PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN UJIAN NASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 75 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

No.1678, 2014 KEMENDIKBUD. Kelulusan. Peserta Didik. Satuan Pendidikan. Ujian Sekolah. Madrasah. Kesetaraan Ujian Nasional. Kriteria.

UJIAN NASIONAL SD/MI dan SDLB SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB SMA/MA dan SMK Tahun Pelajaran 2011/2012

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DRAF PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR xxx TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA. No.19, 2011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL. Ujian Sekolah. Ujian Nasional. SD.Ibtidaiyah. SD Luar Biasa.

BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2013 TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK DARI SATUAN PENDID

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009

3 4efintuv l aeitak Orktistp&

Kata Pengantar. Jakarta, Desember Tim Penyusun

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 20 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2007/2008

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM. NOMOR : Dj.I/60/2011

KEMENTERIAN AGAMA R E P U B L I K I N D O N E S I A I J A Z A H MADRASAH IBTIDAIYAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2006/2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2005/2006

TANYA-JAWAB PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL

Tanya Jawab Pelaksanaan Ujian Nasional Wednesday, 28 December :24. Kata Pengantar

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2009/2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2009/2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2005/2006

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 20 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2004/2005

KEMENTERIAN AGAMA R E P U B L I K I N D O N E S I A I J A Z A H MADRASAH IBTIDAIYAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2006 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

KEPUTUSAN BERSAMA NOMOR 593 TAHUN 2013 NOMOR 361 TAHUN 2013 TENTANG

siswa yang terdiri: Peserta UAMBN MI : siswa Peserta UN MTs : siswa Peserta UN MA : siswa

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI DAERAH KHUSUS

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. NOMOR : 015 Tahun 2011

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

(1) PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERSIAPAN UJIAN NASIONAL Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

PERATURAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN NOMOR 0149/P/BSNP/XII/2010 TENTANG

PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA

(1) PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2017

2011, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bersama antara Menteri Pend

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN BERSAMA ANTARA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN MENTERI AGAMA NOMOR 04/VI/PB/2011 NOMOR MA/111/2011 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

Persiapan dan Kesiapan Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

KESIAPAN JATIM DALAM UJIAN NASIONAL SMP/MTS & SMA/SMK/MA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. NOMOR : 067 Tahun 2012

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

WALI KOTA BANDUNG, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UJIAN NASIONAL. SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI

UJIAN NASIONAL. SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 74 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2017

PROSEDUR OPERASI STANDAR PENCETAKAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN UJIAN NASIONAL SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, DAN SMK TAHUN PELAJARAN 2010/2011

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR : 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2018

PERUBAHAN PENYELENGGARAAN UN TAHUN 2011

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

PEMBAHASAN KEBIJAKAN USBN

PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL (UN) PADA JENJANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI)

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2016

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU


LEMBAGA PENDIDIKAN MA ARIF NU JAWA TENGAH

PEDOMAN PELAKSANAAN UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN 2010/2011

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN

Transkripsi:

Iy, PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN UJIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2011 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional, telah diatur mengenai kriteria kelulusan peserta didik dan penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional; b. bahwa untuk terlaksananya Ujian Sekolah/Madr!!sah dan Ujian Nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a, periu ditindaklanjuti pengaturannya dengan Peraturan Gubernur; C. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubemur tentang Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional; ~l1engingat 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008; 3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan;

2 7. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010; 8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar lsi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; 9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; 10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar lsi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2007; 11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2007 tentang Penilaian Pendidikan; 12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa; 13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 78 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Intemasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah; 14. Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama pada Sekolah; 15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2011 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional; 16. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan; 17. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 18. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perlindungan Penyandang Disabilitas; 19. Peraturan Gubernur Nomor 107 Tahun 2007 tentang Akreditasi Sekolah/Madrasah; 20. Peraturan Gubemur Nomor 116 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif; 21. Peraturan Gubernur Nomor 124 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah, Luar Biasa dan Pendidikan Khusus; 22. Peraturan Gubernur Nomor 134 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan;

3 MEMUTUSKAN : Menetapkan PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN UJIAN NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 4. Dinas Pendidikan yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 5. Kantor Wilayah Kementerian Agama yang selanjutnya disebut Kanwil Kementerian Agama adalah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 7. Kepala Kanwil Kementerian Agama adalah Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 8. Suku Dinas adalah Suku Dinas Pendidikan Dasar Kota Administrasi, Suku Dinas Pendidikan Menengah Kota Administrasi dan Suku Dinas Pendidikan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. 9. Kantor Kementerian Agama Kota adalah Kantor Kementerian Agama Kota Administrasi dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. 10. Seksi Dinas Pendidikan Kecamatan adalah Seksi Dinas Pendidikan Dasar Kecamatan dan Seksi Dinas Pendidikan Menengah Kecamatan. 11. Satuan Pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMNMA), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). 12. Sekolah/Madrasah Penyelenggara Pendidikan Inklusif adalah Sekolahl Madrasah yang memberi kesempatan bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus dan/atau peserta didik yang memiliki kecerdasan dan/atau bakat istimewa belajar bersama-sama dengan peserta didik pad a satuan pendidikan umum atau satuan pendidikan kejuruan dengan menggunakan kurikulum yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan khusus peserta didik berkelainan dan/atau peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa.

