BAB 3 PROFIL SANITASI WILAYAH

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

BAB III Profil Sanitasi Wilayah

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Profil Sanitasi Wilayah

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR III - 1

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

5.1 PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR & ASPEK UTAMA

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain:

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

MAKSUD & TUJUAN ISU STRATEGIS & PERMASALAHAN AIR LIMBAH. Tujuan umum : KONDISI EKSISTING

2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL)

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

Sub Sektor : Air Limbah

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Target. Real isasi. Real isasi 0% 10% 0%

Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

Hasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 2016

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

5.1 Gambaran Umum Monitoring dan Evaluasi

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

Tabel 4.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BAB STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Program penyusunan Masterplan. Tersedianya Master Plan sistem pengelolaan air limbah domestik tahun Penyusunan Master Plan skala kabupaten

Mendapatkan gambaran tentang kondisi dan rencana penanganan air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2017

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR

MEWUJUDKAN SANITASI KOTA BANJARMASIN 50 AL, 90 PS, 90 DR DAN 100 AM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

1. Sub Sektor Air Limbah

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

BAB 3 PROFIL SANITASI WILAYAH

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

Transkripsi:

BAB 3 PROFIL SANITASI WILAYAH Bab ini menjelaskan kondisi dari berbagai komponen dan permasalahan sanitasi yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara. 3.1 Promosi Higiene dan Sanitasi Promosi higiene adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dariolehuntuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Tujuan dari Promosi Higiene ini adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang arti pentingnya melaksanakan hidup sehat dilingkungannya masingmasing. Derajat kesehatan dan pola hidup masyarakat di Kabupaten Penajam Paser Utara secara umum dapat terlihat dari angka kejadian penyakit yang disebabkan oleh sanitasi buruk. Salah satu indikator yang sangat berhubungan erat dengan permasalahan sanitasi adalah jumlah kasus kejadian penyakit diare. Dari hasil Studi EHRA yang dilakukan wawancara terhadap responden sebanyak 400 responden mengenai kasus diare pernah terjadi yang dialami keluarga responden, mayoritas tidak pernah dengan persentase sebesar 75,8 %. Akan tetapi lebih dari enam bulan keluarga responden terkena kasus diare terdapat pada beberapa responden dengan persentase 9,8 % dan enam bulan terakhir sebesar,8 %, selanjutnya sebesar 6,8 % 1 bulan terakhir terdapat kasus, 3 bulan terakhir terjadi kasus sebesar 3 %, kasus 1 minggu terakhir sebesar 1, %, dan sisanya sebesar 0,7 % baru saja terjadi kasus diare. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar garfik di bawah ini:

80 60 40 0 0 0, 0,5 1, Hari ini Kemarin 1 minggu terakhir 6,8 3,8 1 bulan terakhir 3 bulan terakhir 6 bulan yang lalu 9,8 Lebih dari 6 bulan yang lalu 75,8 Tidak pernah Gambar 3.1. Waktu Terjadi Kasus Diare Pada Keluarga Responden Derajat kesehatan dan pola hidup masyarakat di Kabupaten Penajam Paser Utara secara umum terlihat dari angka kejadian penyakit diare berada dalam posisi sanitasi yang baik. Hal ini terjadi karena tingkat kesadaran masyarakat untuk pola hidup bersih dan sehat semakin membaik, dan tentu saja hal ini juga di dukung oleh pendanaan sanitasi yang mengalami peningkatan dari tahun 008 hingga 01. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kab/Kota Tahun 009 013 Belanja Sanitasi (Rp.) Ratar ata Per tumbuh No Uraian 009 010 011 01 013 1 Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1. + 1.3 + 1.4 ) 1.1 Air Limbah Domestik 5.03.88.493 4.0.500.007 14.6.191. 1. Sampah rumah tangga 5.360.466.763 9.054.405.070 10.163.976.843 8.19.949 1.3 Drainase lingkungan 34.583.44.000 1.918.365.500 38.43.057.000 4.977.954 1.4 PHBS 34.414.150 157.610.000 99.015.000 93.165.000 18.551 Dana Alokasi Khusus (.1 +. +.3 ).1 DAK Sanitasi. DAK Lingkungan Hidup DAK Perumahan dan.3 Permukiman Pinjaman/Hibah 3 untuk Sanitasi Bantuan Keuangan 4 Provinsi untuk Sanitasi Belanja APBD murni 47.585.477.070 8.581.394.143 36.938.888 untuk Sanitasi (13) 39.931.738.643 31.656.94.70 Total Belanja Langsung 1.036.76.85.70 984.88.614.49 1.144.77.531.188 1.319.919.061.91 1.11.460.514 % APBD murni terhadap Belanja Langsung Sumber : APBD Kab.PPU tahun 009 01, diolah

Dari tabel diatas menunjukan bahwa pendanaan bidang sanitasi dari Tahun 009 01 mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi mengingat kebutuhan akan layanan sanitasi juga meningkat karena adanya peningkatan jumlah penduduk yang signifikan dari tahun 009 01 yaitu dari 19.785 Jiwa menjadi 163.761 jiwa atau selama kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 6,1%. Komponen terbesar dalam peningkatan ini adalah bidang persampahan dan drainase. Kedua sector ini merupakan sector yang sangat mendesak untuk segera ditangani mengingat Kabupaten PPU sebagai kabupaten yang baru terbentuk harus melengkapi pelayanan dasarnya terkait pengelolaan persampahan dan pengurangan luas genangan banjir yang sering terjadi dibeberapa wilayah kecamatan. Dukungan lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah adanya komitment kepala daerah dalam meraih penghargaan tertinggi bidang kebersih yaitu Piala Adipura. Hal lain yang mendukung adalah komitmen kepala daerah tersebut termuat dalam RPJMD 008 013, sehingga hal ini akan memudahkan dalam pengalokasian dana bagi kegiatan sektor terkait pengelolaan persampahan dan drainase. Dalam dokumen RPJMD ini dijelaskan secara detail indicator capaian pada sektor tersebut, walaupun indicator yang dipakai masih bersifat global sesuai dengan Lampiran I Permendagri No. 54.tentang pedomen penyusunan RPJMD. Tabel 3. Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita No SKPD 1 Retribusi Air Limbah Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) 009 010 011 01 013 Pertumbuhan (%) 1.a Realisasi retribusi 1.b Potensi retribusi Retribusi Sampah.a Realisasi retribusi 15.640.000,00 5.5.500,00.b Potensi retribusi 3 Retribusi Drainase 3.a Realisasi retribusi 3.b Potensi retribusi

