ABSTRAK ANALISIS SUBSEKTOR AGROINDUSTRI UNGGULAN JAWA BARAT Oleh: Juri Juswadi Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra Indramayu Provinsi Jawa Barat tidak lepas dari upaya pembangunan ekonomi, melalui pertumbuhan PDRB. Pertumbuhan PDRB dapat terjadi melalui peningkatan produksi sektor (subsektor) basis karena menjadi sumber devisa yang berperan penting sebagai input internal sektor non basis. Subsektor agroindustri, yaitu industri yang berbahan baku produk pertanian primer, merupakan subsektor yang sangat potensial sebagai subsektor basis di Provinsi Jawa Barat. Hal ini berkaitan dengan: 1) tingginya output produk pertanian primer yang dihasilkan oleh Provinsi Jawa Barat, 2) terciptanya nilai tambah dari proses agroindustri, 3) tersedianya sumber daya manusia yang menguasai agroindustri, dan 4) tingginya pasar produk agroindustri baik pada wilayah lokal maupun wilayah (provinsi) lain, bahkan pasar luar negeri. Analisis LQ adalah metode identifikasi sektor (subsektor) unggulan di suatu wilayah melalui penetapan sektor basis atau non basis. Melalui metode ini subsektor agroindustri unggulan Provinsi Jawa Barat dapat diidentifikasi melalui perbandingan kinerja sektor-sektor agroindustri di Jawa Barat dengan kinerja perekonomian nasional. Hasil analisi LQ menunjukkan bahwa subsektor industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet serta subsektor industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki merupakan subsektor basis sehingga merupakan sektor unggulan Provinsi Jawa Barat. Selama periode 2007-2010 kedua subsektor tersebut tetap bertahan sebagai susbsektor unggulan. Kata kunci: analisis LQ, sektor basis, sektor unggulan, subsektor agroindustri PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi suatu wilayah merupakan tujuan utama setiap para pengambil kebijakan, agar dapat tercapai kesejahteraan masyarakat wilayah tersebut. Salah satu strategi pembangunan yang banyak digunakan adalah model ekonomi basis, yang menitikberatkan pentingnya sektor ekspor untuk manghasilkan devisa yang akan digunakan sebagai input internal sektor-sektor lain yang tidak mampu mengekspor. Adanya sektor ekspor tersebut akan menciptakan pengganda output maupun pengganda pekerjaan, yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut. Sektor produksi yang mampu mengekspor disebut sebagai sektor basis, yaitu sektor yang mampu memproduksi output dalam jumlah melebihi kebutuhan wilayahnya, sehingga kelebihan output tersebut dijual (diekspor) ke wilayah lain dan menghasilkan pendapatan ekspor (devisa). Melalui pendapatan ini, kegiatan perekonomian internal wilayah tersebut akan berjalan dengan baik. Adannya pengganda output dan pengganda pekerjaa akan mendorong peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) wilayah tersebut maupun peningkatan lapangan kerja. Mekanisme ini pada akhirnya akan meningkatakan kesejahteraan masyarakat. 3
Provinsi Jawa Barat sebagai suatu wilayah administratif tidak lepas dari upaya pembangunan ekonominya. Upaya peningkatan pertumbuhan PDRB dapat dilakukan melalui peningkatan produksi sektor basis agar dapat meningkatkan pendapatan (devisa) sebagai input internal sektor non basis. Subsektor agroindustri, yaitu industri yang berbahan baku produk pertanian primer, merupakan subsektor yang sangat potensial sebagai subsektor basis Provinsi Jawa Barat. Hal ini berkaitan dengan: 1) tingginya output produk pertanian primer yang dihasilkan Provinsi Jawa Barat, 2) terciptanya nilai tambah dari proses agroindustri, 3) tersedianya sumber daya manusia yang menguasai agroindustri, dan 4) tingginya pasar produk agroindustri baik lokal maupun wilayah (provinsi) lain, bahkan pasar luar negeri. Salah satu masalah yang dihadapi para pengambil kebijakan dalam meningkatkan PDRB adalah mengidentifikasi sektor (subsektor) unggulan mana yang perlu ditingkatkan kinerjanya. Oleh karena itu penting dilakukan analisis identifikasi sektor (subsektor) agroindustri yang bersifat basis. Dalam penelitian analisis dilakukan secara kuantitatif dengan metode location quetion (LQ). Hasil analisis ini dapat menjadi referensi bagi para pengambil kebijakan pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa Barat untuk lebih memfokuskan peningkatan produksi subsektor agroindustri unggulan yang telah diidentifikasi. LANDASAN TEORI Pengembangan wilayah diartikan sebagai semua upaya yang dilakukan untuk menciptakan pertumbuhan wilayah yang ditandai dengan pemerataan pembangunan dalam semua sektor dan pada seluruh bagian wilayah. Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi secara serentak pada semua tempat dan semua sektor perekonomian, tetapi hanya pada titik-titik tertentu dan pada sektor-sektor tertentu pula. Disebutkan juga bahwa investasi diprioritaskan pada sektor-sektor utama yang berpotensi dan dapat meningkatkan pendapatan wilayah dalam jangka waktu relatif singkat (Glasson, 1990). Kegiatan-kegiatan Basis (Basic activities) adalah kegiatan mengekspor barang-barang dan jasa keluar batas perekonomian masyarakatnya atau memasarkan barang dan jasa mereka kepada orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan kegiatan bukan basis (Non basic activities ) adalah kegiatan menyediakan barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal didalam batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan-kegiatan ini tidak mengekspor barang jadi; luas lingkup produksi dan daerah pasar yang terutama bersifat lokal. Implisit didalam pembagian kegiatan-kegiatan ini terdapat hubungan sebab akibat yang membentuk teori basis ekonomi. Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan kedalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan barang dan jasa sehingga akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan. Sebaliknya berkurangnya kegiatan basis akan mengurangi pendapatan suatu daerah dan turunnya permintaan terhadap barang dan jasa dan akan menurunkan volume kegiatan (Glasson, 1990; Richardson, 2001). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi subsektor agroindustri basis di Provinsi Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder, yaitu: PDRB Provinsi Jawa Barat periode 2007-2010. Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dannon basis perekonomian wilayah Provinsi Jawa Barat. Melalui analisis LQ sektor unggulan dari Provinsi Jawa Barat dapat dapat 4
diidentifikasi dari persamaan sebagai berikut (Setiono, 2011) LQ i = (E il / E i ) / (E ir / E r ) E il = Jumlah PDRB suatu sektor di Propinsi Jawa Barat E i = Jumlah PDRB seluruh sektor di Propinsi Jawa Barat E ir = Jumlah PDRB suatu sektor di Negara Indonesia E r = Jumlah PDRB seluruh sektor di Negara Indonesia LQ > 1: sektor basis LQ <1: sektor non basis HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai LQ SubsektorAgroindustri dan Anggka Pengganda Barat pada tahun 2007, ditunjukkan oleh Tabel 1, yang menunjukkan bahwa adalah subsektortekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki dengan nilai LQ 3,87, serta subsektor Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet dengan nilai LQ 1,52. Sektor basis lainnya adalah Industri Non Agro dengan nilai LQ 2,24, sektor Listrik, Gas, dan Air dengan nilai LQ 3,05; sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran dengan nilai LQ 1,15. Adanya sebsektor dan sektor basis ini mendorong terciptanya pengganda output Provinsi Jawa Barat sebesar 3,92. Artinya adanya permintaan Rp 1 dari output yang dihasilkan oleh sektor basis oleh wilayah di luar Provinsi Jawa Barat menyebabkan peningkatan pendapatan Provinsi Jawa Barat sebesar Rp 3,92. Kenyataan ini menunjukkan bahwa