Kata kunci : sanitasi lingkungan, pemukiman nelayan, peran serta masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci : kondisi sanitasi lingkungan, peran serta masyarakat, modal sosial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

Hermin Poedjiastoeti, Mila Karmilah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tiga gerakan yaitu gerakan sistem sunda di bagian barat, gerakan sistem pinggiran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB III ANALISA PERMASALAHAN INFRASTRUKTUR PEMUKIMAN

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM


BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Padatnya penduduk di wilayah perkotaan berdampak terhadap daerah perkotaan

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN I-1

ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO

KOTA TANGERANG SELATAN

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

Oleh: Auliya Ul Fikry Staf Subdit Kebijakan dan Strategi Dit. Bina Program

Lingkungan Permukiman

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

SANITASI AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA PROGRAM SANITASI PERKOTAAN BERBASIS MASYARAKAT (SPBM) DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

BAB V Area Beresiko Sanitasi

BAB IV METODE PENELITIAN

Bab 3 : Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

STATISTIK DAN PERANAN PENYEDIAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG LAYAK TERHADAP KEMISKINAN DI JAWA TENGAH Disampaikan oleh: BPS Provinsi Jawa Tengah

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB II Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Transkripsi:

ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan lingkungan di pemukiman nelayan Bandengan Kabupaten Kendal terkait dengan kondisi sanitasi yang tidak sesuai untuk kondisi standar layak suatu pemukiman. upaya pelestarian lingkungan dan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat juga masih rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah menemu kenali kondisi eksisting terkait dengan kondisi dan pelayanan sanitasi dan bentuk peranserta masyarakat dalam peningkatan kualitas sanitasi lingkungan. Adapun analisis data yang digunakan meliputi analisis triangulasi, analisis deskriptif terutama untuk analisis data dari hasil wawancara mendalam (indepth interview) dan hasil kelompok diskusi terfokus (FGD), analisis kelembagaan dan stakeholder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. kondisi sanitasi lingkungan di permukiman nelayan (RW IV) Kelurahan Bandengan dilihat dari pemenuhan terhadap sarana sanitasi dasar tergolong masih buruk, sehingga kondisi tersebut belum bisa menjamin bahwa lingkungan perumahan dapat memberikan rasa nyaman dan bebas dari kemungkinan penyebaran penyakit. Hal ini dapat dilihat dari : i) kondisi rumah yang belum memenuhi kriteria rumah sehat, ii) kebiasaan masyarakat dalam buang air besar masih di sungai atau laut karena di RW IV yang memeiliki jamban hanya 6 KK, iii) pengelolaan limbah cair belum dilakukan dengan baik karena masih banyak dijumpai penggenangan air limbah dari rumah tangga di pekarangan rumah dan air di saluran drainase yang tidak dapat mengalir karena saluran tertutup sampah, iv) sampah rumah tangga juga belum dikelola dengan baik, karena kebiasaan dalam membuang sampah masih dilakukan di sembarang tempat, di selokan, di pekarangan rumah dan di sungai. 2. Peran masyarakat dalam perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan masih sangat minim sekali dan tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini karena dipicu oleh : i) pengetahuan masyarakat tentang sanitasi masih pada tingkat tahu, artinya masyarakat dapat menyebutkan, menguraikan, menyatakan, dan sebagainya, belum memunculkan sikap ataupun tingkah laku nyata, ii) masalah kemiskinan dan kurangnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kebutuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan (pola hidup bersih), dan lain-lain. Kata kunci : sanitasi lingkungan, pemukiman nelayan, peran serta masyarakat ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan dan memiliki potensi kelautan cukup besar, seharusnya mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat nelayan yang menggantungkan hidup pada potensi kelautan (maritim) tersebut. Realitasnya kehidupan nelayan senantiasa dilanda kemiskinan, bahkan kehidupan nelayan sering diidentikkan dengan kemiskinan. Menurut Dahuri (1996) tingkat kesejahteraan para nelayan pada saat ini masih di bawah sektor-sektor lain termasuk sektor pertanian agraris. Menurut data BPS (1998) jumlah masyarakat miskin Indonesia mencapai 49 juta jiwa, dari jumlah tersebut 60 persennya merupakan masyarakat pesisir (termasuk nelayan). Gambaran umum yang pertama kali dapat dilihat dari kondisi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi dalam kehidupan masyarakat nelayan adalah fakta-fakta yang bersifat fisik berupa kualitas permukiman. Kampung-kampung nelayan miskin akan mudah diidentifikasi dari kondisi rumah hunian mereka. Rumah-rumah yang sangat sederhana, berdinding anyaman bambu, berlantai tanah atau papan yang terlihat usang, beratap rumbia dan keterbatasan pemilikan perabotan rumah tangga adalah tempat tinggal para nelayan buruh dan nelayan tradisional (Kusnadi, 2002; Sitorus, 2002). Selain kondisi rumah yang sangat sederhana, pemandangan lain yang sering kita jumpai adalah kondisi lingkungan yang kumuh dan terpolusi. Sarana dan prasarana sanitasi tidak tersedia. Kalau pun ada kondisinya tidak mencukupi atau tidak layak. Pelayanan air bersih dan sanitasi dasar yang diperoleh penduduk Indonesia masih jauh dari memadai. Data dari berbagai sumber menunjukkan, pelayanan air bersih di Indonesia pada tahun 2000 mencapai sekitar 90 persen penduduk di perkotaan dan 65 persen di pedesaan. Padahal pada tahun yang sama pelayanan air bersih di kota-kota di Asia Tenggara rata-rata di atas 97 persen dan di pedesaan rata-rata 80 persen. Kondisi pelayanan sanitasi pun masih memprihatinkan bila dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya. Data tahun 2000 menunjukkan tingkat pelayanan sanitasi dasar di perkotaan menjangkau 68 persen jumlah penduduk, sedangkan di pedesaan sebesar 45 Laporan Penelitian I - 1

