BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB V PENUTUP. 1. Aplikasi Kesetaraan Gender dalam Kepengurusan Organisasi. perempuan tidak memiliki peluang menduduki posisi penting.

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. 1. Profil Himpunan Mahasiswa Mesin Fakultas Teknik Universitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. laki-laki dan perempuan dilihat dari ciri fisiknya. Dalam pandangan

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. perempuan atau laki-laki secara terpisah, tetapi bagaimana menempatkan

1Konsep dan Teori Gender

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB V PENUTUP. terhadap norma-norma yang ada. Norma-norma tersebut dibuat untuk

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

Tim Penyusun. Pengarah. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

ALASAN PEMILIHAN JURUSAN PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN 2012)

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak sering diidentikkan dengan dunia bermain, sebuah dunia

HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Misalnya

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

PENGANTAR Pengertian Jender. Wiwik D Pratiwi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengubah alam. (Soerjono Soekanto, 2007:150)

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bisa dikategorikan sebagai perangkat operasional dalam melakukan measure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. masih belum berakhir dan akan terus berlanjut. bekerja sebagai ibu rumah tangga dan diartikan sebagai kodrat dari Tuhan,

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sesuatu yang kita miliki, melainkan sesuatu yang kita lakukan dan kita

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan, serta sosial maupun keharmonisan keluarga.

KESETARAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN. Sriharini Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Teoritis Tentang Organisasi Kemahasiswaan. Untuk membahas organisasi kemahasiswa, terlebih dahulu akan di bahas tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

MEMAHAMI GENDER UNTUK MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran

KONSEP DAN ANALISIS JENDER. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian

Pertanyaan awal : mengapa pembangunan merupakan isu gender?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. terstruktur, dan konsepsi-konsepsi ideologis mengenai laki-laki dan

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender

seksualitas, tanggung jawab keluarga, dan sebagainya (Mosse, 2007: 2).

GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM)

Partisipasi Perempuan dalam Struktur Organisasi Desa

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan oleh kultur setempat yang berkaitan dengan peran, sifat, kedudukan, dan posisi dalam masyarakat tersebut. Seks atau jenis kelamin merupakan perbedaan antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan ciri biologisnya. Manusia yang berjenis kelamin laki-laki adalah manusia yang bercirikan memiliki penis, memiliki jakala (kala menjing), dan memproduksi sperma. Perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan memiliki alat menyusui (Mansour Fakih, 2008: 8). Pembedaan laki-laki dengan perempuan berdasarkan sex atau jenis kelamin merupakan suatu kodrat atau ketentuan dari Tuhan. Ciri-ciri biologis yang melekat pada masing-masing jenis kelamin tidak dapat dipertukarkan. Alat-alat yang dimiliki laki-laki maupun perempuan tidak akan pernah berubah atau bersifat permanen. Dalam konsep gender, pembedaan antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan konstruksi secara sosial maupun budaya. Perilaku yang menjadi identitas laki-laki maupun perempuan dibentuk melalui proses sosial dan budaya yang telah diperkenalkan sejak lahir. Ketika terlahir bayi laki-laki maka orang tua akan mengecat kamar bayi dengan warna biru, dihiasi dengan gambar mobil-mobilan dan pesawat, serta memberikannya mainan seperti

bola, robot-robotan, dan tamia. Apabila terlahir bayi perempuan maka orang tua akan mengecat kamar bayinya dengan warna merah jambu, menghiasinya dengan gambar hello kitty, dan menyiapkan boneka-boneka lucu untuk putrinya. Watak sosial budaya selalu mengalami perubahan dalam sejarah, gender juga berubah dari waktu ke waktu, dari satu tempat ke tempat lain. Sementara jenis kelamin sebagai kodrat Tuhan tidak mengalami perubahan dengan konsekuensi-konsekuensi logisnya (Elfi Muawanah, 2009: 8). Masyarakat menentukan dan membentuk sifat-sifat individu, yang mencakup penampilan, pakaian, sikap, dan kepribadian. Jika ia seorang lakilaki maka ia harus terlihat maskulin dan apabila ia perempuan maka ia harus feminim. Maskulinitas seorang laki-laki ditunjukkan dengan karakter yang gagah berani, kuat, tangguh, pantang menyerah, egois, dan berpikir rasional. Apabila sifat-sifat tersebut banyak ditinggalkan atau bahkan tidak dimiliki oleh seorang laki-laki, maka ia akan dianggap sebagai laki-laki yang kebancibancian. Feminimitas seorang perempuan ditunjukkan dengan karakter yang lembut, rendah hati, anggun, suka mengalah, keibuan, lemah, dan dapat memahami kondisi orang lain. Apabila sifat-sifat positif ini banyak ditinggalkan oleh seorang wanita, atau bahkan tidak dimilikinya, maka wanita yang bersangkutan dikatakan sebagai wanita yang tidak menarik (Heniy Astiyanto, 2006: 310). Sesungguhnya perbedaan gender tidak akan menjadi masalah selama tidak melahirkan ketidakadilan gender, namun yang menjadi persoalan ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum perempuan (Mansour Fakih,

