Siti Zumrotul Maulida: Merubah, Mengobah atau...,

dokumen-dokumen yang mirip
SATUAN GRAMATIK. Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Januari 2014 KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKERIN SISWA SMK NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014

pada Fakultas Sastra Universitas Andalas

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

Struktur Kata Bahasa Indonesia Dalam Pembelajaran

KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd.

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA MADING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JURNAL ILMIAH

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

BAB II PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA SISWA DI SEKOLAH DASAR. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia bahasa adalah sistem lambang bunyi

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seperti pendapat Kridalaksana (1982: 17) bahwa bahasa (language)

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa adalah suatu alat yang dipakai oleh manusia untuk berkomunikasi

Memahami Lafal Baku/Tidak Baku

HEADLINE RIAU PREFIXES IN THE POS ISSUE 10 JUNE TO 30 JUNE 2016

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Oleh: RIA SUSANTI A

INTERFERENSI GRAMATIKAL BAHASA KOREA KE DALAM BAHASA INDONESIA

BAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

ANALISIS KESALAHAN PROSES MORFOLOGIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KRADENAN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ASPEK KEBAHASAAAN DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH 1) oleh Wahya 2)

INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA OGAN DALAM PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA MURID SEKOLAH DASAR. Oleh: Dewi Sri Rezki Cucu Sutarsyah Nurlaksana Eko Rusminto

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon dalam bidang fonologi, morfologi, dan

SILABUS. 1. Identitas Mata Kuliah. Nomor Kode : : IN 413

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang

ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa

OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan

+KESALAHAN MORFOLOGIS DALAM KEMAMPUAN WAWANCARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP IT CAHAYA ISLAM (Penelitian Analisis Isi) WILDA ISTIANA NASUTION

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN VERBA TRANSITIF SISWA KELAS XII JURUSAN TEKNIK JARINGAN TENAGA LISTRIK SMK NEGERI 2 KOTA PEKANBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.

BAB II LANDASAN TEORI

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Fungsi

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

PENGGUNAAN DIKSI DALAM TEKS PIDATO PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO PADA HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh : Mentari Ade Fitri

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

Transkripsi:

MERUBAH, MEROBAH ATAU MENGUBAH? Analisa terhadap Variasi Bentuk Awalan dalam Proses Morfologis Pembentukan Kata Bahasa Indonesia Siti Zumrotul Maulida IAIN Tulungagung, Jl. Mayor Soejadi No. 46 Tulungagung smaulida66@yahoo.co.id ABSTRACT Among the seven prefixes in Indonesian, men- is the most productive one. It is a fact that many users of Indonesian still incorrectly apply such prefix. Pre men- is used to make verb. Morphologically, prefix men- is combined with basic word. However, sometimes the morphological process is misunderstood, so the derived word is incorrect. Kata kunci: awalan men-, kata dasar, kata kerja, kata berimbuhan, proses morfologis. Pendahuluan Usia bahasa Indonesia sudah 87 tahun namun pemakainya masih sering mengatakan bahasa Indonesia itu sulit. Kesulitan tidak akan terjadi jika sejak awal pengajaran yang dilakukan secara benar. Benar teorinya, benar pengajarnya, dan benar metodenya. Salah satu kesalahan teori dalam mengajarkan materi bahasa Indonesia akan penulis uraikan dalam artikel ini. Untuk itu, judul artikel ini memberi pilihan kepada pembaca agar memilih bentuk kata berimbuhan mana yang benar di antara ketiganya. Merubah, merobah, atau mengubah? Penulis sering membaca beberapa tulisan ilmiah mahasiswa maupun dosen di IAIN Tulungagung. Selain membaca, penulis juga mendengarkan perbincangan antarmahasiswa, antardosen, antara mahasiswa dengan dosen, antara mahasiswa dengan pegawai administrasi. Baik dari berbagai TA ALLUM, Vol. 03, No. 02, November 2015ж 245

