ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Mohammad Taufik *

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

Asisten : Astari Rantiza/ Tanggal Praktikum : 24 Februari 2015

ANALISIS NEUTRONIK PADA REAKTOR CEPAT DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR (UN-PuN, UC-PuC DAN MOX)

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

ANALISIS PERSAMAAN DIFUSI RUANG-WAKTU SILINDER 1-DIMENSI PADA KECELAKAAN REAKTOR UTOP (UNPROTECTED TRANSIENT OVER POWER) UNTUK JENIS REAKTOR CEPAT

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

OPTIMASI UKURAN TERAS DAN DAYA TERMAL TERHADAP TINGKAT SIRKULASI ALAMIAH BAHAN PENDINGIN Pb-Bi PADA REAKTOR CEPAT

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 ( )

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN

STUDI DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb-Bi BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM ALAM MENGGUNAKAN STRATEGI SHUFFLING. Rida SNM *

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

DESAIN TERAS SUPERCRITICAL WATER COOLED FAST BREEDER REACTOR

ANALISIS TINGKAT BAHAYA PADA PASKA PERLAKUAN DAUR ULANG PEMBAKARAN/TRANSMUTASI AKTINIDA. Marsodi, dan Mulyanto

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

STUDI DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb-Bi YANG HANYA MEMERLUKAN INPUT URANIUM ALAM DALAM SIKLUS OPERASINYA. Rida Siti NM dan Zaki Su ud *

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana pada Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung.

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK

RANCANGAN NEUTRONIK REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb DAYA 200 MW(T)

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

OPTIMASI GEOMETRI TERAS REAKTOR DAN KOMPOSISI BAHAN BAKAR BERBENTUK BOLA PADA DESAIN HIGH TEMPERATURE FAST REACTOR (HTFR).

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6.

Analisis Densitas Nuklida Lead-Bismuth Cooled Fast Reactor (LFR) Bedasarkan Variasi Daya Keluaran

ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS

ANALISIS BURN UP PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR URANIUM ALAM

PERHITUNGAN REAKTIVITAS UMPAN BALIK AKIBAT KOMPAKSI BAHAN BAKAR DAN KEBOCORAN YANG DISEBABKAN OLEH GEMPA PADA HTR-10 DENGAN CODE MVP

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS

Desain Reaktor Air Superkritis (Super Critical Water Reactor) dengan Bahan Bakar Thorium. Design of Supercritical Water Reactor with Thorium Fuel Cell

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

Optimasi Ukuran Teras Reaktor Cepat Berpendingin Gas dengan Uranium Alam sebagai Bahan Bakar

INVESTIGASI AWAL PERFORMA NEUTRONIK ONLINE REFUELING PASSIVE COMPACT MOLTEN SALT REACTOR

Diterima editor 10 Agustus 2010 Disetujui untuk dipublikasi 28 September 2010

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

B T A CH C H R EAC EA T C OR

PERHITUNGAN BURN UP PADA REAKTOR SUB KRITIS BERDAYA SEDANG BERPENDINGIN Pb - Bi BURN UP CALCULATION OF Pb Bi COOLED MEDIUM SIZED SUBCRITICAL CORE

ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *)

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

Analisis Kemampuan Breeding Ratio dan Void Reactivity Reaktor Termal Air Berat Berbahan Bakar Thorium

STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR. Abdul Waris 1* dan Budiono 2

Kata kunci: analisis transient aliran, SSSR, aliran sirkulasi alam, loop primer, kondisi normal.

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

diajukan oleh : VERY RICHARDINA J2D005202

ANALISIS TRANSIEN AKIBAT KEHILANGAN ALIRAN PENDINGIN PADA TERAS SILISIDA RSG-GAS MENGGUNAKAN KODE EUREKA-2/RR

EFEK PENGGUNAAN ELEMEN BAKAR SILISIDA KE- RAPATAN 4,8 gu/cc TERHADAP SIFAT KINETIKA REAKTOR RSG-GAS

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

PENGARUH PENGAYAAN URANIUM TERHADAP NILAI FAKTOR MULTIPLIKASI EFEKTIF (k eff ) REAKTOR SUHU TINGGI HTR PROTEUS

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

ANALISIS FAKTOR PUNCAK DAYA TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 SI 2 -AL. Jati Susilo, Endiah Pudjihastuti Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OPTIMASI DIMENSI BAHAN BAKAR UNTUK REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN AIR RINGAN (H 2 O)

Disusun oleh: SUSANTI M SKRIPSI

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD

BAB II TEORI DASAR. Proses tumbukan dua inti atomik dan partikel penyusunnya, lalu menghasilkan

ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI SUHU PEN- DINGIN PRIMER PADA DAERAH RING B, C, D, E DAN F TERAS KARTINI UNTUK DAYA 250 KW.