2008: 12). Ketidaksetaraan gender juga disebabkan oleh adanya sikap bias gender yang didasarkan pengetahuan-pengetahuan masyarakat yang memiliki kecenderungan bersifat tidak adil gender. Kultur sosial budaya yang ada menempatkan perempuan pada kelas kedua, perempuan lebih banyak didominasi oleh kaum laki-laki. Budaya hegemoni patriarkhi menempatkan laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga, organisasi, maupun politik, sehingga partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan masih relatif rendah. Kurangnya kesempatan yang dimiliki perempuan untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan atau bahkan menjadi pemimpin dari suatu organisasi, membuat perempuan lebih memilih bersikap pasif. Manifestasi ketidakadilan gender masih terjadi dalam setiap pengambilan keputusan, kepengurusan, maupun kepemimpinan dalam Organisasi Himpunan Mahasiswa Mesin. Pengaruh budaya patriarkhi yang menempatkan perempuan sebagai pengurus dan penanggung jawab dalam pekerjaan domestik, membuat perempuan dalam organisasi cenderung ditunjuk sebagai sie konsumsi, bendahara, sekretaris, dan posisi lain yang mengacu pada sektor domestik. Kebijakan-kebijakan ini tentu dapat melanggengkan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat yang menganut hegemoni patriarkhi. Dapur dan garasi memiliki konotasi gender yang kuat. Dapur ruang untuk mengolah makanan sangat kuat asosiasinya dengan aktivitas feminim, sementara garasi ruang untuk menyimpan kendaraan dengan aktivitas yang lebih maskulin (Irwan Abdullah, 1997: 145). Persepsi ini memunculkan stereotipe terhadap beberapa jurusan yang sangat kental dengan identitas

gender, misalnya adanya pelabelan bahwa Jurusan Teknik Mesin untuk lakilaki sebab hal-hal yang bersinggungan dengan mesin menunjukkan sifat maskulin, sedangkan Jurusan Tata Boga untuk perempuan, sebab di Jurusan Tata Boga mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan dapur. Kultur yang ada menganggap perempuan sebagai konco wingking, sehingga segala urusan yang berkaitan dengan dapur merupakan hak dan kewajiban perempuan. Seiring dengan perkembangan masyarakat yang memperjuangkan kesetaraan gender, beberapa peran yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan telah dipertukarkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan cukup banyaknya kaum perempuan yang berani memasuki area maskulinitas dan berani tampil di sektor publik. Tidak jarang pula kaum pria yang ikut mengerjakan tugas perempuan di sektor domestik. Sejalan dengan pengarusutamaan gender, telah ada perempuan yang mendalami ilmu permesinan dengan menjadi mahasiswa jurusan teknik mesin meski pun masih dianggap tabu oleh kultur setempat, dan mereka merupakan kelompok minoritas dari total keseluruhan mahasiswa di jurusan tersebut. Organisasi kemahasiswaan sebagai wadah bagi aspirasi seluruh mahasiswa seharusnya netral gender, tidak mengandung unsur hegemoni patriarkhi di mana laki-laki lebih dominan dalam kepengurusan organisasi Kemahasiswaan Jurusan Teknik Mesin. Dibutuhkan usaha dari organisasi itu sendiri melalui kebijakan-kebijakannya untuk menyetarakan peran gender dalam berbagai aspek kepengurusan organisasi. Menurut McDonald dalam Amin Abdullah (2004: 39), suatu organisasi atau institusi tidaklah netral gender, karena mereka merupakan gambaran dari

