BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam kegiatan industri dan pertanian. menyebabkan terjadinya berkurangnya sumber air bersih.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. biopori guna meningkatkan potensi air tanah. Namun upaya ini masih

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MEMTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI LEBAK,

<Lampiran> KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatasi permasalahan itu yakni dengan mengatur pengambilan air dalam

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DI PROPINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTNAG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG PENDAYAGUNAAN AIR TANAH GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan usaha pelestarian fungsi air terutama pemerintah pusat

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan bertindak yang diberikan undang-undang yang berlaku untuk

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PENGEBORAN DAN PENGAMBILAN AIR BAWAH TANAH SERTA MATA AIR

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat cepat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM PAJAK DAERAH ATAS SUMBER DAYA AIR. pembangunan dalam suatu Negara. Hal ini dapat dilihat dari Anggaran

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN AIR BAWAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TARAKAN, MEMUTUSKAN :

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

4.2.3 URUSAN PILIHAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGGUNAAN AIR TANAH

I. PENDAHULUAN. saat ini dan perkiraan masa yang akan datang, keseimbangan air tanah akan

BAB I PENDAHULUAN. dan mahluk hidup lainnya. Keberadaan air merupakan bagian dari alam

Bab I. Pendahuluan. pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bergulirnya otonomi daerah, terjadi perubahan paradigma

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 5 TAHUN 2006 TENTANG IZIN SEMENTARA PEMANFAATAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2007

PERATURAN DESA PATEMON NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG TATA KELOLA SUMBER DAYA AIR DESA PATEMON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA PATEMON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERIZINAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGAMBILAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKIMAN

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI PROVINSI GORONTALO

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. wilayah negara Indonesia dibagi atas daerah pusat dan daerah dengan mengingat

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH ROKAN HILIR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumber daya alam yang sangat berguna dan paling potensial dalam kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya sehingga dapat dikatakan bahwa air merupakan sumber kehidupan di bumi, dimana kebutuhan akan air terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh faktor pertumbuhan jumlah penduduk, melainkan air juga digunakan dalam kegiatan industri dan pertanian. Meningkatnya pendapatan masyarakat dan pembangunan di segala bidang menuntut terpenuhinya kebutuhan akan air yang terus meningkat. Lama kelamaan ketersediaan air akan berkurang sehingga menyebabkan terjadinya krisis air bersih. Krisis air bersih ini dipicu oleh perilaku masyarakat yang cenderung boros dalam memanfaatkan air. Hal ini disebabkan karena air dianggap milik umum dan tidak terbatas. Disamping peningkatan pendapatan masyarakat dan pembangunan di segala bidang, kerusakan lingkungan hidup juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya berkurangnya sumber air bersih. Kota Denpasar sebagai kota Pariwisata sekaligus Ibu Kota Provinsi Bali kebutuhan masyarakatnya akan air sangat tinggi dimana air digunakan untuk kebutuhan pokok sehari hari dan juga air digunakan sebagai pendukung berbagai kegiatan seperti pertanian dan industri perhotelan. Air yang 1

2 dimanfaatkan oleh masyarakat ada sebagian yang bersasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sumur bor (air tanah). Pemanfaatan air tanah yang tidak terkendali inilah yang mengakibatkan semakin berkurangnya persediaan air tanah di Denpasar. Ketua Komisi III DPRD Bali Drs. Wayan Gunawan mengatakan bahwa penyedotan air bawah tanah (ABT) besar-besaran terutama di Badung dan Denpasar tidak diimbangi dengan pelestarian dan perlindungan sumber daya air. Hal ini terbukti dari debit air permukaan sungai mengalami penurunan. Diprediksi 3-5 tahun mendatang, Bali mengalami krisis air yang hebat karena tak ada upaya pelestarian secara konseptual dan berkesinambungan. 1 AA Bagus Sudharsana, Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar mengungkapkan bahwa Kondisi air bawah tanah (ABT) kian lama kuantitasnya akan berkurang. Persediaan ABT di Kota Denpasar hanya bisa digunakan sampai 30 tahun ke depan. Lebih lanjut diungkapkan bahwa stok ABT yang hanya 30 tahun ini terjadi jika jumlah penggunaan ABT tetap dan tidak ada penambahan hotel baru di Kota Denpasar, tetapi kalau terjadi penambahan hotel baru maka kondisi airnyapun akan berkurang. 2 Untuk mengurangi penggunaan ABT upaya yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar akan memanggil para pengusaha 1 Dikutip dari http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/4/18/b18.htm, 9 Pebruari 2011 2 Dikutip dari http://www.bisnisbali.com, ABT, 4 Pebruari 2011