ANALISIS PENGARUH FRAKSI BAKAR TERHADAP FLUX NEUTRON PADA DESAIN TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PENGEMBANGAN SOFTWARE CPEM SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN EKSPERIMEN FISIKA REAKTOR PADA REAKTOR KARTINI

SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN DIFUSI NEUTRON PADA TERAS REAKTOR NUKLIR DENGAN METODE ITERASI JACOBI PARALEL MENGGUNAKAN OPENMP

diajukan oleh : IRMA PERMATA SARI J2D005176

PROGRAM PERHITUNGAN PENGARUH REAKTIVITAS FEEDBACK TERHADAP DINAMIKA REAKTOR MENGGUNAKAN METODA MONTE CARLO. Dra. Dwi Purwanti, MS ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS NILAI KOEFISIEN REAKTIVITAS SUHU BAHAN BAKAR DAN MODERATOR PADA HTR-10

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

STUDI SIFAT PB-BI DENGAN METODA MOLEKULAR DINAMIK

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

MODEL MATEMATIK UNTUK MENENTUKAN LAMA JATUH BATANG KENDALI. Elfrida Saragi *, Utaja **

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. KATA PENGANTAR...

Transkripsi:

ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA Mohammad Taufik * ABSTRAK ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Telah dilakukan simulasi untuk melakukan analisa keselamatan reaktor cepat dengan daur ulang aktinida. Simulasi bertujuan untuk mengetahui respon reaktor terhadap kecelakaan ULOF dan kecelakaan simultan antara ULOF & UTOP. Dari parameter yang dihasilkan seperti umpan balik reaktivitas, daya, temperatur, dan aliran pendingin dapat disimpulkan bahwa reaktor memiliki sistem keselamatan inherent(pasif) yang mampu mengembalikan ke keadaan kesetimbangan baru. ABSTRACT SAFETY ANALYSIS OF ACTINIDE RECYCLED FAST POWER REACTOR. Simulation for safety analysis of actinide recycled fast power reactor has been performed. The objective is to know reactor response about ULOF and ULOF & UTOP simultaneous accident. From parameter result such reactivity feedback, power, temperature, and cooled flow rate can conclusion that reactor have inherent safety system, which can back to new Equilibrium State. PENDAHULUAN Desain reaktor nuklir pada generasi yang akan datang harus memenuhi beberapa kriteria yang ideal yaitu : kemampuan menghasilkan energi secara efisien, kemampuan memanfaatkan cadangan uranium dan thorium di alam serta unsur aktinida sebagai bahan bakar nuklir, kemampuan menghancurkan dan memproses limbah nuklir yang dihasilkan, dan kemampuan memiliki keselamatan inherentt/pasif(http://www.nr.titech.ac.jp). Dalam hal keselamatan telah terjadi pergeseran paradigma, yaitu dari sistem instrumental (aktif) menjadi sistem inherent (pasif). Sistem keselamatan inherent bertumpu pada mekanisme yang bergantung pada prinsip alami saja tanpa perlu tindakan operator atau catu daya. Ini berarti bahwa pada saat terjadi kecelakaan reaktor akan terjadi pola perubahan pada masing-masing komponen umpan balik reaktivitasnya sehingga mampu mengatasi kondisi abnormal yang ada tanpa bantuan tindakan operator ataupun batang kendali. Dalam kenyataannya kombinasi antara * Lab. Fisika Energi, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Padjadjaran

sistem instrumental dan sistem inherent dipandang sebagai model reaktor ideal yang memiliki kemudahan dalam operasional dan tingkat keselamatan yang tinggi. Telah dilakukan simulasi untuk melakukan analisa keselamatan terhadap kecelakaan ULOF (Unprotected Loss Of Flow, kehilangan aliran akibat tidak berfungsinya pompa) dan kecelakaan simultan antara ULOF & UTOP (Unprotected rod run out Transient Over Power, tertarik keluarnya seluruh batang kendali tanpa proteksi) pada reaktor cepat dengan daur ulang aktinida. Reaktor menggunakan pendingan campuran Pb-Bi (timbal-bismuth) cair. Parameter yang diperoleh adalah reaktivitas, daya, temperatur, dan aliran pendingin primer. DASAR TEORI Persamaan Difusi Persamaan Difusi Multigroup [1, 3]: λ G g 1 g D g φ g + r, gφ g = υ f, iφ + s, i gφi (1) k eff i= 1 i 1 dengan D g φ g Σ r,g Σ f,i Σ s,i g k eff λ g υ : koefisien difusi untuk group g : fluks neutron untuk group g : penampang lintang removal untuk group g : penampang lintang fisi dari group i ke group g : penampang lintasan hamburan dari group i ke group g : faktor multiplikasi efektif : spektrum fisi untuk group g : jumlah rata-rata neutron yang dihasilkan dalam reaksi fisi Persamaan difusi multigroup dituliskan dalam bentuk metoda numerik finite difference (beda hingga) adalah [1] : λ + i, j i, j g i, j i, j i, j i, j Dg φ g da + rgφ g V = υ g g fg ' g V sg ' g g ' V ' ' φ φ (2) i j k, eff g '

Persamaan Burnup dn dt i Persamaan Burnup [6]: = ( i + σ a, iφ) Ni Sm, i m λ + N m (3) dengan : N i : kerapatan atom jenis ke-i untuk setiap mesh spasial λ i : konstanta desintegrasi untuk atom ke-i σ a,i : penampang lintasan absorbsi mikroskopik untuk atom ke i pada masing mesh spasial φ : fluks neutron inti ke i dari inti ke m Faktor Multiplikasi Faktor Multiplikasi didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah neutron dalam satu generasi terhadap jumlah neutron dalam genersai terdahulu, yaitu [1,3]: k eff = υ 2 f 1( ( D2B + R 2 ) + υ2 f 2 2 2 D B + )( D B + 1 s1 2 ( 1 R1 2 R2 ) (4) Umpan Balik Reaktivitas Umpan balik reaktivitas memiliki empat tipe komponen, yaitu efek doppler, efek perubahan densitas pendingin, efek ekspansi aksial bahan bakar, dan efek ekspansi radial teras. Efek doppler dan efek perubahan densitas pendingin dihitung dengan menggunakan distribusi temperatur dalam teras (pendingin, struktur, dan pelet bahan bakar) untuk menghitung perubahan penampang lintang di dalam setiap bagian teras, sebagai berikut [6]: ρ( t) G = g = 1 ψ * ( r,0){ F M ( r, t g g g } ψ g ) dengan : ψ g (r,0) : fungsi adjoint group energi ke-g pada t=0 Fg : Perubahan operator produksi group energi ke g Mg : Perubahan operator destruktif group energi ke g ψ g (r,t) : Fungsi bentuk/fluks neutron group energi ke g dv (5)

Efek doppler dihitung berdasarkan efek perubahan temperatur di dalam bagian teras (bahan bakar, perisai dan pendingin). Perubahan umpan balik reaktivitas densitas pendingin dihitung berdasarkan perubahan densitas pendingin terhadap temperatur. Temperatur rata-rata di dalam teras digunakan untuk menghitung umpan balik reaktivitas ekspansi radial, sedangkan temperatur rata-rata pelet digunakan untuk menghitung umpan balik reaktivitas ekspansi aksial. Metoda Perhitungan Skema sistem reaktor cepat yang dipergunakan ditunjukkan pada Gambar 1. [4]. Aliran pendingin dari tangki dingin dipompakan ke teras dan setelah mengambil panas dari teras mengalir ke tangki panas. Dari tangki panas bahan pendingin akan mengalir ke pembangkit uap untuk memberikan panas ke sistem pendingin sekunder (air-uap) dan selanjutnya masuk kembali ke tangki dingin. Pada pembangkit uap, panas dari aliran pendingin primer digunakan untuk menghasilkan uap bertekanan tinggi guna memutar turbin. Simulasi kecelakaan menggunakan model 2 dimensi R-Z, untuk menyelesaikan persamaan difusi multigroup dan persamaan burnup yang bersifat neutronik. Blok diagram perhitungan keseluruhan diperlihatkan pada gambar 2. Parameter yang digunakan dalam simulasi diperlihatkan pada tabel 1. HASIL DAN DISKUSI Kecelakaan ULOF Pada saat terjadi kerusakan pompa, maka daya dorong pompa akan turun. Hal ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbanan antara daya dengan aliran pendingin primer yang mengakibatkan terjadinya kenaikan temperatur pada teras. Selanjutnya kenaikan temperatur menyebabkan umpan balik reaktivitas berharga negatif dan menyebabkan terjadinya penurunan daya reaktor. Penurunan daya reaktor menyebabkan menurunnya beda temperatur antara bahan bakar (pelet) dengan bahan pendingin di lokasi terjadinya kecelakaan. Setelah beberapa waktu, temperatur bahan pendingin akan terus naik sedangkan temperatur bahan bakar (pelet) dapat terus naik atau berhenti lalu turun bergantung pada keadaan yang lebih dominan antara kenaikan temperatur bahan pendingin dengan penurunan beda temperatur pelet-pendingin akibat menurunnya daya reaktor. Dalam tahapan ini umpan balik reaktivitas dari komponen perubahan densitas pendingin dan ekspansi radial teras akan terus naik sedangkan umpan balik reaktivitas dari