4 13. Ujian adalah Kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi yang terdiri dari Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional. 14. Ujian Sekolah/Madrasah yang selanjutnya disingkat US/M adalah Kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh sekolah/madrasah untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi. 15. Ujian Sekolah Berstandar Nasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yang selanjutnya disingkat USBN PAl adalah Kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional bagi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Sekolah Oasar (SO), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan bagian dari Ujian Sekolah/Madrasah. 16. Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional yang selanjutnya disingkat UAMBN adalah Kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran AI Qur'an Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab bagi Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) yang merupakan bagian dari Ujian Sekolah/Madrasah. 17. Ujian Nasional yang selanjutnya disingkat UN adalah Kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran i1mu pengetahuan dan teknologi. 18. Rayon adalah Kelompok panitia penyelenggara UN di tingkat Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi. 19. Subrayon adalah Kelompok panitia penyelenggara UN di tingkat Kecamatan. 20. Ujian Susulan adalah Ujian yang diselenggarakan bagi peserta didik yang berhalangan mengikuti ujian karena alasan tertentu dan disertai bukti yang sah. 21. Ujian Kompetensi Keahlian adalah Ujian nasional yang terdiri atas ujian teori dan ujian praktik kejuruan. 22. Nilai Sekolah/Madrasah selanjutnya disebut Nilai S/M adalah Nilai gabungan antara nilai ujian sekolah/madrasah dan nilai rata-rata rapor. 23. Nilai Ujian Nasional yang selanjutnya disebut Nilai UN adalah Nilai yang diperoleh peserta didik pada UN. 24. Nilai Akhir yang selanjutnya disingkat NA adalah Nilai gabungan antara Nilai S/M dari setiap mata pelajaran yang diujinasionalkan dan Nilai UN. 25. Kriteria Kelulusan adalah Persyaratan pencapaian minimal untuk dinyatakan lulus. 26. Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disingkat BSNP adalah Badan Standar Nasional Pendidikan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 27. Kisi-kisi soal UN adalah Acuan dalam pengembangan dan perakitan soal UN yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Oasar dalam Standar lsi Satuan Pendidikan Oasar dan Menengah.

5 28. Lembar Jawaban Ujian Nasional yang selanjutnya disingkat LJUN adalah Lembaran kertas yang digunakan oleh peserta didik untuk menjawab soal UN. 29. Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional yang selanjutnya disingkat SKHUN adalah Surat keterangan yang berisi Nilai S/M dari setiap mata pelajaran yang diujinasionalkan, Nilai UN dan NA. 30. Prosedur Operasi Standar yang selanjutnya disingkat POS adalah Urutan langkah baku yang mengatur teknis pelaksanaan UN dan US/M. 31. Perguruan Tinggi adalah Perguruan tinggi negeri yang ditetapkan oleh BSNP berdasarkan rekomendasi dari Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia. BAB II TUJUAN DAN FUNGSI Pasal 2 (1) US/M bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan pada seluruh mata pelajaran. (2) UN bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi serta mendorong tercapainya pendidikan dasar dan menengah yang bermutu. Pasal 3 Hasil US/M dan UN difungsikan sebagai salah satu pertimbangan untuk : a. pemetaan mutu satuan dan/atau program pendidikan; b. dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; c. penentuan kelulusan peserta didik dari suatu satuan pendidikan; d. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan; dan e. penilaian akreditasi dari suatu satuan pendidikan. BAB III JENJANG DAN PENYELENGGARA UJIAN Bagian Kesatu Jenjang Penyelenggaraan Pasal 4 Penyelenggaraan US/M dan UN dilaksanakan pada jenjang : a. SD/MI, SDLB; b. SMP/MTs, SMPLB; c. SMNMA, SMALB; dan d. SMK.

