DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BULLYING. I. Pendahuluan

Gubernur Provinsi Daerah Khusus IbukotaJakarta

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas diperlukan tata tertib siswa yang terdiri dari hak, kewajiban, larangan dan sanksi.

10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 2005 tentang Pedoman Fasilitas Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media

III. METODE PENELITIAN. penelitian adalah pada Tahun Ajaran 2013/2014. yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

KALENDER PENDIDIKAN TK, TKLB, SD, SDLB, SMP, dan SMPLB TAHUN PELAJARAN 2009/2010

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG POLA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel

BAB II KEKERASAN YANG DI LAKUKAN OLEH GURU TERHADAP ANAK DI LINGKUNGAN SEKOLAH. A. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Kekerasan di lingkungan Sekolah

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. teori yang dikembangkan oleh Coloroso (2006:43-44), yang mengemukakan

ZâuxÜÇâÜ cüéñ Çá WtxÜt{ ^{âáâá \uâ~éàt ]t~tüàt KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS NOMOR 94 TAHUN 2004 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2017 TENTANG KOMITE DAERAH PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

KALENDER PENDIDIKAN SMA, SMALB, SMK, dan PNFI TAHUN PELAJARAN 2009/2010

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 1595/UN4/05.10/2013 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014

SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Yth. SURAT EDARAN TENTANG

2016, No Undang-Undang 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran N

VII. KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN Nomor : 1128/J04/P/2006 TENTANG KETENTUAN KETERTIBAN MAHASISWA DALAM KAMPUS

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 176 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 01/TAP/DPM UI/I/2015

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG

KALENDER PENDIDIKAN. TK, TKLB, SD, SDLB, SMP, SMPLB, SMA, SMALB, SMK dan PNFI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 KATA PENGANTAR

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 105 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN ACARA MENJELANG TAHUN BARU 2005

INGAT: DIISI DITANDATANGANI DIKEMBALIKAN KE SEKOLAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

KEPUTUSAN KEPALA SMA NEGERI 1 PURI KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR: / 660 / / 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL GURU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan belajar dengan aman dan nyaman. Hal tersebut dapat terjadi, karena adanya

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2009 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah;

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN JABATAN BIRO BINA MENTAL SPIRITUAL SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI PAPUA

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 1595/UN4/05.10/2013 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan

K O M I S I I N F O R M A S I

SMA NEGERI 23 JAKARTA KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT. KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH SMA NEGERI 23 JAKARTA Nomor : 22 Tahun 2015 TENTANG

TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 10 SAMARINDA

KALENDER PENDIDIKAN. TK, TKLB, SD, SDLB, SMP, SMPLB, SMA, SMALB, SMK dan PNFI TAHUN PELAJARAN 2010/2011 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS

PEMERINTAH PROVINS) DAERAH KHUSUS KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 829 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 17. Jl. Mangga Besar IV/i No. 27, Kel. Kec. Tamansari, Telp , Fax Jakarta Barat 11150

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

!ll~ :q;>~tplj~ ~ KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 605 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 13 WALIKOTA BANDUNG PERATURAN WALIKOTA BANDUNG

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

UPAYA MENGURANGI PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN UJI COBA LIMA HARI KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG JENIS DAN BENTUK PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN PENGEMBANGAN SEKOLAH SEHAT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

TATA TERTIB PESERTA DIDIK

KALENDER PENDIDIKAN. TK, TKLB, SD, SDLB, SMP, SMPLB, SMA, SMALB, SMK dan PNFI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 KATA PENGANTAR

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh antara pendidik dengan yang di didik (Sukmadinata, 2011).

