I. PENDAHULUAN. suatu keputusan politik, pemerintahan atau kenegaraan. sebagai proses atau upaya penciptaan dari (1) lembaga -lembaga yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian. Hal ini dilakukan berdasarkan bahwa mereka dapat memberikan

APA ITU DAERAH OTONOM?

Panduan diskusi kelompok

Oleh : STENLY UANG BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. telah menganut nilai-nilai demokrasi dalam pelaksanaan pemerintahannya.

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah

I. PENDAHULUAN. langsung, kebebasan berekspresi secara terbuka, berasosiasi, sampai kebebasan

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

1. Bagaimana keterlibatan masyarakat, apakah masyarakat desa selalu dilibatkan dalam proses pembahasan pemilihan kepala desa tahun 2007?

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemilihan kepala daerah sebelumnya yang dipilih oleh anggota Dewan

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

CATATAN KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RUU DESA.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMEKARAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. demokratisasi. Tujuan Otonomi Daerah adalah untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2005

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MALUKU TENGGARA

I. PENDAHULUAN. tujuannya. Artinya seorang pemimpin organisasi memegang peranan yang

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA SERTA TATA CARA PEMBENTUKANNYA

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang 2011

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 1 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT BANGGAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

Dalam perkembangannya demokrasi secara langsung mulai sulit dilaksanakan, karena : Tidak adanya tempat yang menampung seluruh warga yang jumlahnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN,

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca rezim orde baru tumbang disetiap kehidupan bangsa Indonesia hampir seluruhnya membicarakan dan mendiskusikan serta menjunjung tinggi demokrasi terutama pada nilai kebebasan yang dimiliki demokrasi. Kehidupan demokrasi dianggap ideal karena demokrasi itu sendiri mengutamakan kedaulatan rakyat, dimana hubungan rakyat dan pemerintah selalu dinomor satukan. Demokrasi dikenal dengan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam sistem demokrasi rakyat diberikan kesempatan yang sama dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Khairuddin Tahmid (2004:15), pemerintahan yang berpegang pada demokrasi berarti pemerintah dipegang oleh rakyat atau setidak-tidaknya diikutsertakan dalam pembuatan suatu keputusan politik, pemerintahan atau kenegaraan. Rizal Noer Arfani (1996:13), berpendapat bahwa demokratisasi bisa dilihat sebagai proses atau upaya penciptaan dari (1) lembaga -lembaga yang beroperasi dengan prinsip-prinsip demokrasi, (2) lembaga -lembaga yang menciptakan dan melangsungkan ciri-ciri demokratis suatu masyarakat.

2 Kemudian secara harfiah Basrowi dan Suko Susilo (2006:1), menyatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Demokrasi adalah pemerintahan dengan segenap kegiatan yang dikelola dengan menjadikan rakyat sebagai subyek dan titik tumpu. Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang bertumpu pada daulat rakyat, bukan daulat pemimpin, daulat pemerintah atau daulat raja. Sebuah sistem demokratis dicirikan sebagai berikut yaitu (1) partisipasi politik yang luas, (2) kompetisi politik yang sehat, (3) sirkulasi kekuasaan yang terjaga, terkelola dan berkala melalui proses pemilihan umum, (4) pengawas an terhadap kekuasaan yang efektif, (5) diakuinya kehendak mayoritas dan (6) adanya tata karma politik yang disepakati dalam masyarakat. Selain itu demokrasi dan demokratisasi memiliki prinsip dan nilai-nilai yang terkandung di dalam demokrasi. Menurut Henry B. Mayo (dalam Miriam Budiarjo, 2003:62-63), nilai-nilai demokrasi itu terdiri dari : (1) menyelesaikan perselisihan dengan damai dan melembaga, (2) menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah, (3) meny elenggarakan pergantian pemimpin secara teratur, (4) membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum, (5) mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman, (6) menjamin tegaknya keadilan. Kemudian menurut Amien Rais (1986:16), memberikan sepuluh kriteria dalam demokrasi yaitu : (1) Partisipasi dalam pembuatan keputusan, (2) persamaan di depan hukum, (3) distribusi pendapatan secara adil, (4) kesempatan pendidikan yang sama, (5) adanya empat macam kebebasan yaitu kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan persuratkabaran, kebebasan

