PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

PBAB II MESIN BUBUT. (Laboratorium Teknik Industri Universitas Gunadarma, 2011) Gambar 2.1 Mesin Bubut

MODUL PEMBELAJARAN BIDANG KEAHLIAN : TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN : TEKNIK MESIN PERKAKAS PROGRAM DIKLAT : PEKERJAAN PERMESINAN TINGKAT : II ( DUA )

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

Gambar 1.1 Hasil-hasil dari pembubutan

TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI

PROSES SEKRAP ( (SHAPING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT Mesin FT UNY

BAB II LANDASAN TEORI

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

MESIN BOR. Gambar Chamfer

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MEMPERGUNAKAN MESIN BUBUT (KOMPLEK)

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

Toleransi& Implementasinya

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

PEMBUATAN ALAT PEMEGANG MATA BOR DALAM RANGKA REKONDISI PERALATAN MESIN BOR KOORDINAT ACIERA 22 TA LABORATORIUM PEMESINAN JURUSAN TEKNIK MESIN

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Mesin bubut (Turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas

MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain:

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR. Disusun Oleh : JOSSY KOLATA ( ) KELOMPOK 5

PEMBUATAN PRODUK KUNCI CHUCK BOR DENGAN SISTEM DIMENSI PADA BEVEL GEAR MODUL 1,5 MM DENGAN SUDUT POROS 90 0

PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

FM-UII-AA-FKU-01/R0 MESIN BUBUT 2.1. TUJAN PRAKTIKUM

M O D U L T UT O R I A L

c. besar c. besar Figure 1

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

PROSES PRODUKSI. Jenis-Jenis Mesin Bubut

MODUL PROSES PEMESINAN I SEKSI MESIN BUBUT. Oleh : Purgiyanto

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN

BAB IV MESIN SEKRAP. Laporan Akhir Proses Produksi ATA 2010/2011. Pengertian Mesin Sekrap

SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT, PENGARUH RAKE ANGLE DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP TENAGA YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMOTONGAN

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

B. Sentot Wijanarka, Teknik Pemesinan Dasar, BAB 2

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

KEPALA PEMBAGI DAN PEKERJAAN PEMBAGIAN. PETRUS LONDA Politeknik Negeri Bandung - Indonesia. POLBAN

ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC

commit to user BAB II DASAR TEORI

CREATED BY: Fajri Ramadhan,Wanda Saputra dan Syahrul Rahmad

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK

EKSPERIMENTAL PEMBUATAN SPIRAL DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MESIN FREIS UNTUK PENGEMBANGAN PROGRAM PRAKTIKUM LABORATORIUM PEMESINAN

MODUL MESIN CNC-3. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

BAB III MESIN FRAIS. ( Gambar-gambar Mesin. 2011) Gambar 3.1 Bentuk-bentuk Hasil Frais

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR)

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH MENGGAMBAR TEKNIK (T.INDUSTRI /S1) KODE / SKS KD /2 SKS

BAB II LANDASAN TEORI

2. Mesin Frais/Milling

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN SISI POTONG PAHAT DAN KECEPATAN POTONG TERHADAP KUALITAS KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL PADA SHAPING MACHINE

PERANCANGAN ALAT BANTU PEMBUATAN BENDA TIRUS PADA MESIN BUBUT DENGAN PENDEKATAN METODE DFMA UNTUK MENGOPTIMALKAN WAKTU PROSES.

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

TURBO Vol. 6 No p-issn: , e-issn: X

Pengefraisan Roda Gigi Helik/Miring

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

2 1. Jenis Mesin bubut berdasarkan ukurnnya secara garis besar dibedakan menjadi:

BUKU 2 PROSES BUBUT (TURNING) ALAN ANDIKA PRIYATAMA, M.Pd

PERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN

Kata kunci: Rekondisi, Bubut Mawitec D-0-0 BU-16, Uji coba, Perbaikan Kelistrikan dan Mekanik

BAB III LANDASAN TEORI

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

MENGGERINDA TOOLS (PISAU/PAHAT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG KABEL ROBOTIK TIPE WORM GEAR

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

ANALISA PERANCANGAN RODA GIGI LURUS MENGGUNAKAN MESIN KONVENSIONAL

BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING. Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain

PENGARUH BEBERAPA PARAMETER PROSES TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMESINAN GERINDA RATA PADA BAJA AISI 1070 DAN HSS

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

LAPORAN HASIL PRAKTEK PEMESINAN (MESIN BUBUT)

HANDOUT GAMBAR TEKNIK

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA. Tempat Melakukan Pengujian : Peralatan Yang Dibutuhkan :

Transkripsi:

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK Sunarto Teknik Mesin Politeknik Bengkalis Jl. Batin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau sunarto@polbeng.ac.id Abstrak Ulir metrik adalah salah satu macam ulir dengan bentuk profil segitiga dengan sudut 60 0 yang digunakan sebagai pengikat. Ukuran utama dari ulir metrik ialah : diameter luar ulir, diameter dalam ulir, diameter pits, kisar serta tinggi ulir. Pembuatan ulir metrik dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan-peralatan perkakas, diantaranya adalah lathe machine (mesin bubut). Proses penyayatan ulir dan peralatan perlengkapan yang digunakan akan menentukan kualitas ulir, misalkan pahat ulir dan mesin bubut dengan kondisi geometrisnya telah mengalami deformasi akan menghasilkan ukuran pada ulir yang tidak sesuai dengan standar ISO. Untuk mengetahui lebih lengkap dimensi ulir hasil pembuatan dengan menggunakan mesin bubut dapat dilakukan dengan mengukur secara langsung profil ulir dengan menggunakan alat ukur diantaranya adalah: jangka sorong, micrometer, mal ulir metric(60 ), screw pitch gauge dan profil proyektor. Hasil pengukuran dilakukan analisa lebih lanjut untuk mengetahui apakah ulir hasil penyayatan telah sesuai dengan ukuran yang ditetapkan sehingga dapat digunakan sebagai mana mestinya. Kata kunci : ulir metrik, dimensi, alat ukur 1. PENDAHULUAN Pada beberapa elemen mesin untuk menyatukan masing-masing komponen digunakan ulir sebagai pengikat. Ulir mempunyai macam bentuk profil sesuai dengan kegunaannya diantaranya ialah ulir segitiga, ulir segiempat dan ulir trapesium. Hasil praktikum mahasiswa jurusan Teknik Mesin diantaranya adalah ulir metrik. Ulir metrik memiliki bentuk profil segitiga dengan sudut ulir sebesar 60 0. Sebelum ulir digunakan terlebih dahulu dilakukan pengukuran guna mengetahui apakah ukuran geometrik ulir telah mendekati harga ideal. Memang pada kenyataannya harga ideal tidak mungkin dapat dicapai karena pada proses pembuatannya timbul penyimpangan-penyimpangan. 2. FAKTOR PENYEBAB PENYIMPANGAN DIMENSI ULIR 2.1 Penyetelan Mesin Perkakas Pada mesin bubut kecermatan gerakan tool slide (pahat bubut dipasang) adalah terbatas. Tidak mungkin pahat dapat digerakkan pada kedalaman 1 mikron (micrometer). Dapat diartikan bahwa ketelitian produk tidak dapat mencapai 1 mikron. 2.2 Pengukuran Geometrik Produk Terbatasnya kecermatan dari masing-masing alat ukur yang digunakan. Cara pengukuran, cara pembacaan, temperatur pada saat mengukur, tekanan waktu mengukur dan lain sebagainya sangat mempengaruhi hasil pengukuran. 2.3 Gerakan Mesin Perkakas Gerakan translasi pada eretan tidaklah benarbenar lurus sempurna terhadap sumbu spindel. Dengan demikian suatu poros yang dibubut akan menunjukkan perbedaan-perbedaan diameter (meskipun kecil) 149

2.4 Keausan Pahat (Perkakas Potong) Ulir dibubut dengan menggunakan pahat ulir, disebabkan keausan pahat maka semakin lama semakin besarpenyimpangannya terhadap bentuk ulir dan semakin lama semakin besar kesalahannya. 2.5 Perubahan Temperatur Saat pemotongan berlangsung maka akan terjadi kenaikan temperatur pada bahan dan alat potong. Kenaikan temperatur juga terjadi pada bagian-bagian lain dari mesin, misalnya spindel, roda gigi, bantalan yang menyebabkan pemuaian. Akibat dari pemuaian akan mengakibatkan deformasi pada mesin walaupun kecil. 2.6 Besarnya Gaya Pemotongan Gaya pemotongan menyebabkan benda kerja dan bagian-bagian mesin mengalami deformasi yang akan mengurangi ketelitian geometrik produk. 3. ELEMAN GEOMETRIK ULIR (DIAMETER PITS) Salah satu elemen geometrik yang mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas ulir adalah diameter pits. P d D H d D D D D P D L M Untuk mengukur diameter pits ulir dibutuhkan kecermatan yang tinggi dan salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan metode tiga kawat seperti yang ditunjukkan gambar di bawah, setelah harga M diukur harga diameter pits dapat dihitung dengan memakai rumus yang diturunkan dari dimensi ulir yang bersangkutan. D P = M d D 1+ + cot( α / 2) 1 sin α / 2 D P = diameter pits M = jarak antara kawat yang berseberangan yang diukur dengan komparator P = pits (kisar) d D = diameter kawat α = sudut ulir H = tinggi ulir D D = diameter dalam D L = diameter luar 4. PRINSIP-PRINSIP PEMOTONGAN 4.1 Mekanik Penggerak Pemotongan Ulir Mekanik penggerak pemotongan ulir adalah semua komponen mesin bubut yang bergerak bersama-sama selama proses pemotongan ulir. Komponen-komponen yang termasuk mekanik penggerak pemotongan ulir adalah sumbu utama (poros utama), kotak roda gigi, rangkaian roda gigi pengganti, poros transportir dan eretan. Gerakan mekanik berasal dari putaran motor listrik yang memutar poros utama dengan perantaraan roda gigi, kemudian diteruskan ke rangkaian roda gigi pengganti. Dengan perantaraan kotak roda gigi putaran diteruskan ke poros transportir yang secara langsung menggerakkan eretan secara otomatis. Gerakan inilah yang dimanfaatkan untuk pembuatan ulir. Dalam penyayatan ulir putaran poros utama tidak sama dengan putaran poros transportir. Putaran poros transportir sengaja dibuat lebih lambat dari poros utama guna mendapatkan pergeseran pahat yang tepat sesuai dengan kisar yang akan dibuat. Untuk mendapatkan putaran tersebut harus dibantu dengan P 2 150

rangkaian roda gigi pengganti. Eretan memanjang gunanya merubah gerakan berputar poros transportir menjadi gerakan lurus memanjang benda secara otomatis. Untuk pembuatan ulir gerakan inilah yang dimanfaatkan. Dengan demikian pahat dapat bergerak ke kiri ataupun ke kanan secara otomatis. Eretan memanjang juga berfungsi sebagai kedudukan eretan melintang dan eretan atas. Dalam pembuatan ulir, posisi eretan atas dapat diatur posisinya sejajar dengan sumbu benda dan dimiringkan setengah sudut ulir dari garis sumbu eretan lintang. 4.2 Roda Gigi Pengganti Roda gigi pengganti berfungsi untuk mendapatkan perbandingan putaran tertentu antara benda kerja dengan putaran poros transportir. Untuk memperoleh hasil perbandingan putaran yang tepat kita harus menghitung susunan rangkaian roda gigi pengganti. Dari hasil perhitungan akan didapatkan susunan roda gigi dan jumlah roda yang diperlukan. Perhitungan dan pengaturan roda gigi pengganti berdasarkan perbandingan banyaknya kisar ulir benda kerja dengan banyaknya kisar ulir pada poros transportir. Berdasarkan perbandingan ini akan kita dapatkan perbandingan putaran benda kerja dengan putaran transportir. Dengan perhitungan ini pula didapatkan perbandingan jumlah gigi yang diputar. 4.3 Persiapan Pemotongan Ulir Sebelum melakukan pemotongan ulir perlu dipersiapkan mesin yang akan dipakai, bahan yang akan dibuat ulir dan alat potong(pahat ulir). Persiapan mesin adalah memasang roda gigi pengganti sesuai dengan hasil perhitungan dan menyetel posisi eretan atas menurut jenis ulir yang akan di buat. Penentuan diameter terbesar dan terkecil menurut Technical Departement of Education of Victoria (1976, p.176). D min = D max 2 x kedalaman ulir Kedalaman ulir metrik = 0,61 x kisar Pengasahan sudut pahat ulir dibuat sama dengan sudut ulir. Sudut ulir metrik sebesar 60. Sudut-sudut diperiksa dengan menggunakan mal ulir dan mal pahat. Kedua sisi pemotong yang langsung memotong benda kerja dibuat sudut bebas sebesar 2 sampai 3 o. Bagian belakang mata potong diberi kebebasan. Besarnya sudut bebas belakang (α ) sama dengan besar sudut bebas samping. Pengambilan posisi sudut 2 o atau 3 o tergantung pada ulir yang akan di buat. Untuk ulir kiri sudut bebas belakang terbesar di sebelah kanan, dan untuk ulir kanan sudut bebas belakang terbesar di sebelah kiri. Sudut bebas belakang berfungsi agar bagian bawah mata pemotong tidak memotong ulir yang telah terbentuk dan dapat berjalan sejalan alur ulir yang telah terbentuk. α 5. MATERIAL DAN METODE 5.1 Sampel Sampel yang digunakan/diteliti adalah ulir segitiga hasil praktikum mahasiswa jurusan Teknik Mesin. 5.2 Peralatan Pengambilan Data Peralatan yang digunakan untuk pengambilan data adalah sebagai berikut: Ulir segitiga Ulir segitiga yang diteliti adalah ulir dari hasil praktikum mahasiswa jurusan Teknik Mesin α 151