4 Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+a+3a) 5 Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+b+3b) 6 Proporsi Total Realisasi Potensi Retribusi Sanitasi (4/5) Sumber: APBD Kab.PPU Retribusi terkait pengelolaan sanitasi sektor sampah yang ada di Kabupaten PPU masih menjadi satu kesatuan dengan retribusi pembayaran air bersih yang di kelola PDAM. Sampai dengan tahun 013 retribusi yang sudah ada Perdanya terkait bidang sanitasi adalah sektor persampahan saja, sementara sektor limbah dan drainase belum termasuk dalam proyeksi untuk meningkatkan pendapatan daerah. Hal ini mengingat layanan sektor air limbah belum termasuk dalam program dan kegiatan prioritas sehingga belum ada kegiatan yang khusus menangani sektor tersebut. Sementara itu sektor drainase dalam penganggaran merupakan bagian dari usuran wajib pemerintah daerah, sehingga keberadaanya terkait mengurangan luas genangan yang sering terjadi di sebagian wilayah di Kabupaten PPU merupakan permasalahan yang mendesak terkait pengaruhnya terhadap kondisi permukiman penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi dan sosial yang ada di wilayah tersebut. Dalam Buku Putih Sanitasi (BPS) ini, yang akan dibahas mengenai permasalahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) hanya pada tataran rumah tangga dan sekolah saja. Hal ini dikarenakan pada kedua lokasi tersebut mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam pencapaian program PHBS. 3.1.1. Tatanan Rumah Tangga Promosi kesehatan di rumah tangga ditekankan pada kegiatan kampanye dan aktifitas yang dimulai pada sasaran komunitas tertentu dalam masyarakat. Kegiatan ini dilakukan oleh para kader dan petugas kesehatan yang ada baik di Pukesmas atau Pusban setempat seperti petugas kesehatan, bidan dan perawat (mantri) dengan sasaran ibuibu PKK, Kelompok Pengajian dan komunitas sosial lainnya yang ada dimasyarakat. Adapun target dari kegiatan ini adalah ibu rumah tangga, ibu hamil, remaja putri dan kelompok ibu muda yang mempunyai balita dan lainlain. Kegiatan promosi bagi ibu rumah tangga ini terdiri dari beberapa kegiatan yang dilakukan bersamaan dan berkesinambungan meliputi:

Penyuluhan kelompok terbatas Penyuluhan kelompok besar (masa) Penyuluhan perorangan (penyuluhan antar teman/peer group education) Penyuluhan dengan metode demonstrasi Pemasangan poster Pembagian leaflet Kunjungan/wisata kerja ke daerah lain Kunjungan rumah Lomba kebersihan antar RT/RW/Desa Kegiatan pemeliharaan dan membersihkan tempattempat umum Kegiatan penghijauan di sekitar sumber air Pelatihan kader, unit kesehatan Program promosi kesehatan di tatanan Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Memberi ASI eksklusif Menimbang balita setiap bulan Menggunakan air bersih Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Menggunakan jamban sehat Memberantas jentik di rumah sekali seminggu Makan buah dan sayur setiap hari Melakukan aktivitas fisik setiap hari Tidak merokok di dalam rumah Pendataan PHBS Tatanan Rumah Tangga di Kabupaten Penajam Paser Utara tahun 013 menggunakan metode C Survey dengan jumlah sampel 400 Kepala Keluarga. Hasil pendataan berdasarkan survei random sampling menunjukkan bahwa kondisi untuk indikator kesehatan lingkungan sektor sanitasi adalah sebagai berikut:

Gambar 3.4 : Grafik CTPS di 5 (lima) Waktu Penting Grafik diatas menunjukan bahwa perilaku masyarakat dalam melakukan cuci tangan pakai sabun pada 5 waktu penting masih rendah sekali, berdasarkan hasil studi EHRA diatas hanya 1,5% penduduk yang melalukan CTPS. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat PPU masih rendah yang berakibat masih banyaknya berbagai penyakit yang terkait dengan perilaku tersebut. Penyakitpenyakit tersebut meliputi penyakit diare, disentri dll yang masih banyak terjadi khususnya pada masyarakat dengan ekonomi rendah dan berada pada kantongkantong permukiman kumuh yang tersebar dibeberapa lokasi di 4 kecamatan. Gambar 3.5 : Grafik Persentase Penduduk yang melakukan BABS Grafik diatas menunjukan bahwa kegiatan BABS yang ada di Kab. PPU hampir semua penduduk sudah mempunyai jamban pribadi. Diharapkan dengan adanya jamban pribadi ini memberikan dampak yang baik bagi kesehatan masyarakat khususnya dalam hal pembuangan limbah domestik agar tidak dilakukan di sembarang tempat, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan akibat BABS.

Gambar 3.6 Grafik Pengelolaan Air Minum (pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air) Untuk menghidari berbagai penyakit yang disebabkan oleh kuman yang ada di air minum salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menutup tempat air minum sehingga jentikjentik dari nyamuk tidak dapat bertelur di dalam wadah air minum tersebut. Data diatas menunjukan bahwa perilaku masyarakat PPU dalam menempatkan air minum dalam teko tertutup mencapai 43.6%. Ini menunjukan bahwa kesadaran untuk mengkonsumsi air yang bersih dan sehat sudah dilakukan oleh masyarakat walaupun sebagian masih ada yang belum menyimpan air menggunakan wadah tertutup. Gambar 3.7 Grafik Pengolahan Sampah Setempat Kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga yang ada di Kabupaten PPU masih bersifat tradisional. Data yang terkumpul menunjukan bahwa kebanyakan sampah yang ada dari rumah tangga dimusnahkan dengan cara dibakar. Pembakaran sampah ini umumnya dilakukan di halaman rumah penduduk