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 88 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POLA ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ini dibuktikan oleh pernyataan Amrullah, Child Protection Program

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

G U B E R N U R L A M P U N G

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

G U B E R N U R L A M P U N G

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN JAM KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLORA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI PROVINSI BALI

PERATURAN WALI KOTA BONTANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

Transkripsi:

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 860 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGANAN TINDAK KEKERASAN PESERTA DIDIK DI LINGKUNGAN SEKOLAH (SMP, SMA DAN SMK) PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Menimbang : a. bahwa tindak kekerasan yang dilakukan oleh atau terhadap peserta didik di lingkungan sekolah kerap terjadi; b. bahwa untuk menangani tindak kekerasan tersebut perlu dibuat Prosedur Operasional Standar yang akan dijadikan pedoman dalam penanganan tindak kekerasan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan tentang Prosedur Operasional Standar Penanganan Tindak Kekerasan Peserta Didik Di Lingkungan Sekolah (SMP, SMA dan SMK) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014; 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkoba; 4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penciptaan Iklim Sekolah yang Menyenangkan dan Penumbuhan Budi Pekerti; 5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Sekolah; 6. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan; 7. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah;

8. Peraturan Gubernur Nomor 252 Tahun 2014 tentang Organisasi Tata Kerja Dinas Pendidikan; 9. Instruksi Gubernur Nomor 16 Tahun 2015 tentang Pencegahan Bullying serta Kekerasan di Lingkungan Sekolah; MEMUTUSKAN Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGANAN TINDAK KEKERASAN PESERTA DIDIK DI LINGKUNGAN SEKOLAH (SMP, SMA DAN SMK) PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. : Prosedur Operasional Standar Penanganan Tindak Kekerasan Peserta Didik di Lingkungan Sekolah (SMP, SMA dan SMK) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang selanjutnya disebut POS Penanganan Tindak Kekerasan Peserta Didik di Lingkungan Sekolah (SMP, SMA dan SMK) Provinsi DKI Jakarta sebagaimana tercantum dalam lampiran, merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. : POS Penanganan Tindak Kekerasan Peserta Didik ini berlaku untuk semua sekolah (SMP, SMA dan SMK) di lingkungan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. : Keputusan Kepala Dinas ini mulai berlaku tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 15 Juli 2016 KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, SOPAN ADRIANTO NIP 196211071996031001 Tembusan : 1. Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2. Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta 3. Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta 4. Asisten Kesra Sekda Provinsi DKI Jakarta 5. Inspektur Provinsi DKI Jakarta 6. Kepala Biro Pendidikan dan Mental Spiritual Setda Provinsi DKI Jakarta 7. Kepala Pusat Perencanaan dan Pengendalian Pendanaan Pendidikan Personal dan Operasional (P6O) 8. Para Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah I dan Wilayah II Kota Administrasi Provinsi DKI Jakarta 9. Kepala Suku Dinas Pendidikan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu 10. Para Kepala Seksi Dinas Pendidikan Kecamatan di Provinsi DKI Jakarta 11. Para Kepala SMP, SMA dan SMK di Provinsi DKI Jakarta.

Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor : 860 Tanggal : 15 Juli 2016 PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENANGANAN TINDAK KEKERASAN PESERTA DIDIK DI LINGKUNGAN SEKOLAH (SMP, SMA DAN SMK) PROVINSI DKI JAKARTA I. DASAR PEMIKIRAN Tindak Kekerasan di lingkungan Sekolah di kota Jakarta kerap terjadi. Untuk itu dianggap perlu pembenahan dalam hal pendidikan, terutama dengan memperkuat pendidikan karakter. Peserta didik perlu diajarkan nilai-nilai positif agar dapat berhati baik, berfikir kritis, dan berperilaku yang sopan. Sekolah dituntut untuk mampu memberikan fasilitas berekspresi bagi peserta didik mereka, membangun ikatan sosial antara sekolah dan peserta didik serta antarsekolah dengan menyediakan tempat yang representatif dan kondusif bagi perkembangan mental dan karakter. Selain itu, panutan positif dari, guru, dan masyarakat juga penting dalam mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang baik. Prosedur Operasional Standar (POS) tentang tindak kekerasan meliputi: Penganiayaan, perkelahian/tawuran, perpeloncoan, pelecehan, perundungan/bullying, pemerasan, pencabulan, pemerkosaan, kekerasan berbasis SARA, menjadi anggota geng sekolah yang destruktif dan kekerasan lain yang diatur undang-undang. Sedangkan yang dimaksud Lingkungan Sekolah adalah lingkungan baik yang berada di dalam sekolah maupun lingkungan di luar sekolah yang digunakan untuk aktivitas siswa dalam kegiatan sekolah. Adapun tawuran pelajar yang dilakukan di luar lingkungan sekolah termasuk dalam definisi tindak kekerasan ini. Penanganan Tindak Kekerasan di Lingkungan Sekolah meliputi Pencegahan, Penindakan dan Pemberian Sanksi. Dengan semakin maraknya Tindak Kekerasan di lingkungan sekolah yang penanganannya dilakukan secara kasuistik, tidak terstruktur dan langsung masuk ke ranah hukum selama ini tidak dipandang sebagai masalah pendidikan. Selain itu mengingat semakin tingginya frekuensi masalah kekerasan di lingkungan pendidikan, maka perlu untuk dibuat Prosedur Operasional Standar (POS) yang akan dijadikan Pedoman Penanganan Tindak Kekerasan di Lingkungan Sekolah Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta. II. JENIS-JENIS TINDAK KEKERASAN 1. Pelecehan 2. Perundungan/Bullying Macam-macam Bullying 2.1 Kontak Fisik Langsung: memukul, mendorong, menjambak, menggigit, menendang, mencubit, mencakar, mengunci seseorang dalam ruangan, merusak barang-barang yang dimiliki orang lain. 2.2 Kontak Verbal meliputi : Mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengintimidasi, memaki, memberi nama panggilan yang merendahkan. 2.3.Kontak non verbal meliputi : melihat dengan sinis, mengejek, mengucilkan seseorang, mengirimkan surat kaleng, mengancam/mengintimidasi melalui media sosial maupun sarana teknologi lainnya. 3. Penganiayaan

