BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengelolaan program dalam layanan pendidikan bisa terselenggara

WALIKOTA TASIKMALAYA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penlitian

PERATURAN BUPATI PIDIE NOMOR : 09 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROGRAM KURSUS BAHASA ASING BERBASIS DESA/KELURAHAN KABUPATEN BANYUWANGI.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN SYARAT PEMBERIAN BEASISWA DAN PENGHARGAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

- 1 - BUPATI BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang ketat di bidang bisnis jasa pendidikan. Lembaga non formal

PENDATAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON-FORMAL, DAN INFORMAL TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan

DIVESIFIKASI LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN & REVIEW MATERI. Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI UPTD SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) UNGARAN

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

PROFIL UPTD PAUD DAN SD KECAMATAN KARAWANG TIMUR

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL KABUPATEN BANJAR.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PENGENDALIAN MUTU PROGRAM PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengalaman. Pendidikan adalah pengalaman belajar yang telah

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan. Sebab, melalui pendidikan akan diperoleh perubahan sikap masyarakat. Pendidikan tidak hanya di bidang formal dan informal, tetapi juga mencakup pendidikan nonformal. Pendidikan bagi warga masyarakat yang dilaksanankan pada jalur pendidikan nonformal memiliki konsep yang lebih kental tentang ketidakterpisahan aktivitas pendidikan dan kehidupan. Dalam pendidikan nonformal, unsur-unsur pendidikan tersebut dituntut disesuaikan dengan kebutuhan potensi dan permasalahan kehidupan masyarakat. Dalam rumusan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat 1 pendidikan nonformal diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Dari konsep ini dapat dipahami bahwa pada prinsipnya pendidikan nonformal ini ditujukan untuk seluruh lapisan masyarakat dan tidak terbatas pada usia, jenis kelamin, status sosial, dan ekonomi. Penyelenggaraan pendidikan Nonformal yang berkualitas, antara lain ditandai dengan: (1) keefektifan pencapaian tujuan, (2) efisiensi pemanfaatan/penggunaan sumber daya, (3) relevan dengan kebutuhan peserta didik, pasar, terpadu dengan rencana strategis kewilayahan dan berbasis pada pengembangan keunggulan-keunggulan potensi sumber daya kewilayahan, (4) 1

ketepatan karateristik sasaran, (5) bersifat antisipatif terhadap berbagai perubahan. Komponen yang berpengaruh terhadap pencapaian penyelenggaraan pendidikan nonformal yang berkualitas antara lain ketersediaan ketenagaan yang memadai baik jumlah maupun kualitas. Pasal 26 ayat 3 UU No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Intinya adalah baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal merupakan upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka mendukung program pendidikan sepanjang hayat. Terselenggaranya program-program pendidikan nonformal tidak terlepas dari bagaimana peran dari komponen-komponen terkait dalam mendukung dan melaksanakannya. Komponen-komponen yang dimaksud adalah masyarakat, pemerintah, dan beberapa unsur tenaga pendidik dan kependidikan diantaranya adalah penilik, pamong belajar, tutor, instruktur kursus, pengelolah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan pengelolah Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Di antara beberapa komponen pendidikan nonformal di atas, kedudukan pamong belajar dipandang sangat strategis dalam membantu penyelenggaraan pendidikan nonformal di Indonesia. Pamong belajar dapat disebut pula fasilitator, sumber belajar, dan pengajar. Pelibatan Pamong belajar sebagai pembina atau 2

