Berjuang dan Terus Bertahan : Studi Kasus Kepuasan Perkawinan pada Isteri sebagai Tulang Punggung Keluarga



dokumen-dokumen yang mirip
KEPUASAN PERKAWINAN PADA ISTRI SEBAGAI PENCARI NAFKAH UTAMA KELUARGA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB II KAJIAN TEORI. 1952; klemer, 1970, (Ardhianita & Andayani, 2004) diperoleh dari suatu hubungan dengan tingkat perbandingan.

BAB V HASIL PENELITIAN. 1. Rekap Tema dan Matriks Antar Tema

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Perkawinan. Menurut Aqmalia dan Fakhrurrozi (2009) menjelaskan bahwa per kawinan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

PEDOMAN WAWANCARA. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN ISTRI PADA PASANGAN COMMUTER MARRIAGE. Liza Marini1 dan Julinda2 Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Seorang istri bertugas mendampingi suami dan merawat anak. yang bahagia dan mendapat kepuasan perkawinan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam mengelola urusan keluarga. Sedangkan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap hubungan pernikahan yang cenderung berubah sepanjang perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan menyiptakan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

GAYA KELEKATAN ( ATTACHMENT STYLE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB V PEMBAHASAN. A. Dinamika Psikologis Mahasiswa Aktif yang Menikah di Masa Studi

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,

BAB V HASIL PENELITIAN

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk

Transkripsi:

Berjuang dan Terus Bertahan : Studi Kasus Kepuasan Perkawinan pada Isteri sebagai Tulang Punggung Keluarga Andromeda dan Putri Noviajati Jurusan Psikologi FIP Universitas Negeri Semarang meda.mpsi@yahoo.co.id ABSTRAK. Sedikitnya kajian psikologis mengenai kebahagiaan wanita yang berperan sebagai tulang punggung keluarga mendorong munculnya kajian ini. Perubahan wilayah peran dari perkawinan tradisional menjadi perkawinan egaliter, memaksa seorang isteri ikut turun tangan mencari nafkah. Selama tiga dekade terakhir, jumlah wanita yang bekerja penuh waktu meningkat tajam, bahkan seringkali isteri berubah peran menjadi tulang punggung keluarga. Pergeseran peran tersebut menjadi suatu problem tersendiri bagi seorang isteri, tenaga yang terkuras untuk bekerja menghidupi keluarga, kehilangan banyak waktu bersama anak-anak, serta masih harus mengurus rumah tangga. Pembagian tugas dan wewenang yang tidak adil tersebut turut mempengaruhi kebahagiaan hidup seorang wanita. Bagi kebanyakan wanita dewasa, kebahagiaan hidup lebih banyak dipengaruhi oleh kepuasan perkawinan daripada hal lain, seperti pekerjaan, persahabatan, hobi, dan aktivitas komunikasi. Penelitian ini bertujuan mengungkap kepuasan perkawinan pada isteri yang menjadi tulang