ANALISIS SUBSEKTOR AGROINDUSTRI UNGGULAN JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS PRODUK PERTANIAN DI KABUPATEN-KABUPATEN PROVINSI JAWA BARAT

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

Produk Domestik Bruto (PDB)

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB III METODE PENELITIAN

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

2/8/2010. Fajar Budi S ( ) Prof.Dr.Ir. Udisubakti C., M.Eng.Sc. Naning Arianti W., ST. MT.

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis perekonomian

BERITA RESMI STATISTIK

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN ANGKA PENGGANDA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

KESIMPULAN DAN SARAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

BAB IV ANALISA WILAYAH (Lanjutan-1)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

Transkripsi:

ABSTRAK ANALISIS SUBSEKTOR AGROINDUSTRI UNGGULAN JAWA BARAT Oleh: Juri Juswadi Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra Indramayu Provinsi Jawa Barat tidak lepas dari upaya pembangunan ekonomi, melalui pertumbuhan PDRB. Pertumbuhan PDRB dapat terjadi melalui peningkatan produksi sektor (subsektor) basis karena menjadi sumber devisa yang berperan penting sebagai input internal sektor non basis. Subsektor agroindustri, yaitu industri yang berbahan baku produk pertanian primer, merupakan subsektor yang sangat potensial sebagai subsektor basis di Provinsi Jawa Barat. Hal ini berkaitan dengan: 1) tingginya output produk pertanian primer yang dihasilkan oleh Provinsi Jawa Barat, 2) terciptanya nilai tambah dari proses agroindustri, 3) tersedianya sumber daya manusia yang menguasai agroindustri, dan 4) tingginya pasar produk agroindustri baik pada wilayah lokal maupun wilayah (provinsi) lain, bahkan pasar luar negeri. Analisis LQ adalah metode identifikasi sektor (subsektor) unggulan di suatu wilayah melalui penetapan sektor basis atau non basis. Melalui metode ini subsektor agroindustri unggulan Provinsi Jawa Barat dapat diidentifikasi melalui perbandingan kinerja sektor-sektor agroindustri di Jawa Barat dengan kinerja perekonomian nasional. Hasil analisi LQ menunjukkan bahwa subsektor industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet serta subsektor industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki merupakan subsektor basis sehingga merupakan sektor unggulan Provinsi Jawa Barat. Selama periode 2007-2010 kedua subsektor tersebut tetap bertahan sebagai susbsektor unggulan. Kata kunci: analisis LQ, sektor basis, sektor unggulan, subsektor agroindustri PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi suatu wilayah merupakan tujuan utama setiap para pengambil kebijakan, agar dapat tercapai kesejahteraan masyarakat wilayah tersebut. Salah satu strategi pembangunan yang banyak digunakan adalah model ekonomi basis, yang menitikberatkan pentingnya sektor ekspor untuk manghasilkan devisa yang akan digunakan sebagai input internal sektor-sektor lain yang tidak mampu mengekspor. Adanya sektor ekspor tersebut akan menciptakan pengganda output maupun pengganda pekerjaan, yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut. Sektor produksi yang mampu mengekspor disebut sebagai sektor basis, yaitu sektor yang mampu memproduksi output dalam jumlah melebihi kebutuhan wilayahnya, sehingga kelebihan output tersebut dijual (diekspor) ke wilayah lain dan menghasilkan pendapatan ekspor (devisa). Melalui pendapatan ini, kegiatan perekonomian internal wilayah tersebut akan berjalan dengan baik. Adannya pengganda output dan pengganda pekerjaa akan mendorong peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) wilayah tersebut maupun peningkatan lapangan kerja. Mekanisme ini pada akhirnya akan meningkatakan kesejahteraan masyarakat. 3

