III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pretest-posttest one

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. tipe STAD pada siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung melalui

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian komparatif atau eksperimen. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep dan keterampilan proses sains antara siswa yang mendapatkan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 03 Februari 2014 sampai dengan 7 Juli 2014

Nonequivalent Control Group Design

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan dua

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Surakarta pada kelas X Semester II

TABEL III. 1 PROSES PENELITIAN No Kegiatan Waktu. 1 Pengajuan Sinopsis November Proses pengerjaan proposal Desember 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen

METODOLOGI PENELITIAN. suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Menguji hipotesis komparatif

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Suharsimi (2006:160) Metode penelitian adalah cara yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada

III. METODE PENELITIAN. dengan variabel terikat (Y) prestasi belajar siswa, variabel bebas perlakuan media

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variable terikat (Y) peningkatan Prestasi belajar Al-Qur an Dan Hadits siswa, variable bebas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini merupakan urutan kegiatan yang ditempuh

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, maka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

4Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Rubrik Tes Kemampuan Koneksi Matematis Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Rubrik... 46

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri

III. METODE PENELITIAN. penelitian, analisis data, dan hipotesis statistik. Untuk lebih jelasnya pembahasan

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen Semu (quasi

(Sugiyono, 2012: 79) Gambar3.1 Desain Penelitian Kelompok Pretes-Postes

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 262 siswa dan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan berbentuk pretes dan postes kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan cara yang ditempuh dalam suatu penelitian dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan

III. METODOLOGI PENELITIAN. komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari tanggal November 2012 di SMA

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan penjelasan tentang istilah-istilah, berikut di bawah ini:

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap orang termasuk peserta didik memiliki rasa ingin tahu (curiousity),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Randomized Control-Group Pretest-Posttest, karena dalam melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (Quasi Experiment). Menurut Syaodih (2011:59), bahwa :

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas Pre-test Perlakuan Pos-test Eksperimen O X O Kontrol O Y O

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experimental research). Menurut Sugiyono (2012:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu VIII A, VIII B, VIII C, dan VIII D.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen. Adapun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pembelajaran melalui penerapan tutor sebaya merupakan pembelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini tergolong dalam penelitian kuantitatif jenis quasi eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN. Bab tiga ini membahas beberapa sub bab yang terdiri atas jenis penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design.

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas. Desain pada penelitian ini berbentuk:

BAB III METODE PENELITIAN R X O 1 R O 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran di SMP

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen dengan pendekatan

Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O Sumber : (Sugiyono, 2012)

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen Semu (quasi

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester ganjil

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Sugiyono (2010:114) mengemukakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment)

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain eksperimen one-group pretest-posttest. Desain eksperimen

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Mitra Bakti

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pretest-posttest one group design pada kelompok-kelompok ekuivalen. Penelitian akan dilakukan pada dua kelas yang memiliki kemampuan setara, yaitu kelas eksperimen satu dan kelas eksperimen dua. Pada kelas eksperimen satu diimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, kelas eksperiman dua diimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Selanjutnya pada rancangan ini juga dimasukkan variabel atribut yaitu motivasi berprestasi pada kedua kelompok eksperimen tersebut. Rancangan pada penelitian ini akan menggunakan desain faktorial 2 x 2 dan interaksi kedua faktor. Interaksi di sini maksudnya adalah apakah kedua faktor (pembelajaran kooperatif dan motivasi) secara bersama-sama mempengaruhi prestasi belajar. Desain rancangan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.1. Desain Faktorial Rancangan Penelitian Keterangan : Motivasi Berprestasi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (X 1 ) Tipe Jigsaw (X 2 ) Kuat (K) X 1 K X 2 K Lemah (L) X 1 L X 2 L