punggung keluarga. Pendekatan kualitatif studi kasus berfokus pada proses dan konteks digunakan sebagai metode dalam penelitian ini. Data dikumpulkan dengan partisipant observation, in depth interview, dan dokumentasi, yang selanjutya dianalisis dengan teknik Miles and Huberman. Melalui beberapa tahapan penting dan esensial; reduksi data, penyajian data, dan verifikasi, hasil penelitian ini menjadi sangat bermakna. Dua orang isteri dengan latar perkawinan yang berbeda berikut empat orang significant others terlibat dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis data didapati : perbedaan makna kepuasan perkawinan bagi masing-masing individu, mengemukanya nilai spiritualitas, perjuangan, resiliensi dan ketangguhan seorang wanita, menguatkan temuan dalam penelitian ini. Saran bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan latar yang berbeda sebagai contoh kepuasan perkawinan pada pasangan yang menikah karena perjodohan atau dengan kondisi tak ideal lainnya. Kata Kunci: kepuasan perkawinan, isteri sebagai tulang punggung keluarga Latar Belakang Salah satu tugas masa dewasa madya yaitu membentuk suatu hubungan dengan lawan jenis maka dilakukanlah suatu perkawinan untuk membentuk hubungan yang sah. Menurut Duval dan Miller (dalam Soewondo, 2001:156) perkawinan adalah suatu hubungan yang diakui secara sosial antara pria dan wanita, yang mensahkan hubungan seksual dan adanya kesempatan mendapatkan keturunan. Pria dan wanita ini bertanggung jawab atas pengasuhan anak mereka dan pasangan ini juga selama menikah memantapkan pembagian kerja antar mereka. Berk (2001:70) menyebutkan meskipun saat ini telah terjadi kemajuan dalam wilayah hak-hak perempuan, pernikahan tradisonal (traditional marriages), yang melibatkan pembagian tegas antara peran suami dan istri, masih dijumpai di berbagai negara. Suami adalah kepala rumah tangga;tanggung jawab utamanya adalah kesejahteraan ekonomi keluarga. Istri mengabdikan dirinya untuk melayani suami dan anak serta menciptakan suasana rumah yang baik dan menyenangkan. Akan tetapi pada dua dekade belakangan ini, pernikahan seperti ini telah mengalami perubahan. Saat ini banyak perempuan yang berfokus pada tugas sebagai ibu bagi anak kecil mereka kembali ke tempat kerja di kemudian hari. Semakin sedikit keluarga yang bergantung pada pencari nafkah tunggal. Jumlah wanita yang bekerja secara penuh waktu meningkat secara tajam, sehingga dewasa ini adalah hal yang sangat lazim bila pasangan suami istri kedua-duanya memiliki pekerjaan di luar rumah. Bahkan seringkali istri berubah peran menjadi tulang punggung keluarga yang harus menghidupi suami dan anakanaknya. Pergeseran peran tersebut menjadikan suatu problem dalam kehidupan pernikahan mereka, karena waktu mereka sudah sangat terkuras untuk bekerja menghidupi keluarga, maka mereka akan 557

