BAB II. Tinjauan Teoritis

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan antara Dukungan Orang Tua dengan Motivasi Belajar pada Siswa Akhwat Kelas VIII di MTs Misbahunnur Kota Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi seseorang untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Pada era globalisasi ini seiring perkembangan zaman juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB II LANDASAN TEORI

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.

terhadap kreativitas siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo melalui motivasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua yang dimaksud disini adalah

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Potensi yang dimiliki individu dapat tumbuh dan berkembang secara

BAB II LANDASAN TEORI. mengontrol diri sendiri. Self regulation merupakan penggunaan suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, keterampilan dan kepintaran secara intelektual, emosional dan

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang melibatkan penguasaan suatu kemampuan, keterampilan, serta

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astri Yulianti, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2016 PENGANTAR

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah hal yang baru lagi, khususnya bagi masyarakat. Kualitas pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

LAMPIRAN 1. Blue Print Kuisioner. Dukungan Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

Transkripsi:

BAB II Tinjauan Teoritis 2.1 Dukungan sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial Dukungan sosial menurut Gottlieb (1983) adalah informasi atau nasehat verban dan/ non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Dukungan sosial merupakan kenyamanan, perhatian, penghargaan, dan bantuan sosial yang diterima oleh individu dari orang lain atau kelompok (Sarafino, 1990) Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dukungan sosial adalah kenyamanan fisik dan psikologis, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk yang lainnya yang diterima individu dari orang lain ataupun dari kelompok. 2.1.2 Sumber Dukungan Sosial Dukungan sosial yang kita terima dapat bersumber dari berbagai pihak. Kahn & Antonoucci (dalam Orford, 1992) membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi 3 kategori, yaitu: 11

12 a. Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada sepanjang hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan mendukungnya. Misalnya: keluarga dekat, pasangan (suami atau istri), atau teman dekat. b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai dengan waktu. Sumber dukungan ini meliputi teman kerja, sanak keluarga, dan teman sepergaulan. c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah. Meliputi dokter atau tenaga ahli atau profesional, keluarga jauh. Menurut Sarafino, dukungan sosial dapat berasal dari berbagai sumber seperti pasangan hidup, keluarga, pacar, teman, rekan kerja, dan organisasi komunnitas. 2.2.3 Aspek-aspek Dukungan Sosial Menurut Sarafino (1990), ada lima aspek dukungan sosial, yaitu: a. Emotional Support Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, dan turut prihatin kepada seseorang. Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia mengalami stres, memberi bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, dan cinta b. Esteem support Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan positif kepada

13 individu, dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan individu, ataupun melakukan perbandingan positif antara individu dengan orang lain. Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang menerima dukungan membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri, dan merasa bernilai. Dukungan jenis ini akan sangat berguna ketika individu mengalami stres karena tuntutan tugas yang lebih besar daripada kemampuan yang dimilikinya. c. Instrumental Support Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan, yaitu dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi atau meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas individu d. Informational Support Orang-orang yang berada di sekitar individu akan memberikan dukungan informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan tindakan yang dapat dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang membuatnya stress. Terdiri dari nasehat, arahan, saran ataupun penilaian tentang bagaiman individu melakukan sesuatu. e. Companionship Support Merupakan dukungan yang diberikan kelompok dapat menyebabkan individu merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dimana anggota

14 anggotanya dapat saling berbagi. Mengingat bahwa penelitian ini difokuskan pada orang tua, maka peneliti tidak menggunakan aspek companionship support karena menurut Sarafino (1990)companionship support merupakan dukungan yang diberikan oleh kelompok yang dalam penelitian ini kelompoknya merupakan siswa lainnya. 2.2 Motivasi Belajar 2.2.1 Pengertian Motif Motif merupakan dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut. Motif berasal dari bahasa latinmovere yang berarti bergerak atau to move. Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau driving force.motif sebagai pendorong sangat terikat dengan fakrot - faktor lain, yang disebut dengan motivasi. 2.2.2 Pengertian Motivasi belajar(gage dan Berliner, 1979) Motivasi belajar adalah dorongan yang terdapat dalam diri siswa untuk mengarahkan aktifitasnya pada aktifitas belajar (Gage dan Berliner, 1979).Motivasi belajar pada siswa itu penting karena motivasi dapat menjadi sebuah alat untuk mencapai prestasi yang lebih baik dalam tujuan pendidikan. Sebagai sebuah alat, motivasi menjadi salah satu faktor yang dapatmenentukan apakah siswa akan mencapai pengetahuan, pengertian atau keterampilan.