86 X 1 K = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki motivasi berprestasi kuat. X 1 L = Kelompok siswa yang diajar denga menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki motivasi berprestasi lemah. X 2 K = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan memiliki motivasi berprestasi kuat. X 2 L = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan memiliki motivasi berprestasi lemah. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Jepara Lampung Timur, yang beralamat di Jalan T. Sanaja Sumber Marga Way Jepara Lampung Timur. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 yang proses pembelajarannya dimulai pada bulan Januari 2012. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2012. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Way Jepara Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 116 orang yang

terdistribusi pada tiga kelas yaitu VII 1 = 39 orang, VII 2 =40 orang, dan VII 3 = 37 orang. 87 3.3.2. Sampel Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sample, yakni pengambilan sampel dengan cara mengambil subyek bukan berdasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu. Sampel dalam penelitian ini akan dipilih dua kelas paralel yang memiliki kemampuan rata-rata sama, yaitu kelas VII 1 = 39 orang untuk kelompok STAD dan kelas VII 2 =40 orang untuk kelompok Jigsaw, sehingga jumlah sampel sebanyak 79 orang siswa. 3.4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan pada penelitian ini yaitu teknik angket dan teknik tes. Teknik angket digunakan untuk memperoleh data motivasi berprestasi sedangkan tes digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa. 1. Angket Motivasi Berprestasi Angket motivasi berprestasi siswa dilihat dari tanggapan siswa terhadap pernyataan 6 indikator motivasi belajar yang dirancang dalam 30 butir pernyataan. Butir pernyataan dikelompokkan menjadi 15 butir pernyataan positif dan 15 butir pernyataan negatif. Skala pengukuran menggunakan skala Likert dengan 4 pilihan jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), kadangkadang (KD), dan jarang (JR). Penentuan skor didasarkan pada pernyataan

88 positif dan negatif. Pernyataan positif jawaban selalu (SL) diberi skor 4, sering (SR) = 3, kadang-kadang (KD) = 2, dan jarang (JR) = 1. Sedangkan pada pernyataan negatif jawaban selalu (SL) diberi skor 1, sering (SR) = 2, kadang-kadang (KD) = 3, dan jarang (JR) = 4. Selanjutnya motivasi berprestasi siswa dikelompokkan menjadi kuat dan lemah yang mengacu pada cara pengelompokan kelompok atas (upper class) dan kelompok bawah (lower group) pada analisis daya pembeda (Arikunto, 2005: 212). Cara ini mengurutkan skor tertinggi hingga terendah, kemudian dibagi menjadi 2 menggunakan nilai median dengan ketentuan: 1) Jika skor motivasi berprestasi nilai median, maka dikategorikan kuat 2) Jika skor motivasi berprestasi < nilai median, maka dikategorikan lemah 2. Tes Hasil Prestasi Belajar Tes dilakukan untuk mengevaluasi hasil belajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Prestasi belajar diukur berdasarkan 5 indikator dan dikembangkan ke dalam 25 pertanyaan dengan 4 alternatif jawaban. Sistem penilaian adalah setiap jawaban yang benar diberi nilai 4 dan yang salah diberi nilai 0, sehingga diperoleh distribusi nilai tertinggi 100 dan terendah 0. Tes dilakukan dua tahap yaitu sebelum perlakuan pembelajaran kooperatif STAD dan Jigsaw (Pre-tes) dan tes setelah perlakuan pembelajaran (posttes). Data yang digunakan untuk analisis pada penelitian ini adalah selisih antara nilai akhir (post-test) dan nilai awal (pre-test).

89 3.5. Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas Variabel bebas (independent variable) pada penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif (tipe STAD dan Jigsaw) dan motivasi berprestasi. 3.5.2 Variabel Terikat Variabel terikat (dependent variable) pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika. 3.6. Definisi Konseptual dan Operasional 3.6.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Definisi Konseptual Pembelajaran tipe STAD adalah jenis pembelajaran kooperatif dalam kelompok kecil dengan jumlah anggota 4 sampai 5 orang secara heterogen yang diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis/tes, dan penghargaan. b. Definisi Operasional Pada pembelajaran tipe STAD dalam penelitian ini jumlah siswa dibagi menjadi 8 kelompok. Jumlah siswa dalam pembelajaran STAD ini adalah 39 orang yang dibagi dalam 8 kelompok, sehingga terdapat 7 kelompok beranggotakan 5 orang dan 1 kelompok beranggotakan 4 orang. Pembelajaran ini diawali dengan penyampaian tujuan oleh guru