3 hotel besar yang ada di Denpasar. Hal ini dilakukan karena mereka biasanya memiliki banyak kamar sehingga penggunaan airnya sangat banyak. Pengusaha hotel yang akan dipanggil sekitar 50 orang. Nantinya para pengusaha hotel tersebut akan diarahkan untuk membuat program lubang resapan biopori yang berfungsi menampung air hujan yang dapat mengganti ABT yang telah digunakan. 3 Permasalahan pemanfaatan air tanah juga disebabkan oleh pertumbuhan industri. Sebagai contoh dapat diungkapkan pada kasus yang melibatkan CV Gemeh dimana pengambilan air tanah yang dilakukan CV Gemeh sebagai bahan baku produksi air dalam kemasan (Spring) diketahui melebihi kuota yang ditentukan dalam izin pengambilan air tanah yang dimilikinya. Hal itu diduga menjadi penyebab debit air sumur milik warga Banjar Gemeh berkurang dan bahkan mengalami kekeringan. Warga setempat pun mengadukan masalah ini kepada para wakil rakyat di DPRD Kota Denpasar. 4 Hotel mempunyai kontribusi besar terhadap pemanfaatan air tanah di Bali khusunya di Kota Denpasar. Hal ini disebabkan kebutuhan hotel akan air sangat tinggi dibandingkan dengan pemanfaatan air tanah oleh rumah tangga. Oleh karena itu pemanfaatan air tanah yang dilakukan oleh hotel harus diatur 3 Ibid. 4 Dikutip dari http://www.fajarbali.co.id, CV Gemeh Dituding Eksploitasi Air Tanah, tanggal 9 Pebruari 2011

4 sedemikian rupa sehingga tercapainya kemanfaatan air yang berkelanjutan bagi generasi yang akan datang. Sehubungan permasalahan di atas, pemerintah harus mengatur pemanfaatan sumber daya air sesuai dengan amanat Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat. Pasal tersebut kemudian dijabarkan ke dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. UU No. 7 Tahun 2004 menggolongkan air menjadi 2 (dua) yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah dan air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air dalam Pasal 3 UU No. 7 Tahun 2004 disebutkan bahwa sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. UU No. 7 Tahun 2004 kemudian dijabarkan lebih lanjut di dalam PP No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air. Pasal 5 PP No. 42 Tahun 2008 mengatur tentang kebijakan pengelolaan sumber daya air sebagai berikut :

5 Kebijakan pengelolaan sumber daya air mencakup aspek konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air dan sistem informasi sumber daya air yang disusun dengan memperhatikan kondisi wilayah masing-masing. Berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Pasal 1 angka 2 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum. UU No. 32 Tahun 2009 jo UU No. 23 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ini kemudian dijabarkan dalam PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pasal 7 PP No. 82 Tahun 2001 mengatur tentang pendayagunaan air dimana dalam ayat (1) disebutkan bahwa Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten atau Kota menyusun rencana pendayagunaan air. Kemudian pada ayat (2) PP No. 82 Tahun 2001 disebutkan bahwa dalam merencanakan pendayagunaan air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten atau Kota wajib memperhatikan fungsi ekonomis dan fungsi ekologis, nilai-nilai agama serta adat istiadat yang hidup dalam masyarakat setempat. Pada ayat (3) nya disebutkan bahwa rencana pendayagunaan air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi potensi pemanfaatan atau penggunaan air, pencadangan air