Provinsi Jawa Barat sebagai suatu wilayah administratif tidak lepas dari upaya pembangunan ekonominya. Upaya peningkatan pertumbuhan PDRB dapat dilakukan melalui peningkatan produksi sektor basis agar dapat meningkatkan pendapatan (devisa) sebagai input internal sektor non basis. Subsektor agroindustri, yaitu industri yang berbahan baku produk pertanian primer, merupakan subsektor yang sangat potensial sebagai subsektor basis Provinsi Jawa Barat. Hal ini berkaitan dengan: 1) tingginya output produk pertanian primer yang dihasilkan Provinsi Jawa Barat, 2) terciptanya nilai tambah dari proses agroindustri, 3) tersedianya sumber daya manusia yang menguasai agroindustri, dan 4) tingginya pasar produk agroindustri baik lokal maupun wilayah (provinsi) lain, bahkan pasar luar negeri. Salah satu masalah yang dihadapi para pengambil kebijakan dalam meningkatkan PDRB adalah mengidentifikasi sektor (subsektor) unggulan mana yang perlu ditingkatkan kinerjanya. Oleh karena itu penting dilakukan analisis identifikasi sektor (subsektor) agroindustri yang bersifat basis. Dalam penelitian analisis dilakukan secara kuantitatif dengan metode location quetion (LQ). Hasil analisis ini dapat menjadi referensi bagi para pengambil kebijakan pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa Barat untuk lebih memfokuskan peningkatan produksi subsektor agroindustri unggulan yang telah diidentifikasi. LANDASAN TEORI Pengembangan wilayah diartikan sebagai semua upaya yang dilakukan untuk menciptakan pertumbuhan wilayah yang ditandai dengan pemerataan pembangunan dalam semua sektor dan pada seluruh bagian wilayah. Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi secara serentak pada semua tempat dan semua sektor perekonomian, tetapi hanya pada titik-titik tertentu dan pada sektor-sektor tertentu pula. Disebutkan juga bahwa investasi diprioritaskan pada sektor-sektor utama yang berpotensi dan dapat meningkatkan pendapatan wilayah dalam jangka waktu relatif singkat (Glasson, 1990). Kegiatan-kegiatan Basis (Basic activities) adalah kegiatan mengekspor barang-barang dan jasa keluar batas perekonomian masyarakatnya atau memasarkan barang dan jasa mereka kepada orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan kegiatan bukan basis (Non basic activities ) adalah kegiatan menyediakan barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal didalam batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan-kegiatan ini tidak mengekspor barang jadi; luas lingkup produksi dan daerah pasar yang terutama bersifat lokal. Implisit didalam pembagian kegiatan-kegiatan ini terdapat hubungan sebab akibat yang membentuk teori basis ekonomi. Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan kedalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan barang dan jasa sehingga akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan. Sebaliknya berkurangnya kegiatan basis akan mengurangi pendapatan suatu daerah dan turunnya permintaan terhadap barang dan jasa dan akan menurunkan volume kegiatan (Glasson, 1990; Richardson, 2001). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi subsektor agroindustri basis di Provinsi Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder, yaitu: PDRB Provinsi Jawa Barat periode 2007-2010. Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dannon basis perekonomian wilayah Provinsi Jawa Barat. Melalui analisis LQ sektor unggulan dari Provinsi Jawa Barat dapat dapat 4