3 berkumpul dan kebebasan informasi, (7) mengindahkan beragama, (6) ketersediaan dan keterbukaan fatsoen tata karma politik, (8) kebebasan individu, (9) semangat kerja sama dan (10) hak untuk protes. Sedangkan Miriam Budiarjo ( 2003:63), menjelaskan untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi tersebut perlu diselenggarakan beberapa lembaga yaitu : (1) Pemerintahan yang bertanggung jawab, (2) suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan-golongan dan kepentingan-kepentingan dalam masyarakat, (3) suatu organisasi politik, (4) pers dan media massa serta (5) sistem peradilan yang bebas. Melihat dari konsep, prinsip dan kriteria demokrasi di atas maka demokrasi merupakan aturan main untuk mendistribusikan kekuasaan secara adil di antara anggota masyarakat serta memberikan hak yang sama bagi warga negara untuk terlibat dalam pembuatan keputusan serta memiliki hak dan kesempatan seluas mungkin bagi warga negara untuk mendapatkan dan mempertukarkan informasi, mengartikulasikan kepentingan serta menggunakan opini. Banyak hal yang menjadi perkembangan demokrasi di Indonesia. Sebagai contoh yaitu penyerahan wewenang kepada pemerintah daerah otonom untuk mengatur dan mengurus rumah tangga pemerintahannya sendiri atau lebih dikenal dengan sebutan desentralisasi. Ada pula dekonsentrasi sebagai pelimpahan wewenang oleh pemerintahan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Semua itu

4 dikemas apik dalam sebutan otonomi daerah yang merupakan salah satu contoh perkembangan demokrasi di Indonesia. Penyempurnaan Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah pun dilakukan dalam rangka mewujudkan demokrasi di Indonesia dan di tiap-tiap daerahnya, melalui perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Demikian pula dengan peraturan mengenai desa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan desa dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi dan memperhatikan adat-istiadat serta kebiasaan masyarakat desa setempat. Pemerintahan desa merupakan bagian dari miniatur Indonesia. Desa yang kadang dipandang sebelah mata ternyata memiliki potensi dalam menopang keberlangsungan suatu negara. Apabila desa benar-benar diperhatikan dan terus ditumbuh kembangkan, bukan sebaliknya desa terus dieksploitasi baik itu sumber kekayaan alam sebagai pemasok bahan mentah dan pengeksploitasian sumber tenaga kerja yang murah. Hal inilah yang terjadi dari masa kolonial sampai zaman kemerdekaan, terlebih lagi desa-desa yang terpencil dan sulit dijangkau, masyarakat desanya dianggap masyarakat bodoh yang dapat terus menerus dibodohi dengan kata lain dapat disebut sebagai penjajahan era baru. Upaya untuk memperbaiki pemerintahan desa memang selalu dilakukan dalam bentuk penetapan undang-undang, peraturan daerah dan peraturan kabupaten tetapi upaya pelaksanaannya belumlah optimal. Upaya itu dapat di lihat dalam

5 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, dalam undang-undang tersebut pengaturan mengenai desa dibahas secara mendetail dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 (dibuat oleh Pemerintah Pusat) dan ditindak lanjuti dengan peraturan daerah (disusun oleh DPRD dan Pemerintah Daerah). Demokratisasi mulai terlihat bergerak dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dan pemerintah daerah kepada pemerintah desa, dengan menyerahkan segala urusannya sesuai dengan aspirasi dan keinginan masyarakat setempat. Pemerintah desa diharapkan pula telah melakukan upaya untuk menciptakan suasana demokratis dalam pemerintahan terhadap masyarakatnya. Demokrasi desa memberi peluang terhadap pengelolaan konflik secara efektif melalui manajemen konflik, yaitu penyelesaian masalah secara musyawarah mufakat dan melembaga. Selain itu sistem demokrasi desa yang dijalankan secara baik dapat mendorong pelayanan publik yang lebih baik, transparan, tidak dipersulit, akuntabel dan lain sebagainya yang dapat menguntungkan masyarakat karena adanya kontrol secara efektif dari masyarakat terhadap pemerintahan desa. Khairuddin Tahmid (2004:2), mengungkapkan bahwa untuk membangun demokrasi sampai ketingkat desa merupakan salah satu hal yang penting dan strategis, dimana dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 memuat suatu perubahan kebijakan mengenai desa dengan menghadirkan parlemen desa. Penyelenggaraan pemerintahan menurut Sutoro Eko dalam Khairuddin Tahmid (2004:50), yaitu sebagai suatu organisasi pemerintah atau organisasi

6 kekuasaan, pemerintah desa harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip demokrasi. Pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi dapat dijadikan tolak ukur bahwa demokrasi sudah dilaksanakan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Refleksi nilai-nilai demokrasi dapat dilihat dari kultur masyarakat pedesaan di Indonesia yaitu sifat gotong royong atau cara-cara kekeluargaan dalam mengurus persekutuan hidup termasuk penyelenggaraan desa. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, parlemen desa tidak mengalami perubahan yang esensial dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, disebutkan bahwa kepala desa adalah seorang pemimpin dari sebuah bagian kecil Kabupaten/ Kota yang disebut dengan pemerintahan desa. Sebuah desa tak terlepas dari seorang kepala desa yang dipilih oleh masyarakat dan dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin desa yang mereka tempati. Kepala desa disini bertanggung jawab untuk menjaga dan mengurus daerahnya dengan dibantu oleh sejumlah perangkat desa yang berada dibawahnya. Dengan mengikuti persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan seseorang dapat dipilih menjadi seorang kepala desa dengan segala tanggung jawabnya dan konsekuensinya menjadi seorang kepala desa. Adapun tata cara pemilihan kepala desa diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1981 sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979. Menurut Joko Siswanto dalam Administrasi Pemerintahan Desa, menguraikan bahwa pelaksanaan pemilihan sebagai berikut :