kehilangan banyak waktu untuk mengasuh, mendidik dan sekedar menemani anak bermain dan belajar di rumah. Problem yang terjadi dalam suatu perkawinan tentu saja akan mempengaruhi bagaimana mereka mampu mencapai suatu kebahagiaan dalam kehidupan perkawinannya. Idealnya setiap pasangan yang menikah pasti ingin merasakan kebahagian dan merasakan kepuasan dalam perkawinannya. Namun tidak semua pasangan merasakan kepuasan dalam perkawinan mereka. Dalam penelitian nasional yang dilakukan Douvan (dalam Desmita, 2009:245) kepada pasangan suami istri mengenai problem dalam perkawinan ditemukan bahwa hampir 60% pria dan wanita dari seluruh partisipan yang merupakan pasangan suami istri mengaku kadang-kadang mereka mengalami berbagai problem dalam kehidupan perkawinan mereka. Problem-problem perkawinan ini muncul disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: (1) pasangan gagal mempertemukan dan menyesuaikan kebutuhan dan harapan satu sama lain; (2) salah satu pasangan mengalami kesulitan menerima perbedaan-perbedaan nyata dalam kebiasaan kebutuhan,pendapat,kerugian, dan nilai. Problem yang paling mencolok adalah masalah keuangan dan masalah anak-anak; (3) adanya perasaan cemburu dan perasaan memiliki yang berlebihan, membuat masing-masing merasa kurang mendapat kebebasan; (4) pembagian tugas dan wewenang yang tidak adil; (5) kegagalan dalam berkomunikasi, dan (6) masing-masing pasangan tumbuh dan berkembang ke arah yang berbeda, tidak sejalan mencari minat dan tujuan-tujuan sendiri (Davidoff dalam Desmita, 2009:245). Seorang istri yang menjadi tulang punggung keluarga tentu akan mengalami problem-problem seperti yang di sebutkan di atas, terutama problem pada pembagian tugas dan wewenang yang tidak adil. Problem seperti itu akan membuat istri mengalami kesulitan untuk mendapatkan kebahagiaan dalam perkawinan. Bagi kebanyakan individu dewasa, kebahagiaan hidup lebih banyak dipengaruhi oleh kepuasan perkawinan daripada hal lain dalam kehidupan dewasa, seperti pekerjaan, persahabatan, hobi,dan aktivitas komunikasi (Newman dan Newman, dalam Marina dan Julinda, 2010:3). Menurut Brockwood (2007:3), kepuasan perkawinan adalah penilaian umum terhadap kondisi perkawinan yang tengah dialami oleh seseorang. Penilaian umum tersebut dapat berupa cerminan dari seberapa bahagia individu dalam perkawinannya atau berupa penggabungan dari kepuasan dalam beberapa aspek spesifik dari hubungan perkawinan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui mengenai gambaran kepuasan perkawinan pada istri sebagai tulang punggung keluarga. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu terhadap subyek yang akan diteliti. Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 28 Februari 2014. Subyek penelitian merupakan seorang wanita berinisial RK yang berusia 28. RK memiliki suami yang berinisial KK, berusia 31 tahun. KK bekerja sebagai buruh bangunan, namun untuk pekerjaan ini, hasilnya tidak menentu karena waktu kerjanya musiman. Sehingga sangat tidak memungkinkan jika RK hanya mengandalkan KK saja yang bekerja. RK sendiri bekerja di salah satu pabrik tekstil di kota Solo. Pekerjaan RK yang lebih pasti dalam hal pendapatan membuatnya menjadi tulang punggung keluarga saat ini. Mereka telah memiliki seorang anak yang berusia sekitar 5 tahun. Dari studi awal didapat hasil mengenai persepsi subyek pada kepuasan perkawinan di beberapa aspek seperti kehilangan waktu untuk membangun kelekatan dengan anak, ketidaknyamanan dalam pengaturan keuangan dan letih baik fisik maupun psikis. Saya kan kerja terus, kadang-kadang juga ada lembur mbak. Jadi ya kalau nyampe rumah langsung leyeh-leyeh (tiduran), capek banget soalnya. Jadi untuk kumpul-kumpul sama anakku ya gak bisa kumpul yang lama gitu.. Kalau masalah uang-uang gitu sih, suami saya tetap ikut campur mbak. Saya gajian gitu, dia udah hafal tanggal berapa saya gajian, ya udah langsung diambil dia, langsung dipisah-pisah buat makan, listrik, sekolah anak, arisan sama cicilan-cicilan gitu lah Ya kalau dibilang capek, ya pasti capek mbak. Gak cuma capek awak e thok (badannya saja) mbak. Tapi ya pikirannya kadang stress, banyak pikiran. (kutipan wawancara studi awal 28/02/14) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suci tahun 2010 menghasilkan beberapa temuan, diantaranya adalah terdapat tiga faktor yang paling mempengaruhi kepuasan perkawinan istri. Dua faktor pertama dapat menyebabkan turunnya kepuasan perkawinan dan menimbulkan resiko perceraian yakni pergeseran peran dan tanggung jawab, serta faktor keuangan. Satu faktor lainnya dapat meningkatkan kepuasan perkawinan istri yakni komunikasi. Berdasarkan kajian berikut, peneliti tertarik untuk meneliti kepuasan perkawinan pada isteri yang menjadi tulang punggung keluarga. Topik tersebut dinilai urgen karena kondisi seperti itu banyak sekali dialami di Indonesia, khususnya dalam dua dekade terakhir. Tinjauan Pustaka 558