dilanjutkan dengan penyampaian materi. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok dan pemberian tes secara individu. 90 3.6.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Definisi Konseptual Pembelajaran tipe Jigsaw adalah salah satu pembelajaran kooperatif dimana siswa ditempatkan ke dalam kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang untuk mempelajari materi yang telah dipecah menjadi bagian-bagian untuk tiap anggota secara heterogen dengan adanya kelompok ahli. Pembelajaran tipe Jigsaw ini berupa pola mengajar teman sebaya dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari suatu materi dengan baik, dan pada waktu yang sama ia menjadi nara sumber bagi yang lain. Dalam hal ini siswa belajar dengan memerankan teman sebagai nara sumber atau belajar dengan tutor sebaya. b. Definisi Operasional Pada pembelajaran tipe Jigsaw dalam penelitian ini jumlah siswa dibagi menjadi 8 kelompok. Jumlah siswa dalam pembelajaran Jigsaw ini adalah 40 orang sehingga masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang. Tiaptiap kelompok dipilih satu orang ahli yang mewakili kelompoknya sebagai nara sumber. Pembelajaran tipe ini diawali dengan pemberian materi. Siswa diberi materi, kemudian masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli dari materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi, ahli dari kelompok berbeda berkumpul untuk

91 mendiskusikan topik yang sama dari kelompok lain sampai mereka menjadi ahli di konsep yang dipelajari. Kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Selanjutnya diberikan tes secara individu pada semua topik yang diberikan. 3.6.3 Prestasi Belajar Siswa a. Definisi Konseptual Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa terhadap semua materi setelah mengikuti proses pembelajaran dalam waktu tertentu. Penguasaan konsep adalah bukti keberhasilan siswa yang berbentuk nilai atau angka dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). b. Definisi Operasional Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan kompetensi dasar yang telah dipelajari oleh siswa dalam pembelajaran matematika, yaitu tentang himpunan. Keberhasilan siswa ini ditunjukkan dengan kemampuan mengerjakan tes evaluasi untuk melihat penguasaan siswa terhadap konsep materi yang telah dipelajari. c. Kisi-kisi Instrumen Kisi-kisi instrumen merupakan acuan dalam pembuatan butir instrumen. Kisi-kisi ini dijadikan pedoman bagi peneliti dalam menyusun instrumen tes yang menunjukkan prestasi belajar matematika. Kisi-kisi instrumen prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 3.2 di bawah ini.

92 Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Prestasi Belajar Siswa No Kompetensi Dasar Uraian Materi Indikator 1 2 3 Melakukan operasi irisan, gabungan, kurangan (different), dan komplemen pada himpunan Menyajikan himpunan dengan diagram venn Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah A. Operasi pada Himpunan Bagian 1. Irisan dua himpunan 2. Gabungan dua himpunan 3. Selisih (different) dua himpunan 4. Komplemen suatu himpunan B. Diagram Venn C. Penerapan himpunan a. Siswa dapat menentukan irisan dua himpunan b. Siswa dapat menentukan gabungan himpunanhimpunan c. Siswa dapat menentukan selisih dari dua himpunan d. Siswa dapat menentukan komplemen pada himpunan a. Siswa dapat menyajikan irisan himpunan dalam diagram venn b. Siswa dapat menyajikan gabungan himpunan dalam diagram venn c. Siswa dapat menyajikan selisih dua himpunan dalam diagaram venn d. Siswa dapat menyajikan komplemen himpunan dalam diagram venn e. Siswa dapat membaca himpunan dalam diagram Venn Menyelesaikan masalah yang menggunakan konsep himpunan Jml. Soal 3 Jumlah 25 3 3 3 2 2 2 2 2 No Soal 1, 2, 3 4, 5, 6 7, 8, 9 10,11, 12 15,16 17,18 19,20 21,22 3 23,24,25 3.6.4. Motivasi Berprestasi a. Definisi Konseptual Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan pada seseorang untuk berhasil dalam berkompetisi dengan suatu standar keunggulan. Standar keunggulan ini dapat berupa prestasi orang lain atau dapat juga prestasi diri sendiri sebelumnya.

