E. Siklus Kehidupan Masyarakat Dayak 1. Kelahiran

dokumen-dokumen yang mirip
UPACARA ADAT DAYAK NGAJU KALIMANTAN TENGAH ACARA ADAT PENGANTEN MANDAI

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

GLOSARI. : Tokoh yang menjadi sumber dalam mitologi. : Tanda pada beras hambaruan yang biasanya berupa

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh suku Dayak. Secara geografis dan domisili penduduk suku Dayak umumnya

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

PENELUSURAN GENIUS LOCI PADA PERMUKIMAN SUKU DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

PEMBAHASAN Dalam masyarakat Sasak, mengenal beberapa cara pelaksanaan perkawinan yaitu:

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

Upacara Pernikahan bagi Mereka yang Terpanggil Keluar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan),

Tabel 30 Jumlah Kunjungan Domestik dan Non Domestik. Non Domestik (luar negeri)

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG

BAB IV MAKNA PERJANJIAN PERKAWINAN ADAT DAYAK NGAJU

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata.

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, sebuah tindakan yang telah disyari atkan oleh Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras,

PERKAWINAN LARI BERSAMA DAN PERKAWINAN BAWA LARI PADA MASYARAKAT ADAT SEBAGAI SUATU BENTUK PELANGGARAN ADAT

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pasal 18B ayat 2 Undang-Undang Dasar tahun 1945 yang berbunyi Negara

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB III TRADISI METRAEH DAN NYALENEH DALAM MASA PERTUNANGAN DI DESA GILI TIMUR KECAMATAN KAMAL KABUPATEN BANGKALAN

Daftar pertanyaan wawancara dan hasil deskripsi dari hasil wawancara dengan : A. Bapak M. Rani (Panyangahatn di Desa Pahokng)

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA KABUPATEN BULUNGAN. Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda )

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

Setiap manusia sudah mengenal yang namanya seni yang sudah diterapkan

BAB III PEMBERIAN JUJURAN DALAM TRADISI PERKAWINAN ADAT SUKU TIDUNG PULAU TARAKAN KALIMANTAN UTARA

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

I. PENDAHULUAN. pengukuhan perpindahan status bujangan dan perawan menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai-nilai keagamaan sebagai wujud ibadah kepada Allah. SWT, dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

melalui proses lamaran atau disebut dengan Badatang, jika lamaran ini telah sekaligus dibicarakan kesempatan tentang waktu maantar jujuran, nikah dan

Kang, sebenarnya khitbah sama tunangan itu sama gak sih?

TARI MANDAU TALAWANG. Di susun oleh : DAYA SAKTI KALIMANTAN TENGAH


BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB IV ANALISIS. Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

UPACARA PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Kalender Doa Februari 2017

LAWANG SEKEPENG PADA MASYARAKAT KELURAHAN BERENG BENGKEL KECAMATAN SABANGAU PALANGKA RAYA. Norlela STIKIP Muhamaadiyah Sampit

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kota Nanga Bulik (ibu kota Kabupaten Lamandau). Adapun desa-desa yang berbatasan dengan Desa Cuhai adalah :

FEBRUARI Berdoa untuk Mengakhiri Pernikahan Anak-anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

Membangkitkan Anak Muda di Nain

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Siapakah Yesus Kristus? (2/6)

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

DAFTAR PERTANYAAN. 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan dilaksanakan?

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07 Januari-Juni

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

Transkripsi:

E. Siklus Kehidupan Masyarakat Dayak 1. Kelahiran Seperti pada kebanyakan suku bangsa lain di dunia, suku Dayak di Kalimantan juga memiliki siklus hidup yang kesemuanya terangkai dalam ritual-ritual adat yang telah mereka laksanakan turun-temurun selama berabad-abad lamanya. Biasanya seorang wanita Dayak di pedalaman Kalimantan yang sedang hamil memiliki Ehet tatamba, yaitu jimat perempuan yang digunakan untuk melindungi dirinya disaat hamil. Sedang jika sudah tiba waktunya bagi si ibu untuk melahirkan, biasanya mereka akan melahirkan dengan bantuan Balian, atau bidan. Apabila ibu itu mengalami kesulitan pada saat hendak melahirkan bayinya, pihak keluarga segera membuat Kahang badak, yaitu tiruan ukuran pinggang badak yang dibuat dari daun rais lalu dipakaikan pada pinggang sang ibu dengan harapan pinggang sang ibu akan seluas pinggang badak, hingga proses melahirkan akan lebih mudah. Setelah bayi lahir biasannya bayi diberi Sampun Tuyung, yakni jimat yang dibungkus dengan kain hitam yang terdiri dari kumpulan kayu-kayuan yang dianggap mampu menangkal gangguan roh jahat terhadap bayi. Biasanya diikat dan digantungkan pada ayunan bayi. Setelah seorang anak telah memasuki masa remaja atau akil balik, ada juga beberapa peraturan adat yang harus mereka taati. Jika tidak mereka harus mendapat hukuman dan denda sesuai dengan adat yang berlaku di masyarakat. 1 / 8

