PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) INDUSTRI KERUPUK KULIT DI KELURAHAN SEMBUNG KABUPATEN TULUNGAGUNG

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PABRIK PENYAMAKAN KULIT DI DESA MOJOPURNO KECAMATAN NGARIBOYO KABUPATEN MAGETAN

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT) SUPITURANG KOTA MALANG

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

PERANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KAWASAN PASAR ANGGREK KOTA PONTIANAK Astari Dwi Putri (1), Isna Apriani 1), Winardi Yusuf (1) 1

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

STUDI EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT PADA UPT LINGKUNGAN INDUSTRI KULIT KABUPATEN MAGETAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.2 SPESIFIKASI SUBMERSIBLE VENTURI AERATOR. Gambar 4.1 Submersible Venturi Aerator. : 0.05 m 3 /s

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

Menentukan Dimensi Setiap Peralatan yang Diperlukan Sesuai Proses yang Terpilih Menentukan Luas Lahan yang Diperlukan Menentukan Biaya Bangunan

Sewage Treatment Plant

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

STUDI PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PABRIK TAHU FIT MALANG DENGAN DIGESTER ANAEROBIK DAN BIOFILTER ANAEROBIK-AEROBIK

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

STUDI EFEKTIVITAS BIOSAND FILTER TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI LUAS PERMUKAAN DAN TINGGI FREEBOARD JURNAL

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

STUDI EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA RUMAH SAKIT UMUM JAYAPURA JURNAL TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius,

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

STUDI PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PABRIK TAHU 3 SAUDARA MALANG DENGAN KOMBINASI BIOFILTER ANAEROBIK AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak dan lemak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

DESAIN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BIOFILTER UNTUK MENGOLAH AIR LIMBAH POLIKLINIK UNIPA SURABAYA

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DI RUMAH SAKIT X JAKARTA FEBRUARI 2006

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

Efisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah Terhadap Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2014

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI DI PT EAST JAKARTA INDUSTRIAL PARK

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

ANALISIS TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA INDUSTRI TEKSTIL (STUDI KASUS PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA)

BAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

Kata Kunci : Waktu Aerasi, Limbah Cair, Industri Kecap dan Saos

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1

Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Universitas Brawijaya 3

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

VOLUME 5 NO. 1, JUNI 2009

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

BAB II PILOT PLANT IPAL LINDI TPA

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN. Darajatin Diwani Kesuma

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

[Type text] BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat

Transkripsi:

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) INDUSTRI KERUPUK KULIT DI KELURAHAN SEMBUNG KABUPATEN TULUNGAGUNG Desy Nur Cahyani 1, Emma Yuliani 2, Riyanto Haribowo 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya e-mail: desycahyani07@gmail.com ABSTRAK Industri kerupuk kulit di Kelurahan Sembung Kabupaten Tulungagung melakukan produksi hampir setiap hari dengan menghabiskan bahan baku kulit sebanyak 200 300 kg dalam satu hari, sehingga menghasilkan limbah cair yang cukup besar yaitu 55.55 m 3 /hari dan banyak mengandung bahan kontaminan yang jauh dari baku mutu yang ditentukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan sebuah perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebagai solusi terhadap permasalahan limbah tersebut. Tahapan pengolahan yang dibutuhkan untuk industri kerupuk kulit ini adalah bar screen, bak pemisah minyak dan lemak, bak koagulasi, bak flokulasi, bak pengendapan awal, bak aerasi, serta bak pengendapan akhir. Dari proses pengolahan tersebut akan didapatkan effluent yang mampu memenuhi baku mutu sehingga layak dibuang ke badan air. Dengan perkiraan effluent hasil pengolahan sebesar BOD5 = 2.1 mg/l, COD = 2.89 mg/l, TSS = 26.05 mg/l, ph = 7, minyak dan lemak = 1 mg/l, NH3 = 0 mg/l, sulfida = 0 mg/l, dan krom = 0.00011 mg/l. Kata kunci: limbah cair, baku mutu, IPAL, effluent ABSTRACT Leather cracker industry in Sembung Subdistrict of Tulungagung Regency produces cracker almost everyday which spends 200-300 kg of leathers. It causes dangerous waste water as much as 55.55 m 3 /day and it contains much contaminant material which not appropriate with determined standard quality. The aim of this study is to get the design of a wastewater treatment plant (WWTP) system as a solution for the waste water problem. The stages of treatment is needed for the leather cracker industry. They are bar screen, skimmer, equalization basin, coagulation basin, flocculation basin, initial sedimentation basin, aeration basin and final sedimentation basin. From the process, it will be obtained the effluent that fill standard quality so that it is proper to discharge into river. With the result of estimated effluent process of BOD5 = 2.1 mg/l, COD = 2.89 mg/l, TSS = 26.05 mg/l, ph = 7, oils and fats = 1 mg/l, NH3 = 0 mg/l, sulfide = 0 mg/l, and chrome = 0.00011 mg/l. Keywords: wastewater, standard quality, WWTP, effluent.