tulisan ilmiah maupun perbincangan (resmi dan nonresmi), penulis sering menemukan dan mendengar kata-kata di atas (merubah, merobah). Misalnya dalam kalimat berikut ini. 1. Penulis tidak akan merubah isi data ini kecuali ada revisi dari dosen pembimbing. (karya ilmiah mahasiswa) 2. Kita tidak akan bisa merubah silabus ini kalau tidak ada kesepakatan antardosen. (percakapan antar dosen) 3. Kampus kita sudah berobah dari STAIN Tulungagung menjadi IAIN Tulungagung. (pernyataan dosen) 4. Kami ingin merubahkegiatan OPAK menjadi lebih akademis dan bermanfaat. (opini mahasiswa) 5. Kepala sekolah yang harus merobah surat ijinmu. (percakapan pegawai administrasi dengan mahasiswa) 6. Yang bisa mengubah kondisi Anda,ya Anda sendiri! (percakapan dosen dengan mahasiswa) Kalimat-kalimat di atas sudah dibenahi struktur kalimatnya oleh penulis guna memudahkan maksud atau tujuan kalimat. Secara sepintas kalimat-kalimat di atas tidak ada yang salah baik dari segi sintaksis maupun morfologis. Namun, seorang yang cermat berbahasa Indonesia akan cepat mengetahui kesalahan yang terdapat dalam kalimat-kalimat tersebut. Kesalahan kalimat di atas terletak pada kata-kata yang dicetak miring. Mengapa Salah? Dari kalimat-kalimat di atas dapat diketahui ada empat bentuk penulisan kata kerja yang berperan sebagai predikat yaitu merubah, merobah, berobah, danmengubah. Dari keempat bentuk penulisan tersebut hanya satu yang benar yakni mengubah. Yang terkait dengan pembahasan artikel ini adalah merubah, merobah, dan mengubah. Mengapa bentuk merubah dan merobah salah? Mari kita ikuti uraian berikut ini. Bahasa Indonesia baku atau standar memiliki beberapa ciri. Konsistensi pemakaian awalan men- merupakan salah satu ciri bahasa Indonesia baku. 246 ж TA ALLUM, Vol. 03, No. 02, November 2015

Konsistensi di sini mengandung dua ketentuan. Ketentuan pertama: awalan men- harus dihadirkan ketika membentuk kata kerja; kedua, perubahan bentuk kata kerja yang mendapat awalan men- harus mengikuti lingkungan morfologis yang dimasukinya. Terkait dengan kesalahan penulisan bentuk merubah dan merobahyang menjadi tema artikel ini, kesalahan penulisan merubah dan merobah termasuk dalam ketentuan konsistensi yang kedua. Afiksasi men- Pada awal artikel ini penulis menyebutkan adanya beberapa hal yangmenyebabkan munculnya bentuk-bentuk penulisan yang salah dalam proses afiksasi (penambahan afiks/awalan). Pertama, kesalahan teori dasar dalam membelajarkan afiksasi. Misalnya, afiksasi men-.men- merupakan salah satu afiks yang produktif dalam bahasa Indonesia. Dikatakan produktif karena mampu menghasilkan bentukan-bentukan kata baru dalam bahasa Indonesia bila dibandingkan dengan afiks lainnya. Dari beberapa buku pelajaran bahasa Indonesia mulai dari MI/SD sampai dengan MA/SMA sedikit sekali pengarang menuliskan awalan me- dengan tambahan N. Bahkan mahasiswa IAIN Tulungagung semester satu yang mengikuti mata kuliah Bahasa Indonesia banyak yang tidak tahu tentang awalan men-. Awalan yang mereka dapatkan di jenjang pendidikan sebelumnya adalah awalan me- tanpa N. Padahal hal ini akan berdampak pada penguasaan bahasa seseorang. Mengapa harus menambahkan N pada awalan me-? Perhatikan uraian berikut ini. me- + batu àmembatu, kalau awalannya me- saja seharusnya kata yang terbentuk mebatu bukan membatu. Kalau kata yang terbentuk membatu yang perlu dipertanyakan dari manakah munculnya fonem /m/ pada kata membatu? Tetapi kalau awalan me- dengan N, akan mudah menjawabnya. men- + batuàmembatu. Fonem /m/ pada kata membatu berasal dari N yakni bunyi nasal yang muncul sesuai dengan lingkungan morfologis yang dimasukinya. Nasal (N) 1. Dihasilkan dengan keluarnya udara melalui hidung; 2. Bunyi TA ALLUM, Vol. 03, No. 02, November 2015ж 247