Seorang ( Dokumentasi Gadis Tjilik Dayak Riwut di masa ) lalu E.2. Perkawinan Perkawinan pada masyarakat Suku Dayak di wilayah Kalimantan Tengah, menurut Tjilik Riwut di bagi menjadi tiga proses yaitu: 1) Hakumbang Auh atau proses peminangan, 2) Hisek atau proses pertunangan dan 3) Proses pernikahan atau perkawinan E.2.1. Hakumbang Auh atau Proses Peminangan Apabila seorang laki-laki berniat mempersunting seorang gadis, maka pihak keluarga laki-laki berusaha untuk mencari tahu lebih banyak tentang asal-usul, sejarah keluarga, situasi dan kondisi si gadis.[1] Diteliti juga apakah si gadis masih sendiri atau sudah menikah. Biasanya pihak keluarga laki-laki akan mengutus wakilnya untuk menemui pihak keluarga perempuan untuk mendapatkan kepastian. Setelah jawaban pasti diperoleh dari pihak keluarga perempuan dilanjutkan dengan mengadakan pembicaraan serius pihak orangtua dan calon pengantin bersama dengan sesepuh kampung atau orang yang dituakan. Lalu pihak keluarga laki-laki datang berkunjung ke rumah keluarga pihak perempuan untuk menyatakan niatnya. Apabila niat dan tujuan telah diterima dengan baik, sebagai bukti kesungguhan pihak laki-laki menyerahkan sejumlah uang dan pakaian sinde mendeng, atau seperangkat pakaian perempuan yang disebut sebagai batu pisek ( Kamus Dayak Ngaju Indonesia - English. Riwut, Nila. Akan terbit ) 2 / 8

E.2.2. Hisek atau proses pertunangan Pihak orang tua perempuan dan keluarganya akan berkumpul untuk mendapatkan kata mufakat menolak atau menerima lamaran tersebut. Apabila batu pisek dikembalikan dalam jangka waktu yang tidak begitu lama itu berarti lamaran tadi tidak diterima, namun apabila lamaran diterima batu pisek tidak dikembalikan, yang setelah itu akan dilanjutkan dengan proses pertunangan. ( Kamus Dayak Ngaju Indonesia - English. Riwut, Nila. Akan terbit ) E.2.3. Upacara Pernikahan Salah satu upacara adat yang wajib dilaksanakan dalam Kaharingan. Hak, kewajiban dan tanggung jawab perkawinan termuat dalam Pelak Rujin Perkawinan yang artinya pedoman dasar perkawinan. Lawang Sakepeng ( Dokumentasi Tjilik Riwut) Pada hari pernikahan sesuai tanggal yang telah disepakati bersama, pihak keluarga mempelai laki-laki bersama dengan keluarganya mendatangi rumah calon mempelai perempuan. Upacara ini disebut Maja Misek atau Upacara Pinangan Resmi. Di rumah pengantin perempuan rombongan calon pengantin laki-laki harus melewati lawang sekepeng atau pintu gerbang yang telah dihias sedemikian rupa. Dengan iringan suara gong, kedatangan calon pengantin laki-laki disambut dengan pantan yang terbuat dari tali dan harus diputuskan dengan pencak silat panca 3 / 8