PENDAHULUAN Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu kabupaten yang memiliki industri kerupuk kulit yang terletak di Kelurahan Sembung. Industri tersebut melakukan produksi hampir setiap hari dengan menghabiskan bahan baku kulit sebanyak 200 300 kg dalam satu hari, sehingga menghasilkan air limbah cukup besar. Air limbah industri adalah air yang berasal dari rangkaian proses produksi suatu industri yang mengandung komponen yang berasal dari proses produksi tersebut dan apabila dibuang ke lingkungan tanpa pengelolaan yang benar akan dapat mengganggu badan air penerima (Moertinah, 2010). Industri ini membuang limbah cairnya yang banyak mengandung bahan kimia organik ke saluran kecil yang berada di samping rumah industrinya dan langsung menuju ke sungai Ngrowo yang berada di belakang lokasi industri. Limbah membutuhkan pengolahan apabila ternyata mengandung senyawa pencemar yang berakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan atau berpotensi menciptakan pencemaran. Suatu perkiraan harus dibuat lebih dahulu dengan meng-identifikasikan sumber pencemaran, sistem pengolahan, banyaknya buangan dan jenisnya, serta kegunaan bahan beracun dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik (Ginting, 2007). Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang sesuai dengan kondisi yang ada. IPAL adalah sebuah struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada aktifitas yang lain (Spellman, 2008:8). Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah kandungan bahan pencemar di dalam limbah yang terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan konsentrasinya, menunjukkan semakin kecilnya peluang untuk terjadinya pencemaran lingkungan (Kristanto, 2004). Air limbah banyak mengandung nutrien yang dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme dengan komposisi air limbah pada umumnya 99,9% air dan 0,1% padatan. Padatan yang terdapat dalam limbah cair terdiri dari 70% padatan organik dan 30% padatan non-organik (Sugiharto, 1987). Limbah cair kerupuk kulit menghasilkan kontaminan yang berpotensi mencemari badan air dan belum memenuhi standar baku mutu air karena masih mengandung kadar BOD, COD, TSS, ph, minyak dan lemak, NH3, Sulfida (S) dan Krom (Cr) yang masih tinggi. Menurut Moertinah (2010), kandungan BOD yang tinggi dapat menyebabkan turunnya oksigen perairan, keadaan anaerob (tanpa oksigen), sehingga dapat mematikan ikan dan menimbulkan bau busuk. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18(b) Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun bahwa dengan meningkatnya pembangunan di segala bidang, khususnya pembangunan di bidang industri, semakin meningkat pula jumlah limbah yang di hasilkan termasuk yang berbahaya dan beracun yang dapat membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan manusia. Pembangunan IPAL merupakan salah satu upaya terencana untuk meningkatkan pengolahan dan pembuangan limbah yang akrab lingkungan. Tujuan dari perencanaan pembangunan IPAL ini adalah untuk mendapatkan desain IPAL yang efektif dan sesuai dengan limbah cair dari kerupuk kulit, sehingga dapat menjadikan masukan kepada pengolahan industri maupun pihak yang terkait untuk melakukan pengolahan terhadap air limbah yang dihasilkan dari proses produksi kerupuk kulit. Sehingga air limbah yang dibuang dapat diterima oleh badan air.

