BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mental Disorders-4th Edition-Text Revisions (DSM-IV-TR) sindrom atau

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan profesional kesehatan lain, serta perawat dan komunitas. Proses interaksi

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

PENGARUH GUIDED IMAGERY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOAFEKTIF DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial, tidak bisa mengamati dan mengolah informasi. Orang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial, kesehatan jiwa maupun persepsi kesehatan umum (Chan et al, 2006 cit

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia hidup di lingkungan yang terus berubah, dan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis yang signifikan atau pola yang terjadi dalam diri seseorang dan berhubungan dengan masalah saat ini (misal, gejala penyakit) atau cacat (penurunan satu atau lebih bidang penting dari fungsi), atau peningkatan resiko kematian, kesakitan, kecacatan atau kehilangan kebebasan dan respon tidak diharapkan dan sanksi budaya pada peristiwa tertentu (misal, kematian salah seorang yang dicintai). Salah satu macam gangguan jiwa adalah skizofrenia. Resiko menderita skizofrenia adalah 1%, yang berarti bahwa satu orang dari 100 orang akan menderita skizofrenia dalam hidupnya. Di seluruh dunia, muncul 2000 kasus setiap tahun. Di Amerika Serikat >2000 orang menderita skizofrenia (Sadock dan Sadock, 2010). Tiga dari empat kasus skizofrenia terjadi pada usia antara 17-25 tahun. Sembilan puluh lima persen orang-orang dengan skizofrenia akan menderita skizofrenia seumur hidup. Skizofrenia menempati rangking keempat dari bagian beban penyakit di seluruh dunia (Stuart dan Laraia, 2005). Prevalensi penderita skizofrenia antara laki-laki dan perempuan sama. Tetapi, dua jenis kelamin tersebut menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset adalah 15-35 tahun, 50% kasus terjadi sebelum usia 25 tahun 1

2 (Sadock dan Sadock, 2010). Menurut WHO atau World Health Organization (2013), skizofrenia adalah bentuk yang parah dari penyakit mental yang mempengaruhi sekitar 7 per seribu dari populasi orang dewasa, terutama pada kelompok usia 15-35 tahun. Meskipun insiden rendah (3-10,000), prevalensinya tinggi disebabkan oleh kronisitas. Skizofrenia diseluruh dunia di derita kira-kira 24juta orang. Lebih dari 50 % pasien skizofrenia tidak mendapatkan penanganan. Sembilan puluh persen penderita skizofrenia berada di negara berkembang. Di Indonesia gangguan jiwa parah (skizofrenia) prevalensinya 4,6%. Daerah paling banyak pasien gangguan jiwa di Inonesia adalah DKI Jakarta yang mencapai 20,3%. Di Daerah Istimewa Yogyakarta prevalensi skizofrenia sebesar 3,8% (Riskesdas, 2007). Skizofrenia adalah penyakit neurobiologikal otak yang serius dan menetap. Skizofrenia sebuah sindrom klinik psikopatologi yang sangat menganggu dan mengakibatkan gangguan pada kehidupan seseorang, yaitu keluarga dan komunitas/ masyarakat (Stuart & Laraia, 2005). Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal serta memecahkan masalah (Stuart, 2007). Hambatan atau gangguan interaksi sosial pada individu yang mengalami gangguan jiwa kronis itu bervariasi. Bagi sebagian orang, hambatan tersebut berasal dari hasil uji realitas yang buruk. Apabila tidak dapat mempersepsikan realitas secara akurat, individu akan kesulitan untuk mengatasi berbagai masalah