6 Sagian Kedua Penyelenggara Ujian Pasal 5 (1) Setiap satuan pendidikan menyelenggarakan US/M untuk semua mata pelajaran. (2) US/M dilaksanakan oleh satuan pendidikan masing-masing sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Oinas bersama dengan Kanwil Kementerian Agama. Pasal 6 (1) Penyelenggara UN SO/MI, UN SOLS, UN SMP/MT dan UN SMPLS terdiri dari : a. Penyelenggara tingkat Provinsi; b. Penyelenggara tingkat Kota/Kabupaten Administrasi (Rayon); c. Penyelenggara tingkat Kecamatan (Subrayon); dan d. Penyelenggara tingkat Satuan Pendidikan. (2) Penyelenggara UN SMA/MA, UN SMALS dan UN SMK terdiri dari : a. Penyelenggara tingkat Provinsi; b. Penyelenggara tingkat Kota/Kabupaten Administrasi (Rayon); dan c. Penyelenggara tingkat Satuan Pendidikan. Pasal 7 (1) Gubernur menetapkan penyelenggara UN SO/MI dan UN SOLS tingkat Provinsi yang terdiri dari : a. Unsur Oinas; dan b. Unsur Kanwil Kementerian Agama. (2) Gubernur menetapkan penyelenggara UN SMP/MT. UN SMPLS, UN SMA/MA, UN SMALS dan UN SMK tingkat Provinsi yang terdiri dari : a. Unsur Oinas; b. Unsur Kanwil Kementerian Agama; c. Unsur Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan; dan d. Unsur Perguruan Tinggi Negeri. Pasal 8 (1) Kepala Oinas bersama Kepala Kanwil Kementerian Agama menetapkan penyelenggara UN SO/MI, UN SOLS, UN SMP/MTs dan UN SMPLS pada tingkat Kota/Kabupaten Administrasi serta pada tingkat Kecamatan. (2) Kepala Oinas bersama Kepala Kanwil Kementerian Agama menetapkan penyelenggara UN SMA/MA. UN SMALS dan UN SMK pada tingkat Kota/Kabupaten Ad ministrasi.

7 Pasal 9 (1) Kepala Suku Oinas menetapkan penyelenggara UN SO. (2) Kepala Kantor Kementerian Agama Kota/Kabupaten Administrasi menetapkan penyelenggara UN MI dan UN MTs. (3) Kepala Oinas menetapkan penyelenggara UN SOLB, UN SMP/SMPLB, UN SMNSMALB dan UN SMK. (4) Kepala Kanwil Kementerian Agama menetapkan penyelenggara UN MA. Pasal 10 Kepala Sekolah/Madrasah menetapkan Panitia UN dan US/M tingkat Satuan Pendidikan. Pasal 11 (1) Koordinasi dan pengendalian teknis penyelenggara UN tingkat Kota/Kabupaten Administrasi dilaksanakan oleh Kepala Suku Oinas dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota. (2) Pelaksanaan teknis penyelenggara UN dilaksanakan oleh Rayon dan/atau Subrayon yang meliputi unsur Kepala Seksi Oinas Kecamatan, Pengawas Sekolah/Madrasah dan Kepala Sekolah/Madrasah. BAB IV PERSYARATAN Bagian Kesatu Persyaratan Satuan Penyelenggara US/M dan Calon Peserta US/M Pasal 12 Persyaratan satuan penyelenggaraan US/M adalah sebagai berikut : a. Sekolah/Madrasah yang terakreditasi; dan b. Khusus untuk SO/MI, SOLB minimal memiliki izin operasional yang masih berlaku. Persyaratan peserta US/M : Pasal 13 a. telah mengikuti pembelajaran sampai dengan tahun terakhir pada suatu jenjang pendidikan di satuan pendidikan tertentu;. b. telah atau pernah berada pada tahun terakhir pada suatu jenjang pendidikan di satuan pendidikan tertentu; dan c. memiliki laporan penilaian lengkap hasil belajar pada suatu jenjang pendidikan di satuan pendidikan tertentu mulai semester I (kesatu) tahun pertama sampai dengan semester I (kesatu) tahun terakhir.

