BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. wirausahawan menawarkan kesempatan kepada individu untuk mendapatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kaya sumber daya manusia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , ,

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB I PENDAHULUAN. Aditya Anwar Himawan, 2014 Sikap Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan untuk menjadikan negara

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran sudah menjadi masalah klasik dan seakan-akan tidak pernah

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Teknologi (IPTEK) yang semakin kompleks di berbagai bidang kehidupan. Untuk

I. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Horne (Mulyasana, 2011, h. 5) menyatakan bahwa : peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

2014 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Minat Berwirausaha. didasarkan atas disiplin keilmuan dan pandangan masing-masing. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu satu visi, satu identitas, satu komunitas dibuat sebuah upaya untuk merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. pencari kerja. Orang yang mencari kerja lebih banyak, sehingga banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ekonomi mempengaruhi perekonomian dan

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA DALAM DIRI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan masih mempunyai banyak masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada kondisi perekonomian di Indonesia. Belakangan ini

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

Entrepreneurship and Inovation Management

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewirausahaan beberapa dekade terakhir telah menjadi perhatian bagi instansi pendidikan dan pembuat kebijakan. Alasannya adalah karena dengan meningkatkan pertumbuhan pengusaha maka akan mendorong pengembangan ekonomi (melalui pengembangan ide usaha baru dan merubahnya menjadi suatu yang menguntungkan) (Selcuk & Tuker, 2009). Karir sebagai wirausahawan menawarkan kesempatan kepada individu untuk mendapatkan kemerdekaan secara finansial dan menciptakan pertumbuhan ekonomi karena dapat menciptakan lapangan kerja yang baru (Basu & Virick, 2007). Berwirausaha merupakan trobosan guna menanggulangi pengangguran terdidik. Mulai tahun 2009, dukungan kegiatan kemahasiswaan menyediakan pendidikan kewirausahaan kepada mahasiswa yang punya motivasi untuk berwirausaha. Program pendidikan kewirausahaan ini masuk dalam daftar isian pelaksanaan anggaran masing-masing perguruan tinggi, sekitar 70% dari dana yang diterima setiap perguruan tinggi dipakai untuk mendukung mahasiswa dalam menjalankan bisnis (Kompas.com, 2011). Indonesia sendiri merupakan Negara berkembang dan masih mempunyai banyak pengangguran. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, mengatakan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia pada bulan Februari 2013 mencapai 7,2 juta orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT)

2 cenderung menurun, dimana TPT Februari 2013 sebesar 5,92 % turun dari TPT Agustus 2012 sebesar 6.14 % dari TPT Februari 2012 sebesar 6.32 % (hhtp//www.bps.go.id). Meski ada penurunan tingkat pengangguran di Indonesia, akan tetapi masih tergolong cukup tinggi. Hal ini dikatakan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) RI, Muhaimin Iskandar ketika menjadi pembicara dalam seminar bertajuk partisipasi pemuda dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia, di Universitas Indonesia, Depok. Ia menjelaskan, berdasarkan fakta yang ada di lapangan jumlah pengangguran di Indonesia masih tinggi. Hanya 9 % masyarakat yang mengenyam bangku pendidikan di perguruan tinggi. Ini sangat berdampak pada kualitas, kompetensi, serta daya saing antara masyarakat Indonesia dengan Negara lain. Menurut Muhaimin, tanpa pendidikan negara tidak bisa berdiri dengan kuat. Selain pendidikan, pelatihan pun dibutuhkan untuk menambah kemampuan kerja sumber daya manusia Negara. (http//www.republik.co.id). Dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi, khususnya pengembangan kewirausahaan diseluruh tanah air, presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) pada Februari 2011. Dengan adanya GKN diharapkan generasi muda memiliki minat untuk menjadi wirausahawan (Aprilianty, 2012). Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) adalah bentuk k omitmen dukungan pemerintah kepada wirausahawan muda Indonesia yang mampu menggerakkan ekonomi masyarakat ( Rochmah, 2013).