mengingat kondisi rumah penduduk yang umumnya berada dipedesaan masih luas. Kebiasaan lainnya yang juga belum menunjukan kesadaran tentang mengelola sampah dengan baik adalah dengan membuang sampah dari rumah tangga tersebut pada lahanlahan kosong yang ada disekitar rumah. Adanya perilaku membakar dan membuang sampah sembarangan ini selain disebabkan tingkat kesadaran yang rendah juga disebabkan karena jangkauan pelayanan persampahan yang dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum masih terbatas pada wilayahwilayah perkotaan. Demikian juga dengan sarana penunjang lainnya seperti sebaran TPS yang masih minim khususnya pada daerahdaerah pedesaan yang jauh dari pusat ibukota kecamatan. Kebiasaan pengelolaan sampah lainnya adalah disebabkan karena kondisi permukiman yang tersebar dengan perbandingan luas lahan dan jumlah penduduk yang masih jarang, sehingga masih banyak lahan kosong yang tidak produktif yang umumnya berupa semak belukar yang ada diperkampungan. Banyaknya lahan kosong disekitar permukiman tersebut dianggap sebagai tempat yang baik untuk membuang sampah karena tidak harus mengolah dan mengeluarkan biaya tambahan. Adanya praktek pembakaran sampah yang ada diperdesaan untuk saat sekarang dengan kondisi kepadatan penduduk yang masih jarang dan dimanfaatkannya hasil bakaran tersebut untuk kegiatan pertanian, masih dapat ditolerir. Namun demikian prilaku tersebut akan sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar apabila dilakukan pada wilayah perkotaan yang ada di Penajam dan sekitarnya. Menginggat kondisi permukiman yang sudah padat, sehingga akan mengganggu lingkungan tempat tinggal masyarakat disekitarnya. Gambar 3.8 Grafik Pencemaran karena SPAL

Hasil studi EHRA menunjukan bahwa pembuangan air limbah yang ada di Kabupaten PPU yang ada disetiap rumah umumnya dalam kondisi tidak bersih dan penuh dengan sampah namun air masih dapat mangalir. Kondisi saluran pembuangan air kotor umumnya dibuat mandiri oleh masyarakat dengan kondisi seadanya namun masih dapat mengalirkan dan membuang air kotor dari rumah. Sementara bagi masyarat dengan tingkat ekonomi yang baik, kondisi saluran air kotor dari rumah ini umumnya dibuatkan saluran dari semen untuk dialirkan kesaluran alam yang tersedia seperti di parit yang ada disekitar rumah mereka. Bahkan pada wilayah tertentu pembuangan air kotor dari rumah ini dibuang langsung dihalaman belakang atau langsung ke sungai dan laut. 3.1. Tatanan Sekolah Para siswa yang duduk di bangku sekolah merupakan komunitas yang besar dan tersebar luas di pedesaan maupun perkotaan. Kegiatan disekolah yang dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa terhadap kesehatan umumnya dimulai dengan adanya program UKS disetiap sekolahsekolah yang ada di PPU. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan siswa mendapat pembelajaran perubahan perilaku di sekolah secara partisipatif, yang dapat mempengaruhi orang tua, keluarga serta tetangga setiap siswa tersebut. Kegiatan promosi sehat di sekolah dilakukan diberbagai tingkatan pendidikan dari SD, SMP dan SMU baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Kegiatan ini dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan yang dilakukan beberapa kali dalam sebulan. Kegiatan ini terdiri dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut: Siswa sekolah dasar terutama kelas 3, 4 dan 5 Sekolah Dasar merupakan kelompok umur yang mudah menerima inovasi baru dan mempunyai keinginan kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang mereka terima kepada orang lain. Program promosi kesehatan di sekolah harus diintegrasikan ke dalam program usaha kesehatan sekolah, melalui koordinasi dengan Tim Pembina UKS di tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pusat. Program promosi kesehatan di tempat ibadah dilakukan untuk menggalakan kegiatan promosi kesehatan dan melibatkan tokoh agama atau pemimpin tempat ibadah. Diharapkan dengan melibatkan tokoh dan pemimpin agama, perubahan perilaku kesehatan dapat segera terwujud.

Seringkali terjadi jamban di sekolah hanya terdiri atas dua unit, yaitu satu untuk guru dan yang lain untuk murid. Sementara kondisi jamban murid sangat berbeda jauh dengan jamban guru. Di mana jamban murid sangat jauh dari kondisi bersih dan terpelihara atau tidak jarang dalam kondisi rusak. Akibatnya banyak murid yang kemudian buang air baik buang air kecil maupun buang air besar di halaman sekolah. Kebiasaan ini membuat sekolah menjadi bau dan sangat rentan untuk menjadi sarang penyakit. Selain itu, seringkali jamban di sekolah tidak dilengkapi dengan penerangan yang cukup. Murid yang masih duduk di kelas 1 atau akan merasa takut untuk menggunakan jamban yang kondisinya gelap, berbau dan kotor. Kondisi seperti ini harus dihindari dengan cara membuat jamban dengan penerangan yang cukup baik dari lampu ataupun sinar matahari beserta ventilasi yang memadai. Adapun lingkup kegiatan yang termasuk dalam kegiatan Promosi Kesehatan Sekolah adalah sebagai berikut : a. Pembangunan sarana air bersih, sanitasi dan fasilitas cuci tangan termasuk pendidikan menjaga kebersihan jamban sekolah b. Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah c. Penggalakan cuci tangan pakai sabun (CTPS) d. Pendidikan tentang air minum, jamban, praktek kesehatan individu, dan kesehatan masyarakat e. Kampanye pemberantasan penyakit kecacingan f. Pendidikan kebersihan saluran pembuangan/spal g. Pengembangan tanggungjawab murid, guru dan pihakpihak lain yang terlibat di sekolah, mencakup: Pengorganisasian murid untuk pembagian tugas harian, pembagian tugas guru pembina dan Komite Sekolah Meningkatkan peranan murid dalam mempengaruhi keluarganya Beberapa jenis kegiatan yang dapat di lakukan dalam Promosi Kesehatan Sekolah, adalah : Penyuluhan kelompok di kelas, penyuluhan perorangan (penyuluhan antar teman)

Pemutaran film/video Penyuluhan dengan metode demonstrasi Pemasangan poster, leaflet Lomba kebersihan kelas Kampanye kebersihan perorangan/murid Lomba cepat tepat tentang kesehatan dan lingkungan sehat Kegiatan pemeliharaan dan membersihkan jamban sekolah Penyuluhan terhadap warung sekolah, pedagang sekitar sekolah Pelatihan guru UKS Pelatihan siswa/kader UKS Membangunan ruangan dan sarana pendukung UKS disekolah tertentu