diidentifikasi dari persamaan sebagai berikut (Setiono, 2011) LQ i = (E il / E i ) / (E ir / E r ) E il = Jumlah PDRB suatu sektor di Propinsi Jawa Barat E i = Jumlah PDRB seluruh sektor di Propinsi Jawa Barat E ir = Jumlah PDRB suatu sektor di Negara Indonesia E r = Jumlah PDRB seluruh sektor di Negara Indonesia LQ > 1: sektor basis LQ <1: sektor non basis HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai LQ SubsektorAgroindustri dan Anggka Pengganda Barat pada tahun 2007, ditunjukkan oleh Tabel 1, yang menunjukkan bahwa adalah subsektortekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki dengan nilai LQ 3,87, serta subsektor Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet dengan nilai LQ 1,52. Sektor basis lainnya adalah Industri Non Agro dengan nilai LQ 2,24, sektor Listrik, Gas, dan Air dengan nilai LQ 3,05; sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran dengan nilai LQ 1,15. Adanya sebsektor dan sektor basis ini mendorong terciptanya pengganda output Provinsi Jawa Barat sebesar 3,92. Artinya adanya permintaan Rp 1 dari output yang dihasilkan oleh sektor basis oleh wilayah di luar Provinsi Jawa Barat menyebabkan peningkatan pendapatan Provinsi Jawa Barat sebesar Rp 3,92. Kenyataan ini menunjukkan bahwa subsektor Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki, serta subsektor Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet telah berperan nyata dan penting dalam peningkatan output Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007. Subsektor agroindustri tersebut merupakan subsektor unggulan di Provinsi Jawa Barat karena berperan sebagai pendorong kegiatan sektor dan subsektor non basis. Barat pada tahun 2008 menunjukkan bahwa tetap sama, yaitu: subsektortekstil, Barang Kulit & Alas Kaki dengan nilai LQ 3,85 dan subsektor Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet dengan nilai LQ 1,21. Sektor basis lainnya adalah Industri Non Agro dengan nilai LQ 2,60, sektor Listrik, Gas, dan Air dengan nilai LQ 2,89; sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran dengan nilai LQ 1,12. Adanya sebsektor dan sektor basis ini mendorong terciptanya pengganda output Provinsi Jawa Barat sebesar 3,70. Barat pada tahun 2009 menunjukkan bahwa juga tetap sama, yaitu: subsektortekstil, Barang Kulit & Alas Kaki dengan nilai LQ 3,68 dan subsektor Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet dengan nilai LQ 1,20. Sektor basis lainnya adalah Industri Non Agro dengan nilai LQ 2,58, sektor Listrik, Gas, dan Air dengan nilai LQ 2,94; sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran dengan nilai LQ 1,21. Adanya sebsektor dan sektor basis ini mendorong terciptanya pengganda output Provinsi Jawa Barat sebesar 3,73. Barat pada tahun 2010 menunjukkan bahwa juga tetap sama, yaitu: subsektortekstil, Barang Kulit & Alas Kaki dengan nilai LQ 3,36 dan subsektor Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet dengan nilai LQ 1,03. Sektor basis lainnya adalah Industri Non Agro dengan nilai LQ 2,59, sektor Listrik, Gas, dan Air dengan nilai LQ 2,91; sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran dengan nilai LQ 1,25. Adanya sebsektor dan sektor basis ini mendorong terciptanya pengganda output Provinsi Jawa Barat sebesar 3,80. 5

Tabel 1. Hasil Analisis LQ Provinsi Jawa Barat Tahun 2007-2010 Sektor/Subsektor Tahun 1. Pertanian 0.94228 0.91948 0.99945 0.99127 2. Pertambangan dan Penggalian 0.27170 0.28433 0.29536 0.28673 3. Industri Migas 0.33643 0.33085 0.34571 0.33017 a. Makanan, Minuman dan Tembakau 0.74790 0.70715 0.67227 0.64488 b. Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 3.86566 3.85486 3.67542 3.36010 c. Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya 0.58642 0.56035 0.65007 0.59054 d. Kertas dan Barang Cetakan 0.80530 0.76415 0.75578 0.89903 e. Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 1.52391 1.21190 1.20313 1.02554 f. Industri lainnya 2.24021 2.60433 2.58376 2.58867 4. Listrik, Gas, dan air 3.04987 2.88093 2.94473 2.90562 5. Konstruksi 0.52545 0.53247 0.52639 0.56435 6. Perdagangan, hotel, dan restoran 1.15375 1.12193 1.21993 1.25455 7. Pengankutan dan Komunikasi 0.61808 0.52863 0.49205 0.50493 8. Keuangan, Real Estate, dan Jasa Keuangan 0.33747 0.32727 0.32967 0.34266 9. Jasa-jasa 0.73888 0.70793 0.68642 0.72089 Suber: Hasil Perhitungan Perkembangan Nilai LQ Subsektor Agroindustri Periode 2007-2010 Perkembangan nilai LQ subsektorindustri Makanan, Minuman dan Tembakaudi Provinsi Jawa Barade selama periode 2007-2010 ditunjukkan oleh Gambar 1. Selama periode tersebut Nilai LQ subsektor tersebut kurang dari 1 bahkan semakin menurun yang menunjukkan subsektor ini adalah subsektor non basis, yang tidak memiliki kelebihan produksi untuk diekspor ke luar wilayahnya. Subsektor industri Makanan, Minuman dan Tembakau merupakan industri yang sangat penting dalam menunjang kebutuhan pangan masyarakat. Selama periode 2007-2010 mengalami penurunan nilai LQ dari 0.75 menjadi 0.65 yang menunjukkan sebsektor tersebut mengalami penurunan kinerja produksi. Kondisi ini juga mengisyaratkan pentingnya meningkatkan kinerja subsector ini melalui peningkatan investasi, fasilitas pabrik, dan teknologi pangan. 0,76 0,74 0,72 0,70 0,68 0,66 0,64 0,62 0,60 0,58 Gambar 1. Nilai LQ Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Jabar 2007-2010 6

