BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Katalog BPS :

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat merasakan kesejahteraan dengan cara mengelola potensi-potensi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya pembangunan ekonomi ditujukan untuk mengatasi kemiskinan, penggangguran, dan ketimpangan. Sehingga dapat terwujudnya masyarakat yang sejahtera, makmur, dan berkeadilan. Agar tercapai kesejahteraan tersebut, maka harus diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan pembangunan, dan adanya stabilitas nasional yang mantap dan dinamis atau yang pada masa orde baru disebut dengan Trilogi Pembangunan. Pembangunan ekonomi diupayakan tidak lepas dari pada Trilogi pembangunan, karena dengan adanya pembangunan ekonomi maka pertumbuhan ekonomi dengan kebijakan yang tepat akan memungkinkan terjadinya distribusi yang merata dan tercapai kesejahteraan. Negara kita merupakan negara yang memiliki keanekaragaman dan persebaran yang sangat luas, hal tersebut mencerminkan adanya perbedaan kondisi sosial ekonomi di antar wilayah Indonesia. Seperti adanya ketimpangan antara Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur, atau antara Pulau Jawa dengan Luar Pulau Jawa. Beberapa wilayah bagian Indonesia memiliki pendapatan yang tinggi, namun disisi lain ada wilayah yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah. Potensi diantara tiap daerah berbeda-beda satu sama lain, sehingga akan menyebabkan terjadinya disparitas antar daerah yang pada akhirnya penggunaan sumber daya yang tidak efisien, seperti kualitas sumber daya yang menurun dan melebarnya sektor tenaga kerja informal. Menurut Kamaluddin (2007), pada beberapa wilayah, ketimpangan pembangunan telah berakibat langsung pada munculnya semangat kedaerahan yang pada titik paling ekstrim diwujudkan dalam bentuk gerakan separatism. Sementara 1

2 itu, upaya-upaya percepatan pembangunan pada wilayah yang relatif masih tertinggal, walaupun telah dimulai hampir sepuluh tahun yang lalu ternyata hasilnya belum dapat sepenuhnya dinikmati oleh masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Peningkatan PNB riil yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dan indikasi penting untuk menilai keberhasilan dari pembangunan ekonomi. Dan meningkatnya pendapatan per kapita riil atau pendapatan per kapita atas dasar harga konstan pada suatu tahun dasar tertentu, merupakan salah satu ukuran kemajuan perekonomian suatu negara. Namun meningkatnya pendapatan per kapita itu, yaitu pendapatan ratarata per penduduk, belumlah mencerminkan terdistribusinya secara merata pendapatan nasional dalam masyarakat yang bersangkutan. Mungkin ada kelompok kecil masyarakat yang memperoleh keuntungan besaar dari hasil pembangunan. Namun kelompok masyarakat lainnya tidak atau hampir merasakan peningkatan kesejahteraannya, sehingga mereka tetap saja hidup dalam kemelaratan. Akibatnya perbedaan tingkat pendapatan antar kelompok kaya dengan kelompok miskin dalam proses pembangunan bisa tidak membaik bahkan bisa menjadi semakin buruk. Sedangkan menurut Sjafrizal (2008), ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju dan wilayah terbelakang. Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu, aspek ketimpangan pembagunan antar wilayah ini juga mempunyai implikasi pula terhadap formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Seperti Provinsi Riau dan Kalimantan Timur yang merupakan daerah penghasil minyak dan gas, dimana PDRB provinsi kedua tersebut hampir dua kali

3 lebih tinggi dari pada PDRB provinsi Maluku dan NTT. Perbedaan tingkat PDRB per kapita tersebut menunjukkan adanya disparitas antar provinsi. Disparitas juga dapat ditandai dengan aksesibilitas pelayanan sarana dan prasarana ekonomi dan sosial, terutama di perdesaan, wilayah terpencil, perbatasan, dan wilayah tertinggal. Hal ini disebabkan oleh minimnya akses pada permodalan, lapangan kerja, informasi, dan teknologi pendukung di wilayah yang tertinggal tersebut. Seperti ketimpangan antara daerah kaya dan daerah miskin. Karena adanya potensi daerah kaya yang meningkat seperti tenaga kerja yang semakin produktif, perdagangan yang semakin lancar, dan sumber daya alam yang dapat dikelola dengan baik. Sebaliknya untuk daerah yang miskin, sumber daya alam yang kurang dikelola dengan baik, selain itu masalah kualitas tenaga kerja yang rendah akibat dari pendidikan yang kurang berkualitas, investasi yang belum ada, dan masalah keterbatasan dalam sarana dan prasarana. Perbedaan tingkat pembangunan tersebut akan membawa dampak perbedaan tingkat kesejahteraan antar daerah yang pada akhirnya dapat menimbulkan kesenjangan. Padahal jika kita mempunyai sumber daya alam yang dapat digali, berarti kita mempunyai keunggulan komparatif karena wilayah akan memfokuskan diri untuk memproduksi komoditas tersebut. Selain itu akan dapat mempermudah masuknya investasi ke daerah, dimana dengan adanya investasi tersebut maka akan terjadi arus perdagangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah tersebut. Sejak diterapkannya otonomi daerah yang diatur dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dimana kedua undang-undang ini mengalami perbaikan ketika tahun 2004, dengan diundangkannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, maka daerah memiliki kewenangan untuk menyusun program pembangunan sendiri, dan pemerintah pusat menstransfer sejumlah dana kepada daerah yang digunakan sebagai penerimaan daerah dalam anggaran yang disusun daerah. Dana yang diserahkan kepada daerah, pada umumnya merupakan dana perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi

4 Khusus. Selain dana perimbangan di beberapa daerah ada tambahan dana transfer lain, seperti dana otonomi khusus dan dana penyesuaian. Dengan adanya kewenangan daerah untuk mengelola dana yang dimilikinya, harapannya pembangunan akan semakin gencar dilakukan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Akhirnya tentu diharapkan pertumbuhan ekonomi di seluruh daerah di Indonesia bisa maju dan merata. Tidak lagi ada kesenjangan, hanya sematamata karena daerah-daerah tertentu diperhatikan oleh pemerintah pusat, sedangkan daerah lainnya tidak. Pembangunan di suatu daerah tidak bisa lepas dari pembangunan nasional, dimana diharapkan terjadi pembangunan di segala bidang termasuk pembangunan ekonomi agar tercapai pemerataan pembangunan. Seperti halnya Provinsi Kalimantan Selatan dimana mempunyai tujuan untuk mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah seperti dengan cara meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, meningkatkan pengelolaan sistem usaha yang kompetitif dan profesional, dan meningkatkan kualitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup agar tercapai pertumbuhan ekonomi dan pemerataan. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan dapat kita lihat dari PDRB Kalimantan Selatan berdasarkan lapangan usaha seperti tabel di bawah ini : Tabel 1.1 PDRB dan Pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan Selatan Menurut Lapangan Usaha Periode Tahun 2004-2007 Lapangan Usaha PDRB Prov Kal-Sel (Jutaan Rupiah) Pertumbuhan PDRB Kal-Sel (Persen) 2004 2005 2006 2007 2004 2005 2006 2007 Pertanian 5366944 5640957 5905870 6243735 6.01 5.11 4.70 5.72 Pertambangan & Penggalian 4656065 5032633 5408571 5681678 2.29 8.09 7.47 5.05 Industri Pengolahan 3020752 2960952 2910562 2996207 1.39-1.98-1.70 2.94 Listrik, Gas, & Air Bersih 117688 121573 126228 131452 5.10 3.30 3.83 4.14 Bangunan 1157012 1252618 1340602 1433164 6.95 8.26 7.02 6.90 Perdagangan, Hotel, & Rest 3321725 3477082 3670305 3896957 4.09 4.68 5.56 6.18 Pengangkutan&Komunikasi 1805864 1943523 2061216 2230869 7.21 7.62 6.06 8.23

5 Keu,Perswaan&Jasa Pershn 755469 860679 893247 1030451 10.05 13.93 3.78 15.36 Jasa-jasa 1872732 1997972 2135662 2277772 6.43 6.69 6.89 6.65 Sumber : BPS Prov Kalimantan Selatan Dari tabel di atas dapat kita lihat, bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2007 sebesar 6,01% dimana menunjukkan adanya peningkatan kinerja sektor ekonomi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Semua sektor mengalami rata-rata tumbuh positif di atas 5 persen pada tahun 2007. Kecuali sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 2,94 persen dan sektor listrik, gas, dan air bersih yang tumbuh sebesar 4,14 persen. Pertumbuhan sektoral tertinggi dicapai oleh sektor Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 15,36 persen. Ini dikarenakan nilai tambah perbankan dipengaruhi oleh kondisi dari sektor moneter dan dari kebijakan pemerintah yang berkaitan perbankan serta perkembangan dunia usaha pada umunya. Sedangkan sektor industri pengolahan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan terendah, walaupun lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan negatif. Karena sudah membaiknya subsektor industri setelah pemerintah melakukan operasi penebangan liar. Sektor pertanian masih menjadi sektor andalan di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2007 tumbuh sebesar 5,72 persen atau lebih tinggi dari pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 4,70 persen. Pertumbuhan ini karena subsektor tanaman bahan makanan yang meningkat cukup tinggi akibat adanya panen raya dan perluasan lahan. Sektor pertambangan yang pengaruhnya cukup besar terhadap PDRB ternyata pengalami penurunan pertumbuhan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,05 persen. Sektor-sektor yang lain seperti sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan walaupun tidak terlalu banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan adanya tiga belas (13) jumlah kab/kota yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dan banyak kekayaan akan sumber daya alam, kualitas sumber daya manusia, pendapatan, serta perkembangan yang berbeda antar tiap daerah. Dimana tiap daerah mempunyai potensi yang berbeda-beda, sehingga kekayaan yang dimiliki tiap daerah pun berbeda-beda. Dalam artian tidak terjadi