Tabel 3.4: Kondisi sarana sanitasi di sekolah(sd/mi) (sumber air, toilet, SPAL dan tempat cuci tangan) Nama Sekolah Jumla h Siswa Jumlah Guru Sumber Air Bersih PDAM SPT SGL Jml Toilet/WC Guru Jumlah Toilet/WC Murid Dari Toilet Tempat Pembuangan Air Kotor Dari Talang Dari Kamar mandi Dari Air hujan Fas. Cuci Tangan Persediaan Sabun Siapa yang membersihkan Toilet Siswa Guru Pesuruh L P L P S K T S K T S K T L P L P Y T Y T L P L P L P Dst Keterangan: L = lakilaki; P = perempuan S = selalu tersedia air; K = kadangkadang; T = tidak ada persediaan air Y = ya; T = tidak SPT = Sumur pompa tangan; SGL = Sumur gali Tempat pembuangan air kotor sebutkan kemana salurannya: Toilet : Septik Tank, Cubluk, sungai, kolam, dll Talang : Saluran Pembuangan Air Limbah, Drainase Lingkungan, Halaman, Sungai, dll Dari Kamar Mandi : Saluran Pembuangan Air Limbah, halaman, sungai, dll Air Hujan : Saluran Pembuangan Air Kotor, Drainase lingkungan, halaman, dll Catatan: data terlampir

Tabel 3.5: Kondisi sarana sanitasi sekolah (tingkat sekolah/setara: SD/MI) (pengelolaan sampah dan hygiene dan sanitasi) Nama Sekolah Apakah pengetahuan ttg Higiene dan Sanitasi diberikan Ya, saat pertemuan / penyuluhan tertentu Ya, saat mata pelajaran PenJas di kelas Tidak pernah Apakah ada dana utk air bersih / sanitasi / pend. higiene Ya Tidak Dikump ulkan Cara Pengelolaan Sampah Dipisahkan Dibuat kompos Kapan Tangki Septik Dikosongkan Kondisi Higiene Sekolah Rencana perbaikan sanitasi sekolah Dst Catatan: data terlampir

3. Pengelolaan Air Limbah Domestik 3..1 Kelembagaan Secara legal formal penangangan persampahan dilaksanakan di Dinas Pekerjaan Umum melalui bidang kebersihan, pertamanan dan permakaman. Namun penangangan limbah domestik yang baru tertangani hanya sebatas pada penangangan limbah padat rumah tangga. Sedangan kelembagaan khusus yang menangani pengelolaan air limbah domestik masih belum ada karena penangangan yang ada baru sebatas pada pengelolaan limbah padat rumah tangga. Selain itu penangangan pengelolaan air limbah juga melibatkan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) yang mempunyai tugas dan fungsi dalam hal pengawasan dan monitoring terkait kualitas lingkungan dan pencemaran. Kegiatan ini dilakukan secara berkala pada wilayah permukiman serta pada perusahaanperusahanan yang beroperasi diwilayah PPU. Pengawasan dan monitoring ini bertujuan untuk memantau baku mutu kualitas lingkungan akibat pembuangan limbah domestik yang ada. Selain itu Dinas Kesehatan Kab. PPU juga mempunyai peran dalam melakukan kegiatan sosialisasi dan monitoring secara rutin yang diadakan melalui kegiatan PHBS yang di gerakan oleh kaderkader kesehatan yang ada di setiap puskesmas yang ada disetiap kecamatan pada jangkauan kerja yang telah ditentukan, sehingga seluruh wilayah PPU dapat terpantau kualitas lingkungannya terkait pencemaran akibat pembuangan limbah domestik.

Tabel 3.6: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik FUNGSI PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestic Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) Membangun sarana IPLT dan atau IPAL PENGELOLAAN Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja Mengelola IPLT dan atau IPAL Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestic Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN

FUNGSI Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestic PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestic Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestic Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestic Tabel 3.7: Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Penajam Paser Utara Ketersediaan Pelaksanaan Peraturan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan AIR LIMBAH DOMESTIK Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestic

Ketersediaan Pelaksanaan Peraturan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestic Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septic Retribusi penyedotan air limbah domestic Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran

Gambar 3.9: Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja Kegiatan pembuangan limbah domestik dari grafik diatas menunjukan sebesar 59.5% masyarakat di PPU sudah menggunakan septictank. Umumnya penggunaan septictank ini kebanyakan penduduk yang berada disepanjang jalan provinsi dan berada di wilayah perkotaan di Ibukota Kecamatan. Pemanfaatan septictank ini terkait adanya dukungan pelayanan air bersih yang ada umumnya sudah menjangkau ibukotaibukota kecamatan walaupun hanya sebagian kecil dari kawasaan permukiman yang ada. Pada wilayah dengan sumber air bersih yang sulit, jauh dari jangkauan pelayanan PDAM, sulit mendapatkan air bersih, pengelolaan limbah cair banyak menggunakan sistem pembuangan dengan cara cubluk sebesar 18.%. Umumnya dilakukan oleh penduduk yang tinggal pada wilayah perdesaan dengan tingkat ekonomi yang masih rendah. Banyaknya pengguna cubluk ini diperparah lagi oleh layanan air bersih yang masih terbatas jangkauannya dan terpusat pada sebagian wilayahwilayah perkotaan Penajam saja. Selain itu faktor ekonomi juga mempunyai andil yang besar dalam membentuk perilaku tersebut karena untuk memenuhi kebutuhan dasar saja masih belum mencukupi apalagi untuk kegiatan sanitasi. Rendahnya pendapatan masyarakat di pedesaan tersebut diperparah dengan bertambahnya biaya untuk memenuhi fasilitas dasar yang sangat minim seperti kelangkaan air bersih dan kondisi jalan yang pada wilayah tertentu masih dalam kondisi yang sangat minim. Sementara itu masyarakat yang sudah menggunakan septictank secara benar masih sangat terbatas yaitu baru sebesar 1,%. Umumnya masyarakat yang berada diwilayahwilayah perkotaan yang disepanjang jalan provinsi dan berada

diibukota kecamatan dengan tingkat ekonomi yang sudah baik sudah dapat membuat jamban yang baik secara mandiri. Hal ini juga didukung dengan adanya jaringan air bersih baik itu dari PDAM atau dari sumur yang dibuat mandiri oleh masyarakat. Dari grafik diatas sebesar 13.5% responden tidak mengetahui mengenai pengelolaan jamban yang sesuai dengan standar minimal. Fenomena tersebut menggambarkan bahwa sebagian pengetahuan masyarakat terkait sanitasi khususnya limbah domesik masih minim. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dari Permerintah Daerah mengenai pentingnya sector sanitasi khususnya penggunaan jamban yang baik dan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Gambar 3.10: Grafik Presentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman Penggunaan jamban yang sudah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sebesar 61,8%. Sisanya merupakan penduduk dengan kondisi jamban yang beresiko mencemari lingkungan sekitar. Penggunaan jamban yang tidak aman ini umumnya terjadi pada wilayahwilayah pesisir sungai dan pantai. Penempatan jamban diatas sungai atau pantai tersebut disebabkan karena dari sisi penggunaan lebih praktis karena penduduk tidak perlu mengeluarkan dana untuk membangun jamban permanen. Kondisi permukiman penduduk yang umumnya berada dipesisir pantai dan sungai juga memberikan andil yang besar terhadap keberadaan jamban yang tidak aman tersebut. Sementara itu, pada wilayah perdesaan dengan bentuk rupa bumi berbukit, kondisi jamban yang tidak aman tersebut masih dalam batas toleransi walaupun secara teknis apabila hal ini dibiarkan tanpa adanya sosialisasi penggunaan jamban