93 b. Definisi Operasional Motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah semangat atau dorongan pada seseorang untuk berhasil dalam berkompetisi dengan suatu standar keunggulan yang disusun dengan indikator-indikator sebagai berikut: 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik c. Kisi-Kisi Instrumen Kisi-kisi instrumen motivasi berprestasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 3.3. Kisi-Kisi Instrumen motivasi berprestasi Variabel Motivasi Berprestasi Indikator 1. hasrat dan keinginan berhasil 2. dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3. harapan dan citacita masa depan 4. penghargaan dalam belajar 5. kegiatan yang menarik dalam belajar Nomor Pernyataan Jumlah Positif Negatif Negatif Positif 1,7,10 3,8,12 3 3 6 2,6,15 14,20,22 3 3 6 5, 17, 21 13, 19, 25 4, 9, 16 3 3 6 26, 29 3 2 6 18, 28 23, 27 2 2 4 6. lingkungan belajar yang kondusif 11 24, 30 1 2 3 Jumlah 15 15 30

94 3.7. Kalibrasi Instrumen 3.7.1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid dan reliabel. Menurut Arikunto (2005:65) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sedangkan instrumen yang kurang valid berarti mempunyai validitas rendah. Sedangkan reliabilitas atau tingkat keajegan adalah kemampuan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data secara tetap. Instrumen yang mempunyai tingkat reliabilitas tinggi cenderung menghasilkan data yang sama walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Reliabilitas soal digunakan untuk menentukan apakah soal tes yang dibuat dapat dipercaya (ajeg) atau tidak. a. Pengujian Validitas Skala Motivasi Berprestasi Pengujian validitas skala motivasi berprestasi menggunakan pengujian validitas konstrak (Construct Validity) dengan menggunakan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total, dengan menggunakan rumus Product Moment Pearson merujuk pada Arikunto (2005: 72), sebagai berikut: xy = Keterangan: xy = Koefisien korelasi

95 = Jumlah skor butir soal = Jumlah skor total = Jumlah sampel (Arikunto, 2005:72) Selanjutnya untuk mengetahui validitas setiap butir soal, teknik analisis dilanjutkan dengan uji t dengan rumus sebagai berikut Keterangan: t hitung = nilai uji t r n : Koefisien korelasi product moment : Jumlah sampel ujicoba Kriteria uji validitas berdasarkan uji t tersebut di atas adalah a. Jika t hitung > t tabel (α 0,05, db = n -1), maka butir soal adalah valid b. Jika t hitung < t tabel (α 0,05, db = n -1), maka butir soal adalah tidak valid (Sugiyono, 2008:257) Berdasarkan hasil analisis validitas diperoleh bahwa semua butir soal variabel motivasi berprestasi adalah valid. Hal ini berarti bahwa instrumen ini mempunyai kevalidan atau kesahihan untuk digunakan dalam penelitian. b. Pengujian Reliabilitas Skala Motivasi Berprestasi Uji reliabilitas instrumen prestasi belajar menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2005:103) dengan rumus:

96 Keterangan: r 11 k : Koefisien reliabilitas yang dicari : Jumlah butir : Jumlah varian skor tiap butir item 1 : Varian Total Selanjutnya hasil tersebut diinterpretasikan dengan kriteria yang dibuat oleh Guildford (dalam Russefendi, 1998: 144), sebagai berikut: Antara 0,91 sampai dengan 1,00 Antara 0,71 sampai dengan 0,90 Antara 0,41 sampai dengan 0,70 Antara 0,21 sampai dengan 0,40 Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat tinggi ; tinggi : sedang : rendah : kecil Hasil analisis reliabilitas motivasi berprestasi diperoleh nilai alpha 0,92. Hal ini berarti tingkat reliabilitas motivasi berprestasi termasuk dalam kriteria sangat tinggi, sehingga jika digunakan untuk penelitian cenderung menghasilkan data yang sama (keajegan) walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. c. Pengujian Validitas Prestasi Belajar Matematika Untuk menguji validitas butir-butir instrumen, maka setelah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing selanjutnya akan diujicobakan dan dianalisis dengan analisis item. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total, dengan menggunakan rumus Product Moment Pearson dan dibantu menggunakan program SPSS Versi 17. Uji validitas

menggunakan rumus Product Moment Pearson merujuk pada Arikunto (2005: 72), sebagai berikut: 97 xy = Keterangan: xy = Koefisien korelasi = Jumlah skor butir soal = Jumlah skor total = Jumlah sampel (Arikunto, 2005:72) Selanjutnya untuk mengetahui validitas setiap butir soal, teknik analisis dilanjutkan dengan uji t dengan rumus sebagai berikut Keterangan: t hitung = nilai uji t r : Koefisien korelasi product moment n : Jumlah sampel ujicoba Kriteria uji validitas berdasarkan uji t tersebut di atas adalah a. Jika t hitung > t tabel (α 0,05, db = n -1), maka butir soal adalah valid b. Jika t hitung < t tabel (α 0,05, db = n -1), maka butir soal adalah tidak valid (Sugiyono, 2008:257) Hasil analisis validitas prestasi belajar dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

98 Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Prestasi Belajar Kriteria Nomor Soal Jumlah Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,15,16,17,18,20, 22 21,22,23,24,25 Tidak valid 12,14,19 3 Jumlah 25 d. Reliabilitas Prestasi Belajar Matematika Dalam penelitian ini, reliabilitas tes dihitung dengan menggunakan rumus KR 21 menggunakan program SPSS Versi 17. Menurut Guilford reliabilitas tes yang baik harus lebih dari 0,70. Uji reliabilitas instrumen prestasi belajar menggunakan rumus KR -21 (Arikunto, 2005:103) dengan rumus: Keterangan: r 11 k m : Koefisien reliabilitas yang dicari : Jumlah butir : Rerata skor : Jumlah varian skor tiap butir item 1 : Varian Total Selanjutnya hasil tersebut diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut: Antara 0,91 sampai dengan 1,00 Antara 0,71 sampai dengan 0,90 : sangat tinggi : tinggi

99 Antara 0,41 sampai dengan 0,70 Antara 0,21 sampai dengan 0,40 Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sedang : rendah : kecil Hasil analisis reliabilitas motivasi berprestasi diperoleh nilai alpha 0,85. Hal ini berarti tingkat reliabilitas motivasi berprestasi termasuk dalam kriteria tinggi, sehingga jika digunakan untuk penelitian cenderung menghasilkan data yang sama (keajegan) walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. 3.7.2 Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Nilai yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Rumus untuk memperoleh indeks diskriminasi adalah : D = B J A A B J B B P A P B Ket: D : Daya Pembeda B A : Jawaban benar siswa kelompok atas J A : Jumlah siswa kelompok atas B B : Jawaban benar siswa kelompok bawah J B : Jumlah siswa kelompok bawah Kategori daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.5.

100 Tabel 3.5. Kategori daya pembeda butir soal. Batasan Kategori 0,00 < D 0,20 Jelek 0,20 < D 0,40 Cukup 0,40 < D 0,70 Baik 0,70 < D 1,0 Baik Sekali (Arikunto, 2005: 218) Hasil analisis daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 3.6. Tabel. 3.6. Hasil Analisis Daya Pembeda Kriteria Nomor Soal jumlah Jelek 12 1 Cukup 14,17,18,23 4 Baik 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,15,16,19,20, 17 22,24,25 Baik Sekali 11,13,21 3 Jumlah 25 3.7.3 Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran soal merupakan karakteristik butir soal yang dapat menunjukkan kualitas butir soal tersebut yaitu mudah, sedang, dan sukar. Rumus tingkat kesukaran (Arikunto, 2005: 204) adalah sebagai berikut: B P = JS Keterangan P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Klasifikasi untuk tingkat kesukaran tiap butir soal dapat dilihat pada tabel. 3.7.