METODE PENELITIAN 2.1. Lokasi Penelitian Studi ini dilakukan pada sentra produksi pengolahan kerupuk kulit yang berlokasi di Kelurahan Sembung, Kecamatan Tulungagung, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur. Titik 2 (Perebusan jagal) Titik 1 (Pencucian jagal) Titik 3 (Pencucian pabrik) Gambar 2. Titik pengambilan sampel Gambar 1. Lokasi penelitian 2.2. Pengambilan Sampel dan Analisa Kualitas Air Limbah 2.2.1. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel menggunakan metode Grab Sampling dengan satu kali pengulangan, yang dilakukan langsung pada 3 titik sumber limbah (Gambar 2) yaitu pencucian dan perebusan bahan jagal, serta pencucian bahan pabrik, dengan menggunakan botol sampel BL 1000 ml. 2.2.2. Analisa Kualitas Air Limbah Analisa ini dilakukan untuk memperoleh kualitas air limbah buangan industri. Penentuan parameter uji didasarkan pada Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013. Tabel 1. Parameter dan metode uji. Parameter Satuan Metode Uji 1 BOD 5 (mg/l) Volumetri 2 COD (mg/l) Volumetri 3 TSS (mg/l) TSS Analyzer 4 ph (mg/l) ph meter 5 Minyak dan Lemak - Gravimetri 6 NH 3-N (mg/l) Spektrofotometri 7 Sulfida (mg/l) Volumetri 8 Krom (mg/l) Spektrofotometri Sumber: Hasil analisa. 2.3. Penentuan Model IPAL Perencanaan IPAL pada industri kerupuk kulit ini mengacu pada desain IPAL industri penyamakan kulit yaitu pada penelitian BPPT (2004). Hal tersebut dikarenakan bahan utama dari proses pembuatan kerupuk kulit yaitu kulit yang salah satunya diperoleh dari industri penyamakan kulit (Gambar 3). Influent Bar Screen Pemisah Minyak/Lemak Equalisasi Koagulasi Flokulasi Effluent Pengendapan Akhir Aerasi Pengendapan Awal Sludge/lumpur kembali ke bak aerasi Gambar 3. Desain model IPAL industri kerupuk kulit