yang akan akan berdampak bagi lingkungan sekitar. Kondisi perumahan penduduk yang masih jarang, dengan mata pencaharian mereka umumnya sebagai petani sehingga mempunyai lahan yang masih luas, sehingga dampak jamban yang seadanya tersebut masih jauh jaraknya dari sumur air minum penduduk mengingat jarak antar rumah yang satu dengan yang lainnya masih berjauhan. Namun hal tersebut akan sangat membahayakan bagi permukiman penduduk yang ada diperkotaan Penajam, mengingat kepadatan penduduk serta kondisi sumursumur air tanah yang umumnya berdekatan akan berdampak kepada pencemaran air sumur tersebut. Untuk itu perlu adanya upaya dalam penangangan jamban beresiko yang berada diwilayahwilayah perkotaan. 3.. Sistem dan Cakupan Pelayanan Terdapat dua macam sistem dalam pengelolaan air limbah domestik/permukiman yaitu: a. Sanitasi sistem setempat atau dikenal dengan sistem sanitasi onsite yaitu fasilitas sanitasi individual seperti septic tank atau cubluk b. Sanitasi sistem offsite atau dikenal dengan istilah sistem terpusat atau sistem sewerage, yaitu sistem yang menggunakan perpipaan untuk mengalirkan air limbah dari rumahrumah secara bersamaan dan kemudian dialirkan ke IPAL. Berdasarkan hasil studi EHRA masyakat di Kabupaten PPU masih menggunakan sistem onsite yaitu berupa jamban keluarga, sedangkan untuk jamban komunal masih belum ada. Menurut studi diatas ratarata sudah menggunakan jamban sebesar 88.6% dan yang langsung ke sungai sebesar 5%. Namun sebagian penduduk pada wilayah tertentu pembuangan air besar di kebun atau disekitar kebun sebesar 1.%. Umumnya terjadi pada wilayahwilayah pedesaan yang ada di daerah belakang yang dekat dengan wilayah pertanian,perkebunan dan hutan. Sementara itu untuk sanitasi sistem off site atau terpusat masih belum ada. Mengingat jumlah penduduk dan persebarannya yang masih belum merata serta kondisi geografis wilayah yang berbukit serta banyaknya anak sungai yang melintasi daerah tersebut. Demikian juga karena umumnya penggunaan lahan yang ada

sebagian besar masih berupa hutan dan perkebunan serta pertanian yang ada hampir diseluruh wilayah. Penggunaan sistem offsite dimungkinkan pada wilayahwilayah yang padat seperti pada wilayah penajam namun untuk mengingat kondisi permukiman yang tidak linier serta dipisahkan oleh bentang alam berupa sungai dan bukit, akan memerlukan biaya yang banyak untuk pembangunan sanitasi dengan sistem offsite.

Peta 3.1: Peta cakupan layanan pengelolaan air limbah domestic (belum ada) Peta 3.: Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan air limbah domestic (belum ada)

Tabel 3.8: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik User Interface Pengumpulan dan Penampungan/Pengolahan Awal Pengaliran Pengolahan Akhir Pembuangan/ Daur Ulang Kode/Nama Aliran Tinja/urine Sumur resapan Aliran Limbah AL1 Tinja/urine Aliran Limbah AL Tinja Aliran Limbah AL3 Air cucian dari kamar mandi Air cuci pakaian Air cucian piring

Tabel 3.9: Sistem pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kabupaten/Kota Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data A b c D e User Interface WC Sentor Jumlah (kuantitas) 13.900. WC Dinas Kesehatan (EHRA) KK Tersambung 33.5. KK Dinas Kesehatan(EHRA) Pengumpulan & Penampungan/ Pengolahan Awal Tangki Septik Jumlah rumah yang mempunyai tangki septik 19.768 rumah Dinas Kesehatan (EHRA) Tangki Septik MCK umum Unit/ Jiwa pemanfaat Unit/ 4 Jiwa Dinas PU Cipta Karya (EHRA) Cemplung Jumlah rumah yang mempunyai WC Cemplung 6.85 rumah Dinas Kesehatan (EHRA) Pengangkutan/ pengaliran Truk tinja (beum ada yang dikelola pemerintahi) Dinas PU Cipta Karya Pengolahan akhir terpusat IPLT (belum adai) Pembuangan Sungai Nama Sungai S. Babulu, S. Tunan. S. Nenang Besar, S. Nenang Kecil, S. Riko, S. Sepaku Dinas Cipta Karya

3..3 Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Agar kegiatan pengelolaan limbah domestic dapat berjalan di masyarakat, perlu adanya penyadaran akan pentingnya sanitasi. Peran masyarakat ini sangat menentukan dalam rangka menjaga agar wilayah permukiman agar tetap terjaga dalam kondisi sehat. Di Kabupaten PPU peran serta masyarakat dalam kegiatan sanitasi khususnya penangan limbah domestic sangat dipengaruhi oleh tingkat ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Secara umum perilaku tersebut dapat dibagi dalam kategori berikut: a. Untuk masyarakat yang mempunyai tingkat ekonomi yang sudah baik, peran serta dalam pengelolaan limbah domestik ini diwujudkan dalam bentuk membuat WC pribadi yang dibuang diseptictank. Namun pengelolaan limbah cair tersebut baru sebatas pada pembuangan limbah cair sampai pada sumur peresapan dan belum terkelola sampai dengan pengolahan limbah lebih lanjut. b. Sementara itu bagi penduduk dengan tingkat ekonomi rendah, kegiatan pengolahan air limbah domestik belum sampai pada pengolahan bahkan untuk menggunakan saptictank saja masih belum memadai dan seadanya. kebanyakan mereka menggunakan jamban cemplung atau membuang limbah air tersebut kedalam sungai atau saluran air yang ada disekitar permukiman tempat tinggal mereka. khususnya bagi mereka yang bertempat tinggal ditepi laut atau sungai. Kondisi yang ada sekarang menunjukan bahwa pembuangan limbah cair masih dibuang dilingkungan sekitar permukiman penduduk tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini dapat menggambarkan tingkat kesadaran masyarakat terhadap kegiatan pengolahan limbah cair dari rumah tangga masih sangat rendah. Namun demikian rendahnya kesadaran masyarakat tersebut karena masih minimnya keberadaan prasarana dan sarana yang disiapkan oleh pemerintah daerah dalam menangani sektor limbah domestic tersebut. Untuk mendorong peningkatan keterlibatan masyarakat dalam membuang limbah cair dari rumah tangga dapat dikelola perlu adanya kegiatan penyadaran tentang pentingnya hidup sehat dengan cara mengelola limbah cair sebelum limbah tersebut dibuang dilingkungan. Untuk itu Dinas Kesehatan Kab. PPU mengadakan program PHBS yang diadakan setiap tahun, melalui kaderkader yang ada