Pasangan suami istri yang menjalani suatu perkawinan tentu menginginkan agar perkawinan mereka selalu bahagia. Mereka tentu berharap mampu melewati setiap fase perjalanan kehidupan perkawinan mereka, dan bersama-sama membesarkan anak-anak yang mereka miliki kelak. Kebahagiaan hidup bagi kebanyakan individu dewasa lebih ditentukan oleh kepuasan dalam perkawinan mereka. Menurut Brockwood (2007:3), kepuasan perkawinan adalah penilaian umum terhadap kondisi perkawinan yang tengah dialami oleh seseorang. Penilaian umum tersebut dapat berupa cerminan dari seberapa bahagia individu dalam perkawinannya atau berupa penggabungan dari kepuasan dalam beberapa aspek spesifik dari hubungan perkawinan. Pinsof dan Lebow (dalam Afni dan Indrijati, 2011:177) mendefinisikan kepuasan perkawinan sebagai suatu pengalaman subjektif, suatu perasaan yang berlaku dan suatu sikap, dimana semua itu di dasarkan pada faktor dalam diri individu yang mempengaruhi kualitas yang dirasakan dari interaksi dalam perkawinan. Berdasarkan beberapa pengertian ini maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan perkawinan adalah suatu kondisi yang menggambarkan kualitas yang dirasakan dari interaksi dalam perkawinan. Kepuasan perkawinan dapat diukur dengan menggunakan aspek-aspek dalam perkawinan seperti yang dikemukakan oleh Fowers dan Olson (dalam Marini dan Julinda, 2010:3) sebagai berikut : (1). Communication, komunikasi perkawinan dibagi menjadi lima dasar menurut Laswell (dalam Marini dan Julinda, 2010:3), yaitu: keterbukaan di antara pasangan (opennes), kejujuran terhadap pasangan (honesty), kemampuan untuk mempercayai satu sama lain (ability to trust), sikap empati terhadap pasangan (empathy) dan kemampuan menjadi pendengar yang baik (listening skill); (2). Leisure Activity, merefleksikan kegiatan sosial versus kegiatan pribadi, pilihan untuk saling berbagi antar individu, dan harapan dalam menghabiskan waktu luang dengan pasangan; (3). Religious Orientasi, berfokus pada makna kepercayaan agama dan prakteknya dalam menjalani pernikahan, agama akan memberi pengaruh dengan memelihara nilai-nilai suatu hubungan, norma dan dukungan sosial yang memberi pengaruh besar dalam pernikahan, dan mengurangi perilaku berbahaya dalam pernikahan (Christioano dalam Marini dan Julinda, 2010:3); (4). Conflict Resolution, berfokus pada persepsi mereka terhadap kemampuan dalam penyelesaian konflik yang terjadi dalam perkawinan yang dijalani. Kemampuan menyelesaikan konflik didasarkan pada keterbukaan pasangan, strategi yang digunakan untuk menyelesaikan konflik, saling mendukung dalam mengatasi masalah dan membangun kepercayaan; (5). Finansial Management, dalam hal ini konflik bisa saja muncul apabila salah satu pihak tidak percaya kepada pasangannya dalam hal mengelola keuangan dan membelanjakan keuangan mereka; (6). Sexual Orientation,berfokus pada perasaan pasangan mengenai afeksi dan hubungan seksual mereka. Masalah ini merupakan salah satu masalah yang paling sulit dalam perkawinan dan salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran dan ketidakbahagiaan perkawinan apabila kesepakatan ini tidak dapat dicapai dengan memuaskan (Hurlock, 2011:291); (7). Family and Friends, mengenai perasaan dalam berhubungan dengan keluarga dan teman-teman dari pasangan; (8). Children and Parenting, mengukur sikap dan perasaan terhadap tugas untuk mengasuh, mendidik dan membesarkan anak-anak yang dimiliki; (9). Personality Issues, berfokus pada persepsi individu dalam menghargai perilaku-perilaku pasangan dan kepuasan yang dirasakan terhadap masalah-masalah kepribadian masing-masing dan; (10). Equalitarian Role, berfokus pada pembagian peran dan tugas dalam kehidupan perkawinan mereka. Peran dan tugas tersebut mencakup hal-hal seperti pekerjaan, pekerjaan rumah, seks dan peran sebagai orangtua. Seorang istri yang menjadi pencari nafkah utama memiliki beban yang lebih berat dibandingkan dengan istri yang hanya berperan sebagai ibu rumah tangga. Hal ini tentu akan menimbulkan banyak konflik dan rasa tidak adil pada istri. Sehingga konflik dan ketidakadilan akan berpengaruh pada kepuasan perkawinan istri tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Grote & Clark (dalam Baron & Byrne, 2005:38) bahwa ketidakadilan yang dipersepsikan mengenai pembagian tugas diasosiasikan dengan konflik dan ketidakpuasan pernikahan. Masalah tanggung jawab dan peran yang dimiliki oleh suami istri juga menjadi faktor dalam kepuasan perkawinan (Larasati, 2012:2). Perempuan yang memiliki beberapa tanggung jawab dan peran, memiliki konsekuensi negatif pada tingkat kecemasan dan penyesuaian mereka yang selanjutnya akan mempengaruhi kepuasan perkawinan mereka (Sorensen & Verbrugge dalam Larasati, 2012:2). Hal ini berarti seorang perempuan yang memiliki peran ganda sebagai istri,ibu dan juga pencari nafkah bagi keluarga cenderung memiliki akibat negatif pada kecemasan dan penyesuaian dalam perkawinan yang akhirnya akan bermuara pada kepuasan perkawinan mereka. Metode Penelitian 559