15 Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual.motivasi belajar memegang peranan yang penting dalam memberikan gairah, merasa senang dan semangat dalam belajar. Motivasi belajar memberikan kekuatan pada daya upaya belajar dan memberikan arah yang jelas dalam proses pembelajaran. 2.2.3Karakteristik individu dengan motivasi belajar tinggi Gage dan Berliner (1979) mengemukakan cirri-ciri individu dengan motivasi belajar tinggi, yaitu: 1. Memilih teman dalam belajar, murid memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan diberi pilihan untuk memilih rekan kerja yang satu baik hati dan yang lainnya baik dalam mengerjakan tugasnya.orang yang ingin berprestasi lebih memilih rekan yang baik dalam tugasnya dan berlaku sebaliknya murid yang lebih ingin berelasi akan memilih rekan yang baik hati. 2. Tekun dalam melaksanakan tugas, murid yang memiliki keinginan tinggi untuk berprestasi cenderung memiliki ketahanan semangat yang tinggi dan biasanya berhasil meraih solusi atas masalahnya. 3. Tingkatan dalam mengerjakan tugas, murid yang berkeinginan berprestasi tinggi mereka mengerjakan (kinerja) dengan lebih baik dan dapat menentukan tingkat kinerjanya sehingga tanpa harus diawasi guru / orang tua mereka tetap memberikan hasil yang lebih baik 4. Berusaha sendiri dalam mengerjakan tugas, murid yang berkeinginan berprestasi tinggi akan lebih tekun dan lebih lama di banding dengan yang lainnya. Mereka melihat kegagalan sebagai hasil dari kurangnya usaha

16 mereka, dibandingkan menyalahkan faktor luar lainnya. Dengan usahanya sendiri mereka dapat memberikan kinerja yanglebih baik 5. Kecenderungan untuk segera menyelesaikan tugas-tugas, murid yang berkeinginan prestasi tinggi juga cenderung menyelesaikan tugas yang tertunda. Mereka bisa lanjutkan kegiatan atau tugas utama mereka. Hal ini menyebabkan mereka bisa menyelesaikan tugas selangkah demi selangkah walau waktu yang diluangkan panjang. Apabila seseorang memiliki ciri-ciri atau komponen-komponen seperti diatas, berarti seseorang itu selalu memiliki motivasi beljar yang cukup kuat, yang akan sangat penting dalam kegiatan belajar. 2.2.4Bentuk-bentuk Motivasi Belajar Menurut Gage dan Berliner (1979), motivasi belajar dapat dibedakan atas dua bentuk, yaitu: 1. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsic adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan serta tujuan peserta didik. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni, motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri individu sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertia, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain.

17 2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik dapat diartikan sebagai motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar seperti nilai, ijazah, hadiah, medali,tingkatan, pertentangan dan persaingan. Sedangkan yang bersifat negatif adalah sindiran tajam, cemoohan, dan hukuman.motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolaah tidak semuanya menarik minat peserta didik atau sesuai dengan kebutuhannya. 2.2.5Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar (Gage & Berliner, 1979) 1. Faktor internal a. Minat Dengan adanya minat, maka siswa akan dapat memusatkan perhatiannya kepada stimulus yang diminatinya. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu pelajaran maka akan memberikan perhatian yang tinggi terhadap pelajaran tersebut.

18 b. Kebutuhan Kebutuhan yang terdapat pada diri siswa akan memberikan dorongan pada dirinya untuk melaukan suatu aktivitas yang akan dapat memenuhi kebutuhan tersebut. c. Nilai Nilai merupakan orientasi terhadap tujuan penting yang telah dipertimbangkan dan ditetapkan dalam hidup seseorang. Nilai yang dimiliki oleh suatu obyek akan berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk bertingkah laku terhadap obyek tersebut. d. Sikap Sikap merupakan penilaian senan atau tidak senang terhadap suatu obyek.sikap meliputi aspek kognitif, afektif, dan konatif. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang dan termotivasi melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pelajaran tersebut. e. Aspirasi Aspirasi siswa adalah harapan akan keinginannya untuk berprestasi, dengan aspirasi tersebbut maka siswa akan berusaha untuk mencapai prestasi.jadi aspirasi juga dapat mengarahkan energy dan mengarahkan tingkah laku pada suatu tujuan tertentu.