7 Pertama, setelah tugas-tugas awal diselesaikan oleh Panitia dan telah menentukan tempat hari pemilihan, 7 (tuju h) hari sebelum pemilihan dilaksanakan, Panitia Pencalonan dan Pelaksanaan Pemilihan memberitahukan kepada penduduk desa yang berhak memilih dan mengadakan pengumumanpengumuman di tempat terbuka tentang akan diadakannya pemilihan kepala desa. Kedua, pemilihan harus bersifat langsung, umum, bebas dan rahasia. Pelaksanaan nilai-nilai demokrasi harus dijaga dan dijamin. Pemilihan kepala desa dinyatakan sah apabila jumlah yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah seluruh pemilih yang telah disahkan. Bila jumlah pemilih yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya kurang dari 2/3, maka pemilihan kepala desa dinyatakan batal dan selambatlambatnya 3 hari setelah pembatalan Panitia Pemilihan mengadakan pemilihan ulangan. Ketiga, apabila dalam pemilihan ulangan yang hadir kurang 1/2 dari jumlah pemilih, maka ditunjuklah kepala desa oleh Bupati. Pemilihan kepala desa perlu dilaksanakan karena pemilihan kepala desa bisa dijadikan pedoman dan acuan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, serta meminimalisir kekuasaan dominan dari salah satu pihak, baik itu kepala desa maupun aparat desa, terlebih lagi pemilihan kepala desa yang rentan konflik karena berkaitan dengan masalah persaingan. Pemilihan kepala desa yang dilaksanakan di Desa Marga Dadi Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu wujud dari pelaksanaan demokrasi. Menurut Talizidhuhu Ndraha (1991:8),

8 mengungkapkan bahwa demokratisasi di desa terlaksana jika desa memiliki hak otonom untuk melakukan tindakan-tindakan hukum, salah satu tindakan hukumnya yaitu pelaksanaan pemilihan kepala desa. Realitanya beberapa sumber menyatakan bahwa proses pelaksanaan pemilihan kepala desa pada tahun 2007 di Desa Marga Dadi Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan belum mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi yang berhubungan dengan musyawarah dan partisipasi. Karena seperti yang diungkapkan oleh AAGN Ari Dwipayana dan Sutoro Eko (2003:22), bahwa pemerintahan desa yang demokratis membutuhkan sebuah ruang publik melalui dialog-dialog (musyawarah). Perwujudan demokrasi desa membutuhkan partisipasi efektif masyarakat serta ruang publik yang memberikan kesempatan masyarakat atau wakil masyarakat untuk bermusyawarah dengan pemerintah desa, baik dalam perwujudan demokrasi pemilihan kepala desa untuk mencapai kebaikan bersama secara kolektif. Sebagai contoh dari aparatur desa menyatakan bahwa masih ada aparatur desa yang belum dilibatkan dalam proses pemilihan kepala desa pada tahun 2007 (Sumber : Bapak Jhoni dan Bapak Sapril, diwawancara pada 29 Maret 2010). Selain itu informan lain dari masyarakat menyatakan bahwa masyarakat belum sepenuhnya dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan desa khususnya dalam proses pemilihan kepala desa pada tahun 2007 di Desa Marga Dadi Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan (Sumber : Ibu Rohayani dan Ibu Sumirah, diwawancara pada 3 April 2010).

9 Beranjak dari realita tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai implementasi nilai-nilai demokrasi dalam pemilihan kepala desa yang berhubungan dengan musyawarah dan partisipasi dalam proses pemilihan kepala desa di Desa Marga Dadi Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah Implementasi Nilai-Nilai Demokrasi Dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi Pada Pemilihan Kepala Desa Marga Dadi Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2007)? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses implementasi nilai-nilai demokrasi dalam pemilihan kepala desa di Desa Marga Dadi Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini turut mengembangkan teori-teori tentang demokrasi terkait dengan implementasi demokrasi dalam pemilihan kepala desa.

10 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini menjadi masukan bagi aparat pemerintah Desa Marga Dadi Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dan masyarakat tentang proses implementasi nilai-nilai demokrasi dalam pemilihan kepala desa.