lingkungan sosial budayanya ketika mereka dibangun. Dalam kepengurusan organisasi Himpunan Mahasiswa Mesin FT UNY, sesungguhnya dalam aturan formal tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Tetapi dalam aplikasinya masih ada beberapa kebijakan yang belum ramah gender. Lebih banyaknya jumlah mahasiswa laki-laki dari pada jumlah mahasiswa perempuan di Jurusan Teknik Mesin, mendukung besarnya potensi adanya ketidaksetaraan gender dalam menjalankan organisasi mereka. Perempuan masih distereotipkan tidak memiliki kemampuan dalam memimpin seperti laki-laki. Perempuan ditempatkan di jabatan-jabatan yang tidak membutuhkan tenaga dan tanggung jawab yang besar. Peneliti ingin melihat sejauh mana aplikasi kesetaraan gender dalam kepengurusan Himpunan 2012. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka teridentifikasi beberapa masalah, antara lain adalah sebagai berikut, 1. Masih ada budaya hegemoni patriarkhi dalam kepengurusan organisasi sejalan dengan perkembangan paradigma masyarakat menyangkut wacana kesetaraan gender 2. Akses dan kesempatan yang diberikan kepada perempuan untuk menduduki jabatan penting belum seimbang dengan yang diberikan kepada laki-laki

3. Rendahnya partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan di organisasi HIMA Mesin 4. Anggota perempuan sering bertugas dan bertanggung jawab di sektor domestik 5. Masih terdapat marginalisasi sehingga anggota perempuan kurang berperan dalam kepengurusan Organisasi Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Mesin 6. Masih adanya stereotipe negatif terhadap kemampuan perempuan dalam memimpin Organisasi Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Mesin 7. Kebijakan-kebijakan di Organisasi Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Mesin belum menganut prinsip kesetaraan gender. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada aplikasi kesetaraan gender dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Periode 2012. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut, 1. Bagaimana aplikasi kesetaraan gender dalam kepengurusan Himpunan 2012?

2. Faktor-faktor apa yang mendorong dan menghambat untuk mengaplikasikan kesetaraan gender dalam kepengurusan Himpunan 2012? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah, 1. Mengetahui aplikasi kesetaraan gender dalam kepengurusan Himpunan 2012. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mendorong dan menghambat untuk mengaplikasikan kesetaraan gender di kepengurusan Himpunan 2012. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut, 1. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang studi sosiologi mengenai kesetaraan gender di Organisasi Kemahasiswaan Jurusan Teknik Mesin.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian yang relevan di masa yang akan datang, serta dapat menjadi bahan acuan agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik. 2. Manfaat praktis a. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta Penelitian ini dapat menambah koleksi karya ilmiah mahasiswa sehingga dapat digunakan untuk sarana acuan atau bacaan dalam menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan kesetaraan gender. b. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah referensi sebagai bahan informasi dan menambah wawasan mengenai kesetaraan gender di Organisasi Kemahasiswaan Jurusan Teknik Mesin. c. Bagi Organisasi Kemahasiswaan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan referensi terhadap aplikasi kesetaraan gender dalam kepengurusan Organisasi Kemahasiswaan, dan diharapkan dapat memberi masukan untuk perkembangan dan kemajuan pelaksanaan organisasi kemahasiswaan. d. Bagi Masyarakat Umum Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi pada masyarakat luas, khususnya bagi orang-orang yang aktif dalam

kegiatan organisasi baik di tempat tinggalnya, di pemerintahan, maupun di tempat kerjanya, sehingga dapat memberi gambaran mengenai kesetaraan gender di sebuah organisasi yang rawan terjadi ketimpangan gender. e. Bagi Peneliti Penelitian ini digunakan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Sosiologi FIS UNY. Peneliti dapat mengetahui lebih dalam mengenai aplikasi kesetaraan gender di organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin yang berpotensi adanya ketimpangan gender. Peneliti dapat memperoleh pengalaman terjun langsung dalam penelitian yang dapat dijadikan bekal untuk melakukan penelitianpenelitian selanjutnya.