atau pencak silat.setelah tali mampu diputuskan, berarti penghalang telah tiada dan kedatangan calon mempelai laki-laki disambut dengan lahap ( lengkingan khas suku Dayak) berturut-turut 3 kali. Keluarga calon mempelai perempuan akan menaburkan beras kuning ke segala arah, dengan maksud Ranying Hatalla (Allah) turut serta menyaksikan upacara yang tengah berlangsung. Kemudian calon pengantin laki-laki didudukan pada sebuah garantung atau gong. Pada malam harinya dilaksanakan penyerahan jujuran yang telah disepakati pada waktu pertunangan.. Pada keesokan harinya binatang kurban dipotong.yang kemudian darah binatang korban tadi diletakkan diatas piring, atau mangkuk yang biasa disebut kendarah. Setelah kedua pengantin didudukan bersanding diatas garantung atau gong dengan arah menghadap ke timur, serta tangan mereka memegang daun pohon sawang. Maka kedua mempelai tadi dipalas oleh kedua orangtua meraka dengan darah yang disediakan dalam kendara tadi. Kemudian pada pergelangan tangan keduanya diikatkan lamiang lilis yang dilanjutkan dengan penandatangan perjanjian perkawinan. Kemudian acara ditutup dengan acara santap bersama. (Riwut, Nila, 2006:145). E.3. Kematian Dalam buku Maneser Panatau Tatu Hiang dikatakan, apabila terjadi kematian dalam suatu keluarga Suku Dayak maka keluarga akan segera menyebarkannya pada masyarakat luas.[2] Ada tradisi dalam masyarakat, mengiringi kematian dengan suara garantung atau gong. Apabila berita duka telah tersebar, yang disebarkan dengan cara berantai dari mulut ke mulut maka warga kampung akan segera berduyun-duyun mendatangi rumah duka untuk memberika bantuan pada keluarga yang ditinggalkan.. Kedatangan mereka ke rumah duka membawa sumbangan berupa hasil bumi dari ladang mereka masing-masing.di rumah duka setelah mendekati dan melihat wajah jenazah untuk terakhir kali, maka meraka akan melakukan gotong-royong untuk membantu keluarga yang ditinggalkan. Kemudian jenazah diletakkan ditengah-tengah rumah, dan dikelilingi oleh kaum kerabat dan keluarga. Peti jenazah dibuat saat itu juga. Pembuatan peti mati dilaksanakan dengan cara gotong-royong. Peti mati yang umum dipakai adalah raung, yaitu peti mati yang dibuat dari batang pohon yang dibelah dua dan dibagian tengah dikerok untuk tempat meletakkan jenazah. Ada beberapa cara penguburan pada masyarakat Suku Dayak di Kalimantan Tengah, antara lain 1) Dengan cara dibakar, kemudian abunya dimasukkan ke sebuah guci lalu disimpan di depan rumah. 2) Ada yang harus dikubur terlebih dahulu, untuk kemudian dilanjutkan dengan proses Tiwah 3). Balit atau Belit, orang yang telah meninggal dimasukkan ke dalam peti mati yang disebut runi, kemudian digantung didalam hutan. Setahun kemudian tulang diambil untuk ditiwahkan, lalu tulang-tulang tersebut disimpan dalam Sandung Naung. 4) Ada juga yang dengan cara dihanyutkan dalam air dengan ritual adat. (Riwut, Tjilik,2003:250). 4 / 8

F. Upacara Tiwah Tiwah merupakan ritual kematian pada Suku Dayak. Ritual ini merupakan upacara sakral dan terbesar yang beresiko tinggi. Upacara Tiwah bertujuan untuk mengantarkan jiwa atau roh manusia yang telah meninggal dunia menuju tempat yang dituju yaitu Lewu Tatau Dia Rumpang Tulang, Rundung Raja Dia Kamalesu Uhate, Lewu tatau Habaras Bulau, Habusung Hintan, hakarang lamiang atau Lewu Liau yang letakknya di langit ke-7. Oleh karena segala persiapan ritual harus dipersiapkan dengan benar-benar cermat agar tidak terjadi kekeliruan. Jika sampai terjadi kekeliruan atau pelaksanaan upacara tidak sempurna, maka para ahli waris akan menanggung beban berat. Resiko tersebut antara lain jauh dari rejeki di masa mendatang, kesehatan terganggu, dan menaggung kutukan pada masa-masa mendatang. Pada umumnya pelaksanaan Upacara Tiwah dilaksanakan secara gotong-royong, ditanggung bersama oleh beberapa keluarga yang bergabung bersama-sama untuk meniwahkan sanak keluarganya yang telah meninggal. ( Riwut, Nila,2006:293). Sapundu (Dokumentasi Tjilik Riwut) 5 / 8

Manganjan (Dokumentasi Tjilik Riwut) 6 / 8

Manganjan ( Dokumentasi Tjilik Riwut) Menikam Hewan Korban ( Dokumentasi Christian Bela Bangsa ) [1] Dalam kehidupan di masyarakat, seorang gadis dilindungi dengan peraturan berikut: 1) Dilarang bercakap-cakap berduaan dengan seorang gadis khususnya ditempat sepi. Bila tertangkap basah akan mendapat hukuman adat dan juga diharuskan membayar denda. 2) Bila sedang berada di jalan kemudian bertemu dengan seorang gadis remaja yang belum di 7 / 8

kenal, dilarang menatap dan mengamati sekalipun dari jarak jauh. Karena apabila salah seorang keluarga si gadis remaja menyaksikan hal tersebut, akibatnya dituntut dalam rapat. 3) Misalnya dalam perjalanan, seorang perempuan diajak bicara oleh seorang laki-laki padahal keduanya belum saling mengenal, apabila terlihat oleh ahli waris perempuan itu, maka laki-laki tersebut dapat didenda karena dianggap melanggar adat yang berlaku. 4) Apabila seorang laki-laki mengajak satu atau dua perempuan untuk berjalan-jalan, tanpa terlebih dahulu meminta izin kepada ayah si gadis, akan lebih berat lagi apabila diantara mereka tidak saling mengenal, maka si laki-laki dianggap melakukan kesalahan dan dapat dituntut dalam rapat adat.( Riwut,2003:223-224). 8 / 8