksaan kelelahan (Reaction Timer) pada 100 orang tenaga kerja dibagian produksi didapatkan hasil yaitu, Kelelahan Kerja Normal : 34 orang (34%), Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : 54 orang (54%), Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : 12 orang (12%). Menurut survei yang dilakukan oleh peneliti, para pekerja merasakan keluhan pinggang bagian belakang atau bisa disebut dengan keluhan muskuloskeletal. Postur kerja yang dilakukan pekerja pun juga tidak ergonomis, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi keluhan muskuloskeletal yang dirasakan oleh pekerja. Menurut penelitian Ulfi (2011) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur, masa kerja, dan postur kerja yaitu postur menjemur serta postur mengangkut dengan keluhan otot rangka segmen punggung dan lengan. Menurut penelitian Bukhori (2010), terdapat sebanyak 38 pekerja (79,2 %) tukang angkut beban penambang emas di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak yang mengalami Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Hal ini disebabkan oleh postur kerja yang membungkuk dan dilakukan secara berulang-ulang. Hasil penelitian dari Majelis Kedokteran Indonesia (2008), faktor yang berhubungan bermakna (p<0,05) dengan keluhan nyeri pada pekerja industri adalah kondisi distres, status anemia dan posisi kerja. Pekerja dengan kondisi distres berisiko 1,62 kali (95% CI: 1,25-2,11), anemia berisiko 1,56 kali (95% CI:

1,25-2,11) dan posisi duduk berisiko 1,51 kali (95% CI: 1,15-1,96) mengalami nyeri muskuloskeletal akibat kerja dibandingkan dengan pekerja yang sehat. Hal tersebutlah yang menjadi pendorong atau latar belakang peneliti dalam melakukan penelitian mengenai hubungan postur kerja dengan keluhan muskuloskeletal dan produktivitas kerja pada pekerja bagian pengepakan di PT. Djitoe Indonesia Tobako, Solo, Jawa Tengah. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan postur kerja dengan keluhan muskuloskeletal dan produktivitas kerja pada karyawan bagian pengepakan di PT. Djitoe Indonesia Tobako. 2. Tujuan khusus a) Untuk menilai postur kerja pada karyawan bagian pengepakan di PT. Djitoe Indonesia Tobako. b) Untuk menilai keluhan muskuloskeletal kerja pada karyawan bagian pengepakan di PT. Djitoe Indonesia Tobako. c) Untuk menilai produktivitas kerja pada karyawan bagian pengepakan di PT. Djitoe Indonesia Tobako METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei analitik, yaitu dimana peneliti mencoba menggali bagamana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi

(Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini dilakukan di PT. Djitoe Indonesia Tobako, Solo Jawa Tengah. Dengan waktu yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2013. Sampel yang digunakan sebanyak 28 orang pekerja dengan menggunakan teknik total sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Korelasi Person Product Moment dengan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai p 0,05 maka Ho diterima dan jika nilai p > 0,05 maka Ho ditolak. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil a. Postur Kerja, Keluhan muskuloskeletal dan Produktivitas Postur kerja yang dilakukan pada bagian pengepakan adalah berdiri pada saat pengambilian lintingan rokok untuk dimasukkan pada sebuah bungkus, duduk pada saat pengepakan rokok, kemudian memutarkan sebagian badan kearah samping untuk mengambil kardus box yang akan diisi press rokok, postur kerja membungkuk pada saat memasukkan press rokok kedalam sebuah box dan mengangkut box untuk disimpan kedalam gudang. Hasil pengukuran postur kerja dari 28 responden memiliki nilai minimum 4 dan nilai maksimum 7 dengan rata-rata 5.96 dan standar deviasi 1.23, sedangkan keluhan muskuloskeletal nilai minimum 2 dan maksimum ada 21 dengan rata-rata 10.21 dan standar deviasi 5.64,