4. Perkelahian/Tawuran 5. Perpeloncoan 6. Pemerasan 7. Pencabulan 8. Pemerkosaan 9. Kekerasan berbasis SARA 10. Menjadi anggota geng sekolah yang destruktif 11. Kekerasan lain yang diatur undang-undang. III. RUANG LINGKUP Ruang lingkup Penanganan Tindak Kekerasan meliputi: 1. Tindak Kekerasan terhadap siswa 2. Tindak Kekerasan yang terjadi di Sekolah 3. Tindak Kekerasan dalam kegiatan sekolah yang diadakan di luar sekolah 4. Tawuran/Perkelahian antar pelajar. IV. PENANGANAN KASUS A. PENCEGAHAN 1. Sekolah memiliki aturan atau Tata Tertib yang di dalamnya memuat aturan dalam menangani Tindak Kekerasan dan sudah disosialisasikan ke peserta didik dan mereka. Prosedur pencegahan dibuktikan dengan Pakta Integritas dan Surat Pernyataan dan siswa yang dibubuhi tandatangan di atas materai. 2. Sosialisasi murid, tentang : Pengawasan peserta didik diluar jam sekolah Informasi kegiatan-kegiatan sekolah yang sudah terprogram Proses KBM dari pukul 06.30 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Kegiatan Ekstrakurikuler sampai dengan pukul 17.00 WIB. 3. Sosialisasi tentang dampak Tindak Kekerasan di Lingkungan Sekolah peserta didik, melalui: Pembinaan pada saat upacara bendera oleh Sekolah, Sudin dan Dinas Pendidikan, serta aparat terkait Pembinaan dan pengawasan olehkepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, guru Pembina kesiswaan dan guru mata pelajaran Pembinaan oleh Pembina Ekskul Menampilkan informasi-informasi/slogan-slogan anti Tindak Kekerasan. Sekolah membuat ajakan berupa papan gerakan menciptakan sekolah aman dan nyaman. 4. Kerjasama dengan aparat kepolisisan dan lingkungan sekitar (RT, RW) Pengawasan oleh aparat kepolisian dan RT, RW tentang lingkungan diluar sekolah sehubungan dengan perkumpulan peserta didik setelah pukul 17.00 WIB, terutama hari jumat malam sabtu. 5. Melaksanakan seminar/lokakarya berjasama dengan lembaga psikologi dan lembaga keagamaan dan aparat terkait Penyadaran wawasan peserta didik tentang bahaya Tindak Kekerasan dan implikasinya hukum.