Metode kualitatif dipilih karena diharapkan hasil penelitian ini akan lebih mendalam dan bermakna. Selain itu, agar peneliti juga mampu melakukan interaksi secara lebih efektif dan intensif dengan narasumber penelitian. Data yang dihasilkan tidak berupa angka, akan tetapi berupa data yang deskriptif berupa kata-kata. Pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus yaitu suatu strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Stake, dalam Creswell, 2010:20). Karakteristik narasumber primer dalam penelitian ini adalah : (1). Istri yang bekerja; dan (2). Diandalkan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Sedangkan karakteristik narasumber sekunder dalam penelitian ini : (1). Mempunyai hubungan dekat atau keluarga dari narasumber utama (suami, anak-anak dan saudara lainnya); dan (2). Mengetahui kehidupan sehari-hari dari narasumber utama. Narasumber utama dalam penelitian ini berinisial RK, berusia 28 tahun. Ia adalah seorang istri yang memiliki suami yang bekerja secara musiman sebagai buruh bangunan, mereka memiliki seorang anak berusia sekitar 5 tahun. Selama ini RK yang lebih diandalkan sebagai pencari nafkah utama karena suaminya tidak bekerja setiap hari, melainkan hanya saat ia dipanggil mandor untuk bekerja sebagai buruh bangunan. Narasumber sekunder dalam penelitian ini adalah suami dari RK yaitu KK. Narasumber primer kedua dalam penelitian ini, yaitu NT, seorang istri yang berusia 35 tahun, bekerja sebagai asisten rumah tangga. Suaminya tidak bekerja karena mengalami sakit asma dan paru-paru. Narasumber kedua memiliki dua orang anak laki-laki dan perempuan. Narasumber sekunder nya adalah suami NT yaitu AG. Teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (partisipan observation), wawancara mendalam (in depth interview), serta dokumentasi berupa foto, rekaman dan kuesioner (khusus pada aspek relasi seksual). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif Miles and Huberman. Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2012:91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada tiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya jenuh. Aktivitas yang terjadi dalam analisis data ini yaitu : Data Reduction ; Data Display; Conclusion Drawing/ verification. Uji keabsahan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan waktu. T r i a n g u l a s i yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi sumber. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa istri yang menjadi tulang punggung keluarga menghabiskan banyak waktunya untuk bekerja sehingga hal tersebut mempengaruhi komunikasi dengan pasangan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Kustantyo (2011:50) menyebutkan bahwa semakin baik kualitas komunikasi maka semakin tinggi pula kepuasan pernikahan, dan sebaliknya semakin buruk kualitas komunikasi maka semakin rendah pula kepuasan pernikahan. Sehingga jika komunikasi yang tidak efektif ini berlangsung secara terus menerus bukan tidak mungkin akan sering terjadi kesalahpahaman antara kedua belah pihak yang akan mempengaruhi kepuasan perkawinan mereka. Selain komunikasi, terjadi pula disfungsi peran pengasuhan. Suami mengambil alih peran pengasuhan dan itu mengakibatkan orientasi kelekatan seorang anak lebih terarah kepada ayah. Sebaliknya peran seorang ibu dapat dikatakan tidak berjalan optimal. Sejatinya, figur lekat anak yang pertama adalah orangtua, sehingga orangtua yang mendukung dan memberikan perlindungan serta kenyamanan akan membentuk ikatan emosi yang kekal sepanjang waktu (McAdams dalam Indrawati dan Fauziah, 2012:44). Ikatan afeksi yang terjalin antara balita dengan orangtua, yang negatif maupun positif, akan terbawa hingga dewasa berpengaruh pada hubungan dengan pasangan (Reeve dalam Indrawati dan Fauziah, 2012:44). Keuangan menjadi hal sangat penting dibicarakan bersama pasangan, utamanya terkait pengaturannya. Suami yang dengan otoritasnya menguasai pengaturan keuangan dipersepsi tidak adil oleh pasangannya. Grote dan Clark (dalam Baron & Byrne, 2005:38) mengungkapkan bahwa ketidakadilan yang dipersepsikan mengenai pembagian tugas diasosiasikan dengan konflik dan ketidakpuasan pernikahan. Sehingga memang masalah ketidakadilan dalam otoritas pengaturan keuangan dalam rumah tangga RK dan KK seringkali berakhir dengan munculnya konflik, dan bila keadaan tersebut tetap seperti ini maka 560