6 pemerataan pembangunan, dimana menyebabkan tidak terjadinya pertumbuhan ekonomi yang seimbang. Maka dari itu penulis ingin melihat seberapa besar kesenjangan yang terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan dan melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesenjangan tersebut. Sehingga dapat mengetahui pula kebijakan-kebijakan apa saja yang dapat mengurangi kesenjangan di Provinsi Kalimantan Selatan. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Dengan melihat latar belakang masalah yang ada di atas, maka perumusan masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah kesenjangan pendapatan antar Kabupaten/kota yang terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan dari tahun 2004-2007? 2. Bagaimanakah hubungan antar faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesenjangan pendapatan di Provinsi Kalimantan Selatan dengan tingkat kesenjangan yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan? 1.3 TUJUAN PENELITIAN 1. Menganalisis kesenjangan pendapatan antar Kabupaten/kota yang terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan dari tahun 2004-2007. 2. Menganalisis hubungan dari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesenjangan pendapatan di Provinsi Kalimantan Selatan dengan tingkat kesenjangan yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan.

7 1.4 KERANGKA PEMIKIRAN Penelitian ini menganalisis kesenjangan di Provinsi Kalimantan Selatan. Banyak faktor yang mempengaruhi kesenjangan pendapatan antar daerah dan pengaruhnya terhadap Provinsi Kalimantan Selatan pada periode tahun 2004-2007. Dengan adanya perbedaan sumberdaya antar daerah, tidak mengherankan bila pembangunan pun berbeda di setiap daerah. Akan tetapi bila daerah yang memiliki sumber daya yang melimpah dapat memberikan sumbangan untuk pembangunan bagi daerah yang memiliki sumber daya terbatas, maka kesenjangan antar daerah dapat diturunkan. Untuk lebih mempermudah penelitian ini, mulai dari persiapan sampai kepada penulisan laporan penelitian sehingga hasil yang didapat dari penelitian dengan menggunakan data yang ada. Memang betul-betul dapat mempresentasi kondisi perekonomian yang ada terutama berkaitan dengan kesenjangan pendapatan antar daerah yang terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan. Kerangka Pemikiran Analisis Kesenjangan Pendapatan di Provinsi Kalimantan Selatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada Tahun Melihat kesenjangan pendapatan dengan menggunakan indeks Williamson Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesenjangan pendapatan di Provinsi Kalimantan Selatan Hasil penelitian dan pembahasan dari variabelvariabel yang diteliti Kesimpulan, saran, dan rekomendasi kebijakan

8 1.5 MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat penelitian yang diharapkan oleh peneliti : 1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia akademik dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Sebagai sumbangan pemikiran kepada Pemda Provinsi Kalimantan Selatan, agar dapat membantu dalam menentukan kebijakan pembangunan di masa datang. 1.6 HIPOTESA PENELITIAN Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka dalam penelitian ini penulis mempunyai hipotesis bahwa tingkat kesenjangan pendapatan dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja, indeks pembangunan manusia, panjang jalan, dan pendapatan perkapita. Dimana ketika jumlah tenaga kerja, indeks pembangunan manusia, panjang jalan, dan pendapatan perkapita mengalami peningkatan maka tingkat kesenjangan pendapatan akan menurun. 1.7 SISTEMATIKA PENULISAN Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan diatas serta untuk mempermudah pembahasan lebih lanjut agar lebih sistematis dan terinci, maka tesis yang diusulkan ini disusun dalam bab-bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Dalam bab ini akan menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian, Hipotesa Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

9 Bab II : Landasan Teori Pada bab ini akan dibahas mengenai teori yang digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi : Pertumbuhan Ekonomi, Disparitas/Kesenjangan antar Wilayah, Indeks Williamson, Kependudukan, Ketenagakerjaan, Penelitian Sebelumnya, dan Kerangka Pemikiran. Bab III : Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang berisikan kerangka konseptual, spesifikasi model, hipotesa yang akan diuji, ruang lingkup penelitian, serta metode analisa data. Bab IV : Gambaran Umum dan Pembahasan. Pada bab ini diuraikan tentang keadaan umum perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan dan Kabupaten-kabupatennya. Kemudian akan dibahas tentang penentuan model dan analisa pembahasannya. Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan bagian penutup dari tulisan ini yang berisikan kesimpulan dan saran-saran untuk perbaikan penelitian dan pengembangan daerah selanjutnya.