19 f. Insentif Insentif adalah suatu tujuan yang dapat memotivasi siswa untuk belajar. Dengan adanya insentif, siswa akan lebih termotivasi untuk berprestasi. Insentif dapat berupa pujian, hadiah, perhatian, uang atau kebebasan.dari pengalaman diketahui bahwa insentif dapat mendorong timbulnya tingkah laku yang diharapkan. Ini menunjukkan bahwa insentif dapat digunakan sebagai teknik modifikasi tingkah laku atau meningkatkan motivasi` 2. Faktor eksternal a. Lingkungan rumah Lingkungan rumah terutama orang tua, memegang peranan penting serta menjadi guru bagi anak dalam mengenal dunianya. Orang tua adalah pengasuh, pendidik dan membantu proses sosialisasi anak. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka semakin baik prestasi anak.termasuk juga sejauh mana keluarga mampu menyediakan fasilitas tertentu untuk anak (televisi, internet, dan buku bacaan). b. Lingkungan sekolah Kelas yang baik dan produktif adalah kelas yang nyaman secara tata ruang, memunculkan motivasi internal siswa untuk belajar, kegiatan guru yang terarah serta kegiatan monitor terhadap siswa.

20 2.3 Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Belajar Dukungan sosial merupakan kenyamanan, perhatian, penghargaan, dan bantuan sosial yang diterima oleh individu dari orang lain atau kelompok (sarafino, 1990). Salah satu sumberdari dukungan sosial adalah keluarga yang dalam hal ini adalah orang tua. Orang tua sebagai significant personsbagi anak merupakan model yang memiliki pengaruh terbesar dalam perkembangannya. Cara orang tua mendidik dan mengembangkan anak akan mempengaruhi tingkah laku anak dalam mencapai hal yang diinginkannya. Lingkungan keluarga dapat mempengaruhi kemampuan anak dengan dua cara, yaitu pertama mempelajari secara langsung dari lingkungan atau tingkah laku copying dewasa. Kedua memiliki kepribadian dan cara menggunakan kemampuannya dipengaruhi oleh perhatian dan tingkah laku orang tua.perhatian dan cinta orang tua dapat memotivasi anak untuk coba belajar lebih keras. Wolf (Bloom, 1964: 78 dalam Gage dan Berliner, 1979) mengidentifikasikan beberapa karakteristik orang tua yang dapat mempengaruhi motivasi, yaitu: a. Orang tua yang menekankan pada motivasi berprestasi akan memperhatikan harapan dan aspirasi remaja, mengumpulkan informasi mengenai perkembangan intelektual anak, dan berbagai macam hadiah yang diberikan atas perkembangan intelektual tersebut. b. Orang tua yang menekankan pada perkembangan bahasa, yang mencakup pemakaian bahasa dalam bermacam situasi, memberikan

21 kesempatan untuk menambah osakata anak, membenarkan penggunaan bahasa yang baik, dan kualitas dari model bahasa yang disediakan orang tua untuk anak. c. Orang tua memberikan kesempatan untuk belajar dengan menyediakan fasilitas, buku-buku, dan fasilitas perpustakaan secara berkala serta memfasilitasi belajar dalam berbagai situasi. Freeburg dan Payne (1967) mengungkapkan enam bidang utama dari 50 variabel tingkah laku orang tua yang dapat membantu anak dalam mengembangkan motivasi belajar pada anak, yaitu: 1. Keinginan untuk meluangkan waktu bersama anak, seperti bermain bersama, membacakan buku, memberikan perhatian. 2. Bimbingan orang tua, seperti mengontrol waktu dan jenis acara televisi yang ditonton, membeli barang yang dapat membantu belajar, dan mendukung anak untuk menjadi percaya diri. 3. Aspirasi orang tua terhadap prestasi, seperti mengharapkan tingkat pendidikan yang tinggi, mengharapkan prestasi anak yang baik di sekolah, meyakinkan anak bahwa anak selalu berusaha sebaik mungkin, menonjol daalam permainan yang kompetitif, dan hanya bermain dengan teman yang dapat diterima oleh orang tua. 4. Menerima vs menolak tingkah laku anak, seperti memuji anak etika melakukan sesuatu yang luar biasa, kecenderungan untuk member hukuman,membiarkan anak bermain dengan games yang disukainya, dan percaya bahwa ibu dapat menangani pekerjaan dan menyediakan latihan yang baik untuk anak.