komponen doppler dan ekspansi aksial dari pelet bergantung pada perubahan temperatur dari pelet. Selanjutnya kenaikan temperatur pada pendingin dan penurunan daya telah cukup besar dan rasio daya terhadap aliran pendingin primer telah bergerak menuju kesetimbangan baru sehingga terjadi penurunan kembali temperatur pendingin serta pelet akibat terus menurunnya daya reaktor yang disebabkan oleh reaktivitas negatif oleh umpan balik yang terakumulasi. Sejalan dengan ini nilai-nilai komponen reaktivitas dari umpan balik pun sedikit demi sedikit mengecil sehingga sampai suatu saat nilai reaktivitas total mendekati nol kembali dan sistem mendekati keadaan kesetimbangan dan kritis yang baru. Fenomena di atas dapat diamati pada gambar 3-a, 4-a, 5-a, 6-a, dan 7-a. Tampak bahwa pada tahap-tahap awal penurunan, total aliran pendingin primer menyebabkan kenaikan temperatur pendingin dan elemem bahan bakar di teras reaktor yang menyebabkan membesarnya nilai mutlak umpan balik reaktivitas. Umpan balik reaktivitas ini menyebabkan menurunnya daya reaktor dengan laju yang sedikit lambat. Setelah sekitar 15 detik komponen umpan balik reaktivitas dari doppler dan ekspansi aksial pelet mulai menurun akibat menurunnya temperatur pelet. Selanjutnya setelah 20 detik komponen umpan balik reaktivitas dari ekspansi radial juga mulai menurun sedangkan komponen densitas bahan pendingin hampir konstan. Setelah lebih dari 100 detik sejak awal kecelakaan, total aliran bahan pendingin telah mendekati nilai stasioner yang ditentukan oleh kemampuan sirkulasi alamiah yang besarnya sekitar 25-40 % untuk jenis reaktor ini dari total aliran pendingin mulamula. Dari gambar 5-a terlihat bahwa temperatur maksimum dari bahan pendingin dan pelet berada jauh di bawah limit masing-masing. Kecelakaan Simultan ULOF & UTOP Pada saat tertariknya seluruh batang kendali, maka daya reaktor akan naik (reaktivitas positif) dan karena secara simultan juga terjadi kerusakan pompa pendingin primer, maka akan terjadi ketidakseimbangan anatara daya reaktor dengan aliran pendingin primer yang jauh lebih besar daripada ketika terjadi kecelakaan ULOF saja. Akibatnya temperatur bahan pendingin, cladding, dan pelet akan naik secara cepat, selanjutnya menimbulkan akumulasi umpan balik reaktivitas negatif yang lebih cepat dai kasus ULOF. Dalam waktu tidak lama kenaikan daya terhenti dan balik mengecil. Selanjutnya terjadi elevasi temperatur pada keadaan kesetimbangan yang baru, khususnya pada temperatur bahan pendingin yang diperlukan untuk mengkompensasi reaktivitas positif dari batang kendali. Kemudian total aliran pendingin primer akan sedikit lebih besar dari kasus ULOF akibat kenaikan temperatur pendingin yang lebih besar ketika mengalir melalui teras reaktor. Umpan balik reaktivitas dari komponen