3 setiap harinya. Bagi sebagian lain, hambatan tersebut mungkin disebabkan oleh isolasi sosial atau penurunan ketrampilan interpersonal (Carpenito, 2009). Gangguan sosial berpengaruh pada penurunan harga diri yang berhubungan dengan kurangnya kemampuan akademik dan prestasi sosial. Gangguan sosial bisa juga menyebabkan ketidaknyamanan dan isolasi sosial yang lebih parah. Masalah-masalah khusus dalam pengembangan hubungan sosial meliputi tidak tertarik pada kegiatan rekreasi, perilaku seksual yang tidak wajar dan stigma terkait pada penarikan diri oleh teman-teman, keluarga, dan teman sebaya (Stuart & Laraia, 2005). Oleh karena itu gangguan hubungan interpersonal pada penderita skizofrenia memerlukan penanganan sehingga penderita skizofrenia dapat beraktivitas di lingkungan dengan baik. Terapi musik kelompok merupakan salah satu terapi yang bisa digunakan untuk meningkatkan hubungan interpersonal pada penderita skizofrenia (American Music Therapy Association/ AMTA). Dalam penelitian Lipe et al (2011), art therapy (musik dan seni visual) dapat meningkatkan kesejahteraan, dan para responden melaporkan bahwa sesi terapi memberikan kesenangan, kenyamanan, sosialisasi, kreativitas dan rasa memiliki. Menurut Gold et al (2009), terapi musik merupakan terapi yang efektif untuk penderita gangguan mental serius, yang membantu pasien untuk meningkatkan global state, gejala dan fungsi. Mereka mengindikasikan bahwa musik sangat membantu sekali dalam peningkatan motivasi, menyediakan kesempatan untuk mengekspresikan emosi dan sebagai sarana untuk interaksi sosial. Rumah Sakit Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu institusi milik pemerintah yang mengupayakan kesehatan jiwa. Berdasarkan data

4 yang diperoleh dari rekam medis pada tanggal 18 Mei 2013, pada tahun 2012 Rumah Sakit Grhasia memiliki pasien rawat inap yang sebagian besar adalah penderita Skizofrenia. Kebanyakan pasien rawat inap terdiagnosa skizofrenia tak terinci, dengan jumlah 442 orang. Sizofrenia paranoid sejumlah 301 orang, skizofrenia residual sejumlah 59 orang, dan skizofrenia katatonik sejumlah 39 orang. Rata-rata dirawat pasien di Rumah Sakit Jiwa Grhasia tahun 2012 adalah 44,25 hari. Lama hari tersebut masih jauh dari standar ideal yaitu lama perawatan di RSJ maksimal adalah 42 hari atau 6 minggu. Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia telah tersedia alat musik berupa gamelan, namun hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu saja, seperti perlombaan, hari kemerdekaan dan menyambut hari kesehatan. Tidak semua pasien mempunyai kesempatan memainkan alat musik tersebut. Wawancara yang peneliti lakukan pada pasien gangguan jiwa yang telah masuk tahap maintenance dan health promotion mengatakan bahwa mereka lebih senang melakukan kegiatan dan membutuhkan hiburan dari pada berdiam di kamar. Terapi musik sudah dilakukan di RS Jiwa Grhasia DIY. Akan tetapi belum ada penelitian terkait terapi musik yang sudah dilaksanakan rutin tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh terapi musik kelompok terhadap interaksi sosial pada penderita skizofrenia.

5 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah terapi musik kelompok berpengaruh terhadap interaksi sosial pada penderita skizofrenia? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui pengaruh terapi musik kelompok terhadap hubungan interaksi sosial pada penderita skizofrenia 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan interaksi sosial penderita skizofrenia sebelum pemberian terapi musik kelompok b. Mengetahui hubungan interaksi sosial penderita skizofrenia sesudah pemberian terapi musik kelompok. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat akademis a. Sebagai pengembangan pengetahuan tentang pengaruh terapi musik kelompok terhadap hubungan interaksi sosial penderita skizofrenia. b. Sebagai kontribusi dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mahasiswa terhadap intervensi keperawatan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan hubungan interaksi sosial penderita skizofrenia.