22 5. Menyediakan kebutuhan intelektual remaja, seperti membuat tabungan untuk ke perguruan tinggi, memisahkan tempat bermain dan tempat belajar, dan mengajak anak ke tempat yang menarik atau bermain. 6. Ketergantungan pada sumber-sumber eksternal, seperti memasukan anak ke sekolah sedini mungkin, mengajarkan anak hal yang baru dan menggunakan pemberian hadiah untuk mendukung belajar. Tingkah laku yang diberikan oleh orang tua ketika membimbing dan membesarkan anak dapat membuat anak merasa nyaman untuk bertingkah laku belajar anak dan tidak mudah merasa putus asa. Anak merasa dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan yakin akan kemampuan yang dimilikinya. Ketika anak merasa nyaman dengan dirinya, akan mudah untuk memberikan dukungan epada mereka untuk lebih berprestasi dalam bidang akademik. 2.4Kerangka pikir Keluarga merupakan lingkungan yang paling pertama dikenal oleh anak.keluarga terutama orang tua juga memiliki peranan dalam menentukan prestasi belajar siswa, yaitu dengan adanya dukungan dan perhatian orang tua.dukungan orang tua dapat berupa materi dan non materi. Dukungan materi yaitu berupa berbagai fasilitas yang anak butuhkan dalam proses belajar, sedangkan dukungan non materi dapat berupa kasih sayang yang diberikan oleh orang tua, motivasi yang diberikan orang tua, bagaimana orang tua membantu anaknya ketika memiliki masalah dalam proses belajar.

23 Ketika siswa mengalami masalah dalam belajar, siswa membutuhkan bantuan orang tua dalam menghadapi dan menyelesaikan masalahnya tersebut.bantuan dari orang tua (significant other) dalam menghadapi permasalahannya dapat dikatakan sebagai dukungan yang diberikan orang tua kepada siswa. Setiap siswa akan memaknakan dukungan orang tua yang berbeda, tergantung pada pengalaman siswa saat berinteraksi dengan orang tua mereka. Siswa yang memiliki pemaknaan positif terhadap dukungan orang tuanya maka siswa memaknakan bahwa orang tua memberikanperhatian, peduli, kasih sayang, menghargai prestasi dan keinginan siswa, selalu membantu, memberikan berbagai saran untuk kesulitan yang dihadapinya, mengingatkan, mendukung siswa, dan membebaskan siswa untuk melakukan kegiatan bersama di sekolah. Selain itu, siswa akan memahami dorongan yang dirasakannya dalam hal akademik. Dorongan tersebut memunculkan kebutuhan siswa yang harus dipenuhi yaitu berprestasi. Ketika kebutuhan tersebut harus dipenuhi, maka akan timbul ketidak seimbangan yang mengharuskan siswa memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, terdapat berbagai masalah yang menghambat tercapainya tujuan siswa. sehingga siswa membutuhkan sukungan dari significant other yaitu orang tua. Ketika siswa memaknaan orang tua mereka memberikan emotional support, instrumental support, informational support, dan esteem support yaitu bahwa orang tua mereka selalu memperhatikan mereka, dengan menanyakan permasalahan atau kesulitan yang terjadi di sekolah, orang tua merekapun mendengarkan berbagai keluhan dari siswa.orang tua mereka juga selalu memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang mereka butuhkan di sekolah seperti uang, peralatan kehidupan sehari-hari, dan barang untuk menunjang pembelajaran