penyelenggara program membawa konsekuensi yang cukup besar terhadap eksistensi pamong belajar. Dalam melaksanakan tupoksinya pamong belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) merupakan tenaga pendidikan di UPT/UPTD Dinas Pendidikan yang berada di garda terdepan dan memiliki posisi strategis dalam pelaksanaan program pendidikan nonformal di lapangan. Melihat secara nyata bahwa SKB mempunyai tugas dan fungsi: (1) Membuat program-program percontohan (2) Mengendalikan mutu program pendidikan nonformal (3) sebagai pusat informasi dalam bidang pendidikan nonformal dengan sasaran program ditujukan kepada masyarakat miskin, pengangguran, dan putus sekolah. Hal tersebut menuntut Pamong Belajar untuk memiliki berbagai macam kemampuan dalam melaksanakan tugas profesionalisnya di lapangan. Pamong Belajar yang merupakan tenaga fungsional yang ditempatkan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), memiliki peran sangat strategis dalam mewujudkan kualitas penyelenggaraan program pendidikan nonformal, sehingga kompetensi sangat penting dalam rangka peningkatan kinerja pamong belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Pamong Belajar bertindak sebagai tutor /fasilitator/pendidikan/pelatihan/ pengajaran. Pelibatan pamong belajar sebagai penyelenggara program membawa konsekuensi yang cukup besar terhadap eksitensi pamong belajar. Dengan demikian, maka sangat tepat bila dikatakan bahwa inovasi, keberhasilan implementasi program pendidikan nonformal oleh UPTD Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dibebankan di punduk para Pamong Belajar. Oleh karenanya dalam 3

hal ini dituntut kinerja dan professionalisme seorang Pamong Belajar. Kinerja yang dimaksud adalah kualitas kerja dari seorang Pamong Belajar yang diserahkan tanggung jawab untuk melaksanakan tupoksinya dalam semua kegiatan pendidikan nonformal dan melaporkan setiap perkembangan yang terjadi dalam lingkungan kerja kepada kepala SKB. Selain itu,seorang Pamong Belajar harus memiliki motivasi yang tinggi yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Dalam rangaka meningkatkan kinerja, seorang Pamong Belajar harus memahami tupoksinya dalam pelaksanaan maupun pengembangan pendidikan nonformal di wilayah kerja Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Tugas pokok dan mekanisme kerja Pamong Belajar diatur dalam peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 Tahun 2010 Tentang jabatan fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya. Kinerja adalah kesediaan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan sesuai dengan tanggung jawab dan dengan hasil seperti yang diharapkan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan kinerja Pamong Belajar adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi atau lembaga, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya tujuan organisasi bersangkutan. Untuk mewujudkan Pamong Belajar yang berkualitas dan professional maka diperlukan penguasaan aspek-aspek kompetensi yang meliputi aspek andragogi/peadagogi, aspek kepribadian, aspek sosial serta aspek professional. Selain itu seorang Pamong Belajar harus memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan proses belajar mengajar pada setiap kegiatan Pendidikan dan 4

pelatihan karena hal ini dapat mempengaruhi kinerjanya. Kompetensi dan kinerjanya seyogyanya sejalan dalam visi, misi, dan strategi institusi yang mengacu pada perubahan dan kebutuhan masyarakat setempat. Rendahnya kinerja Pamong Belajar dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas pendidikan nonformal, termaksud didalamnya pengakuan lulusan nonformal oleh pemerintah baik negeri maupun swasta. Dalam meningkatkan kinerja Pamong Belajar selain melalui pendidikan dan pelatihan juga kebiasaan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan secara rutin. Kinerja yang kurang baik salah satunya disiplin kerja yang kurang baik. Kinerja menuntut adanya pengekspresian potensi seseorang, dan tanggung jawab atau kepemilikan yang menyeluruh. Jika tidak, maka hal ini tidak akan menjadi potensi seseorang, tetapi sebagian akan menjadi milik orang lain, oleh karena itu pengarahan dari pimpinan suatu organisasi akan menjadi penting, dalam rangka mengoptimalkan potensi seseorang. Pengarahan pimpinan misalnya dalam bentuk memerintah, menuntut, memberikan instruksi, walaupun mungkin bawahan bisa menjalankan pekerjaan itu. Kondisi ini juga terjadi pada tiga Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara. SKB Kwandang dengan jumlah Pamong Belajar 6 orang, SKB Atinggola 3 orang Pamong Belajar, dan SKB Sumalata 4 orang Pamong Belajar. Jumlah keseluruhan Pamong Belajar di SKB Kabupaten Gorontalo Utara adalah 13 orang ( data Sekunder bulan Januari tahun 2014 ). Program-program pendidikan nonformal belum dapat berjalan dengan lancar, padahal jika melihat kebutuhan belajar masyarakat, banyak sekali program- 5