persen, atau secara keseluruhan tingkat pelayanan sanitasi sekitar 62 persen. Angka pelayanan sanitasi keseluruhan tersebut kira-kira sama dengan kondisi pelayanan sanitasi dasar di Myanmar, tetapi masih di bawah Malaysia (77 persen), Filipina (82 persen) dan jauh di bawah Thailand (97 persen). Kondisi tersebut cukup memprihatinkan mengingat pengaruhnya terhadap derajat kesehatan masyarakat, terutama anak-anak dan generasi muda (Sulistyoweni, 2004). Kondisi sanitasi yang buruk dapat menimbulkan berbagai dampak yang merugikan terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan hidup dan kegiatan ekonomi yang berkaitan erat dengan kesejahteraan masyarakat. Epidemi penyakit perut sering muncul di kawasan berpenduduk miskin. Sistem pembuangan limbah tinja dianggap sebagai salah satu biang persoalan kesehatan di kawasan tersebut. Berdasarkan data BPS tahun 2002, rumah tangga perkotaan yang memiliki tangki septik baru mencapai 63,07 %. Sisanya masih buang tinja di kolam, sawah, sungai/danau, lubang tanah, pantai/lapangan dan tempat lainnya (Percik, Oktober 2005). Kawasan permukiman nelayan Bandengan adalah permukiman nelayan yang dibangun oleh pemerintah Kuwait pada tahun 2003 untuk merelokasi masyarakat nelayan yang bertempat tinggal di bantaran Kali Kendal. Namun kondisi permukiman tersebut saat ini telah jauh menurun terutama dalam penyediaan sarana sanitasi lingkungan baik berupa saluran drainase, persampahan maupun sarana parasana lingkungan fisik lainnya. Beberapa permasalahan yang dijumpai antara lain : pelaksanaan pembangunan sarana sanitasi lingkungan belum efektif, efisien dan berkelanjutan; upaya pelestarian lingkungan dan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat juga masih rendah. Kesadaran masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat khususnya kaum perempuan di permukiman Nelayan Bandengan, seperti dikemukakan oleh Fathie (2006), menunjukkan bahwa peran perempuan dalam peningkatan kualitas lingkungan khususnya pada lingkungan perumahan masih banyak mengalami kendala, hal ini disebabkan adanya berbagai mitos yang berkembang di tengah masyarakat serta kurangnya pengetahuan sehingga masih terlihat lingkungan yang kumuh dan menimbulkan bau tidak sedap. Jika dilihat dari sarana sanitasi misalnya bangunan rumah yang memenuhi standar rumah sehat, apabila dilihat dengan tolok ukur kualitas bangunan tempat tinggal, 68% masih berupa bangunan semi permanen dan non permanen dengan dinding bambu atau papan Laporan Penelitian I - 2