dipuskesmas yang ada disetiap kecamatan. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan motivasi kepada masyarakat untuk menigkatan kesadaran tentang pentingnya hidup bersih dan sehat.

Tabel 3.10: Pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh Masyarakat Kecamatan Jumlah Jumlah Pddk Jamban Desa/Kelurahan RT RW miskin Keluarga Dikelola RT Jumlah MCK Dikelola RW Dikelola CBO Dikelola Lainnya Tahun MCK dibangun Dikelola RT Jumlah Sanimas Dikelola RW Dikelola CBO Dikelola Lainnya Tahun Sanimas dibangun Kec. Babulu 193.953 1 Kec. Waru 59 1.19 Kec. Penajam 1 1 3.558 Kec. Sepaku 03.988 Tabel 3.11: Kondisi sarana MCK No Ada biaya Tempat Jumlah Sumber Air Jml Jml kmr Fas. Cuci Persediaan pemakaian buangan air Lokasi MCK MCK PDAM SPT SGL Toilet/WC mandi Tangan Sabun MCK kotor RT RW L P S K T S K T S K T L P L P Y T Y T Y T ki k septik dikosongkan Dst Keterangan: L = lakilaki S = selalu tersedia air Y = ya SPT = Sumur pompa tangan P = perempuan T = tidak ada persediaan air T = tidak SGL = Sumur gali K = kadangkadang

Tabel 3.1: Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat No Komponen Nama Program / Proyek / Layanan Pelaksana/PJ Tahun Mulai Kondisi Sarana Saat ini Fungsi Tidak Fungsi Aspek PMJK Rusak PM JDR MBR Air Limbah Domestik: Onsite Individual Air Limbah Domestik: Onsite Komunal Sanimas Keterangan: PM = Pemberdayaan Masyarakat JDR = Jender MBR= Masyarakat Berpenghasilan Rendah

3..4 Pemetaan Media Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah Pemerintah Kabupaten PPU telah mengadakan berbagai program sosialisasi yang dilaksanakan baik disekolahsekolah ataupun di instansi pemerintah dan kelompok masyarakat. Adapun programprogram yang telah dilaksanakan tersebut diantaranya: 1. Kegiatan sosialisasi tentang pentingnya kesehatan dan kebersihan lingkungan disekolahsekolah melalui kegiatan UKS. Dibentuknya saka Bhakti Husada sebagai tempat membina pemuda terkait bidang kesehatan 3. Kegiatan gotongroyong diadakan setiap juma,at yang dilaksanakan dengan instansi dan ormas 4. Adanya posterposter yang diterpasang di pusatpusat kesehatan seperti puskesmas, pusban dan posyandu Tabel 3.13 Kegiatan Komunikasi terkait komponen air limbah No Kegiatan Tahun Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran 1 3 4 Ket. Tidak ada kegiatan terkait Tabel 3.14 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait komponen air limbah No Jenis Media Khalayak Pendanaan Isu yang Diangkat Pesan Kunci Efektivitas 1. Kalau Media massa masa digunakan, media massa apa saja. (kompas, suara pembaruan, republika, Trans TV, RRI dll) Target khalayak yang dituju baik berdasarkan jenis kelamin, usia, lokasi, maupun strata ekonomi sosial dll, (salah satu atau kombinasi diantaranya) Siapa yang mendanai produksi maupun publikasi/ distribusi, atau mungkin merupakan hasil kerjasama pemda dengan berbagai pihak tuliskan kerjasamanya seperti apa) Terkait dengan masalah yang diangkat misalnya, BABs, Pesan utama sebagai yang disampaikan misalnya : BABs menimbulkan kerigian ekonomi. Pendapat komunikator komunikator (penyampai pesan) dan alasannya. Ket. Tidak ada kegiatan terkait

3..5 Partisipasi Dunia Usaha Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan kabupaten baru di Kalimantan Timur, Kegiatan pengelolaan sanitasi khususnya pengelolaan limbah cair yang dilakukan oleh pihak swasta masih belum ada. Mengingat kondisi persebaran permukiman dan pengolahan air limbah cair yang ada masih bersifat sederhana yaitu dari septictank diresapkan langsung kedalam tanah melalui sumur peresapan yang ada ditiap rumah tangga. Sementara bagi masyarakat kurang mampu mereka membuang limbah cair langsung ke lingkungan atau pada saluran air di sungai atau parit yang ada dilingkungan tempat tinggal mereka. Tabel 3.15: Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten/Kota No Nama Provider/Mitra Potensial Tahun mulai operasi/ Berkontribusi Jenis kegiatan/ Kontribusi Terhadap Sanitasi A b C D Komponen : Air Limbah Potensi Kerjasama Ket. Tidak ada kegiatan terkait 3..6 Pendanaan dan Pembiayaan Pendanaan kegiatan pengelolaan limbah domestic dialokasikan melalui dinas instansi terkait. Namun untuk kegiatan pengelolaan limbah cair pemerintah kabupaten PPU masih belum mengelokasikan dana mengingat kegiatan pengelolaan air limbah masih terbatas pada pengolahan secara mandiri oleh masyarakat yaitu melalui pembuatan jamban berseptictank yang ada dirumah masingmasing.