3 Persentase wirausaha muda di Indonesia masih sanggat rendah, hal ini dapat dilihat pada tabel perbandingan persentase jumlah wirausaha muda Indonesia dengan Negara maju yaitu : Tabel 1.1 : Persentase Wirausaha Muda Berdasarkan Negara Negara Persentase Jumlah Wirausaha Indonesia 0,18 % Amerika 11,5 % Singapura 7,2% (Sumber : Suharti, 2011 dalam jurnal manajemen & kewirausahaan) Perbandingan persentase tersebut menunjukkan wirausahawan muda di Indonesia yang hanya sekitar 0,18% masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara maju seperti Amerika maupun Singapura (Suharti, 2011). Menurut data kementerian koperasi dan usaha kecil dan menengah (Februari 2013) jumlah wirausaha indonesia hanya 1,9 % dari 250 juta jiwa penduduk indonesia. Persentase tersebut masih sangat jauh dibandingkan dengan Negara lain seperti Malaysia 4 %, Singapura 7 %, jepang 10% dan amerika 12 % dari jumlah penduduknya (Tabloidsinartani.com, 2013). Padahal secara konsensus, sebuah negara akan maju, apabila memiliki wirausahawan sebanyak 5% dari total penduduknya yang dapat menjadi keunggulan daya saing bangsa. Menyikapi persaingan dunia bisnis masa kini dan masa depan yang lebih mengandalkan pada Knowledge dan Intelectual Capital, dalam menghadapi daya saing bangsa perlu adanya pengarahan dalam mengembangkan sektor wirausahawan muda terdidik (Suharti, 2011).

4 Dalam mengurangi pengangguran, diharapkan sebagai mahasiswa mampu berperan aktif untuk menjadi pelopor terbentuknya perekonomian nasional yang tangguh. Oleh karena itu, sudah saatnya dilakukan perubahan paradigma berpikir dikalangan mahasiswa. Yaitu, dari pola pikir sempit yang hanya berorientasi sebagai pencari kerja ( job seeker) setelah lulus dari perguruan tinggi, menjadi seorang wirausaha yang sukses, mampu menciptakan suatu usaha yang baru agar tercipta lapangan pekerjaan. Hal ini tentu dimulai saat menjadi seorang mahasiswa sudah mulai memikirkan dan merintis dari sektor wirausaha mana yang akan dibuat. Sebagai mahasiswa juga harus mampu menciptakan ide-ide yang kreatif dan inovatif dalam merencanakan dan membuat suatu hal yang baru yang berguna untuk dirinya sendiri dan karirnya kedepan. Meskipun mahasiswa mempunyai potensi yang berbeda-beda, namun semua orang bisa menjadi wirausahawan ( Enterpreneur) karena pada hakikatnya Enterpreneursip bukan hanya sebagai pedagang tetapi bagaimana seseorang mengubah barang yang tidak ada nilainya menjadi suatu barang yang bernilai tinggi. Bahkan mentri koordinator perekonomian Hatta Rajasa pernah mengungkapkan bahwa wirausaha ( Enterpreneur) itu mengacu pada karakter orang yang selalu ingin mengembangkan nilai tambah dari apapun, jadi tidak berarti dia harus pengusaha (Kompas.com, 2011). Pekerjaan juga disesuaikan dengan peluang dan kemampuan. Contoh mahasiswa yang punya wirausaha dikutip dalam surat kabar (Tempo.co, 2013) Ranto Ari Pratama mencatatkan diri sebagai mahasiswa sekaligus pengusaha sukses. Usaha tahu Cak Ari yang

5 dirintis sekitar tiga tahun lalu sudah memiliki 20 Outlet dengan omzet Rp 300 juta per bulan. Dua cabang ada di Kendari. Walaupun awalnya sulit membagi waktu antara kuliah dan usaha, namun semangat untuk terus mencoba dan berusaha tidak akan pernah padam ujar Ranto Ari di Makassar Selasa 26 Maret 2013. Hal ini juga dilakukan oleh beberapa mahasiswa UIN Suska Riau terutamanya mahasiswa Fakultas Psikologi yang sudah mulai memikirkan tentang usaha, dan juga telah sukses menjalankan usahanya. Salah satu usaha yang sedang di lakoni beberapa mahasiswa Psikologi UIN Suska adalah usaha Kuliner, Foto Copy, dan Ponsel. Saat ini sudah banyak Universitas menawarkan pelatihan dan menerapkan mata kuliah kewirausahaan yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi seorang yang independen dan tidak bergantung secara finansial kepada orang lain (Basu & Virick, 2007). Peningkatan terhadap aktivitas kewirausahaan dan pendidikan kewirausahaan ini seperti peningkatan inovasi dan kompetensi dalam berwirausaha akan membentuk pertumbuhan ekonomi dan menciptakan tenaga kerja (Acs et al., dalam Leon et al., 2007). Hal inilah yang menyebabkan kewirausahaan menjadi suatu ilmu pengetahuan dibidang sosial yang tumbuh sangat cepat (Katz dalam Leon et al., 2007). Namun masih terdapat sedikit penelitian terhadap kewirausahaan pada generasi muda (Selcuk & Tuker, 2009). Perguruan tinggi Indonesia juga telah memasukkan mata kuliah kewirausahaan ke dalam kurikulum mereka. Salah satunya fakultas Psikologi UIN Suska Riau telah menempatkan materi kewirausahaan dalam proses