konflik tersebut tentu saja akan berlangsung terus menerus tanpa ada kesepakatan oleh kedua belah pihak yang bisa mengurangi kepuasan perkawinan. Tak ubahnya dengan beberapa hal yang telah dijelaskan di atas, relasi seksual dengan pasangan dapat bermasalah. Istri yang bekerja penuh waktu, keletihan fisik dan psikis mempengaruhi relasi seksual dengan suami. Masalah ini merupakan salah satu masalah yang paling sulit dalam perkawinan dan salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran dan ketidakbahagiaan perkawinan apabila kesepakatan ini tidak dapat dicapai dengan memuaskan (Hurlock, 2011:291). Tabel 1. Temuan pada Narasumber Utama 1 (RK) Fase Pengalaman dalam hidup Sebelum Pernikahan Bekerja di pabrik tekstil Suami bekerja musiman sebagai buruh bangunan Harapan orangtua, RK memiliki suami yang memiliki pekerjaan tetap (harapan akan sosok pasangan ideal) Awal pendekatan, keluarga RK mengetahui pekerjaan KK yang tidak tetap (kondisi riil tak ideal) RK meyakinan orangtua bahwa ia akan menerima pasangannya (keyakinan diri) Akhirnya orangtua RK bersedia menerima menantu asal mereka bahagia (fase negosiasipenerimaan) Menikah di usia 20 dan suami 23 tahun (pernikahan di awal masa dewasa-ketidakstabilan sosial, emosi, dan finansial) Awal Pernikahan (1-3 tahun) Saat Ini (4 tahunsekarang) Tinggal di rumah mertua Menunda memiliki anak selama tiga tahun karena merasa masih menumpang di rumah mertua dan belum memiliki cukup uang untuk membesarkan anak RK tidak nyaman tinggal di rumah mertua karena mertua banyak menuntut dan kurang bisa menghargai RK. Ketidaknyamanan ini membuat RK jarang berkomunikasi dengan mertua Suami mudah menyerah dalam bekerja Tak ada cukup waktu untuk berkomunikasi dengan suami (kuantitas dan kualitas komunikasi bersama pasangan kurang) Tidak memiliki waktu untuk mengasuh dan merawat anak karena kesibukan bekerja (menimbulkan perasaan bersalah) Sejak awal menikah selalu menyempatkan waktu untuk beribadah bersama. Permasalahan tidak terselesaikan karena KK pendiam dan tidak bisa di ajak berdiskusi mencari solusi (unfinished problem) Otoritas pengaturan keuangan oleh suami (perasaan tak dihargai) Relasi seksual kurang memuaskan Sering merasa tertekan menjadi tulang punggung keluarga (ideal self vs reality self) Menempati rumah kakak ipar Memiliki anak (beban bertambah) Komunikasi masih belum efektif Kegagalan membangun kelekatan dengan anak, anak lebih dekat dengan suami Kegiatan beribadah tetap sering dilakukan bersama-sama Otoritas pengaturan keuangan oleh suami masih belum berubah (perasaan diperlakukan tidak adil) Kelelahan dan kesibukan bekerja menjadi penghambat aktivitas seksual Relasi dengan mertua masih belum harmonis Mengikuti kegiatan arisan bersama teman kerja (pengalih kepenatan, pelepas stres) RK merasa suami mudah menyerah, pendiam, mudah putus asa dan kurang perhatian terhadap RK namun sangat menyanyangi anak mereka (suami mau mengambil alih peran pengasuhan) RK merasakan ketidakadilan pembagian peran dalam perkawinannya, ia ingin KK lebih berusaha keras untuk mencari pekerjaan lain. KK sendiri menyuruh RK untuk sabar dan menerima takdirnya sebagai pencari nafkah utama (helplessness) 561