Tabel 3.16: Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi komponen air limbah domestik No Komponen Belanja (Rp) 009 010 011 01 013 Ratarata Pertumbuhan (%) 1 Air Limbah (1a+1b) 1.a Pendanaan Investasi air limbah 5.03.88.493 4.0.500.007 1.b 1.c Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun Tabel 3.17 Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) n4 n3 n n1 n Pertumbuhan (%) 1 Retribusi Air Limbah 1.a Realisasi retribusi 1.b Potensi retribusi

3..7 Permasalahan mendesak dan isu strategis Permasalahan terkait limbah domestic yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara meliputi: Tabel 3.18 Permasalahan mendesak dan Issue Strategis Permasalahan Mendesak Isu Strategis Besarnya produksi limbah tetapi penanganannya kurang optimal Penangan limbah kurang optimal Belum tersedianya sarana dan prasarana air limbah IPAL Tidak ada sarana IPAL Belum adanya Pengurasan tanki septik hanya dilakukan oleh masyarakat Tanki septik tidak aman, sehingga harus dilakukan pengurasaran tanki septik agar tidak menimbulkan bau Pengurasan hanya dilakukan pada saat terjadi banjir, buntu atau permasalahan lainnya Masyarakat daerah pesisir masih menggunakan wc cemplung ataupun langsung ke bibir sungai atau pantai Kondisi geografis wilayah dan sebaran permukiman terpisah serta berada dipesisir pantai dan dipengaruhi pasang surut Tanki septik rendah dan tergenang Bangunan kontruksi tidak terkontrol Mengubah Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat pesisir dengan teknik STBM Pembangunan septictank komunal yang tersebar di beberapa lokasi 3.3 Pengelolaan Persampahan Pada bab ini akan dijelaskan kegiatan pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten PPU, baik itu kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat maupun kegiatan pengelolaan persampahan yang telah dikelola oleh pemerintah daerah, termasuk didalamnya mengenai capaian, serta permasalahanpermasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pengelolaan sektor persampahan. 3.3.1 Kelembagaan Kegiatan pengelolaan persampahan atau limbah domestik di Kabupaten Penajam Paser Utara ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum melalui Bidang Kebersihan, pertamanan dan pemakaman. Kelembagaan pengelolaan persampahan

ini walaupun tidak berdiri sendiri dan berada dibawah dinas PU tetapi kegiatan pengelolaan persampahan sampai saat ini sudah berjalan dengan baik. Selain Dinas PU kegiatan pengelolaan persampahan juga ada pada Kantor Lingkungan Hidup khususnya terkait pengawasan pengelolaan persampahan khususnya yang dilaksanakan oleh perusahaanperusahaan pertambangan dan minyak yang ada di Kabupaten PPU. Pengawasan pengelolaan persampahan yang ada di perusahaanperusahaan tersebut lebih kepada pengawasan terhadap ketaatan pada dokumen AMDAL yang telah dibuat. Pengawasan pengelolaan persampahan yang ada diperusahaan juga melibatkan dinas instansi terkait yang secara bersamasama berada dibawah Kantor Lingkungan Hidup yang secara kolektif berada dalam Tim AMDAL Kabupaten. Keberadaan anggota tim yang lintas dinas instansi ini diharapkan dapat mencermati berbagai aspek sesuai dengan tupoksi masingmasing, sehingga kegiatan pengawasan tersebut lebih komprehensif.

Tabel 3.19: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan FUNGSI PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota, Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Membangun sarana TPA Menyediakan sarana composting PENGELOLAAN Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS Mengelola sampah di TPS Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Mengelola TPA Melakukan pemilahan sampah*

FUNGSI PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat Melakukan penarikan retribusi sampah Memberikan izin usaha pengelolaan sampah PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan Tabel 3.0: Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Penajam Paser Utara Ketersediaan Pelaksanaan Peraturan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan PERSAMPAHAN Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kab/Kota ini Perda Persampahan No.5 tahun 010

Ketersediaan Pelaksanaan Peraturan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di kawasan komersial / fasilitas social / fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah, dan membuang ke TPS Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Kerjasama pemerintah kab/kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah UU No. 18 Tahun 008 Tentang Pengolahan Sampah Perda Persampahan No.5 tahun 010 UU No. 18 Tahun 008 Tentang Pengolahan Sampah Perda Persampahan No.5 tahun 010 UU No. 18 Tahun 008 Tentang Pengolahan Sampah Perda Persampahan No.5 tahun 010 UU No. 18 Tahun 008 Tentang Pengolahan Sampah Perda Persampahan No.5 tahun 010 SK Kepala Dinas No.... Pekerja Umum Retribusi sampah atau kebersihan Perda Persampahan No.5 tahun 010

3.3. Sistem dan Cakupan Pelayanan Pengelolaan persampahan di Kabupaten PPU dipusatkan di TPA Buluminung dengan luas lahan keseluruhan disiapkan 15 Ha dan dibuka seluas 1 ha yang lakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan volume sampah yang ada. Pengelolaan persampahan yang ada sudah menggunakan semi sanitary landfield mengingat volume sampah yang ada masih sangat terbatas dan kemampuan unit angkut sampah belum maksimal di 4 kecamatan. Cakupan pelayanan persampahan yang dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum Kab. PPU sampai tahun 013 sudah melayani 3 kecamatan yakni Penajam, Waru, Babulu dan sebagian Kecamatan Sepaku yang dilaksanakan seminggu sekali, mengingat jarak dan kondisi geografis wilayah serta sebaran kantongkantong permukiman yang tidak merata. Namun demikian wilayah Kecamatan Penajam dengan kondisi geografis wilayah permukiman yang berada tersebar di wilayahwilayah pesisir pantai dan teluk, menyebabkan kegiatan pengelolaan persampahan masih terbatas pada wilayahwilayah ibukota kecamatan dan permukiman yang ada disepanjang jalan Negara (Penajam Babulu) serta jalan provinsi (Petung Sepaku). Proses pengumpulan sampah dari rumah tangga ke TPA melalui beberapa proses diantaranya yaitu: (1) Pemerintah menyiapkan lokasilokasi pengumpulan sampah yang terdapat disebar di beberapa wilayah yang umumnya terdapat di pusatpusat kegiatan ekonomi seperti pasar, kantor pemerintah, sekolah, sarana kesehatan, terminal, pelabuhan dan kantongkantong permukiman. () Sampah yang telah terkumpul di tempat pembuangan sementara tersebut (TPS) diangkut dengan truk sampah yang dilaksanakan pada pagi hari untuk dibuang ke tempat pembuangan sampah di Buluminung untuk selanjutnya di olah.