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pengukuran Debit Air Limbah Pengukuran debit dilakukan pada saat proses pembuangan air limbah di saluran pembuangan sebanyak 5 kali pengulangan guna mendapatkan hasil yang lebih akurat. Pengukuran dilakukan dengan memanfaatkan kecepatan aliran dan dimensi dari saluran. Panjang saluran ditentukan sepanjang 1 meter. Tabel 2. Hasil pengukuran debit Psal Asal tkayu v Q (m) (m 2 ) (dtk) (m/dt) (m 3 /dt) I 1 0.0157 4.9 0.20 0.0032 II 1 0.0157 5.2 0.19 0.0030 III 1 0.0157 6.4 0.16 0.0025 IV 1 0.0157 4.6 0.22 0.0034 V 1 0.0157 4.7 0.21 0.0033 Debit rata-rata 0.0031 Sumber: Hasil Perhitungan. - Debit (Q) = 0.0031 m 3 /dt - Waktu produksi (t) = 5 jam/hari Maka debit harian limbah kerupuk kulit: Qharian = 0.0031 x 60 x 60 x 5 = 55.55 m 3 /hari 3.2. Perencanaan dan Perhitungan Desain IPAL 3.2.1. Bar Screen Pada tahapan ini tidak ada parameter yang dapat tereduksi dikarenakan pada hanya mampu menyaring limbah padat yang berukuran besar. Sehingga beban air limbah masih sama dengan kadar influent yang masuk ke IPAL. Banyaknya celah/bukaan antar batang: n c = b = 0.25 (B+D) (0.0025 + 0.010) =7.14 8 celah Jumlah batang = n c 1 = 8 1 = 7 batang Lebar bukaan efektif : 7 0.025=0.175 m Panjang batang bar yang terendam : d = 0.1 = 0.115 m sin 60 0.866 0.115 m 0.25 m 0.01 m Gambar 4. Desain bar screen 0.0175 m 3.2.2. Pemisahan Minyak dan Lemak Tahapan ini mampu mengurangi bahkan menghilangkan kontaminan minyak dan lemak dengan perkiraan efisiensi yang tinggi yaitu 99,5% dengan asumsi waktu tinggal yang direncanakan mampu mengendapkan minyak dan lemak pada air limbah. Serta diperkirakan juga mampu mengurangi kadar TSS dengan efisiensi yang kecil yaitu 5%. = 2.31 x 1 = 2.31 m 3 - Panjang (p) = 2.4 m - Lebar (l) = 1 m - Kedalaman (h) = 1 m - Jagaan = 0.15 m Pipa Inlet = 4" 0.8 m 0.8 m 0.8 m Gambar 5. Desain bak pemisah minyak dan lemak 3.2.3. Ekualisasi Pada bak equalisasi mampu mengurangi kadar TSS dengan efisiensi yang kecil yaitu diperkirakan 15%. = 2.31 x 2 = 4.63 m 3 - Panjang (p) = 2 m - Lebar (l) = 1.5 m - Jagaan = Maka kedalaman h = Vol p l = 4.63 = 1.54 m 1.6 m 2 1.5 pipa inlet dan outlet : 4 inci Pompa outlet : submersible pump Kemiringan dasar : 0.02 pem

1 0.8 m 1.5 m Gambar 6. Desain bak equalisasi dengan waterproofi 1.5 m 3.2.4. Koagulasi dan Flokulasi koagulasi dan flokulasi digunakan sebagai pembentukan flokflok untuk mengurangi beban krom dalam air limbah dengan efisiensi 75%. Pada bak ini juga mampu mengurangi kandungan BOD, COD, ammonia dan sulfida dalam jumlah kecil yaitu 5%. Hal tersebut dikarenakan adanya pengadukan yang menyebabkan terjadi kontak air limbah dengan udara. Pada proses koagulasi ini terjadi kenaikan ph karena adanya pembubuhan koagulan yang bersifat basa. 3.2.4.1. Koagulasi = 2.31 x 40 60 = 1.54 m 3 - Panjang (p) = 1 m - Lebar (l) = 1 m - Jagaan = Maka kedalaman h = Vol p l = 1.54 1 1 = 1.54 m 1.6 m Pembubuhan Koagulan Senyawa = Natrium Hidroksida (NaOH) dalam bentuk cairan. Reaksi kimia dalam air limbah yang mengandung Cr 3+ ditambah dengan hidroksida Na, maka krom tersebut akan terendap sebagai Cr(OH)3. Reaksi : Cr 3+ + 2NaOH Cr(OH)3 + 2Na Gambar 7. Desain bak koagulasi 3.2.4.2. Flokulasi = 2.31 x 1 = 2.31 m 3 - Panjang (p) = 1 m - Lebar (l) = 1 m - Jagaan = Maka kedalaman h = Vol p l = 2.31 1 1 2.3 m Gambar 8. Desain bak flokulasi (c)