6 2. Manfaat aplikatif a. Bagi pasien adalah pasien memiliki strategi penanganan gangguan interaksi sosial yang tepat pada penderita skizofrenia. b. Bagi perawat adalah memberikan pengetahuan dan kemampuan mengenai intervensi keperawatan yang bisa dilakukan untuk meningkat inteaksi sosial pada penderita skizofrenia. c. Bagi rumah sakit adalah sebagai masukan kebijakan dalam merawat penderita skizofrenia dalam meningkat interaksi sosial pasien. d. Bagi peneliti adalah dapat memberikan pengetahuan baru dalam mengembangkan kerangka pemikiran yang kritis untuk penelitian lebih lanjut terkait pengaruh terapi musik kelompok pada penderita skizofrenia. E. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan penulis, belum pernah dilakukan penelitian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun penelitian yang sudah dilakukan dan serupa dengan penelitian yang akan penulis lakukan, antara lain: 1. Penelitian Rudianto (2012) yang berjudul Pengaruh Terapi Musik Gamelan Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Abiyoso. Penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan time series yang dilakukan di PSTW Yogyakarta. Dengan sampel penilitian adalah lansia yang berada di PSTW Yogyakarta. Pada penelitian ini disimpulkan ada pengaruh terapi musik gamelan terhadap kealitas tidur lansia. Perbedaan

7 penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah : a) jenis penelitian ini menggunakan quasi exsperiment dengan time series sedangkan penelitian ini menggunakan Quasi Experimental atau eksperimental semu dengan Non Equivalent Control Group ; b) subjek dan lokasi penelitian: pada penelitian ini mengambil subyek lansia di PSTW Yogyakarta sedangkan penelitian yang dilakukan mengambil subyek penderita skizofrenia di RS Ghrasia Yogyakarta. 2. Penelitian Octaviani (2012) yang berjudul Pengaruh Terapi Musik Kelompok Terhadap Kualitas Hidup Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul. Penelitian ini dilakukan menggunakan quasi exsperiment dengan one-group-pre-test-post-test design dilakukan di PSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur Bantul. Dengan sampel penelitian adalah lansia. Analisis data menggunakan uji t-test berpasangan dan uji Wilcoxon. Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh positif terapi musik kelompok terhadap kualitas hidup lansia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah: a) jenis penelitian ini menggunakan quasi exsperiment dengan one-group-pre-test-post-test design sedangkan penelitian ini menggunakan Quasi Experimental atau eksperimental semu dengan Non Equivalent Control Group; b) subjek dan lokasi penelitian: pada penelitian ini mengambil subyek lansia di PSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur sedangkan penelitian yang dilakukan mengambil subyek penderita skizofrenia di RS Ghrasia Yogyakarta.

8 3. Penelitian Asminatalia (2008) yang berjudul Hubungan Status Interaksi Sosial Dengan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Pakem Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan Cross Sectional menggunakan simple random sampling dilakuakn di PSTW Abiyoso Pakem Yogyakarta. Dengan sampel penelitian adalah lansia. Analisis data menggunakan uji Fisher. Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara interaksi sosial dengan tingkat depresi pada lansia di PSTW Abiyoso Pakem Yogyakarta.Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah : a) jenis penelitian ini menggunakan cross sectional dengan simple random sampling sedangkan penelitian ini menggunakan Quasi Experimental atau eksperimental semu dengan Non Equivalent Control Group; b) subjek dan lokasi penelitian: pada penelitian ini mengambil subyek lansia di PSTW Abiyoso Yogyakarta sedangkan penelitian yang dilakukan mengambil subyek penderita skizofrenia di RS Ghrasia Yogyakarta. 4. Penelitian Fatalina (2004) yang berjudul Efektivitas Pemberian Terapi Kerja Terhadap Peningkatan Motivasi HidupPada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Grhasia Propinsi DIY. Penelitian ini dilakukan dengan quasi eksperimen menggunakan one group pretest psttest dilakuakn di RS Grhasia Pakem Yogyakarta. Dengan sampel penelitian adalah pasien skizofrenia. Analisis data menggunakan uji-t. Kesimpulan penelitian ini adalah terapi kerja efektif meningkatkan motivasi hidup pasien skizofrenia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah : a) jenis penelitian ini

9 menggunakan quasi exsperiment dengan one group pretest posttest sedangkan penelitian ini menggunakan Quasi Experimental atau eksperimental semu dengan Non Equivalent Control Group; b) perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah terapi kerja sedangkan penelitian yang dilakukan memberikan perlakuan berupa terapi musik.