Namun demikian, beberapa hal yang menguatkan kepuasan perkawinan pada istri sebagai tulang punggung keluarga adalah nilai-nilai spiritualitas yang tertanam kokoh. Aktivitas ibadah yang dijalani bersama, keyakinan bahwa pernikahan ditujukan untuk menyempurnakan ibadah menyumbang peran penting dalam membentuk kepuasan terhadap perkawinan. Menurut Chritiano dalam Marini dan Julinda (2010:3) agama akan memberi pengaruh dengan memberi nilai-nilai suatu hubungan, norma dan dukungan sosial yang memberi pengaruh besar dalam pernikahan, dan mengurangi perilaku berbahaya dalam pernikahan. Sehingga ke depannya apabila kegiatan ibadah dan pemahaman terhadap agama semakin membaik tentu saja akan semakin membawa kebaikan pada perkawinan mereka dan mengantisipasi terjadinya hal-hal buruk seperti perceraian. Dukungan serta keharmonisan hubungan dengan keluarga besar dan rekan sepekerjaan turut menguatkan motivasi seorang wanita mempertahankan perkawinan mereka. Hal lain, berkaitan dengan nilai-nilai yang ditanamkan orangtua sejak kecil tentang perkawinan juga dapat mempengaruhi resiliensi wanita, saat ia harus berhadapan dengan kondisi perkawinan yang tak ideal. Tabel 2. Temuan pada Narasumber Utama 2 (NT) Fase Sebelum Pernikahan Awal Pernikahan (1 tahun-9 tahun) Saat Ini (10 tahun-sekarang) Kejadian Pada Narasumber Primer Kedua NT bekerja sebagai penjaga toko, suaminya salesman (keduanya bekerja) Berkenalan di tempat kerja dan melakukan pendekatan selama kurang lebih satu tahun Sebelum menikah, ibu berpesan agar NT selalu berbakti, mengabdi, menerima suami dalam kondisi apapun, dan menikah sekali seumur hidup (nilai yang ditanamkan keluarga agar mempertahankan perkawinan) Tinggal di rumah orangtua NT Sama-sama bekerja, bersama menyokong kebutuhan keluarga Jarang berkomunikasi karena NT pribadi yang introvert dan suka memendam masalah (tidak terbuka dengan pasangan) Terkena PHK, NT menjadi ibu rumah tangga (stressor : perubahan signifikan, berdampak pada mental, emosional dan finansial) Anak kedua lahir, suami dipecat dari pekerjaan karena dituduh mencuri uang atasan (stressor) suami meminjam modal pada orang tua untuk berdagang, namun bangkrut menjual motor untuk kelangsungan hidup dan berjualan asongan di terminal Tahun 2011 penyakit asma suami kambuh, menderita penyakit paru-paru, harus istirahat total Sejak awal menikah jarang melakukan kegiatan ibadah bersama, suami kurang taat beribadah Suami lebih sabar daripada NT (NT cenderung impulsif) Relasi seksual baik Relasi dengan mertua harmonis (dukungan sosial) Menjadi tulang punggung keluarga, di rumah Bu DW sebagai asisten rumah tangga. Suami lebih banyak beristirahat di rumah, jika sehat membuat gorengan untuk dijual dan hasilnya untuk berobat Anak pertama ikut kakak NT di Demak untuk disekolahkan Perubahan pada pleasure activity Anak-anak lebih dekat dengan suami Aktivitas ibadah dilakukan sendiri Diskusi untuk menyelesaikan konflik atas inisiatif suami Pengaturan keuangan dilakukan oleh NT NT ingin aktivitas seksual tidak berubah, namun kondisi suami tak mendukung (ketidakpuasan seksual) Kurang melakukan sosialisasi dengan tetangga karena keterbatasan waktu NT tidak menuntut suami untuk bekerja saat ini, ia hanya tidak suka dengan sifat suami yang kerap mengeluh (suami merasa tak berguna) Suami tidak dapat membantu aktivitas di rumah Merasa tidak adil jika melihat istri-istri lain yang bisa di rumah menunggu gaji dari suami 562