101 Tabel.3.7. Kategori tingkat kesukaran butir soal Batasan Kategori 0,71 < P 1,00 Mudah 0,31 < P 0,70 Sedang 0,00< P 0,30 Sukar Hasil analisis tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 3.8. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Kriteria Nomor Soal Jumlah Sukar 1 1 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17, 23 Sedang 18,19,20,21,22,23,25 Mudah 24 1 Jumlah 25 3.8. Teknik Analisis Data Berdasarkan rancangan penelitian yang telah ditetapkan, maka analisis data akan dilkukan melalui tiga tahap yaitu deskripsi data, uji persyaratan analisis, dan uji hipotesis. Pada tahap deskripsi data dilakukan tabulasi data untuk setiap variabel dan menyusunnya dalam bentuk tabel, dan data yang ditampilkan merupakan skor skala motivasi berprestasi dan nilai tes akhir. Adapun pada tahap uji persyaratan analisis dibantu dengan program SPSS 17.00. 3.8.1. Uji Normalitas Teknik analisis yang akan digunakan untuk melihat normalitas data menggunakan uji Kolmogorof Smirnov. Hipotesis yang diajukan pada uji normalitas ini adalah: Ho = Data berdistribusi normal H I = Data berdistribusi tidak normal

102 Pengambilan kesimpulan hasil analisis uji normalitas data adalah: 1) Jika nilai p- value > 0,05 maka Ho diterima, artinya data berdistribusi normal. 2) Jika nilai p- value < 0,05 maka Ho ditolak, artinya data berdisribusi tidak normal 3.8.2. Uji Homogenitas Teknik analisis yang akan digunakan untuk melihat homogenitas data menggunakan uji Levene s Test. Hipotesis yang diajukan pada uji homogenitas adalah: Ho = Kelompok data homogen H I = Kelompok data tidak homogen Pengambilan kesimpulan hasil analisis uji homogenitas data menggunakan kriteia: 1) Jika nilai p- value > 0,05 maka Ho diterima, artinya data homogen 2) Jika nilai p- value < 0,05 maka Ho ditolak, artinya data tidak homogen 3.8.3. Uji Hipotesis Jika populasi berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik ANAVA. Uji signifikansi hipotesis digunakan uji F pada taraf signifikan 0,05 dan 0,01. a. Hipotesis Pertama Hipotesis yang diajukan adalah:

103 Ho = Tidak ada interaksi antara pembelajaran kooperatif dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa H I = Ada interaksi antara pembelajaran kooperatif dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa Kriteria uji: 1) Jika nilai p- value > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak 2) Jika nilai p- value < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima b. Hipotesis Kedua Hipotesis yang diajukan adalah: Ho = Tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Prestasi belajar matematika siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan prestasi belajar matematika siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. H I = Ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Prestasi belajar matematika siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada prestasi belajar matematika siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Kriteria uji: 1) Jika nilai p- value > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak 2) Jika nilai p- value < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima

104 c. Hipotesis Ketiga Hipotesis yang diajukan adalah: Ho = Tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi lemah yang dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi lemah dan dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi lemah dan dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. H I = Ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi lemah yang dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi lemah dan dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi lemah dan dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Kriteria uji: 1) Jika nilai p- value > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak 2) Jika nilai p- value < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima d. Hipotesis Keempat Hipotesis yang diajukan adalah:

105 Ho = Tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi kuat yang dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi kuat dan dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi kuat dan dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. H I = Ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi kuat yang dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi kuat dan dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih rendah daripada prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi kuat dan dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Kriteria uji: 1) Jika nilai p- value > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak 2) Jika nilai p- value < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima