BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1 Sebagai masa depan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

TATA CARA PELAKSANAAN DIVERSI PADA TINGKAT PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Istilah narkoba muncul sekitar

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

JURNAL PERTIMBANGAN HUKUM OLEH HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

EFEKTIVITAS UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan karunia Tuhan yang senantiasa membawa perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

OLEH : Ni Ketut Arie Setiawati. A.A Gde Oka Parwata. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak. Penangannanya melalui kepolisian kejaksaan Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. di kota-kota besar saja juga merambah ke pelosok Indonesia. ditemukannya beberapa laboratorium narkotika di wilayah Indonesia.

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemidanaan di Indonesia secara berangsur mengalami

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MEMBERIKAN PUTUSAN BERSYARAT TERHADAP ANAK PEMAKAI NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia tahun, korban berusia 6 12 tahun sebanyak 757 kasus (26 %)

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB 1 PENDAHULUAN. senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penuntutan terhadap terdakwa tindak pidana narkotika adalah:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan bagian dari bangsa-bangsa yang ada di dunia apabila

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum, termasuk anak bisa melakukan tindakan yang melawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Angger Sigit dan Fuady Primaharsya: anak merupakan generasi penerus bangsa dan penerus perjuangan pembangunan yang ada. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1 Sebagai masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta kebebasan. Anak memiliki kekuatan tertentu yang selalu mengarahkannya untuk selalu hidup berkumpul dengan anak lainnya. Ini terjadi karena anak adalah makhluk sosial yang banyak memiliki keterbatasan. Upaya yang dilakukan ini semata-mata adalah demi terpenuhinya kebutuhan hidupnya. Jadi merupakan suatu hal yang wajar apabila anak begitu giat kesana kemari untuk bergaul. Ini merupakan perwujudan dari hakikat diri sebagai makhluk sosial. Dengan melihat kenyataan ini, maka siapapun tak perlu merasa aneh bila anak atau remaja sebagai makhluk sosial selalu giat bergerak mencari kawankawan bergaulnya tanpa pandang bulu dan bahkan tanpa memandang status 1 Angger Sigit dan Fuady Primaharsya, 2015, sistem peradilan pidana anak, pustaka yustisia, Yogyakarta, hlm 5 1

2 sosial. Namun sayang, akibat dari pergaulan tersebut banyak anak terjerumus ke dalam permasalahan atau kasus yang bertentangan dengan hukum. Dalam hal perlindungan terhadap anak, sejauh ini sudah banyak perhatian yang diberikan oleh pemerintah. Perhatian yang diberikan oleh pemerintah yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, kemudian digantikan oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pada kenyataannya di masa sekarang ini, tidak sedikit anak yang berkonflik dengan hukum. Anak yang melakukan kenakalan di motivasi oleh banyak faktor, beberapa faktor yang sebagian besar memotivasi anak untuk melakukan kenakalan, yakni faktor keluarga, pergaulan, pendidkan dan sekolah. Terkadang juga anak mengalami situasi sulit yang membuatnya melakukan tindakan melanggar hukum. Anak yang berkonflik dengan hukum, perkembangannya ke arah dewasa akan terhambat karena harus mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut, seharusnya anak diberikan bimbingan dan pembinaan, sehingga bisa tumbuh dan berkembang sebagai anak normal yang sehat dan cerdas seutuhnya. Isu mengenai perkembangan anak menjadi salah satu hal yang penting didiskusikan. Menurut M. Nasir Djamil: anak yang harus berhadapan dengan hukum dikategorikan menjadi dua kategori, yakni, status offence yaitu perilaku

3 kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan dan juvenile delinquency yaitu perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum. 2 Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji tentang juvenile delinquency yaitu perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum. Terlalu ekstrim apabila tindak pidana yang dilakukan oleh anak disebut dengan kejahatan, karena pada dasarnya anak memiliki kondisi kejiwaan yang labil, sehingga menunjukkan tingkah laku yang cenderung bertindak mengganggu ketertiban umum, sehingga hal ini belum dapat dikatakan sebagai kejahatan, melainkan kenakalan. Fenomena globalisasi sekarang ini merupakan akibat dari perkembangan teknologi dan informasi. Perkembangan teknologi dan informasi di dalam fenomena globalisasi salah satunya dibidang farmasi yaitu narkotika. Narkotika dalam kegunaannya sering disalahgunakan. Penyalahgunaan narkotika menjadi salah satu ancaman nasional yang perlu diperhatikan, khususnya peredaran narkotika tersebut. Banyak pelanggaranpelanggaran hukum dilakukan oleh anak, dan salah satu pelanggaran hukum anak yang paling marak ditemukan yakni penyalahgunaan narkotika, khususnya anak sebagai pengedar. 2 M. Nasir Djamil, 2013, anak bukan untuk dihukum, sinar grafika, Jakarta, hlm 33

4 Istilah narkotika bukan lagi merupakan istilah asing bagi masyarakat, mengingat begitu banyaknya berita baik dari media cetak maupun elektronik yang memberitakan tentang narkotika dan korbannya dan bagaimana korban dari berbagai kalangan dan usia berjatuhan akibat penggunaanya. 3 Secara sadar masyarakat luas telah mengetahui resiko dan akibat dari penyalahgunaan narkotika, namun cenderung selalu disalahgunakan. Kejahatan narkotika telah bersifat kejahatan transnasional, dan yang lebih memprihatinkan lagi, korban penyalahgunaan narkotika adalah sebagian besar generasi muda, sehingga apabila tidak segera diantisipasi bangsa ini akan menghadapi suatu ancaman rusaknya generasi penerus bangsa. Anak melakukan penyalahgunaan narkotika pada umumnya disebabkan karena ada rasa ingin tahu dari anak tersebut dan zat-zat tersebut menjanjikan sesuatu yang dapat memberikan rasa kenikmatan, kenyamanan, kesenangan dan ketenangan. Pengedar narkotika sekarang ini tidak memandang kalangan lagi, bukan hanya dari kalangan dewasa, namun dari kalangan anak juga ikut sebagai pelakunya. Seperti di Bone, Sulawesi Selatan, pada tanggal 15 juni 2014, Polisi menangkap tiga orang pelaku pengedar narkotika jenis sabu beserta barang buktinya, dan salah satu diantaranya merupakan anak yang baru tamat SMP berinisial RV berumur 15 (lima belas) tahun. 4 Dan yang baru saja terjadi, di 3 Ar. Sujono dan Bony Daniel, 2011, komentar dan pembahasan undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika, sinar grafika, Jakarta, hlm 1 4 Daerah.sindonews.com, Waris Hasrat, Polisi Ciduk Anak Dibawah Umur Terkait Kasus Narkoba, 15 Maret 2015

5 Jambi, pada 26 februari 2015, Polisi mengamankan lima orang pelaku pengedar narkotika jenis ganja, dua diantara pelaku tersebut merupakan anak di bawah umur, yakni M Rino Pranata berumur 16 (enam belas) tahun dan M Fahrul Rozi yang berumur 15 (lima belas) tahun. 5 Hal-hal seperti demikianlah yang harus diperhatikan aparat penegak hukum dalam menyikapi kasus anak sebagai pengedar narkotika, diperlukan kebijaksanaan dan kerja keras aparat penegak hukum, khususnya hakim, yang mengadili dalam pemeriksaan anak di pengadilan. Seperti pada kasus seorang anak yang berusia 15 (lima belas) tahun yang ditangkap oleh Polisi, pada 27 Oktober 2014 lalu sekitar pukul 20.45 Wita di depan Pasar Tegal Lantung, Desa Padang Sambian, Denpasar Barat, Bali saat akan melakukan transaksi narkoba. Menurut keterangan pelaku tersebut saat diperiksa, dia memperoleh barang haram itu dengan cara menanamnya sendiri selama satu tahun. Kemudian anak tersebut disidang, pada 24 november 2014 di Pengadilan Negeri Denpasar, Jaksa Penuntut Umum, I.G.A.A Fitria Candrawati menjerat terdakwa, dengan Pasal 127 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dan dituntut 17 bulan penjara. 6 5 nasional.republika.co.id, Billal Ramadhan, Polisi Amankan Dua Remaja Pengedar Ganja, 15 Maret 2015 6 nasional.republika.co.id, Indah Wulandari, edarkan ganja anak 15 tahun ini dituntut 17 bulan penjara, 15 Maret 2015

6 Oleh karena itu dalam pengambilan keputusannya, hakim harus yakin bahwa putusan yang dijatuhkan terhadap anak, dapat menjadi satu dasar yang kuat untuk mengembalikan anak menuju masa depan yang baik, sehingga mengembangkan diri anak sebagai warga Negara yang bertanggung jawab bagi Negara. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka penyusun tertarik dalam meneliti dan membahas permasalahan yang berjudul Pertimbangan Hakim Dalam menjatuhkan Putusan Terhadap Anak Sebagai Pengedar Narkotika B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan diatas terdapat permasalahan sebagai berikut : 1. Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap anak sebagai pengedar narkotika? 2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi pengedar narkotika? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dasar dari pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap anak sebagai pengedar narkotika.