3.2.5. Pengendapan Awal pengendapan awal ini ditujukan untuk mengandapkan krom dan padatan tersuspensi yang berasal dari bak koagulasi dan flokulasi dengan efisiensi yang tinggi yaitu 90%, serta mampu mengurangi kadar BOD dan COD dengan efisiensi yang cukup yaitu 40% dan 35%. = 2.31 x 2 = 4.63 m 3 Diameter = 1.8 m Tinggi silinder = 1 m Tinggi kerucut = 0.7 m Tinggi jagaan = 0.3 m Tebal dinding = 15 cm Jagaan = Maka : Vtot = Vsilinder + Vkerucut = 2.5 + 2.37 = 4.92 m 3 1.8 m = 2.31 x 2 = 4.63 m 3 Panjang = 2 m Lebar = 2 m Kedalaman = 1.2 m Tinggi jagaan = 0.3 m Tinggi ruang lumpur = 0.3 m Jagaan = Sehingga volume bak desain: V = p x l x h = 2 x 2 x 1.2 = 4.8 m 3 Blower udara yang diperlukan Blower Tipe = JQT 750C Diffuser Tipe = D215 Diffuser udara disc (piringan) Reaksi penguraian Amonia dan Sulfida - Reaksi Nitrifikasi: NH4 + + 1.5 O2 NO2 - + 2H + + H2O NO2 - + 0.5 O2 NO3 - - Reaksi Oksidasi Sulfur: S 2- + ½ O2 + 2H + S + H2O 2S + 3 O2 + 2 H2O 2H2SO4 0.6 m 0.7 m 0.6 m 1.2 m Gambar 9. Desain bak pengendapan awal 3.2.6. Aerasi aerasi diperkirakan mampu mereduksi beban pencemar dengan efisiensi yang tinggi yaitu 95% untuk parameter BOD, COD, NH3, dan S, dan 10% untuk TSS. Hal tersebut dikarenakan pada bak aerasi diberikan pasokan oksigen berlebih untuk menguraikan zat pencemar. Pada bak ini ph kembali netral. Hal tersebut disebabkan munculnya senyawa asam yang berasal dari reaksi oksidasi sulfida. Blower udara Gambar 9. Desain (b) bak aerasi 3.2.7. Pengendapan Akhir pengendapan akhir ini ditujukan untuk mengandapkan padatan tersuspensi yang berasal dari bak aerasi dengan efisiensi yang tinggi yaitu 90%, serta mampu mengurangi kadar BOD dan COD dengan efisiensi yang cukup yaitu 40% dan 35%.

= 2.31 x 2 = 4.63 m 3 Diameter = 1.8 m Tinggi silinder = 1 m Tinggi kerucut = 0.7 m Tinggi jagaan = 0.3 m Tebal dinding = 15 cm Jagaan = Maka : Vtot = Vsilinder + Vkerucut = 2.5 + 2.37 = 4.92 m 3 1.8 m Gambar 10. Desain (b) bak pengendapan akhir 3.3. Hasil Pengolahan (Effluent) Kualitas effluent dari proses pengolahan air limbah industri kerupuk kulit yaitu beberapa parameter effluent diperkirakan masih belum memenuhi baku mutu air limbah, antara lain BOD, NH3, dan S (Tabel 3). Maka diperlukan pengolahan tambahan untuk menurunkan lagi kadar zat pencemar tersebut dalam air limbah. 3.4. Upaya Pemenuhan Standar u Mutu 3.4.1. Pengolahan Tambahan Pengolahan tambahan digunakan agar semua parameter yang terolah diperkirakan mampu mengeluarkan effluent yang memenuhi baku mutu yang telah ditentukan. Berdasarkan analisis didapatkan pengolahan tambahan yang sesuai yaitu penambahan blower pada bak aerasi dengan cara menaikkan faktor aman pada kebutuhan udara. Faktor aman awal = 1,2 (1 blower) Faktor aman baru = 2 (2 blower ) 3.4.2. Hasil Pengolahan Tambahan (Effluent) Kualitas effluent dengan pengolahan tambahan ini diperkirakan semua parameter telah memenuhi baku mutu air limbah berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 (Tabel 3). Dan didapatkan skema dari perencanaan IPAL pada Gambar 11. Ruang produksi industri kerupuk kulit 2.7 m 1.8 m 0.25 m Bar Screen + 86.75 Pemisah Minyak/Lemak + 85.50 1.5 m Equalisasi + 85.00 Koagulasi Flokulasi + 87.00 + 86.20 Pengendapan Awal + 86.30 0.35 m + 86.20 Rumah Pompa dan Blower + 87.00 + 87.00 Aerasi + 86.30 Pengendapan Akhir + 86.30 Gambar 11. Skema perencanaan IPAL 1.8 m