6 belajar mengajar. Tujuan dari materi ini adalah memberikan bekal ilmu pengetahuan, pemahaman tentang kewirausahaan, seluk beluk dalam dunia usaha serta memberikan wadah bagi mahasiswa untuk berwirausaha. Menurut Hurlock (2008) minat dapat didefenisikan sebagai suatu dorongan yang ada dalam diri individu untuk melakukan apa yang diinginkan dan melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan dan mendatangkan kepuasaan. Kewirausahaan menurut Drucker (dalam Suryana, 2006) adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Jadi minat berwirausaha adalah sebagai suatu dorongan yang ada dalam diri individu untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Seseorang yang berminat pada sesuatu hal, maka segala tindakan atau apa yang dilakukan akan mengarahkannya pada minat tersebut. Hartono (2011) memberikan pengertian bahwa minat berwirausaha adalah suatu pemusatan perhatian individu terhadap pekerjaan wirausaha dan dengan senang hati melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan yang mengandalkan kemampuan untuk memikul risiko, membuat keputusan yang sesuai dengan peluang yang ada. Penelitian tentang minat berwirausaha oleh Hartono (2011), pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Suska Riau, bila dilihat pada kategori minat berwirausaha maka diketahui minat berwirausaha pada mahasiswa psikologi berada pada kategori sedang (67,04%). Hal ini menunjukkan mahasiswa psikologi UIN Suska Riau sebagian besar memiliki minat dalam berwirausaha.

7 Dalam menumbuhkan minat berwirausaha diperlukan adanya dukungan sosial, salah satunya dukungan dari keluarga. Hal ini diduga dapat mempengaruhi minat berwirausaha. Dukungan sosial didefinisikan sebagai suatu jaringan keluarga, teman, tetangga dan anggota masyarakat yang bersedia memberikan bantuan secara psikologis, fisik dan financial saat diperlukan (Rahardjo, Setiasih & Setianigrum, 2008). Sedangkan dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma (dalam Ambari, 2010) merupakan bantuan atau dukungan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat di dalam sebuah keluarga. Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga, anggota keluarga memandang bahwa seseorang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Penelitian sebelumnya memperlihatkan adanya hubungan dukungan sosial keluarga dengan minat. Yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2008) dari hasil penelitiannya terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan minat menjadi Bintara TNI-AD. Korelasi antara dukungan sosial keluarga dengan minat menjadi Bintara TNI-AD diperoleh koefisien rxx =0,568 dengan P<0,01 yang artinya hipotesis diterima. selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Aprilianty (2012) terdapat pengaruh dukungan lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha. Menunjukkan koefisien regresi untuk lingkungan keluarga

8 adalah 0,355 yang bernilai positif. Walaupun siswa SMK Rumpun Pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki dukungan lingkungan keluarga yang masih rendah pada minat berwirausaha siswa di bidang pertanian, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha siswa dengan kontribusi pengaruh sebesar 22%. Indonesia merupakan masyarakat kolektif, masyarakat yang mempunyai rasa sosial, saling tolong menolong dan hidup bergotong royong. Hal ini berbeda dengan masyarakat yang ada di Negara lain, seperti dinegara barat yang lebih Individual. Peran keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan arah dan tindakan seseorang sehingga individu akan mendapat dukungan dari keluarga yang tinggi atau sebaliknya tidak mendapat dukungan dari keluarga dalam menjalankan minatnya, salah satunya minat dalam berwirausaha. Namun faktanya di Indonesia minat dalam kewirausahawan masih sangat rendah hanya 1,9 % dari 250 juta jiwa penduduk indonesia, jauh sekali bila dibandingkan dengan Negara tetangga seperti Singapura sebanyak 7% wirausahawan dan Malaysia 4 %. Dengan adanya dukungan dari keluarga maka hal ini dapat semakin meningkatkan minat individu untuk berwirausaha. Ada beberapa jenis dukungan sosial keluarga, yaitu dukungan emosional adalah suatu bentuk perhatian dari keluarga agar individu semakin berminat untuk mewujudkan keinginannya dalam wirausaha, dukungan penghargaan yaitu adanya suatu penghargaan dari masyarakat dan keluarga bahwa dengan menjadi seorang

