BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun ajaran untuk siswa

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab ini difokuskan pada beberapa subbab yang terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BA B II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SDN CAWANG 07 PAGI JAKARTA TIMUR

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Ngabean yang menjadi subjek

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. ini akan membentuk keterampilan sikap dan perilaku sehari-hari sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dipaksa menjadi sumber belajar yang terpenting dalam proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar yang terjadi, guru selalu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan pola dan urutan kegiatan guru dan siswa

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN. sekolah juga sangat penting karena kualitas kerja sangat berpengaruh terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pemberian Metode Kuis 2.1.1 Pengertian Metode Pemberian Tugas Kuis Pemberian tugas kuis (Pretest) adalah sebagian bagian dari usaha untuk menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan mereka tentang materi pelajaran yang saat itu sedang dipelajarinya. Bambang Purnama ( 2008 : 1 ) bagi kalangan pendidik, pemberian tugas kuis atau (pretest) mempunyai arti dan tujuan sendiri bagi murid muridnya. Pretest sering kali dijadikan instrumen andalan untuk mengukur tingkat pencapaian siswa dalam menguasai suatu materi pelajaran. Dengan kata lain, guru memberikan pretest sebagai bagian dari assessment terhadap siswanya. Jadi, metode pemberian tugas kuis (pretest) digunakan untuk mengukur kesiapan dari siswa untuk mengikuti pembelajaran yang akan diterima. Kuis atau (pretest) merangsang siswa untuk belajar dan juga pembelajaran dua arah bukan hanya satu arah yaitu ceramah. Pada umum nya IPS sering menggunakan metode ceramah bervariasi yang membuat siswa bosan dalam menerima pembelajaran dengan metode pemberian kuis diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran juga membantu nilai lebih dari KKM. 2.1.2 Kelemahan dan Kelebihan Metode Pemberian Tugas Kuis Dalam pelaksanaannya, pemberian tugas ini memiliki kelebihan dan juga kelemahan. Kelebihan pemberian tugas yakni : 1). Pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar akan dapat diingat lebih lama, 2). Siswa berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, kreatif, tekun, giat, rajin belajar, dan berdiri sendiri, 3). Siswa terbiasa mengisi waktu senggang dengan hal-hal yang 5

6 konstruktif. Sedangkan kelemahan dalam pemberian tugas adalah : 1). Seringkali siswa hanya menirukan hasil pekerjaan orang lain tanpa mau berusaha, 2). Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain, 3). Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual. Dalam pelaksanaannya, pemberian tugas ini diberikan secara perorangan maupun kelompok. Pemberian tugas perorangan dan pemberian tugas kelompok masing-masing memiliki kelebihan dan juga kelemahan. Adapun kelebihan pemberian tugas perorangan adalah : 1). Siswa lebih mandiri, 2). Siswa lebih mengekspresikan seluruh kemampuannya, 3). Siswa lebih bertanggung jawab terhadap penyelesaian tugasnya, 4). Sangat terlihat kemampuan masing-masing siswa. Sedangkan kelemahan pemberian tugas perorangan adalah : 1). Penyelesaian tugas kurang mendalam dan kurang sempurna karena hasil pemikiran perorangan, 2). Apabila terdapat tugas yang kurang diminati siswa malas untuk menyelesaikan, 3). Bagi siswa yang kurang memiliki kepercayaan diri tidak mampu menyelesaikan tugasnya. Adapun kelebihan pemberian tugas kelompok adalah : 1). Secara mental siswa merasa tenang dalam menyelesaikan tugasnya, 2). Penyelesaian tugas lebih mendalam dan sempurna karena hasil pemikiran beberapa orang, 3). Siswa terlatih untuk mengerjakan tugas secara team. Sedangkan kelemahan pemberian tugas secara kelompok adalah : 1). Dalam satu kelompok pasti terdapat siswa yang tidak turut mengerjakan tugas tersebut, 2). Kurang terlihat kemampuan perorangan, 3). Seringkali terjadi motivasi untuk mengerjakan tugas rendah karena lemahnya tanggung jawab pribadi. 2.1.3 Langkah langkah Penerapan Metode Pemberian Tugas Kuis Langkah langkah pelaksanaan dalam pemberian tugas kuis dalam pembelajaran: 1) Guru memberikan informasi tentang metode yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. 2) Mengkomunikasikan tujuan dan tema pemberian tugas untuk dikerjakan.