6 berdasarkan ketersediaannya, baik kualitas maupun kuantitas dan atau fungsi ekologis. Pemerintah Daerah harus membuat regulasi kebijakan di bidang sumber daya air, khususnya pengambilan air tanah, untuk menghindari terjadinya krisis air bersih akibat pemanfaatan air tanah yang berlebihan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka perlu adanya pembahasan dan penelitian mengenai pelaksanaan kewenangan Pemerintah Kota Denpasar dalam mengendalikan pemanfaatan air tanah oleh hotel berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan kewenangan Pemerintah Kota Denpasar dalam mengendalikan pemanfaatan air tanah oleh hotel berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air? 2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam melaksanakan kewenangan Pemerintah Kota Denpasar dalam mengendalikan pemanfaatan air tanah oleh hotel berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air? C. Tujuan Penelitian

7 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan kewenangan Pemerintah Kota Denpasar dalam mengendalikan pemanfaatan air tanah oleh hotel berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi Pemerintah Kota Denpasar dalam melaksanakan kewenangannya dalam mengendalikan pemanfaatan air tanah oleh hotel berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk : 1. Memberikan masukan terhadap Pemerintah Kota Denpasar mengenai pengendalian pemanfaatan air tanah guna mewujudkan kemanfaatan air tanah yang berkelanjutan. 2. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu hukum, khusunya hukum lingkungan yang terkait dengan pengendalian pemanfaatan air tanah. E. Keaslian Penelitian Penulisan hukum ini merupakan karya asli penulis dan sepengetahuan penulis, penulisan hukum tentang pelaksanaan kewenangan Pemerintah Kota Denpasar dalam mengendalikan pemanfaatan air tanah oleh hotel berdasarkan

8 PP No. 82 Tahun 2001 belum ada, oleh karena itu penulis tidak mengacu pada penulisan yang ada sebelumnya. F. Batasan Konsep 1. Pengertian kewenangan pemerintah dalam Pasal 1 angka 3 PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom adalah hak dan kekuasaan pemerintah untuk menentukan atau mengambil kebijakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. 2. Pengertian air tanah dalam Pasal 1 angka 4 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. 3. Pengertian air bawah tanah dalam Pasal 1 angka 12 Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral No. 1451 K/10/MEM/ Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah adalah semua air yang terdapat dalam lapisan pengandung air di bawah permukaan tanah, termasuk di dalamnya mata air yang muncul secara alamiah diatas permukaan tanah. 4. Pengambilan air bawah tanah dalam Pasal 1 angka 17 Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral No. 1451 K/10/MEM/ Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah adalah setiap kegiatan pengambilan air bawah tanah yang dilakukan dengan cara penggalian, pengeboran atau

9 dengan cara membuat bangunan penurap lainnya untuk dimanfaatkan airnya dan atau tujuan lain. 5. Pengertian Pengendalian dalam Pasal 1 angka 22 Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral No. 1451 K/10/MEM/ Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah adalah segala usaha yang mencakup kegiatan pengaturan, penelitian dan pemantauan pengambilan air bawah tanah untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana demi menjaga kesinambungan ketersediaan dan mutunya. 6. Pengertian Hotel dalam Dalam Pasal 1 angka 21 Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah fasilitas penyedia jasa penginapan atau peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang berfokus pada perilaku masyarakat hukum (law in action). Penelitian ini memerlukan data primer sebagai data utama disamping data skunder sebagai data pendukung.

10 2. Sumber Data a. Data Primer, meliputi : 1) Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kota Denpasar. 2) Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah 50 (lima puluh) pengusaha hotel besar yang dipanggil oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar. Hal ini dikarenakan mereka memiliki banyak kamar sehingga penggunaan air bawah tanahnya sangat banyak. 3) Sampling Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling. Teknik sampling ini memilih sampel secara acak dari populasi yang telah ditentukan yang akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang relevan untuk penelitian. 4) Responden Responden dalam penelitian ini adalah a) Kepala Bagian Teknis Hotel Nikki Denpasar K.G Adnyana, ST. b) Staff Teknis Aston Hotel Denpasar I Made Astawa.