subsektor Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki, serta subsektor Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet telah berperan nyata dan penting dalam peningkatan output Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007. Subsektor agroindustri tersebut merupakan subsektor unggulan di Provinsi Jawa Barat karena berperan sebagai pendorong kegiatan sektor dan subsektor non basis. Barat pada tahun 2008 menunjukkan bahwa tetap sama, yaitu: subsektortekstil, Barang Kulit & Alas Kaki dengan nilai LQ 3,85 dan subsektor Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet dengan nilai LQ 1,21. Sektor basis lainnya adalah Industri Non Agro dengan nilai LQ 2,60, sektor Listrik, Gas, dan Air dengan nilai LQ 2,89; sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran dengan nilai LQ 1,12. Adanya sebsektor dan sektor basis ini mendorong terciptanya pengganda output Provinsi Jawa Barat sebesar 3,70. Barat pada tahun 2009 menunjukkan bahwa juga tetap sama, yaitu: subsektortekstil, Barang Kulit & Alas Kaki dengan nilai LQ 3,68 dan subsektor Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet dengan nilai LQ 1,20. Sektor basis lainnya adalah Industri Non Agro dengan nilai LQ 2,58, sektor Listrik, Gas, dan Air dengan nilai LQ 2,94; sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran dengan nilai LQ 1,21. Adanya sebsektor dan sektor basis ini mendorong terciptanya pengganda output Provinsi Jawa Barat sebesar 3,73. Barat pada tahun 2010 menunjukkan bahwa juga tetap sama, yaitu: subsektortekstil, Barang Kulit & Alas Kaki dengan nilai LQ 3,36 dan subsektor Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet dengan nilai LQ 1,03. Sektor basis lainnya adalah Industri Non Agro dengan nilai LQ 2,59, sektor Listrik, Gas, dan Air dengan nilai LQ 2,91; sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran dengan nilai LQ 1,25. Adanya sebsektor dan sektor basis ini mendorong terciptanya pengganda output Provinsi Jawa Barat sebesar 3,80. 5
Tabel 1. Hasil Analisis LQ Provinsi Jawa Barat Tahun 2007-2010 Sektor/Subsektor Tahun 1. Pertanian 0.94228 0.91948 0.99945 0.99127 2. Pertambangan dan Penggalian 0.27170 0.28433 0.29536 0.28673 3. Industri Migas 0.33643 0.33085 0.34571 0.33017 a. Makanan, Minuman dan Tembakau 0.74790 0.70715 0.67227 0.64488 b. Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 3.86566 3.85486 3.67542 3.36010 c. Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya 0.58642 0.56035 0.65007 0.59054 d. Kertas dan Barang Cetakan 0.80530 0.76415 0.75578 0.89903 e. Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 1.52391 1.21190 1.20313 1.02554 f. Industri lainnya 2.24021 2.60433 2.58376 2.58867 4. Listrik, Gas, dan air 3.04987 2.88093 2.94473 2.90562 5. Konstruksi 0.52545 0.53247 0.52639 0.56435 6. Perdagangan, hotel, dan restoran 1.15375 1.12193 1.21993 1.25455 7. Pengankutan dan Komunikasi 0.61808 0.52863 0.49205 0.50493 8. Keuangan, Real Estate, dan Jasa Keuangan 0.33747 0.32727 0.32967 0.34266 9. Jasa-jasa 0.73888 0.70793 0.68642 0.72089 Suber: Hasil Perhitungan Perkembangan Nilai LQ Subsektor Agroindustri Periode 2007-2010 Perkembangan nilai LQ subsektorindustri Makanan, Minuman dan Tembakaudi Provinsi Jawa Barade selama periode 2007-2010 ditunjukkan oleh Gambar 1. Selama periode tersebut Nilai LQ subsektor tersebut kurang dari 1 bahkan semakin menurun yang menunjukkan subsektor ini adalah subsektor non basis, yang tidak memiliki kelebihan produksi untuk diekspor ke luar wilayahnya. Subsektor industri Makanan, Minuman dan Tembakau merupakan industri yang sangat penting dalam menunjang kebutuhan pangan masyarakat. Selama periode 2007-2010 mengalami penurunan nilai LQ dari 0.75 menjadi 0.65 yang menunjukkan sebsektor tersebut mengalami penurunan kinerja produksi. Kondisi ini juga mengisyaratkan pentingnya meningkatkan kinerja subsector ini melalui peningkatan investasi, fasilitas pabrik, dan teknologi pangan. 0,76 0,74 0,72 0,70 0,68 0,66 0,64 0,62 0,60 0,58 Gambar 1. Nilai LQ Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Jabar 2007-2010 6