6. Komponen sekolah yang memiliki peran dalam pencegahan Tindak Kekerasan di lingkungan sekolah adalah : Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah dan Staf Wali Kelas Pembina OSIS Pembimbing Ekstrakurikuler Guru BK Guru Piket Satpam. B. PENINDAKAN Penanggulangan / penanganan pasca terjadinya Tindak Kekerasan di lingkungan sekolah yaitu : 1. Uji kebenaran peristiwa / kejadian a. Memanggil siswa yang terlibat b. Melakukan identifikasi masalah c. Siswa yang terlibat menuliskan dan menandatangani kronologi peristiwa d. Validasi kronologi perlu memanggil saksi peristiwa untuk klarifikasi e. Menyimpulkan sementara 2. Melihat catatan kepribadian siswa yang terlibat 3. Memanggil siswa yang terlibat 4. Gelar kasus yang dihadiri Kepala Sekolah, seluruh wakil dan staf, wali kelas dan guru BK 5. Rapat pleno dewan guru 6. Memanggil untuk menerima hasil keputusan rapat pleno 7. Jika peristiwa Tindak Kekerasan sudah ditangani oleh aparat keamanan, maka : a. Pihak sekolah meminta data atau keterangan dari kepolisian b. Gelar kasus yang dihadiri Kepala Sekolah, seluruh wakil dan staf, wali kelas dan guru BK c. Rapat pleno Dewan Guru d. Memanggil untuk menerima hasil keputusan rapat pleno.

C. SANKSI 1. Jenis Sanksi Sebagaimana Butir III NO KONDISI KETERLIBATAN PESERTA DIDIK SANKSI 1 x 2 x 1 Jika terbukti menjadi provokator/pemicu dalam aksi Tindak Kekerasan baik di dalam maupun diluar lingkungan sekolah diwaktu kapanpun - 2 Menjadi aktor utama aksi Tindak Kekerasan atau (ikut terlibat secara sadar tanpa paksaan dalam aksi Tindak Kekerasan baik di dalam maupun diluar lingkungan sekolah diwaktu kapanpun - 3 Jika terbukti secara terpaksa (dibawah ancaman) menjadi partisipan dalam aksi Tindak Kekerasan Skorsing selama 1 minggu 4 Membawa senjata tajam dan atau barang yang tidak berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar Skorsing selama 2 minggu V. PENUTUP 2. Peserta Didik yang sudah diputuskan dikembalikan karena kasus Tindak Kekerasan maka sesuai Intruksi Gubernur No. 16 Tahun 2015 Tentang Pencegahan dan Penanganan Bullying serta Kekerasan di Lingkungan Sekolah, maka Peserta Didik tidak diperkenankan melanjutkan sekolah ke Sekolah Negeri di Provinsi DKI Jakarta. 3. Point pelanggaran terhadap peserta didik maksimal 100 dan diberlakukan setiap 1 Tahun Pelajaran. 4. Peserta Didik yang sudah diputuskan dikembalikan karena kasus Tindak Kekerasan sesuai Instruksi Gubernur No. 16 Tahun 2015, tidak diperkenankan selanjutkan sekolah ke sekolah negeri di Provinsi DKI Jakarta. Gerakan Sekolah aman dan nyaman menjadi gerakan yang massif di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, yang merupakan gerakan bersama anti Tindak Kekerasan di lingkungan sekolah, sehingga tujuan sekolah yang digambarkan seperti taman dimana setiap peserta didik merasakan bahwa sekolah adalah lingkungan yang aman dan nyaman akan terwujud. Tindakan yang diambil sekolah harus berlandaskan prinsif-prinsif pendidikan, berazaskan keadilan dan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, SOPAN ADRIANTO NIP 196211071996031001

ALUR PENANGANAN TINDAK KEKERASAN PESERTA DIDIK DI LINGKUNGAN SEKOLAH (SMP, SMA DAN SMK) PROVINSI DKI JAKARTA MULAI Pengaduan dan keluhan dari berbagai sumber tentang Tindak Kekerasan Studi kasus oleh Wali kelas, BK dan Kesiswaan Berat Penanganan kasus Sedang/ Ringan Lokasi kejadian Konfirmasi dengan siswa dan atau Di sekolah ditangani pihak sekolah Diluar sekolah sudah dan atau ditangani pihak kepolisian Gelar kasus ke Tidak Baik Pembinaan guru Pelaporan Baik Pengarsipan dokumen Penyusunan laporan tertulis Penyerahan laporan ke Kasek Selesai