11 c) Staaff Engineering The Cakra Hotel Denpasar Ngurah Jaya. d) Staaff Engineering Sanur Beach Hotel Denpasar I Putu Suardana. 5) Narasumber a) Kepala Sub bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Pengelolaan Limbah Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar Ni Gusti Oka Gayatri, SE. b) Kepala Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar IGN Putra Sanjaya, ST. b. Data Skunder, terdiri dari : 1) Bahan hukum primer, meliputi : Norma hukum positif berupa peraturan perundang-undangan, sebagai berikut : a) Undang-Undang dasar 1945 amandemen IV. b) Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. c) Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. d) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

12 e) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. f) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. g) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air. h) Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 Tentang Air tanah. i) Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral No. 1451 K/10/MEM Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. j) Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Yang Menjadi Kewenangan Kota Denpasar. k) Peraturan Walikota Denpasar No. 10 Tahun 2009 tentang Pengaturan Perijinan, Pengawasan dan Pengendalian Air Tanah dan Air Permukaan. 2) Bahan hukum sekunder meliputi :

13 a) Kodoatie Robert. J dan Basoeki M, 2005, Kajian Undang- Undang Sumber Daya Air, Penerbit Andi, Yogyakarta. b) Kodoatie Robert. J dan Sjarief Roestam, 2008, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (edisi revisi), Penerbit Andi, Yogyakarta. c) Kodoatie Robert. J dan Sjarief Roestam, 2010, Tata Ruang Air, Penerbit Andi, Yogyakarta. d) Sri Pudyatmoko, Y, 2009, Perijinan Problem dan Upaya Pembenahan, Grasindo, jakarta. e) http://www.bisnisbali.com/2010/10/07/news/denpasar/abt, Bisnis Bali, Stok ABT tinggal 30 Tahun *50 Hotel akan Dipanggil, tanggal 4 Februari 2011 f) http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/4/18/b18, Bali Post, Dampak Penyedotan ABT Besar-besaran Bali Krisis Air 3-5 Tahun Mendatang, tanggal 9 Februari 2011 g) http://www.fajarbali.co.id/index.php?option, Fajar Bali,CV Gemeh Dituding Eksploitasi Air Tanah, tanggal 9 Februari 2011 h) http://eprints.undip.ac.id/18046/1, Undip, Pengendalian Pemanfaatan Air Bawah Tanah di Kota Kupang, tanggal 23 Februari 2011

14 i) http://www.denpasarkota.go.id, tanggal 23 Februari 2011 j) http://repository.usu.ac.id/bitstream, BAB II Deskripsi Proyek.pdf, tanggal 25 Februari 2011 k) http://acehpedia.org/, Asal Usul Air Tanah, tanggal 1 Maret 2011 l) http://www.beritabali.com/?s=news&reg=&kat=&id=2011042 20001, tanggal 16 Mei 2011 m) http://www.berita.kapanlagi.com/pernik/bali-terancam-rusakizcbsdh_print.html, tanggal 16 Mei 2011 3. Metode Pengumpulan Data a. Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan menggunakan pedoman wawancara kepada narasumber dan responden. b. Studi Kepustakaan yaitu mengumpulkan data mengenai kewenangan pemerintah kota denpasar dalam mengendalikan pemanfaatan air tanah oleh hotel dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku, tulisan-tulisan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian.

15 4. Metode Analisis Berdasarkan data yang diperoleh dan dikumpulkan dari hasil penelitian, maka peneliti akan melakukan analisis secara kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu metode analisis data yang didasarkan pada pemahaman dan pengolahan data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden dan narasumber serta hasil penelitian kepustakaan. Data dianalisis kemudian ditarik kesimpulan dengan metode berpikir secara induktif, yaitu berpangkal dari proporsi yang bersifat khusus dan kemudian akan ditarik kesimpulan secara umum.