Nilai LQ subsektor Industri Tekstil, Barang Kulit & Alas KakiProvinsi Jawa Barat juga mengalami penurunan selama periode 2007-2010 dari 3,87 menjadi 3,36 seperti ditunjukkan oleh Gambar 2. Nilai LQ lebih dari 1, menunjukkan subsektor basis, yang memiliki produksi berlebih sehingga kelebihannya dapat diekspor ke luar Jawa Barat untuk menghasilkan devisa. Penurunan LQ tersebut menunjukkan bahwa sebsektor tersebut mengalami penurunan kinerja produksi. Hal ini ditunjukkan oleh penurunan hasil perhitungan nilai ekspor subsektor ini dari Rp 21.155.134,81 jutapada tahun 2017 menjadi Rp 17.187.135,92juta pada tahun 2014. 0,66 0,64 0,62 0,60 0,58 0,56 0,54 0,52 0,50 Gambar 3. Nilai LQ Industri Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya Jabar 2007-2010 4,00 3,90 3,80 3,70 3,60 3,50 3,40 3,30 3,20 3,10 Subsektor indutri Kertas dan Barang Cetakan juga memilik nilai LQ kurang dari satu, tetapi meningkat dari 0.81 pada tahun 2007 menjadi 0,90 pad tahun 2010. Perkembangan nilai LQ tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75 Gambar 2. Nilai LQ Industri Tekstil, Barang Kulit,dan Alas Kaki Jabar 2007-2010 Penurunan nilai LQ juga terjadi pada subsektor industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya, subsektor ditunjukkan oleh Gambar 3. Nilai LQ kurang dari 1 yang menunjukkan subsektor ini adalah subsektor non basis. 0,70 0,65 Gambar4. Nilai LQ Industri Industri Kertas dan Barang Cetakan Jabar 2007-2010 7
Nilai LQ subsektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet juga mengalami penurunan yang tajam dari 1,52 pada tahun 2007 menjadi 1,02 pada tahun 2010. Kondisi kritis terjadi pada tahun 2010 dengan nilai LQ 1,02 yang menunjukkan rendahnya produk industri pupuk, kimia, dan barang dari karet yang dapat dieskpor. Hasil analisis juga menunjukkan penurunan perhitungan ekspor subsektor ini dari Rp 4.784.602,79 juta pada tahun 2017 menjadi Rp 259.326,62 juta pada tahun 2010. Perkembangan nilai LQ sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet disajikan pada Gambar 5. 1,80 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 - Gambar 5. Nilai LQ Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Jabar 2007-2010 & Barang dari Karet, dan subsektor industri Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki. Dalam upaya meningkatkan PDRB Provinsi Jawa Barat dan mendorong peningkatan kinerja semua sektor ekonomi, disarankan untuk meningkatkan kinerja subsektor agroindustri unggulan tersebut, yaitu: subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet dan subsektor agroindustri industri Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki, melalui peningkatan investasi, iklim usaha yang kondusif, dan berbagai kemudahan usaha. DAFTAR PUSTAKA Glasson, John, 1990. Pengantar Perencanaan Regional, Terjemahan,Lembaga Penerbit Fakulta Ekonomi UI, Jakarta. Richardson, Harry W, 2001. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional, Terjemahan Paul Sitohang, Edisi Revisi, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta. Setiono, D.N.S. 2011. Ekonomi Pengembangan Wilayah. Teori dan Analisis. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta. www.bps.go.id SIMPULAN DAN SARAN Subektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karetindustri Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki merupakan subsektor basis sehingga merupakan sektor unggulan Provinsi Jawa Barat karenan kemampuannya untuk mengekspor hasil produksinya ke luar Provinsi Jawa Barat. Selama periode 2007-2010 tidak terjadi perubahan subsektor basis agroindustri, yaitu tetap subsektor industri Pupuk, Kimia 8