BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan manusia berjalan seiring dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi. Proses manusia menuju kedewasaannya, dipengaruhi oleh pola dan perilaku yang berkembang dilingkungan sosial. Interaksi manusia dengan lingkungan berlangsung di masyarakat. Tiap anggota masyarakat bertindak dan berperilaku sesuai dengan tata nilai yang telah disepakati bersama. Sistem nilai tidak hanya menjadi aturan dalam integrasi sosial, tetapi juga menjadi unsur stabilisator sistem sosial. Pendidikan merupakan media untuk menggugah kesadaran kritis siswa dan dipahami sebagai aksi kultural untuk memanusiakan manusia. Pendidikan juga merupakan daya upaya untuk memajukan budi pekerti, dan pikiran siswa. Pendidikan harus berorientasi pada pengenalan realitas diri dan manusia dalam relasi yang kompleks dengan realitas sosialnya. Dalam konteks ini, pendidikan diarahkan untuk membangun kemampuan kritis siswa dengan mengedepankan etika kritis dan estetika. Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional yang tertera dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potebsi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, menjadi warga negara yang mandiri dan demokratis serta bertanggung jawab (Dirjen Dikdasmen,2003:3). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006 Bahwa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPS di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. 1
2 Pendidikan IPS diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPS diarahkan untuk berbuat sehingga membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Berdasarkan hasil penelitian Depdiknas (2007),tentang pelaksanaan standar isi, menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPS, guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan guru, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan metode ceramah dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran. Sehingga siswa kurang kreatif dalam pembelajaran IPS dengan ditunjukkan atas ketercapain kriteria ketuntasan minimal sebesar 47%. Permasalahan pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut di atas, merupakan gambaran yang terjadi di SDN 03 Bae Kabupaten Kudus. Berdasarkan pengamatan selaku peneliti di SDN 03 Bae bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS selama ini masih memiliki banyak kelemahan. Hal ini dapat dilihat pada proses dan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan pelajaran IPS dan alat peraga gambar yang monoton, banyak siswa yang terlihat pasif tidak merespon dan sibuk beraktifitas sendiri dengan bermain ketika ada penjelasan guru, serta tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS masih kurang maksimal. Hal ini didukung data dari pencapaian hasil observasi dan evaluasi siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV semester 1 tahun ajaran 2013/2014 yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Dari data hasil belajar IPS menunjukkan bahwa (65%) 18 dari 28 siswa mengalami ketidak tuntasan belajar, sedangkan sisanya (35%), 10 dari 28 siswa mengalami ketuntasan belajar dari acuan nilai KKM 70. Dari keterangan di atas rincian nilai siswa yang mendapat nilai 90 ada 2 siswa, 80 ada 5 siswa, 70 ada 3 siswa, 60 ada 8 siswa, 50 ada 5 siswa dan 40 ada 5 siswa. Rata-rata kelas yang ditunjukkan adalah 6,2 diantaranya 10 siswa nilainya diatas
3 standart KKM dan 18 siswa dibawah standart KKM. Dari data tersebut terlihat rentang nilai yang menunjukkan bahwa nilai terendah adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 90. Sehingga dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (65%) 18 dari 28 siswa belum tuntas dalam mata pelajaran IPS. Untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, maka peneliti menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPS melalui penerapan model Sains Teknologi Masyarakat (STM). Hal ini bertujuan agar siswa mampu memecahkan masalah dengan memanfaatkan sains dan teknologi serta kondisi masyarakat dilingkungannya. Harapan peneliti melalui model Sains Teknologi- Masyarakat (STM) dapat mengatasi masalah yang terjadi pada proses pembelajaran siswa kelas IV pada mata pelajaran IPS agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengkaji melalui bentuk Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Peningkatan Hasil Belajar ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Tentang Sumber Daya Alam Melalui Penerapan Model STM Pada Siswa Kelas IV SDN 03 Bae Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Semester 1 Tahun 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang dapat diidentifikasi adalah: 65% siswa SDN 03 Bae belum dapat mengerjakan soal-soal tentang sumber daya alam. Hal tersebut karena disebabkan oleh beberapa masalah yang perlu mendapat perhatian. Peneliti mengkaji secara ilmiah sebagai berikut: a. Rendahnya hasil belajar IPS. b. Pengajaran tidak menggunakan model pembelajaran yang sesuai. c. Proses pembelajaran berpusat pada guru. d. Pengajaran belum menggunakan alat peraga. e. Pengajaran tidak merangsang siswa aktif.
4 1.3 Pembatasan Masalah Masalah-masalah yang diuraikan dalam identifikasi masalah tersebut terlalu banyak sehingga tidak mungkin untuk melakukan penelitian secara keseluruhan. Oleh karena itu, peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini dengan memfokuskan pada masalah: a. Penerapan pembelajaran yang kooperatif pada pembelajaran IPS kelas 4 SDN 3 Bae. b. Peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 3 Bae dengan penerapan model STM dalam pembelajaran. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan pengamatan masalah sementara peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Bagaimana penerapan model STM untuk meningkatkan hasil belajar IPS tentang Sumber Daya Alam di kelas 4 SDN 3 Bae semester 1 tahun ajaran 2013/2014? b. Apakah penerapan model STM dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang Sumber Daya Alam di kelas 4 SDN 3 Bae semester 1 tahun ajaran 2013/2014? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang dirumuskan dalam penelitian berdasarkan identifikasi masalah atas adalah sebagai berikut: di a. Untuk mengimplementasikan model STM pada siswa kelas IV SDN 03 Bae Kecamatan Bae Kabupaten Kudus semester 1 tahun 2013/2014. b. Untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan model STM pada siswa kelas IV SDN 3 Bae Kudus semester 1 tahun pelajaran 2013/2014. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pembelajaran IPS. menciptakan inovasi dalam
5. 1.6.1 Manfaat Teoretis. Melalui hasil penelitian ini diharapkan para guru ditingkat dasar memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang model pembelajaran STM dalam pembelajaran IPS sebagai salah satu bentuk inovasi pembelajaran di sekolah. Untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan alat dan media yang sesuai untuk keperluan optimalisasi keberhasilan kegiatan belajar dan mengajar. 1.6.2 Manfaat Praktis. a. Dapat membantu meningkatkan hasil belajar, khususnya mata pelajaran IPS untuk mengenal, mencintai, melestarikan lingkungan, dan bekerjasama antar sesama serta menumbuhkan motivasi belajar khususnya pada mata pelajaran IPS. b. Diharapkan dapat memperluas pengetahuan guru mengenai pembelajaran kooperatif dengan penerapan model STM untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan menarik perhatian siswa. c. Sebagai masukan bagi sekolah untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif melalui penerapan model STM untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran yang lain. d. Sebagai bahan acuan dan masukan bagi penelitian selanjutnya dalam upaya meningkatkan pengembangan alternatif model pembelajaran lain yang kooperatif di sekolah dasar.