9 wirausaha yang sukses maka akan dihargai oleh orang lain, dukungan instrumental mencakup bantuan langsung dari keluarga, seperti bantuan keuangan, barang, dan semua kebutuhan kongkret yang dibutuhkan, dukungan informatif yaitu nasehat dari keluarga bahwa untuk menjadi wirausaha harus berani mengambil resiko serta gigih dalam hal apapun. Ketika individu memiliki minat menjadi seorang wirausaha maka individu tersebut memerlukan dukungan dari keluarga karena keluarga diibaratkan tiang rumah, sedangkan individu yang berwirausaha (entrepreneur) adalah atap yang menahan dari hujan dan terik panas dari luar, kalau tiang rapuh maka ambruklah rumah tersebut maka tidak ada gunanya atap yang bagus jika tiang dan penyangganya runtuh, begitu juga dengan berwirausaha. Jadi individu yang berminat dengan wirausaha wajib membutuhkan dukungan dari keluarga. Namun fenomena yang terjadi, ada individu yang berminat ingin berwirausaha, karena tidak mendapat dukungan dari keluarga maka ia mengurungkan diri untuk tidak lagi berusaha mewujudkan minatnya tersebut. Jadi seseorang yang berminat ingin berwirausaha sangat membutuhkan dukungan sosial, salah satunya dukungan dari keluarga. Berdasarkan uraian teori, permasalahan dan data dari hasil penelitian sebelumnya, peneliti tertarik sekali untuk menggali dan meneliti lebih lanjut tentang Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Suska Riau.

10 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasikan permasalahan dalam penelitian ini dengan rumusan masalah sebagai berikut : Apakah Ada Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Minat Berwirausaha pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Suska Riau? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bermaksud mengkaji secara ilmiah Apakah Ada Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Minat Berwirausaha. Untuk mencapai maksud tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan minat berwirausaha mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Suska Riau. D. Keaslian Penelitian Penelitian tentang hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan minat berwirausaha pada mahasiswa fakultas psikologi UIN Suska Riau belum pernah ada, namun penelitian yang berkaitan dengan minat berwirausaha sudah banyak dilakukan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Aprilianty (2012), dengan judul pengaruh kepribadian wirausaha pengetahuan kewirausahaan, dan lingkungan terhadap minat kewirausahaan siswa SMK. Penelitian ini berupaya mengungkapkan pengaruh potensi kepribadian

11 wirausaha, pengetahuan kewirausahaan dan lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha. Hasilnya menunjukkan bahwa lingkungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat dalam berwirausaha dengan kontribusi pengaruh sebesar 22%. Penelitian yang dilakukan oleh Widiyatnoto (2013), dengan judul pengaruh jiwa kewirausahaan dan budaya keluarga terhadap minat berwirausaha pada siswa SMKN 1 Wonosari dan SMK 2 Wonosari dikabupaten gunung kidul, hasilnya menunjukkan pengaruh positif dan signifikan jiwa kewirausahaan dan budaya keluarga secara bersama-sama terhadap minat berwirausaha pada siswa SMKN 1 pada taraf signifikansi sebesar 5% dan SMKN 2 pada taraf signifikansi sebesar 5 %. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hartono (2011), dengan judul Hubungan Self Efficacy dengan minat berwirausaha pada mahasiswa psikologi UIN Suska Riau. Hasil penelitiannya menunjukkan bila kategori pada minat berwirausaha, maka kelihatan minat berwirausaha pada mahasiswa psikologi berada pada kategori sedang (67,04%). Hal ini menunjukkan mahasiswa psikologi UIN Suska Riau sebagian besar memiliki minat dalam berwirausaha dipengaruhi Self Efficacy. Sementara itu, penelitian yang peneliti lakukan adalah melihat bagaimana hubungan antara dukungan keluarga dengan minat berwirausaha pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Suska Riau. Hal ini berbeda pada penelitian sebelumnya.

12 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu pengetahuan, khususnya dalam memahami teori-teori yang sesuai dengan fenomena yaitu mengenai hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan minat berwirausaha pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Suska Riau, sehingga dapat memperluas keilmuan Psikologi. 2. Manfaat Praktis Selain manfaat teoritis, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan mamfaat secara praktis, diantaranya adalah : a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan suatu informasi kepada tenaga pendidik maupun para mahasiswa dan pelaku usaha. Bagaimana pentingnya dukungan sosial keluarga dalam mengembangkan minat berwirausaha. b. Serta penelitian ini juga dapat memberikan suatu bentuk informasi bagi keluarga, sahabat, maupun kerabat, bahwa dukungan dari mereka sangat besar sekali dalam mengembangkan suatu usaha.