BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan baik atau tidak. Disiplin juga merupakan bentuk pengendalian diri bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tajam dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di dunia pendidikan, menyangkut

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju. dengan tata cara hidup orang dewasa (Ali dan Ansori, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh individu dalam masa emerging

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Self Efficacy adalah keyakinan seseorang dalam mengkoordinasikan keterampilan dan kemampuan untuk mencapai

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru sangat penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa

BAB 1 PENDAHULUAN. berguna kelak di kemudian hari.sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang

Skala Prokrastinasi Akademik. Ciri-Ciri Prokrastinasi Ferrari (dalam Ghufron 2014: ) menyatakan bahwa perilaku prokrastinasi

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan pelajaran pokok tiap jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyelesaikan Tugas Akhir (TA) atau skripsi, skripsi merupakaan karya ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki

PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA TEKNIK PENDINGIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kedisiplinan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang LISTYA ANGGRAENI, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI

BAB I PENDAHULUAN. guna mengembangkan bakat serta kepribadian siswa. Mulyasa (2011)

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

ABSTRAK. Kata kunci: kegiatan kesiswaan, sikap kedisiplinan belajar. 1. Pendahuluan Sekolah perlu memberikan. muka, dilaksanakan di sekolah agar

BAB I PENDAHULUAN Kinerja Pegawai Di Sekretariat Direktorat Jenderal. Pendidikan Islam Kementrerian Agama RI

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2000). Disini proses interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses belajar karena motivasi dapat mempengaruhi apa,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah menjadi kebutuhan mendasar bagi semua orang, apalagi di zaman yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan penilaiannya, keberadaan sekolah benar-benar sangat diperlukan. Sekolah dianggap sebagai tempat kedua untuk mendapatkan pendidikan setelah pendidikan pertama adalah dirumah dan orangtua. Pendidikan merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa menyiapkan masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain (Zakiyah, 2010). Menurut Hurlock (2002) awal masa remaja berlangsung kira-kira tiga belas tahun sampai enam belas atau tujuh belas tahun. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa dewasa, Dimana salah satu tugas dari perkembangan remaja adalah menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak. Akibatnya hanya sedikit anak laki-laki dan perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja. Siswa SMP merupakan masa awal remaja dimana mereka masih mencari jati diri, remaja akan mengikuti apa yang telah dilihatnya dan mencoba merealisasikan dalam aktivitasnya. Remaja juga tidak terlepas dari keharusan untuk belajar. Namun, Dalam proses belajar tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam pengaturan waktu belajar dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah atau masalah akademis. Menurut Zakariya, (dalam Gufron, 2003) anak-anak usia sekolah dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA), cenderung 1

2 mengisi waktu dengan bermain dan menonton televisi daripada belajar. Semangat belajar mereka semakin lama semakin menipis, dan kalah dengan keinginan untuk bermain. Belajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru, dalam bentuk sikap dan nilai positif. Menurut Slameto (1995) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan tugas utama seorang siswa, namun tidak semua siswa memiliki pengelolaan belajar yang baik, khususnya dalam pengelolaan waktu, Pengelolaan waktu belajar yang kurang baik menyebabkan siswa sering melakukan penundaan dalam mengerjakan tugas-tugas akademik. Perilaku menunda tugas-tugas akademik ini disebut dengan prokrastinasi akademik. Suatu penundaan yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak diperlukan dalam pengerjaan tugas, dengan jenis penundaan yang dilakukan pada tugas yang penting, penundaan tersebut tidak bertujuan, dan bisa menimbulkan akibat negatif (Ramdhani, 2013) Ghufron dan Risnawita (2012) mengatakan bahwa prokr astinasi akademik dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri individu dan faktor di luar diri individu salah satunya adalah kondisi lingkungan terutama lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang rendah pengawasan merupakan suatu kondisi dimana norma-norma dan aturan kurang begitu ditegakkan. Hal tersebut membuat

3 kesempatan siswa untuk berada pada lingkungan kondusif yang dibutuhkan untuk belajar dan mengerjakan tugas semakin berkurang, pengaruh teman sebaya, cara guru dalam mengajar atau perlakuan guru juga menjadi salah satu faktor penyebab prokrastinasi akademik siswa (Candra, 2014). Sari (2013) mengatakan bahwa sikap, metode cara mengajar guru dan stres terhadap guru yang dialami siswa dapat berpengaruh pada perilaku prokrastinasi akademik siswa. Siswa yang merasa nyaman dan tidak tertekan dengan sikap gurunya akan efektif meningkatkan waktu dalam mengerjakan tugas, hadir di sekolah, mengurangi kelambanan, dan menunda-nunda tugas maupun belajar. Pelajar yang merasa tidak nyaman dengan lingkungan sekolahnya terutama sikap yang diberikan oleh guru disekolah tidak akan mampu mengurangi prokrastinasi akademiknya. Berdasarkan pendapat di atas terlihat bahwa pencapaian hasil pendidikan sangat tergantung pada guru. Guru sebagai pendidik mempunyai peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Guru yang berbakat ditandai dengan kemampuannya dalam menggunakan metode mengajar, mengatur waktu, disiplin, ramah, mimik yang selalu menarik dan simpati (Jamil dan Sahidin, 2013). Disiplin adalah sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan, norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab serta keteraturan sikap atau keteraturan tindakan. Disiplin merupakan salah satu alat untuk mempengaruhi, mengubah, membina, membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan dan di ajarkan dalam mencapai tujuan pendidikan (Tu u, 2004).