yang terjadi demikian /m/, /n/, /ny/, /ng/, adalah bunyi nasal. 1 Bunyi nasal ini akan terbentuk apabila kata dasar yang dimasukinya diawali dengan fonem-fonem tertentu. Hal demikian akan mengalami perubahan fonem. Perubahan fonem ini terjadi akibat pertemuan antara morfem dengan morfem lain. Perubahan-perubahan ini tergantung pada kondisi bentuk dasar yang mengikutinya. Kaidah-kaidah perubahannya dapat diikhtisarkan sebagai berikut. 1. Fonem /N/ pada awalan men- akan berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /p, b, f/. Misalnya, men- + pugar à memugar men- + batik à membatik men- + fitnah à memfitnah 2. Fonem /N/ pada awalan men- akan berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t,d,s/. fonem /s/ di sini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing masih mempertahankan keasingannya. Misalnya, men- + tarik à menarik men- + duga à menduga men- + sindir à menyindir men- + supplyà mensupply 3. Fonem /N/ pada awalan men- akan berubah menjadi /ny/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /s,,sy, j, c/. misalnya, men- + sangkal à menyangkal men- + syukur + -I à mensyukuri men- + cetak à mencetak men- + jual à menjual hal. 112. 1 Harimurti Kridalaksana, Kamus Lingusitik, ( Jakarta: PT Gramedia, 1982), 248 ж TA ALLUM, Vol. 03, No. 02, November 2015

4. Fonem /N/ pada awalan men- akan berubah menjadi /ng/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k,g, h, x, dan vokal/. Misalnya, men- + kacauà mengacau men- + garis à menggaris men- + khayal à mengkhayal menn- + hias à menghias men- + emban à mengemban 5. Fonem /N/ pada awalan men- akan berubah menjadi /nge/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya terdiri atas suku kata. Misalnya, men- + tik à mengetik 6. Fonem /N/ pada awalan men- akan luluh (hilang zero) apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawalan dengan fonem /l, y, r, w/. misalnya, men- + wangi à mewangi 2 Awalan men- dalam proses morfologis di atas memunculkan bentuk mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me-.bentuk-bentuk bahasa ini bukan awalan, melainkan alomorf. 3 Semua kata yang berawalan men- termasuk jenis kata verbal/kerja. Awalan men- ini hanya memiliki satu fungsi saja yakni sebagai pembentuk kata kerja aktif. Yang dimaksud kata kerja aktif adalah kata yang pada tataran klausa mempunyai kecenderungan menduduki fungsi predikat dan pada tataran frase dapat dinegatifkan dengan kata tidak. 4 Akibat pertemuan awalan men- dengan bentuk dasarnya, timbullah berbagai makna.awalan men- yang bertemu dengan bentuk dasar berupa pokok kata menyatakan makna suatu perbuatan yang aktif lagi transitif, maksudnya perbuatan itu dilakukan oleh pelaku yang menduduki fungsi subjek dan lagi menuntut adanya objek. 5 Dengan demikian, keenam contoh 2 M. Ramlan, Morfologi Suatu Tujuan Deskriptif, (Yogyakarta: CV Karyono, 1987), hal. 74-82. 3 Ibid, hal. 27. 4 Ibid, hal. 97. 5 Ibid, hal. 100. TA ALLUM, Vol. 03, No. 02, November 2015ж 249