sedangkan Produktivitas nilai minimumnya ada 5.44 dan nilai maksimumnya ada 78.50 dengan rata-rata 20 dan standar deviasi 19.01. b. Hubungan antara Postur Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal Berdasarkan hasil pengukuran didapat koefisen korelasi (r) 0,439 yang artinya bahwa hubungan antara postur kerja dengan keluhan muskuloskeletal dalam kategori cukup kuat dan nilai p = 0,019 < 0,050 yang artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara postur kerja dan keluhan muskuloskeletal. Karena nilai koefisien korelasinya positif maka semakin tinggi nilai tingkat risiko postur kerja maka semakin tinggi risiko keluhan muskuloskeletal. c. Hubungan antara Postur Kerja dengan Produktivitas Dari hasil pengukuran didapat koefisen korelasi (r) -0,512 yang artinya bahwa hubungan antara postur kerja dengan produktivitas dalam kategori cukup kuat dan nilai p = 0,005 < 0,050 yang artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara postur kerja dan produktivitas kerja. Karena nilai koefisien korelasinya negatif maka semakin tinggi nilai tingkat risiko postur kerja maka produktivitas semakin rendah. d. Hubungan antara Keluhan Muskuloskeletal dengan Produktivitas Menurut hasil pengukuran didapat koefisen korelasi (r) -0,753 yang artinya bahwa hubungan antara kelelahan otot dengan produktivitas dalam kategori kuat dan nilai p = 0,005 < 0,050 yang artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara keluhan muskuloskeletal dan produktivitas kerja. Karena nilai koefisien korelasinya negatif maka

semakin tinggi risiko keluhan muskuloskeletal maka produktivitas semakin rendah. 2. Pembahasan a. Postur Kerja, Keluhan muskuloskeletal dan Produktivitas Menurut Santoso (2004), postur kerja adalah proses kerja yang sesuai ditentukan oleh anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang digunakan pada saat bekerja. Berdasarkan hasil penelitian mengenai postur kerja, keluhan muskuloskeletal dan produktivitas kerja pada pekerja di bagian pengepakan PT. Djitoe Indonesia Tobako terdapat 46.43% reponden yang memiliki tingkat risiko sangat tinggi yang berarti bahwa diperlukan adanya investigasi dan perbaikan segera terhadap postur kerja pada setiap tenaga kerja. Hal ini disebabkan oleh tempat duduk dan meja kerja yang kurang ergonomis dan luas pandangan yang kurang bebas. Postur kerja yang kurang tepat akan berakibat terhadap meningkatnya keluhan muskuloskeletal dan mempengaruhi hasil produktivitas kerja. Hasil kuesioner NBM sesudah bekerja adalah nilai Rendah 85.71% dan Sedang 14.29%.Hasil nilai kuesioner NBM dapat dilihat di lampiran 4 dan 5. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah umur responden yang sudah lebih dari 35 tahun, postur kerja yang tidak sesuai, waktu istirahat yang kurang, lama kerja, dan pola makan pekerja yang tidak teratur.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bukhori (2010) bahwa umur mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan keluhan otot leher dan bahu, bahkan ada beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa umur merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot (Tarwaka, 2010). Posisi kerja yang statis juga merupakan penyebab low back pain. Terdapat 9 reponden yang memiliki nilai produktivitas lebih dari rata-rata dan 19 responden memiliki nilai produktivitas kurang dari rata-rata. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain waktu istirahat yang kurang, lama kerja, pola makan yang tidak teratur, postur kerja yang tidak sesuai, dan keluhan muskuloskeletal. Menurut Setyawati (2010), secara garis besar faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja adalah faktor dalam diri pekerja misalnya keadaan psikis, fisik, usia, bakat, karakter, pengalaman, keahlian, pendidikan, kepuasan kerja, motivasi kerja, semangat kerja, dan persepsi pekerja terhadap gaji. b. Hubungan antara Postur Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa ada hubungan yang cukup kuat dengan r = 0,439 dan signifikan antara postur kerja dan keluhan muskuloskeletal dengan nilai p 0,019 dan koefisien koeralasi positif dimana semakin tinggi nilai tingkat risiko postur kerja maka semakin tinggi risiko keluhan muskuloskeletal. Hal ini disebabkan oleh faktor peralatan kerja yang tidak sesuai sehingga mempengaruhi postur