4 Bila disiplin telah dimiliki oleh guru dalam proses pembelajaran maka akan tercermin pada perasaan guru terhadap pekerjaannya, kondisi inilah yang sangat di inginkan oleh sekolah, karena keberhasilan suatu sekolah dalam menjalankan aktivitas tergantung dari kedisiplinan guru yang ada dalam sekolah dan mengakibatkan siswa dapat meniru atau menjadikan guru sebagai suri tauladan sehingga belajar siswa akan meningkat dan ini memungkinkan terjadinya pengurangan prokrastinasi akademik yang terjadi di sekolah. Kebiasaan seseorang taat dan disiplin dalam melakukan sesuatu akan mendekatkan pada jenjang kesuksesan (Tu u, 2004). Syatra (2013) mengatakan Guru merupakan suatu profesi yang mempunyai keahlian tertentu, dimana masyarakat menempatkannya pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Guru harus bisa menjadikan dirinya sebagai panutan atau model dalam bertingkah laku bagi anak didiknya. Apabila guru yang berperilaku tidak baik akan merusak citra sebagai guru dan pada gilirannya akan merusak siswa-siswi yang dipercayakan kepadanya. Permanasari (2008), kondisi sekolah yang tidak baik juga akan mempengaruhi tindakan remaja, misalnya saja kondisi dimana sarana sekolah yang kurang, kuantitas dan kualitas guru yang tidak baik, juga dapat mengganggu proses belajar mengajar.maka dari itu, untuk meningkatkan peranan guru dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa, maka guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan kondusif dalam mengelola kelas. Bagaimana sikap dan perilaku guru itu menjadi contoh bagi siswa. Begitu juga

5 kedisiplinan guru dalam bentuk pelaksanaan peraturan disekolah akan memberikan pengaruh pada perilaku siswanya terutama dalam mengerjakan tugas. Hasil wawancara yang dilakukan pada bulan Desember 2014 didapat data 9% dari 133 orang siswa yang bersekolah di SMP N X Kempas menundanunda dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik yang diberikan guru. Penundaan merupakan salah satu kebiasaan yang sering dilakukan siswa dalam menghadapi tugas-tugas mereka. banyak siswa yang menunda pekerjaan rumah, menunda belajar untuk menghadapi ulangan harian ataupun ujian akhir semester. Menurut beberapa siswa yang telah diwawancarai mengenai disiplin guru ditemukan bahwa guru-guru menunjukkan sikap kedisiplin yang baik contohnya seperti datang tepat waktu dan tidak meninggalkan kelas sebelum pelajaran berakhir, guru yang tidak memberikan toleransi atau memberikan punishment secara tegas setiap kali siswa terlambat maupun dengan sengaja menunda mengerjakan tugas yang diberikan. Saat guru memberi tugas, guru melakukan pengawasan didalam kelas tersebut sehingga membuat siswa menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud meneliti apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru dengan prokrastinasi akademik siswa SMP. Sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KEDISIPLINAN GURU DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMP NEGERI X KEMPAS.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru dengan prokrastinasi akademik pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri X Kempas? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini bermaksud untuk mengetahui secara empiris ada tidaknya hubungan persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru dengan prokrastinasi akademik pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri X Kempas. D. Keaslian Penelitian Penelitian terkait yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengenai prokrastinasi akademik antara lain yaitu : penelitian yang dilakukan oleh M. Nur Gufron (2003) mengenai Hubungan Kontrol Diri Dan Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Orangtua Dengan Prokrastinasi Akademik penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, perbedaanya terletak pada subjek penelitian, metode pengambilan sampel dan juga variabel X pada penelitian ini. Namun, persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama mengukur Prokrastinasi akademik. Selanjutnya Penelitian yang dilakukan oleh Meirina Dian Mayasari, dkk. (2010) mengenai Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode

7 Pengajaran Dosen dengan Kecenderungan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan.penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada sampel, teknik pengambilan sampel dan variabel X, tetapi penelitian ini memiliki persamaan yaitu sama-sama mengukur prokrastinasi akademik. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Novita Sari (2013) mengenai Hubungan Antara Stres Terhadap Guru dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada sampel, teknik pengambilan sampel dan variabel X, tetapi sama-sama mengukur prokrastinasi akademik dan menggunakan teori dari Ferrari, dkk. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara stres guru dengan prokratinasi akademik pada siswa SMA. Ini menunjukkan semakin tinggi stres terhadap guru maka semakin tinggi prokrastinasi akademik yang dilakkan oleh siswa, sebaliknya semakin rendah stres terhadap guru maka semakin rendah pula prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Puput Ramdhani (2013) yang berjudul Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Smp Negeri 2 Anggana penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, perbedaanya terletak pada subjek penelitian, metode pengambilan sampel dan juga variabel X pada penelitian ini. Namun, persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama mengukur Prokrastinasi akademik.

8 Dari penelitian-penelitian di atas maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini benar hasil pemikiran dari peneliti sendiri. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dibidang psikologi pendidikan terutama mengenai hubungan persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru dengan prokrastinasi akademik pada siswa sekolah menengah pertama. 2. Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Terutama pada guru dan siswa, agar dapat memberikan masukan untuk meningkatkan disiplin yang baik sehingga dengan adanya disiplin yang baik dapat mengurangi atau bahkan mencegah prokrastinasi akademik siswa disekolah.