7 3) Menjelaskan cara mengerjakan. 4) Membagikan lembar tugas / buku untuk mengerjakan. 5) Membimbing dan mengawasi siswa mengerjakan tugas. 6) Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa dan tanpa dikoreksi terlebih dahulu. 7) Guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar kegiatan pembelajaran sesuai RPP yang telah dibuat. 8) Mengoreksi hasil pekerjaan siswa yang diberikan pada awal pembelajaran. 9) Guru mengadakan evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan kegiatan pembelajaran. 10) Melakukan penilaian terhadap ketuntasan hasil belajar, menghitung skore yang diperoleh tiap siswa kemudian mendeskripsikan. Dalam Metode Pemberian Tugas kuis (pretest) terdapat diskusi kelompok dalam menyelesaikan masalah yang akan diberikan oleh guru. Menurut Trianto (2007:117) diskusi mempunyai arti suatu situasi di mana guru dengan peserta didik atau dengan peserta didik yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat. Langkah-langkah diskusi kelompok menurut Trianto (2007:124) sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan menyiapakan peserta didik. 2) Guru mengarahkan fokus diskusi dengan menguraikan aturan-aturan dasar. 3) Guru memonitor antar aksi, mengajukan pertanyaan, mendengarkan gagasan peserta didik, menanggapi gagasan, melaksanakan aturan dasar. 4) Guru menutup diskusi dengan rangkuman 5) Guru meminta peserta didik memeriksa proses diskusi dan berpikir peserta didik. 2.2 Pengertian Kegiatan Pembelajaran Salah satu tugas utama dari guru adalah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang efektif, seorang guru membutuhkan pengetahuan tentang hakikat kegiatan

8 pembelajaran dan strategi belajar mengajar (SBM). Kegiatan pembelajaran merupakan satu kesatuan dari dua kegaitan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer dari kegiatan pembelajaran tersebut. Sedangkan kegiatan mengajar merupakan kegiatan sekunder yang dimaksudkan untuk dapat terjadi kegiatan belajar yang optimal. Menurut Agusnawar ( 2008 ) banyak kegagalan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah menengah disebabkan guru tidak memberikan reinforcement/penguat kepada siswa-siswanya. Satu anggapan yang menyatakan bahwa guru dalam kegiatan pembelajaran berperan sebagai satu - satunya sumber ilmu/pengetahuan, tampaknya sudah terlampau kadaluarsa. Sebab, ternyata belakangan disadari bahwa esensi dan hakikat kegiatan pembelajaran adalah transaksi, interaksi berstruktur dan kajian secara nalar pelbagai persoalan. Bertolak dari hakikat Kegiatan Pembelajaran di atas, semestinya guru di depan kelas tidak menjadi diktator, akan tetapi lebih memerankan diri sebagai moderator, fasilisator, inovator dan problem solver. Atas dasar itu maka yang harus dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran tidak lagi mengecerkan pengetahuannya kepada siswa, tapi harus berusaha membentuk satu iklim yang menjadikan siswa pada kebiasaan learn how to learn. Prinsip dasar kegiatan pembelajaran lainnya yaitu: berpusat pada siswa, mengembangkan kreativitas siswa, menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, menyediakan pengalaman belajar yang beragam dan belajar melalui berbuat. 2.2.1 Hasil Belajar dan Metode Pemberian Tugas Kuis Sebelum Kegiatan Pembelajaran Pemberian tugas kuis bagi siswa sebelum kegiatan pembelajaran pada hakekatnya adalah mengajak siswa untuk belajar mandiri. Ketika proses menemukan hal - hal baru atau materi baru pada siswa telah terjadi maka tentunya materi baru tersebut akan menjadi sangat berkesan bagi siswa.