Jangka sorong Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter luar Micrometer Selain jangka sorong dapat digunakan micrometer untuk mengukur diameter luar Mal ulir Mal ulir digunakan untuk mengetahui besar sudut ulir Kawat Standart 5.3 Pelaksanaan Pelaksanaan pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur secara langsung dimensi ulir segitiga hasil praktikum. Langkah pengambilan data dimulai dari mengambil sampel ulir segitiga dari bengkel perkakas. Berikutnya mengukur dimensi ulir dan mencatat hasil pengukuran ke dalam tabel data. Ukuran ulir yang diambil adalah diameter luar, mengukur diameter luar dapat langsung dilakukan dengan menggunakan alat ukur jangka sorong ataupun micrometer. pits, alat ukur untuk mendapatkan ukuran diameter pits adalah micrometer dan jangka sorong dimana pada pelaksanaanya harus dibantu dengan menggunakan kawat standart. Selanjutnya mengukur sudut ulir dengan mal ulir yang memiliki sudut 60 (ulir metrik). Data yang didapatkan selanjutnya dibandingkan dengan data ulir yang telah ditetapkan oleh standart ISO, selanjutnya menyimpulkan kesalahan-kesalahan yang terjadi akibat dari dimensi ulir yang jika ada menyimpang dari ukuran sebenarnya. Objek analisa kesalahan menyangkut kondisi mesin dan beberapa kegiatan yang dilakukan selama pembuatan ulir. 6. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Hasil Pengukuran Ulir yang diambil datanya adalah ulir M10 x 1.5 dengan panjang ulir 40 mm, jumlah pengukuran sebanyak dua kali pada setiap diameter ulir adalah sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Pengukuran Ulir No Nama Harga rata2 Ø Luar Harga rata2 Ø Pits Sudut ulir 1 M 10 x 1.5 10,1 9.15 60 2 M 10 x 1.5 10,05 9.1 60 3 M 10 x 1.5 10,05 9.05 60 4 M 10 x 1.5 10,05 9.05 60 5 M 10 x 1.5 10,1 9.1 60 6 M 10 x 1.5 10,05 9.05 60 7 M 10 x 1.5 10,05 9.05 60 8 M 10 x 1.5 10,1 9.15 60 9 M 10 x 1.5 10,05 9.15 60 10 M 10 x 1.5 10,05 9.15 60 6.2 PEMBAHASAN Tabel 2. Tabel Ulir luar dalam Ulir Pits pits M10x1. 1,5 10 9,026 8,376 5 Sumber : Elemen Mesin Sularso Tinggi ulir(h) = 0,866025 x Pits pits= luar 0,64951 x Pits Diamtr dalam = luar 1,082532 x Pits Perbandingan ukuran ulir terutama diameter pits hasil pengukuran dengan standar ulir metrik ISO(Tabel 2) mempunyai selisih. Besarnya toleransi dapat ditetapkan berdasarkan kelas ketelitian ulir metrik yaitu : [a] Kelas teliti (kelas 1 dalam JIS) untuk ulir teliti [b] Kelas sedang (kelas 2 dalam JIS) untuk pemakain umum [c] Kelas kasar (kelas 3 dalam JIS) untuk ulir yang sukar dikerjakan, misalnya ulir dalam pada lubang yang panjang 7. KESIMPULAN Setiap produk yang dihasilkan dari mesin perkakas memang tidak pernah mencapai harga ideal disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi. Penyimpangan ukuran diluar batas toleransi yang telah ditetapkan dapat 152

disebabkan oleh kesalahan manusia dan kondisi mesin yang digunakan untuk membuat produk. DAFTAR PUSTAKA Makhzu, S. 1992. Teknologi Dasar Kerja Mesin dan Permesinan, IKIP Padang MRC FPTK IKIP Padang. Rochim, T. 2001. Spesifikasi, metrology, & kontrol kualitas geometrik, Bandung, ITB. Sularso, MSME. 2002. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Pradnya Paramita, Jakarta. 153