Tabel 3. Perbandingan effluent dengan baku mutu air limbah. Parameter Satuan u Mutu Beban Limbah Effluent Limbah Cair Awal Dengan Pengolahan Tambahan 1 BOD 5 (mg/l) 6 * 583 10 2.1 2 COD (mg/l) 50 * 720 14.45 2.89 3 TSS (mg/l) 60 ** 3585 26.05 26.05 4 ph (mg/l) 6 9 * 7.602 7 7 5 Minyak dan Lemak - 1 * 200 1 1 6 NH 3-N (mg/l) 0.5 ** 27.89 1.33 0 7 Sulfida (mg/l) 0.002 * 16.65 0.79 0 8 Krom (mg/l) 0.0 * 0.065 0.00011 0.00011 Sumber: Hasil Rekapitulasi. *) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 **) Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 3.5. Perencanaan Biaya Pembangunan IPAL Tabel 4. Perhitungan RAB pembangunan IPAL No Jenis Pekerjaan Harga (Rp) I Pekerjaan Persiapan 1.600.000,00 II Pekerjaan Tanah 1.129.716,92 III Pekerjaan Struktur 18.056.884,56 IV Pekerjaan Dinding 9.547.427,66 V Pekerjaan Perpipaan 2.060.338,50 VI Pekerjaan Elektrikal 18.750.000,00 VII Pekerjaan Lain-lain 2.450.000,00 Jumlah Rp 53.594.367,64 PPN 10% Rp 5359436,764 Jumlah Total Rp 58.953.804,40 Jumlah Total Dibulatkan Rp 58.953.000,00 Terbilang Lima Puluh Delapan Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Tiga Ribu Rupiah Pada pemilihan desain IPAL maka dipilih desain dengan perencanaan pengolahan tambahan menggunakan 2 blower pada bak aerasi, dikarenakan selisih harga yang tidak terlalu signifikan dengan desain awal, namun semua parameter effluent diperkirakan sudah mampu memenuhi baku mutu air limbah dan layak dibuang ke badan air. KESIMPULAN Berdasarkan perencanaan dan perhitungan desain IPAL industri kerupuk kulit di Kelurahan Sembung, maka didapatkan IPAL yang efektif dalam mengolah limbah cair dengan melalui beberapa tahapan pengolahan, antara lain bar screen, bak pemisah minyak dan lemak, bak koagulasi, bak flokulasi, bak pengendapan awal, bak aerasi, serta bak pengendapan akhir. Dengan desain IPAL tersebut diperkirakan mampu menurunkan kontaminan lebih dari 90%, sehingga effluent dari pengolahan layak untuk dibuang ke badan air. DAFTAR PUSTAKA BPPT. 2004. Petunjuk Teknis Pengolahan Limbah Industri Kulit. Jurnal dipublikasikan. Jakarta : Kelair BPPT. Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung: Yrama Widya. Gubernur Jawa Timur. 2013. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang u Mutu Air Limbah Bagi Industri dan Kegiatan Industri Lainnya. Surabaya : Gubernur Jawa Timur. Kristianto. (2004). Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi. Moertinah, Sri. 2010. Kajian Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Teknologi Pengolahan Air Limbah Industri Organik Tinggi. Dalam Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol.1 No. 2. Semarang: Balai Besar Teknologi

Pencegahan Pencemaran Industri Semarang. Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Lembaga Negara RI Tahun 1999. Jakarta : Sekretariat Negara. Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Lembaga Negara RI Tahun 2001 Nomor 153. Jakarta : Sekretariat Negara. Spellman, Frank R. 2008. Water and Wastewater Treatment Plant Operations (Second Edition). Florida : CRC Press LLC. Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta : UI-Press.