perubahan densitas pendingin dan ekspansi radial teras akan berperan penting, namun umpan balik reaktivitas dari komponen doppler dan ekspansi aksial pelet akan berperan lebih penting dibandingkan kasus ULOF. Fenomena diatas dapat diamati pada gambar 3-b, 4-b, 5-b, 6-b dan 7-b. Pada tahap awal reaktivitas positif dari tertarik keluarnya batang kendali menyebabkan naiknya daya reaktor, namun dalam waktu singkat reaktivitas ini dapat dinetralisir oleh reaktivitas negatif dari umpan balik yang harga mutlaknya membesar dengan cepat akibat ketidakseimbangan daya dengan aliran pendingin primer yang lebih besar dari kasus ULOF. Setelah 100 detik, daya reaktor mulai mendekati harga setimbang yang baru yang seharga sekitar 70 % dari harga daya normal. Harga ini jauh lebih besar dari kasus ULOF. Dari gambar 5-b terlihat bahwa temperatur maksimum bahan pendingin adalah 700 C dan temperatur maksimum pelet adalah 770 C, jauh lebih besar dari kasus ULOF, akan tetapi masih jauh di bawah limit masing-masing. KESIMPULAN Dari hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa umpan balik reaktivitas dari komponen ekspansi radial teras memiliki peran yang sangat penting bagi tercapainya karakteristik keselamatan inherent pada kecelakaan ULOF. Sedangkan umpan balik reaktivitas dari komponen doppler dan ekspansi aksial pelet berperan penting pada kecelakaan UTOP. Untuk kecelakaan ULOF, temperatur maksimum yang terjadi pada bahan pendingin adalah 625 C dan yang terjadi pada pelet adalah 690 C, kedua-duanya masih berada jauh di bawah limit masing-masing (titik didih bahan pendingin adalah 1670 C, dan titik leleh bahan bakar adalah 2500 C). Sedangkan untuk kecelakaan ULOF & UTOP simultan, temperatur maksimum bahan pendingin dan pelet masingmasing adalah 700 C dan 770 C. Sehingga dapat disimpulkan bahwa reaktor memiliki sistem keselamatan inherent (pasif). DAFTAR PUSTAKA 1. DUDERSTADT, JAMES J. And LOUIS J. HAMILTON, Nuclear Reactor Analysis, John Wiley & Sons, Inc, New York (1976). 2. M. TAUFIK, Sudi Desain Reaktor Cepat dengan Daur Ulang Aktinida, Tesis Magister, Jurusan Fisika, ITB, Bandung (1999).

3. OTT, KARL O. And ROBERT J. NEUHOLD, Introductory Nuclear Reactor Dynamics, American Nuclear Society, Illinois (1985). 4. PN ALEKSEEV, Improvement of the Safety Potential for the Lead Cooled Fast Reactor, Proc. Of ANP Conference, Tokyo (1992). 5. S. NOMURA, S. SHIKAKURA, S. UKAI, I. SESHIMO, M. HARADA, I, SHIBAHARA, And M. KATSURAGAWA, Development of Long Life Fast Breeder Reactor Core Material, AESJ, Tokyo (1991). 6. WALTAR, ALAN E. And ALBERT B. REYNOLDS, Fast Breeder Reactor,Pergamon Press, New York (1981). 7. (http://www.nr.titech.ac.jp)

Mulai Perhitungan Penampang Lintang Mikroskopik & Makroskopik multigroup Perhitungan Difusi Multigroup Perhitungan Burn-Up Renormalisasi Fluks Perhitungan Total Aliran dan Distribusi Aliran Perhitungan Distribusi Temperatur Coolant Perhitungan Distribusi Temperatur Pelet Perhitungan Kesetimbangan Massa dan Energi dalam Tangki Panas Perhitungan Kesetimbangan Massa dan Energi dalam Tangki Dingin Perhitungan Umpan balik reaktivitas : Doppler, Densitas Coolant, Ekspansi Aksial dan Radial Selesai Gambar 2. Blok Diagram Perhitungan Keseluruhan

Tabel 1. Spesifikasi Reaktor [2] Parameter Spesifikasi Daya Reaktor 3000MWt Tipe Vuel UN-PuN Pendingin Pb-Bi Waktu Operasi tanpa Refueling 40 tahun Kerapatan Daya Rata-rata 300 W/cc Kerapatan Daya Maksimum 550 W/cc Burn-Up rata-rata 9 % HM Burn-Up maksimum 18 % HM Fraksi Volume Bahan Pendingin 45 % Fraksi Volume Bahan Bakar 35 % Pengayaan PuN dalam Fuel Rata-rata 13 % Waktu Pompa Primer 12 detik Waktu Penarikan Batang Kendali 15 detik Total Reaktivitas Eksternal 0,1 % Diameter Teras 250 cm Tinggi Teras 100 cm Tebal Reflektor 20 cm Tebal Perisai 30 cm

Gambar 1. Konfigurasi Reaktor secara global [4]

Gambar 3. Perubahan Komponen Umpan Balik Reaktivitas Gambar 4. Perubahan Daya dan Umpan Balik Reaktivitas

Gambar 5. Perubahan Temperatur di Daerah Terpanas Gambar 6.Perubahan Aliran Pendingin Primer