kerja pekerja yang kemudian berpengaruh juga terhadap keluhan muskuloskeletal. Postur kerja yang tidak sesuai akan menimbulkan keluhan muskuloskeletal. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Santoso (2004), postur kerja adalah proses kerja yang sesuai ditentukan oleh anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang digunakan pada saat bekerja. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Fathoni (2012) yang diperoleh nilai p value > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dan posisi kerja dengan low back pain. Namun dari 32 responden, ditemukan 6 perawat mengalami low back pain. Meskipun secara statistik tidak ada hubungan, posisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan low back pain. Menurut penelitian Bukhori (2010), terdapat sebanyak 38 pekerja (79,2 %) tukang angkut beban penambang emas di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak yang mengalami Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Hal ini disebabkan oleh postur kerja yang membungkuk dan dilakukan secara berulang-ulang. Pada bagian pengepakan pekerjaan yang dilakukan dapat digolongkan kedalam pekerjaan yang bersifat repetitif dan monoton. Hal ini sesuai dengan Suma mur (1989) bahwa yang termasuk dalam pekerjaan pekerjaan repetitif diantaranya yaitu pabrik tekstil, sepatu, rokok dan sebagainya.

Hasil penelitian dari Majelis Kedokteran Indonesia (2008), faktor yang berhubungan bermakna (p<0,05) dengan keluhan nyeri pada pekerja industri adalah kondisi distres, status anemia dan posisi kerja. Pekerja dengan kondisi distres berisiko 1,62 kali (95% CI: 1,25-2,11), anemia berisiko 1,56 kali (95% CI: 1,25-2,11) dan posisi duduk berisiko 1,51 kali (95% CI: 1,15-1,96) mengalami nyeri muskuloskeletal akibat kerja dibandingkan dengan pekerja yang sehat. c. Hubungan antara Postur Kerja dengan Produktivitas Hasil penelitian menjelaskan, ada hubungan yang cukup kuat r = -0,512 dan signifikan antara postur kerja dan produktivitas kerja dengan nilai p 0,005 dan koefisien koeralasi negatif dimana semakin tinggi nilai tingkat risiko postur kerja maka produktivitas semakin rendah. Rendahnya produktivitas dapat dipengaruhi oleh tingginya tingkat risiko postur kerja, karena jika dalam bekerja tingkat risiko postur kerja tinggi maka dapat menyebabkan cepat lelah, sehingga mempengaruhi rendahnya produktivitas. Dalam hal ini maka produktivitas semakin rendah jika tingkat risiko postur kerja semakin tinggi. Selain itu, menurut Tarwaka (2010) postur tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran, dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus melayani mesin (macam, arah dan kekuatan).

d. Hubungan antara Keluhan muskuloskeletal dengan Produktivitas Dari hasil penelitian, didapat hubungan yang cukup kuat r = - 0,753 dan signifikan antara keluhan muskuloskeletal dan produktivitas kerja dengan nilai p 0,005 dan koefisien koeralasi negatif dimana semakin tinggi risiko keluhan muskuloskeletal maka produktivitas semakin rendah. Keluhan muskuloskeletal dapat mempengaruhi produktivitas kerja, karena jika dalam bekerja semakin tinggi risiko keluhan muskuloskeletal maka dapat menyebabkan cepat lelah, sehingga mempengaruhi rendahnya produktivitas. Dalam hal ini maka produktivitas akan semakin rendah jika risiko keluhan muskuloskeletal semakin tinggi. Menurut Tarwaka (2010), level keluhan muskuloskeletal dari yang paling ringan hingga paling berat akan menggangu konsentrasi dalam bekerja, menimbulkan kelelahan dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas. Penyebab dari tingginya keluhan muskuloskeletal terdiri atas beberapa faktor antara lain peregangan otot yang berlebihan, aktivitas berulang, sikap kerja tidak alamiah, tekanan, getaran, mikroklimat, dan penyebab kombinasi. Faktor umur juga dapat menjadi munculnya risiko tingginya keluhan muskuloskeletal. Menurut Bukhori (2010), dampak yang diakibatkan oleh keluhan muskuloskeletal pada aspek produksi yaitu berkurangnya output, kerusakan material, produk yang hasil akhirnya menyebabkan