kalimat di atas merupakan kalimat aktif karena predikatnya merupakan kata kerja aktif yang menuntut adanya objek. Subjek atau pelaku melakukan perbuatan seperti yang dimaksud dalam pokok kata. merubah, merobah atau mengubah Berdasarkan deskripsi proses fonologis di atas, ketiga kata merubah, merobah dan mengubah dapat dianalisis sebagai berikut. 1. merubahà apabila awalannya men-, kata dasarnya rubah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata rubah adalah binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dsb.;canis vulpes. 6 Kalau dilihat dari fungsinya awalan mendi sini benar yakni membentuk kata kerja. Namun, dari segi makna tidak dapat dipertanggungjawabkan. Walaupun dari segi morfologis benar yakniapabila awalan men- bertemu dengan kata dasar yang berawalan fonem /r/, N akan luluh (ketentuan 6). Dengan demikian, dari segi makna kata merubah ini salah. Padahal, sebuah kata dalam kalimat menuntut adanya makna yang benar agar kalimat dapat dipahami secara struktur dan maknanya. 2. merobahà apabila awalannya men-, kata dasarnya robah. Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak memuat kata tersebut. Jika kata robah itu berasal dari bahasa Jawa, kata tersebut juga tidak ditemukan dalam Kamus Bahasa Jawa-Indonesia. Kemungkinan besar kata robah analogi dari kata owah dalam bahasa Jawa. Kata owah ini memiliki arti berubah dalam bahasa Indonesia. 7 Jadi, kata merobah baik secara leksikal maupun morfologis tidak memenuhi konsistensi makna dan fungsi. mengubahà berasal dari awalan men- + ubah. Kata ubah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterangkan: v 1. Menjadi lain 6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 965. 7 Dwijo Martono, Kamus Bahasa Jawa-Indonesia, (Solo: Kharisma, tt.), hal. 203. 250 ж TA ALLUM, Vol. 03, No. 02, November 2015

(berbeda) dari semula; 2. Bertukar (beralih, berganti) menjadi sesuatu yang lain. 8 Secara morfologis bentuk mengubah benar. Kata berimbuhan ini berasal dari kata ubah yang secara leksikon memiliki makna dalam kamus. Kata ubah diawali dengan fonem /u/. Kata (bentuk dasar) yang diawali dengan fonem /u/ jika mendapat awalan men- akan menghasilkan bunyi N yakni /ng/ dengan alomorf meng-(ketentuan 4). Fungsi kata berimbuhan mengubah ini sebagai predikat yang menyatakan makna suatu perbuatan dilakukan oleh pelaku (subjek) yang aktif lagi transitif. Penutup Konsisten dalam proses afiksasi awalan men- merupakan salah satu ciri mematuhi syarat bahasa baku bahasa Indonesia. Awalan men-akan mengalami perubahan fonem pada awal kata dasar yang mengikutinya dalam proses morfologis. Dalam proses tersebut awalan men- akan menghasilkan alomorf meng-, meny-, mem-, men-, menge-, dan me-. Jadi, dalam bahasa Indonesia tidak ada awalan me-, melainkan awalan men-. Untuk itu, di antara ketiga kata berimbuhan yang menjadi judul artikel ini kata mengubah merupakan kata yang benar secara proses afiksasi, makna dan fungsi. 8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa..., hal. 314. TA ALLUM, Vol. 03, No. 02, November 2015ж 251

DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Kridalaksana, Harimurti, Kamus Lingusitik, Jakarta: PT Gramedia, 1982. Martono,Dwijo,Kamus Bahasa Jawa-Indonesia, Solo: Kharisma, tanpa tahun terbit. Ramlan, M., Morfologi Suatu Tujuan Deskriptif, Yogyakarta: CV Karyono, 1987. Samsuri, Analisis Bahasa, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1985. 252 ж TA ALLUM, Vol. 03, No. 02, November 2015