9 Pemberian tugas kuis bagi siswa sebelum kegiatan pembelajaran membuat siswa lebih siap menerima materi baru yang akan diajarkan oleh guru. Ketika siswa sudah mempunyai bekal materi maka siswa akan lebih percaya diri dan kegiatan pembelajaran akan berjalan lebih lancar sehingga imbasnya adalah peningkatan hasil belajar. 2.3 Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Ruang Lingkup Pengetahuan Sosial Seperti tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran pengetahuan Sosial SD dan MI (departemen Pendidikan Nasional, (2006 : 6-7) menyebutkan: 2.3.1 Pengertian Pengetahuan Sosial Pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan. 2.3.2 Fungsi dan Tujuan Pengetahuan Sosial Pengetahuan sosial di SD dan MI berfungsi untuk menggembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Ilmu Pengetahuan Sosial mempunyai tujuan sebagai berikut: a. Mengajarkan konsep konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis. b. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosioligi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis; c. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inquiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial; d. Membangun, komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; e. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.

10 2.3.3 Ruang Lingkup Pengetahuan Sosial (IPS) Ruang lingkup mata pelajaran pengetahuan sosial meliputi: a. Sistem Sosial dan Budaya, b. Manusia, tempat dan lingkungan, c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan, d. Waktu keberlanjutan dan perubahan, dan e. Sistem berbangsa dan bernegara. 2.3.4 Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Hasil belajar IPS adalah perubahan kemampuan actual yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat diukur dan dilakukan secara sadar yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan. 2.4 Hasil Belajar 2.4.1 Pengertian Hasil Belajar Telah dijelaskan bahwa produk akhir dari kegiatan belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri peserta didik. Berhasil atau gagalnya proses belajar bergantung pada besar kecilnya perubahan yang terjadi dalam diri siswa setelah mengikuti serangkaian kegiatan belajar. Perubahan tingkah laku yang dihasilkan oleh proses belajar mempunyai ciri perwujudan yang khas yang bersifat intensional, positif-aktif dan perubahan yang bersifat efektif fungsional. Perubahan yang bersifat intensional adalah perubahan yang disebabkan melalui proses belajar yang disengaja. Perubahan belajar adalah perubahan yang bersifat positif, bermanfaat dan sesuai dengan harapan yang diperoleh melalui usaha yang dilakukan siswa. Suhaenah Suparno (1997) menyatakan bahwa perubahan sebagai hasil belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan.perubahanperubahan tersebut tidak disebabkan oleh faktor kelelahan, kematangan atau karena konsumsi obat.

11 Klien (1998) mengemukakan perubahan yang merupakan hasil belajar adalah sebagai proses dari pengalaman yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat tetap, dalam pengertian tidak termasuk perubahan perilaku akibat proses kematangan. Perubahan perilaku karena proses pematangan fungsi tubuh bukan merupakan hasil dari proses belajar, karena perubahan tersebut merupakan akibat langsung dari perkembangan dan pertumbuhan fisik yang bersifat alamiah. Dari pengertian pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan actual yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor yang dapat diukur dan dilakukan secara sadar. Dari ketiga aspek tersebut peneliti lebih memfokuskan pencapaian kompetensi pada aspek kognitif sehingga hasil belajar tersebut dapat diukur dengan tes. 2.4.2 Faktor faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Slameto ( 2003 ) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi faktor intern dan ektern. Faktor intern siswa yaitu : a. Jasmaniah b. Psikologis c. kelelahan. Sedangkan faktor ektern adalah a. Keluarga (cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan ) b. Sekolah ( metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah ) c. Masyarakat ( kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat ) Dari faktor faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas yang selama ini kurang mendapat perhatian dari banyak guru adalah dari faktor

12 sekolah yaitu metode pembelajaran. Metode yang selama ini digunakan masih terlalu dominannya guru dalam pembelajaran dengan ceramah. Diharapkan dengan perubahan metode pembelajaran dengan pemberian tugas (pretest) sebelum kegiatan pembelajaran siswa lebih aktif dalam mencari materi materi baru sehingga siswa lebih siap menerima materi yang akan diajarkan oleh guru. 2.5 Penelitian Yang Relevan Banyak sekali penelitian tentang pemberian kuis yang telah dilakukan, antara lain : menurut Prof Harris Cooper, salah satu peneliti terkemuka di bidang ini, dan juga penulis buku The Battle Over : Common Ground for Adminstrators, Teachers, and Parents, sekolah harus mengikuti aturan 10 menit per malam per level kelas. Demikian seterusnya. Yang lebih mengagetkan lagi adalah hasil review yang dilakukan Profesor Cooper, pada tahun 2001, atas lebih dari 120 studi mengenai (pretest)dan efeknya, dan ditambah lagi dengan review, pada tahun 2006, terhadap 60 studi lainnya, dengan topik yang sama, ternyata diperoleh data bahwa hampir tidak ada korelasi antara jumlah. Menurut David Baker dan Gerald LeTendre yang di kutip Adi Gunawan ( 2008 ) profesor pendidikan dan penulis buku National Differences, Global Similarities: World Culture and the Future of Schooling, negara-negara yang terkenal dengan pendidik yang memberikan pretest yang banyak, seperti Yunani, Thailand, dan Iran ternyata prestasi akademik murid mereka justru sangat baik. Dari penelitian penelitian sebelumnya pretest dianggap tidak ada korelasi terhadap hasil pembelajaran. Padahal pretest dapat menunjukkan kesiapan siswa terhadap mata pelajaran yang akan di diajarkan. Dan nilai yang didapat siswa menunjukkan bahwa siswa telah belajar sebelum proses kegiatan pembelajaran. Sistem kuis adalah dimana siswa diajak belajar sebelum kegiatan pembelajaran bukan hanya menerima pembelajaran dengan mencatat dan mendengarkan saja. Di sisi kegiatan pembelajaran siswa bisa juga bertanya sebelum kegiatan pembelajaran dimulai karena siswa merasa penasaran tentang materi yang akan dibahas.

13 Belajar sebelum kegiatan pembelajaran pun akan menjadi tradisi jika ditanamkan sejak usia dini juga siswa tidak akan puas dengan satu sumber belajar saja tetapi juga bisa browsing di internet. Bila proses sudah baik maka suatu keberhasilan akan tercapai. 2.6 Kerangka Berpikir Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang penting dan sangat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari karena selalu berhubungan dengan kehidupan dan berada di lingkungan sekitar anak, tetapi sangat disayangkan bahwa nilai prestasi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial selalu rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka dalam proses belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial perlu upaya memperbaiki metode pembelajarannya. Salah satu metodenya dengan memberikan tugas kuis sebelum kegiatan pembelajaran. Pemberian tugas kuis atau (pretest) bagi siswa sebelum kegiatan pembelajaran pada hakekatnya adalah mengajak siswa untuk belajar mandiri. Ketika proses menemukan hal hal baru atau materi baru pada siswa telah terjadi maka tentunya materi baru tersebut akan menjadi sangat berkesan bagi siswa. Pemberian tugas kuis atau (pretest) bagi siswa sebelum kegiatan pembelajaran membuat siswa lebih siap menerima materi baru yang akan diajarkan oleh guru. Ketika siswa sudah mempunyai bekal materi maka siswa akan lebih percaya diri dan kegiatan belajar mengajar akan berjalan lebih lancar sehingga imbasnya adalah peningkatan hasil belajar.

14 Proses Belajar Mengajar (PBM Guru/penelit i sebelum tindakan atau dengan metode konvensional Hasil belajar IPS rendah kurang dari KKM Guru/peneli ti dengan tindakan Siklus I Pelaksanaan menggunakan metode kuis / pre test Hasil belajar IPS belum semua nya meningkat 70 atau =70 Siklus II Pelaksanaa n menggunakan metode kuis / pre test Hasil belajar IPS semua meningkat > Gambar 2.1 skema kerangka berpikir 2.7 Hipotesis Tindakan Dari refleksi kajian teori dan kerangka pemikiran masalah, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Penggunaan metode pemberian kuis sebelum kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas VI ( enam ) SD Negeri Ngabean Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.