24 mereka. Selain itu orang tua mereka selalu memberikan nasehat agar mereka belajar dengan giat.orangtua merekapun memberikan semangat dalam belajar dan membandingkan mereka dengan sekolah yang jauh lebih sulit pembelajarannya.selain itu orang tua siswa juga membebaskan mereka untuk mengikuti kegiatan bersama disekolah. Orang tua siswa pun selalu berinteraksi dengan pihak sekolah mengenai perkembangan anaknya di sekolah. Sehingga siswa menganggap bahwa orang tua membuat mereka merasa nyaman, merasa dihargai dan percaya diri, merasa menjadi bagian yang penting, merasa ada yang membantu dan memperhatikan. Jika semua aspek tersebut terpenuhi, maka siswa akan tahu kemampuannya dan meyakini apa yang dimilikinya sehingga siswa dapat mengataasi stressnya dan siswa dapat lebih tenang dan focus dalam hal belajar. Ketika ada permasalahan dalam hal belajarpun siswa tidak cemas karena ada yang selalu mendampingi dan membantu mereka dalam mencari solusi. Siswa akan memaknakan bahwa orang tua mendukung mereka dalam hal akademik maka akan merasa lebih percaya diri dalam menghadapi berbagai rintangan ketika akan mencapai prestasi akademik tersebut. Hal tersebut memberikan energy kepada siswa, dimana energy tesebut ditampilkan dalam bentuk tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhannya dalam mencapai prestasi (motivasi belajar). Akan tetapi, ketika siswa menghayati bahwa orang tua mengacuhkan mereka mengenai hal di sekolah, kurang dalam memenuhi segala kebutuhan belajar mereka, tidak memberikan berbagai pilihan solusi terhadap permasalahan mereka, tidak memberikan penghargaan terhadap usaha yang telah dilakukan siswa, dan kurang memberikan kebebasan kepada mereka untuk melakukan kegiatan bersama dalam hal pembelajaran disekolah.ketika pemaknaan siswa

25 tersebut negatif pada dukungan yang diberikan orang tua merekamaka siswamemaknakan bahwa orang tua mereka tidak mendukung mereka untuk meraih prestasi disekolah. Ketika siswa menjadikan prestasi sebagai suatu kebutuhan dan harus dipenuhi, maka akan timbul ketidak seimbangan yang mengharuskan siswa memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, terdapat berbagai masalah yang menghambat tercapainya tujuan siswa. sehingga siswa membutuhkan dukungan dari significant other yaitu orang tua. Ketika siswa memaknakan bahwa orang tua mereka tidak dapatmembuat mereka nyaman, memperhatikan, memberikan penghargaan, dan berbagai bantuan materi kepada mereka maka mereka akan merasa tidak diperhatikan, tidak disayangi, tidak dicintai, tidak dibutuhkan, merasa kurang percaya diri dengan apa yang dilakukan, merasa mudah cemas karena tidak adanya tempat untuk berbagi dan meminta saran, tidak focus dan tenang, sehingga berpengaruh pada motivasi belajar mereka dimana siswa tidak dapat mencapai tujuannya yaitu berprestasi dengan menampilkan perilaku belajar.

26 2.5Skema Kerangka Pikir Pemaknaan Terhadap Dukungan Orang Tua Negatif Emotional Support, siswa menghayati bahwa orang tua mengacuhkan mereka mengenai hal di sekolah Instrumental Support, siswa menghayati bahwa orang tua kurang dalam memenuhi segala kebutuhan belajar mereka Informational Support, siswa menghayati bahwa orang tuatidak memberikan berbagai pilihan solusi terhadap permasalahan mereka Esteem Support, siswa menghayati bahwa orang tuatidak memberikan penghargaan terhadap usaha yang telah dilakukan siswa Siswa merasa tidak disayangi, tidak dicintai, tidak dibutuhkan, merasa kurang percaya diri dengan apa yang dilakukan, merasa mudah cemas, tidak fokus dan tenang dalam belajar. cepat menyerah dalam mengerjakan tugas, beberapa dari merekapun kebanyakan mengisi tugas dengan asal-asalan. Siswa sering mengulangi kesalahan mereka dalam mengerjakan tugas, tidak berusaha menyelesaikan tugas tepat waktu, mencontek, menggunakan waktu luang tidak untuk belajar, kebanyakan dari mereka memilih teman yang tidak dapat melakukan sharing atau diskusi mengenai pelajaran yang mereka tidak bisa Motivasi Belajar Rendah

27 2.6 Hipotesis Semakin negatif pemaknaan siswa terhadap dukungan orang tua maka semakin rendah motivasi belajar pada siswa akhwat kelas VIII di MTs Misbahunnur Kota Cimahi.