7 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi pengedar narkotika D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis : Penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada penulis dalam memahami sejauh mana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap anak sebagai pengedar narkotika. 2. Bagi Masyarakat : Sebagai pedoman dalam membantu masyarakat untuk memahami pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara khususnya tentang anak sebagai pengedar narkotika. Sehingga apabila suatu saat masyarakat mengalami persoalan tersebut, penulisan hukum ini bisa menjadi masukan yang berharga bagi masyarakat. 3. Bagi Aparat Penegak Hukum Penelitian ini berguna dalam prakteknya sesuai dengan apa yang sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pertimbangan hakim. E. Keaslian Penelitian 1. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Putusan Pidana Terhadap Korban Tindak Pidana Narkotika, ditulis oleh Agus Victor Sanjaya Hutabarat, dengan rumusan masalahnya, apa yang mendasari

8 hakim dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap korban tindak pidana narkotika, sehingga bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji dasar pertimbangan yang mendasari hakim dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap korban tindak pidana narkotika, adapun hasil dari penelitian ini adalah dalam memutus perkara tindak pidana narkotika terhadap korban penyalahgunaan narkotika hakim mempunyai kesulitan untuk menjatuhkan pidana walaupun telah memperoleh bukti-bukti yang kuat tentang terdakwa sebagai korban tindak pidana narkotika. Dalam mengambil keputusan, hakim tidak melihat pada ketentuan Pasal 103 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 akan tetapi hakim hanya melihat adanya fakta-fakta hukum dan pertimbangan non yuridis serta adanya faktor-faktor yang memberatkan atau meringankan terdakwa berdasarkan keterangan saksi. 2. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung Dalam Menangani Perkara Anak), ditulis oleh Hermanus I Made Ervan Adnyana Putra, dengan rumusan masalahnya, apakah faktor-faktor penyebab anak melakukan tindak pidana dan apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana, sehingga bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor penyebab anak melakukan tindak pidana dan untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana, adapun hasil dari penelitian ini adalah Tindak pidana dapat dilihat sebagai suatu bentuk tingkah laku yang menyimpang

9 dan bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku. Dengan latar belakang keluarga yang berbeda, terdapat anak yang melakukan tindak pidana atau kejahatan karena pendidikannya terlantar dan disebabkan keadaan keluarga yang pecah (broken home), ada juga yang karena kemiskinan atau karena orang tua tidak mampu sehingga menyebabkan anak melakukan perbuatan pidana, ataupun karena pengaruh lingkungan, baik tempat tinggal anak atau lingkungan pendidikan dimana anak sekolah. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa pentingnya peranan orang tua terhadap pola tingkah laku dan juga pendidikan anak, karena orang tualah yang muda mengerti dan memahami anak, apalagi terhadap pendidikannya dan Penjatuhan pidana penjara terhadap anak nakal sebagai ultimatum remedium seharusnya menjadi pertimbangan hakim anak. Untuk itu diperlukan pemahaman dalam menerapkan Undang-Undang tentang Pengadilan Anak, sehingga aparat penegak hukum, khususnya hakim anak, dapat menjamin perlindungan hukum yang mengutamakan kepentingan anak secara optimal. 3. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Mati Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika. Ditulis oleh Irwan Mudian Manurung, dengan rumusan masalahnya Apa dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan Apakah pidana mati yang dijatuhkan oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana narkotika sudah tepat, sehingga bertujuan untuk memperoleh data mengenai pidana mati akibat dari tindak pidana