Gambar 3.11 Grafik Pengelolaan Sampah Gambar diatas menunjukan bahwa kegiatan pengelolaan sampah yang ada dimasyarakat masih menggunakan cara yang tradisional yaitu dengan cara dibakar. Pembakaran sampah ini umumnya dilakukan karena selain agar sampah yang ada menjadi bersih juga hasil bakarannya dapat digunakan sebagai pupuk. Namun demikian pembakaran sampah ini juga memberikan pengaruh terhadap kualitas udara dan secara langsung mengganggu penduduk sekitar. Pembakaran sampah umumnya dilakukan pada wilayah yang belum terlayani angkutan persampahan yang dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum, sehingga masyarakat mau tidak mau harus memusnahkan yang ada dengan cara dibakar disekitar rumah mereka. Pembakaran sampah ini juga terjadi karena adanya volume sampah yang besar sehingga tidak memungkinkan untuk diangkut ketempat pembuangan sampah sementara (TPS) sehingga untuk mempermudah permusnahannya dilakukan dengan cara dibakar. Pembakaran sampah ini dilakukan selain dapat cepat memusnahkan sampah juga tidak perlu kesulitan mengangkut sampah ke TPS terdekat. Grafik diatas juga menunjukan bahwa kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah masih rendah. Sehingga pemerintah perlu mengadakan kegiatan sosialisasi tentang pengelolaan dengan sistem 3 R kepada masyarakat. Selian itu Pemerintah juga harus menyiapkan prasarana dan sarana yang dibutuh agar jangkauan

pelayanan persampahan dapat menjangkau diseluruh wilayah sehingga masyarakat tidak melakukan pembakaran sampah lagi. Dibeberapa lokasi Pemerintah Daerah telah menyiapkan lokasi pengumpulan sampah sementara (TPS) yang tersebar dibeberapa lokasi strategis. TPS yang ada tersebut telah dibagi menjadi bagian yaitu pengumpulan sampah kering dan basah. Adanya sarana pemilahan sampah di TPS, masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi dengan cara memilah sampah dari rumah untuk selanjutnya dibuang pada kontainer sampah sesuai dengan jenis sampah yang ada, sehingg mempermudah pengelolaan sampah di TPA. Partisipasi masyarakat tersebut masih sangat rendah, dari studi yang dilakukan kegiatan ini masih sebesar 3%. Gambar 3.1 Grafik Praktek Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga Pemilahan sampah rumah tangga yang ada di Kbupaten PPU sebesar 3%. Pemilahan tersebut karena pemerintah daerah telah membangun tempattempat sampah dengan 3 kategori dan pembuangan sementara yang juga dibagi menjadi yaitu tempat sampah basah dan kerang. Sementara pemilahan sampah dalam arti yang sebenarnya yang dilakukan oleh masyarakat masih sangat terbatas dan mungkin hanya sebagian kecil dari 3% tersebut. Rendahnya prilaku 3R belum membudaya dimasyarakat karena belum adanya sosialisasi yang berkelanjutan dan tersistem dengan baik. Kondisi masyarakat juga mempengaruhi prilaku tersebut. Pada wilayah perkotaan dengan semakin banyaknya jumlah penduduk dan semakin padatnya lokasi permukiman yang berdampak pada luas lahan yang semakin sempat dituntut pengelolaan sampah

yang lebih baik yaitu dengan sistem 3R tersebut. Mengingat pengelolaan bidang persampahan yang benar memerlukan biaya yang mahal.

Peta 3.4: Peta cakupan layanan pengelolaan persampahan

Peta 3.4: Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan persampahan

Tabel 3.1: Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan Kabupaten Penajam Paser Utara Input User Interface Pengumpulan Setempat Penampungan Sementara (TPS) Pengangkutan (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat Daur Ulang/Pembuang an Akhir Kode/ Nama Aliran Sampah Rumah Tangga daerah pemukiman utama dan perkotaan Aliran sampah P1 Sampah Rumah Tangga daerah pemukiman teratur Aliran sampah P Sampah Rumah Tangga daerah pemukiman tdk teratur Sampah Pasar Sampah jalan/taman Sampah Kantor/instansi Masyarakat laut/sungai pesisir Aliran sampah P3

Tabel 3.: Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data A B C D E Pewadahan Pengumpulan Bin/Tong sampah Gerobak Sampah Becak Sampah Gerobak Motor DPUBid Kebersihan & Pertamanan DPUBid Kebersihan & Pertamanan Transfer Depo 9 unit Penampungan Sementara Container Transfer Station DPUBid Kebersihan & Pertamanan Pasangan Batu/landasan container 19 buah Dump truck 4 unit Pengangkutan Arm roll truck Compactot truck unit DPUBid Kebersihan & Pertamanan Truck Pengomposan Pengolahan Daur Ulang DPUBid Kebersihan & Pertamanan Incenerator Luas Area 18,9 ha Pembuangan Akhir Alat Berat DPUBid Kebersihan & Pertamanan Jarak dari pusat kota 10 Km

3.3.3 Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Masyarakat sebagai pelaku utama dalam kegiatan pengelolaan persampahan umumnya sudah menyadari akan pentingnya membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Hal ini tercermin dengan semakin meningkatnya volume sampah yang terkumpul di tempattempat pembuangan sementara (TPS) yang disediakan oleh pemerintah daerah serta semakin bersihnya lingkungan permukiman. Namun kesadaran ini masih terbatas pada wilayahwilayah perkotaan, sementara pada wilayah belakang masih belum tersentuh penanganan persampahan dari pemerintah. Kegiatan pengelolaan persampahan pada wilayah perdesaan tersebut masih bersifat tradisional yaitu dibuang di lahan kosong atau dibakar disekitar rumah mereka. Rendahnya kesadaran masyarakat ini juga disebabkan masih minimnya prasarana dan sarana persampahan yang disiapkan pemerintah bagi masyarakat yang ada diwilayah belakang tersebut.

Tabel 3.3: Pengelolaan persampahan di tingkat kelurahan/kecamatan Jenis kegiatan Dikelola oleh Masyarakat Dikelola oleh Sektor Formal di tingkat Kelurahan/Kecamata n Dikelola Pihak Swasta Keterangan RT RW L P L P L P L P Pengumpulan sampah dari rumah Pemilahan sampah di TPS Pengangkutan Sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPA Pemilahan sampah di TPA Para Penyapu Jalan Tabel 3.4: Pengelolaan persampahan di tingkat kabupaten/kota Jenis Kegiatan Dikelola oleh Kabupaten/Kota Dikelola oleh Masyarakat Dikelola oleh Sektor Formal di Tingkat Dikelola Pihak Swasta L P L P L P L P Pengumpulan sampah dari rumah Pemilahan sampah di TPS Pengangkutan Sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPA Pemilahan sampah di TPA Para Penyapu Jalan