program pendidikan nonformal yang dapat dilaksanakan di Kabupaten ini. Minimnya tenaga Pamong Belajar serta kondisi wilayah kerja SKB merupakan salah satu penyebab belum optimalnya layanan pendidikan nonformal di Kabupaten Gorontalo Utara. Kondisi ini diakibatkan belum optimalnya kinerja Pamong Belajar di SKB dengan baik dalam melaksnakan tupoksinya. Jika melihat kondisi seperti ini, maka perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap programprogram pendidikan nonformal yang telah dilaksanakan oleh Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), pemerataan atau penambahan jumlah tenaga Pamong Belajar di SKB dan perlu juga dilakukan penilaian prestasi kerja setiap Pamong Belajar. Seperti halnya SKB Sumalata Desa Bulontio Timur Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara sejak berdiri pada tahun 2007 telah menyelenggarakan program-program baik Program Paket A, B, dan C, Program Kursus Pengelola Pendidikan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar Masyarakat (PKBM), dan Keaksaraan Fungsional (KF) dasar. Dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SKB Sumalata ini, pencapaian hasil program-program tersebut telah mencapai peningkatan terhadap keberhasilan program-program yang dilaksanakan, namun pencapaian ini masih kurang memuaskan. Beberapa faktor yang menyebabkan kualitas program-program yang dilaksankaan ini menjadi kurang memuaskan diantaranya karena adnya faktor internal, dimana dari tenaga didik / Pamong Belajar itu sendiri kurang menjalin kerja sama baik antar sesama pamong belajar maupun dengan bawahan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya komunikasi yang baik serta pengetahuan terhadap tupoksi Pamong belajar itu sendiri masih kurang dipahami. Sehingga metode- 6

metode pembelajaran maupun pelatihan menjadi kurang efektif akibat kurangnya pemahaman dari tenaga didik itu sendiri untuk menjalankan program-program yang ada di SKB Sumalata tersebut. Selain itu kuranya koordinasi dan pemantauan yang dilakukan oleh pemimpin juga menjadi faktor yang mempengaruhi kurangnya kinerja dari pamong belajar itu sendiri. Keterbatasan terhadap pengembangan model pembelajaran terjadi karena tidak adanya respon balik yang baik dari pemimpin kepada bawahannya untuk dapat mengembangkan metode pembelajaran ataupun pengembangan model yang akan dilaksanakan dalam program-program di SKB tersebut. Selain itu warga belajar juga memberikan pengaruh terhadap keberhasilan program-program yang dilaksanakan di SKB Sumalata ini, yaitu lokasi atau tempat tinggal dari warga belajar yang sulit untuk dijangkau oleh pamong belajar, pemahama atau kemampuan akademik yang kurang, serta karakteristik dari warga belajar yang berbeda-beda, sehingga dalam pembelajaran atau pelatihan warga belajar kurang dapat memahami pembelajaran yang diberikan oleh tutor/pamong Belajar. Sehingga dalam hal ini motivasi belajar oleh tutor harus ditumbuhkan pada diri setiap warga belajar agar secara kultural dan pribadi akan terjadi kegiatan belajar yang relefan (Thursan Hakim, 2002:12). Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti memformulasiakan judul penelitian tentang Deskripsi Kinerja Pamong Belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara. 7

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan penelitian ini yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Program pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh SKB belum berjalan secara optimal 2. Masih kurangnya tenaga pamong belajar yang tersedia 3. Belum dilaksanakannya penilaian prestasi kerja secara kontinyu 4. Belum optimalnya kinerja Pamong Belajar di SKB dengan baik dalam melaksanakan tupoksinya 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan hasil identifikasi tersebut maka rumusan masalah penelitian ini yaitu: bagaimana kinerja pamong belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meperoleh gambaran tentang kinerja pamong belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna untuk berbagai pihak, baik secara Teoritis maupun secara Praktis, diantaranya sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gagasan, ide, konsep tentang kinerja pamong belajar di SKB Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara 8

2. Secara Praktis - Bagi SKB secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi acuan dalam penilaian kinerja pamong belajar di SKB khususnya SKB Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara - Bagi Pamong Belajar diharapkan dapat meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan tupoksinya di SKB. 9