10 narkotika dan untuk mengetahui dasar apa yang dipakai hakim dalam menjatuhkan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan untuk mengetahui apakah pidana mati yang dijatuhkan oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana narkotika sudah tepat, adapun hasil dari penelitian ini adalah Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana narkotika merupakan perlindungan hukum kepada bangsa dan Negara dari peredaran gelap narkotika. Penjatuhan pidana mati dimaksudkan untuk mencegah adanya peredaran gelap narkotika dari dalam lembaga pemasyarakatan dan untuk mencegah adanya regenerasi baik dari dalam maupun dari luar lembaga pemasyarakatan. Sehingga salah satu cara untuk memutus mata rantai peredaran gelap narkotika adalah dengan menjatuhkan pidana mati kepada pelaku tindak pidana narkotika dan Pidana mati yang dijatuhkan oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana narkotika belum memenuhi aspek perlindungan individu karena dengan adanya pidana mati maka tamatlah riwayat orang dan tidak ada lagi waktu untuk memperbaiki diri dan memberikan pendidikan kepadanya. Dengan demikian, penjatuhan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana narkotika belum memenuhi aspek perlindungan individu, penjatuhan pidana mati baru memenuhi aspek perlindungan masyarakat saja.

11 F. Batasan Konsep 1. Anak Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 pasal 1 butir 1 adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 2. Pengedar Narkotika Secara umum pengertiannya tidak ditemukan dalam Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, namun peredaran gelap narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 pasal 1 butir 6 adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara tanpa hak atau melawan hukum yang ditetapkan sebagai tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika, sedangkan peredaran narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 pasal 35 meliputi setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan narkotika, baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindahtanganan, untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Narkotika Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 pasal 1 butir 1 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

12 rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan. 4. Hakim Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana pasal 1 butir 8 adalah pejabat peradilan Negara yang diberi wewenang oleh Undang- Undang untuk mengadili. G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, penelitian hukum normatif merupakan penelitian hukum positif berupa peraturan perundang-undangan dengan mengkaji norma-norma hukum yang berlaku. 2. Sumber data a. Bahan hukum primer meliputi : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak 2. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak joundang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

13 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang- Undang Hukum Pidana 6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder berupa pendapat-pendapat hukum dari bahan-bahan pustaka yang memberikan petunjuk maupun penjelasan mengenai bahan hukum primer misalnya, buku-buku yang mengulas masalah mengenai peradilan anak, buku tentang narkotika, buku tentang kekuasaan kehakiman, website tentang kasus-kasus yang berhubungan dengan peredaran narkotika yang dilakukan oleh anak, pendapatpendapat dari narasumber, untuk mendapat penjelasan dan pengetahuan tentang obyek yang diteliti. 3. Metode Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara studi kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari data yang diperoleh dari bahan kepustakaan dan memahami buku-buku, literature, jurnal, dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah penelitian. b. Wawancara Melakukan Tanya jawab secara lisan dengan narasumber atau responden untuk memperoleh data yang diperlukan untuk penulisan

14 hukum ini, yakni dengan mewawancarai Bapak Ikhwan Hendrato.,SH.,MH (Hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta). 4. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami, merangkai atau mengkaji data yang dikumpulkan secara sistematis, sehingga diperoleh suatu gambaran mengenai masalah yang diteliti dan menggunakan metode berfikir deduktif yaitu pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan fakta-fakta umum menuju pernyataan-pernyataan yang khusus dengan menggunakan penalaran atau rasio. H. Sistematika Penulisan Skripsi BAB I Pendahuluan Pada bagian ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian, sistematika penulisan. BAB II Putusan Hakim Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pengedar Narkotika Pada bagian pembahasan berisi tentang tinjauan umum tentang Putusan Hakim, yang meliputi dua hal yaitu, Macam-Macam Putusan Pengadilan dan Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan. Tinjauan umum tentang Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana

15 yang mengkaji tiga hal yaitu, Pengertian Anak, Anak Masa Depan Bangsa dan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum. Tinjauan umum tentang Tindak Pidana Narkotika meliputi empat hal yaitu, Pengertian Narkotika, Tindak Pidana Narkotika, Anak Selaku Pengedar Narkotika dan Sebab-Sebab Anak Menjadi Pengedar Narkotika. Pada bagian pembahasan juga menguraikan Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Perkara Anak Sebagai Pengedar Narkotika, mengkaji dua hal yaitu, Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Anak Sebagai Pengedar Narkotika dan Faktor- Faktor yang Menyebabkan Anak Menjadi Pengedar Narkotika. BAB III Penutup Pada bagian ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diperoleh dari analisis secara keseluruhan dari penulisan ini, serta saran yang berhubungan dengan kesimpulan terakhir yang dicapai dari hasil penelitian hukum ini.