dan 32% berupa bangunan permanen. Genangan air limbah (dari kegiatan mandi, cuci, dll) juga dijumpai di sekitar rumah karena tidak disalurkan melalui saluran pembuangan air limbah. Disamping itu, sampah belum dikelola dengan baik, karena masih banyak dijumpai sampah yang berceceran di mana-mana, bahkan tidak jarang sampah memenuhi saluran air limbah. Berdasarkan kondisi tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana ketersediaan sarana dan prasarana sanitasi lingkungan di kawasan permukiman nelayan lebih dapat mempersiapkan masyarakat dalam melakukan peningkatan kualitas sanitasi lingkungan. Adapun hal-hal yang terkait dengan kegiatan tersebut adalah menemukenali kondisi sanitasi lingkungan saat ini dan mengkaji pemahaman masyarakat terkait dengan sanitasi lingkungan. 1.2. Perumusan Masalah Lingkungan yang sehat merupakan kebutuhan dasar manusia guna mempertahankan kehidupannya. Tanpa lingkungan yang bersih, nyaman dan memenuhi syarat-syarat kesehatan, maka manusia akan mengalami gangguan kesehatan jasmani, bahkan rohani, misalnya stres akibat sampah dan pencemaran air. Mengingat demikian strategisnya lingkungan yang sehat bagi kelangsungan hidup manusia, maka berbagai upaya telah dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah untuk menjaga kualitas dan kuantitasnya. Untuk menjamin terciptanya lingkungan yang sehat memerlukan peran serta masyarakat secara luas. Meskipun masyarakat mengetahui dengan pasti bahwa lingkungan yang sehat adalah kebutuhan, mereka tidak secara langsung mengambil inisiatif melakukan langkah-langkah terbaik dalam menjaga kondisi lingkungan sekitarnya, seperti juga yang terjadi di Kawasan permukiman nelayan Bandengan Kabupaten Kendal. Oleh karena itu permasalahan yang timbul adalah bagaimana kondisi sanitasi lingkungan yang ada saat ini, apakah pelayanan sanitasi dasarnya sudah memadai serta bagaimana kesadaran dan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dalam rangka meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan? Laporan Penelitian I - 3

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menemu kenali kondisi eksisting terkait dengan kondisi dan pelayanan sanitasi, bentuk peranserta masyarakat masyarakat dalam peningkatan kualitas sanitasi lingkungan 1.4. Kontribusi Penelitian 1. Memperkaya wawasan di bidang teknik lingkungan, khususnya tentang masalah sanitasi lingkungan di kawasan permukiman nelayan. 2. Membantu masyarakat nelayan dalam meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan pemukiman yang layak dan memenuhi standar kesehatan 3. Membantu pemerintah dalam merumuskan tindakan penanganan terhadap kekumuhan kawasan pemukiman nelayan. Laporan Penelitian I - 4

DAFTAR PUSTAKA Dahuri, R., Jacub R., Ginting, S.P., Sitepu, M.J. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Gramedia Jakarta. Djiwowijoto, R.N. 2006. Pembangunan dan Pemberdayaan. Majalah Percik Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Agustus 2006. Kusnadi,; 2004 Polemik Kemiskinan Nelayan, Pokdok Edukasi & Pokja Pembaruan Yogyakarta Kusnosaputro, H. 1983. Kesehatan Lingkungan. FKM Universitas Indonesia. Jakarta Mubyarto. 1996. Membahas Pembangunan Desa. Aditya Media. Yogyakarta. Mubyarto. 2002. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat dan Peranan Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta. Satria, Arif. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. PT. Pustaka Cidesindo, Jakarta Selatan. Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Aditama, Bandung. Sumirat, J. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Nasution, M. Arif, Badarudin, Subhilhar. 2005. Isu-isu Kelautan dari Kemiskinan Hingga Bajak Laut. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Pangemanan, A.C., Soelistiyani, N., Syisferi, Sumber Daya Manusia (SDM) Masyarakat Nelayan, http://tumoutou.net/702_05123/group_a_123.htm. diakses tgl 7-2-2008. Laporan Penelitian VII - 1