Penutup Kepuasan perkawinan tidak lepas dari adanya kesepakatan dan komitmen kedua belah pihak yakni suami istri dalam hal mengatur peran, tugas dan kewajiban masing-masing, mengkomunikasikan segala hal yang terjadi dalam kehidupan perkawinan (religi, keuangan, dan seksual) dengan pasangan, saling bekerjasama membangun kehidupan perkawinan yang harmonis dan penuh kebahagiaan serta dukungan dari kedua belah pihak keluarga (orangtua maupun saudara) serta orang-orang terdekat lainnya (rekan kerja maupun sahabat). Daftar Pustaka Afni, Nurul dan Indrijati, Herdina. 2011. Pemenuhan Aspek-Aspek Kepuasan Perkawinan pada Istri yang Menggugat Cerai. INSAN. 13 : 176-184 Baron, Robert dan Byrne, Donn. 2005. Psikologi Sosial (Edisi Kesepuluh Jilid 2). Jakarta: Erlangga Berk, Laura. 2012. Development Through The Lifespan (Edisi Kelima). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Brockwood, Krista. 2007. Marital Satisfaction and The Work-Family Interface: An Overview, A Sloan Work and Family Encyclopedia Entry. Chestnut Hill: Boston College Creswell, John. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka PelajarDesmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya Hurlock, Elizabeth. 2011. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta: Erlangga Indrawati, Endang dan Faizah, Nailul. 2012. Attachment dan Penyesuaian Diri dalam Perkawinan. Jurnal Psikologi Undip. 11 : 40-49Kustantyo, Mikhael. 2011. Kepuasan Pernikahan pada Pasangan Dual Career Ditinjau dari Kualitas Komunikasi. Skripsi (tidak diterbitkan). UNIKA Larasati, Alpenia. 2012. Kepuasan Perkawinan pada Istri Ditinjau Dari Keterlibatan Suami dalam Menghadapai Tuntutan Ekonomi dan Pembagian Peran dalam Rumah Tangga. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. 01 : 1-6Marini,Liza dan Julinda. 2010. Gambaran Kepuasan Pernikahan Istri Pada Pasangan Commuter Marriage. Jurnal Ilmiah Psikologi: 1-17 Soewondo, Soesmalijah dkk. 2001. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Pribadi dari bayi sampai lanjut usia. Jakarta: UI Press Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 563