Nilai LQ subsektor Industri Tekstil, Barang Kulit & Alas KakiProvinsi Jawa Barat juga mengalami penurunan selama periode 2007-2010 dari 3,87 menjadi 3,36 seperti ditunjukkan oleh Gambar 2. Nilai LQ lebih dari 1, menunjukkan subsektor basis, yang memiliki produksi berlebih sehingga kelebihannya dapat diekspor ke luar Jawa Barat untuk menghasilkan devisa. Penurunan LQ tersebut menunjukkan bahwa sebsektor tersebut mengalami penurunan kinerja produksi. Hal ini ditunjukkan oleh penurunan hasil perhitungan nilai ekspor subsektor ini dari Rp 21.155.134,81 jutapada tahun 2017 menjadi Rp 17.187.135,92juta pada tahun 2014. 0,66 0,64 0,62 0,60 0,58 0,56 0,54 0,52 0,50 Gambar 3. Nilai LQ Industri Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya Jabar 2007-2010 4,00 3,90 3,80 3,70 3,60 3,50 3,40 3,30 3,20 3,10 Subsektor indutri Kertas dan Barang Cetakan juga memilik nilai LQ kurang dari satu, tetapi meningkat dari 0.81 pada tahun 2007 menjadi 0,90 pad tahun 2010. Perkembangan nilai LQ tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75 Gambar 2. Nilai LQ Industri Tekstil, Barang Kulit,dan Alas Kaki Jabar 2007-2010 Penurunan nilai LQ juga terjadi pada subsektor industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya, subsektor ditunjukkan oleh Gambar 3. Nilai LQ kurang dari 1 yang menunjukkan subsektor ini adalah subsektor non basis. 0,70 0,65 Gambar4. Nilai LQ Industri Industri Kertas dan Barang Cetakan Jabar 2007-2010 7

Nilai LQ subsektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet juga mengalami penurunan yang tajam dari 1,52 pada tahun 2007 menjadi 1,02 pada tahun 2010. Kondisi kritis terjadi pada tahun 2010 dengan nilai LQ 1,02 yang menunjukkan rendahnya produk industri pupuk, kimia, dan barang dari karet yang dapat dieskpor. Hasil analisis juga menunjukkan penurunan perhitungan ekspor subsektor ini dari Rp 4.784.602,79 juta pada tahun 2017 menjadi Rp 259.326,62 juta pada tahun 2010. Perkembangan nilai LQ sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet disajikan pada Gambar 5. 1,80 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 - Gambar 5. Nilai LQ Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Jabar 2007-2010 & Barang dari Karet, dan subsektor industri Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki. Dalam upaya meningkatkan PDRB Provinsi Jawa Barat dan mendorong peningkatan kinerja semua sektor ekonomi, disarankan untuk meningkatkan kinerja subsektor agroindustri unggulan tersebut, yaitu: subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet dan subsektor agroindustri industri Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki, melalui peningkatan investasi, iklim usaha yang kondusif, dan berbagai kemudahan usaha. DAFTAR PUSTAKA Glasson, John, 1990. Pengantar Perencanaan Regional, Terjemahan,Lembaga Penerbit Fakulta Ekonomi UI, Jakarta. Richardson, Harry W, 2001. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional, Terjemahan Paul Sitohang, Edisi Revisi, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta. Setiono, D.N.S. 2011. Ekonomi Pengembangan Wilayah. Teori dan Analisis. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta. www.bps.go.id SIMPULAN DAN SARAN Subektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karetindustri Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki merupakan subsektor basis sehingga merupakan sektor unggulan Provinsi Jawa Barat karenan kemampuannya untuk mengekspor hasil produksinya ke luar Provinsi Jawa Barat. Selama periode 2007-2010 tidak terjadi perubahan subsektor basis agroindustri, yaitu tetap subsektor industri Pupuk, Kimia 8