tidak terpenuhinya deadline produksi, pelayanan yang tidak memuaskan, dll. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Diketahui bahwa rata-rata nilai postur kerja dalam kategori berisiko tinggi dimana diperlukan tindakan segera. Sedangkan rata-rata nilai keluhan muskuloskeletal dalam kategori rendah atau belum perlu adanya tindakan perbaikan, sedangkan rata-rata nilai produktivitas adalah 20.00 dengan nilai produktivitas lebih dari rata-rata adalah 9 responden dan kurang dari rata-rata adalah 19 responden. b. Ada hubungan yang cukup kuat r = 0,439 dan signifikan antara postur kerja dengan keluhan muskuloskeletal dengan nilai p 0,019 dan koefisien koeralasi positif di mana semakin tinggi tingkat risiko postur kerja maka dapat meningkatkan keluhan muskuloskeletal. c. Ada hubungan yang cukup kuat r = -0,512 dan signifikan antara postur kerja dengan produktivitas kerja dengan nilai p 0,005 dan koefisien koeralasi negatif di mana semakin tinggi tingkat risiko postur kerja maka produktivitas kerja semakin rendah. d. Ada hubungan yang kuat r = -0,753 dan signifikaan antara keluhan muskuloskeletal dengan produktivitas dengan nilai p 0,005 dan koefisien korelasi negatif di mana semakin tinggi risiko keluhan muskuloskeletal maka produktivitas semakin rendah.

2. Saran Berdasarkan kesimpulan maka dapat disarankan sebagai berikut: 1) Bagi Perusahaan a) Memperbaiki sarana (seperti meja, kursi, dan alat kerja) yang tidak ergonomis dan sesuai dengan antropometri pengguna. b) Agar secepatnya memberlakukan sistem pengorganisasian kerja termasuk diantaranya mengatur waktu kerja dan waktu istirahat yang seimbang. 2) Bagi Pekerja a) Perbaikan posisi kerja dengan mengangkat secara ergonomis yaitu posisi punggung pada saat mengangkat tidak membungkuk. Tulang belakang diusahakan tetap lurus. b) Mengatur waktu kerja dan waktu istirahat yang seimbang sebagai upaya pencegahan paparan berlebihan dari risiko kegiatan pengangkutan.

DAFTAR PUSTAKA Balai Pelatihan dan Pengujian Keselamatan Kerja dan Hiperkes. 2013. Hasil Pemeriksaan Kesehatan Dan Pengujian Lingkungan Kerja Di PT. Djitoe Indonesia Tobacco. Surakarta Bukhori, E. 2010. Hubungan Faktor Resiko Pekerjaan Dengan Terjadinya Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Tukang Angkut Beban Penambang Emas di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. Fathoni, Himawan. 2012. Hubungan Sikap Kerja dan Posisi Kerja dengan Low Back Pain Pada Perawat RSUD Purbalingga. Jurnal Keperawatan Soedirman. Volume 7. No.2. Juli 2012. Majelis Kedokteran Indonesia. 2008. Keluhan Nyeri Muskuloskeletal pada Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Infokes. Vol. 58. No. 1. Januari 2008. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Santoso, G. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Cetakan I. Jakarta: Prestasi Pustaka. Setyawati, Lientje. 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Armara Books. Suma mur P. K. 1989. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: CV Haji Mas Agung. Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri. Edisi Pertama Cetakan Pertama. Surakarta : Harapan offset.