8 Bagian Kedua Persyaratan bagi Satuan Pendidikan Penyelenggara UN dan Calon Peserta UN Pasal 14 (1) Sekolah/Madrasah yang memiliki peserta UN minimal 20 (dua puluh) peserta didik dan terakreditasi serta memiliki fasilitas ruang yang layak, serta persyaratan lainnya dapat ditetapkan oleh penyelenggara UN tingkat Provinsi. (2) Sekolah/Madrasah yang memiliki peserta UN kurang dari 20 (dua puluh) dapat menyelenggarakan UN dengan syarat terakreditasi minimal B dan memiliki fasilitas ruang ujian yang layak, setelah mendapatkan persetujuan dari Kepala Oinas atau Kepala Kanwil Kementerian Agama. (3) Sekolah/Madrasah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)/Rintisan Madrasah Bertaraf Internasional (RMBI) yang memiliki peserta UN kurang dari 20 (dua puluh) orang dapat menyelenggarakan UN, setelah mendapat izin dari Oinas atau Kanwil Kementerian Agama. (4) Untuk jenjang satuan pendidikan SOLB, SMPLB dan SMALB, tidak ada batas minimal jumlah peserta UN. Pasal 15 Sekolah/Madrasah yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, pelaksanaan UN bergabung pada satuan pendidikan lain yang ditetapkan sebagai penyelenggara UN di Rayon Sekolah/Madrasah yang bersangkutan, kecuali jenjang pendidikan SMK dapat bergabung dengan SMKpada Rayon lain, apabila dalam suatu Rayon tidak ada SMK yang menyelenggarakan Kompetensi Keahlian yang sama. Pasal 16 Persyaratan peserta didik untuk mengikuti UN adalah sebagai berikut : a. telah mengikuti pembelajaran sampai dengan tahun terakhir pada suatu jenjang pendidikan di satuan pendidikan tertentu; b. telah atau pernah berada pad a tahun terakhir pad a suatu jenjang pendidikan di satuan pendidikan tertentu; dan c. memiliki laporan penilaian lengkap hasil belajar pada suatu jenjang pendidikan di satuan pendidikan tertentu mulai semester I (kesatu) tahun pertama sampai dengan semester I (kesatu) tahun terakhir. Pasal 17 Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan peserta Ujian diatur dengan Keputusan Bersama Kepala Oinas dan Kepala Kanwil Kementerian Agama.

9 BAB V PENYELENGGARAAN Bagian Kesatu Penyelenggaraan US/M Pasal 18 US/M untuk satuan pendidikan diselenggarakan sebelum penyelenggaraan UN sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh Oinas bersama dengan Kanwil Kementerian Agama. Pasal 19 (1) Nilai US/M semua mata pelajaran diserahkan oleh setiap satuan pendidikan kepada BSNP melalui Oinas dan/atau Kanwil Kementerian Agama. (2) Nilai US/M sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk SMP/MTs, SMPLB, SMNMA, SMALB dan SMK diterima oleh BSNP paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum penyelenggaraan UN. (3) Nilai US/M sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) untuk SO/MI dan SOLB diterima oleh penyelenggara UN SO/MI dan SOLB tingkat Provinsi paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum penyelenggaraan UN. Pasal 20 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan US/M diatur dalam Keputusan Bersama Kepala Oinas dengan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama. Bagian Kedua Penyelenggaraan UN Pasal 21 (1) UN dilaksanakan 1 (satu) kali dalam satu tahun. (2) UN untuk SMNMA, SMALB dan SMK dilaksanakan pada bulan April. (3) UN Susulan untuk SMNMA, SMALB dan SMK dilaksanakan setelah UN SMNMA, SMALB dan SMK. (4) Ujian kompetensi keahlian kejuruan untuk SMK dilaksanakan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum penyelenggaraan UN SMNMA, SMALB dan SMK. (5) Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan SMNMA, SMALB dan SMK diumumkan oleh satuan pendidikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah penyelenggaraan UN SMNMA, SMALB dan SMK.

10 Pasal 22 (1) UN untuk SMP/MTs dan SMPLB dilaksanakan pada bulan April setelah UN SMNMA, SMALB dan SMK. (2) UN susulan untuk SMP/MTs dan SMPLB dilaksanakan setelah UN SMP/MTs dan SMPLB. (3) Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan SMP/MTs dan SMPLB diumumkan oleh satuan pendidikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah penyelenggaraan UN SMP/MTs dan SMPLB. Pasal 23 (1) UN untuk SO/MI dan SOLB dilaksanakan pada bulan Mei. (2) UN susulan untuk SO/MI dan SOLB dilaksanakan setelah UN SO/MI dan SOLB. (3) Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan SO/MI dan SOLB diumumkan oleh satuan pendidikan paling lambat 5 (lima) minggu setelah penyelenggaraan UN SO/MI dan SOLB. Pasal 24 Mata pelajaran yang diujikan pada UN : a. SMNMA Program Ilmu Pengetahuan Alam meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Matematika, Kimia dan Biologi; b. SMNMA Program Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ekonomi, Matematika, Sosiologi dan Geografi; c. SMNMA Program Bahasa meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Asing sesuai dengan pilihan sekolah/madrasah, Matematika, Antropologi dan Sastra Indonesia; d. MA Program Keagamaan meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Tafsir, Matematika, Fikih dan Hadis; e. SMK meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan kompetensi keahlian kejuruan; f. SMALB meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika; g. SMP/MTs dan SMPLB meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IImu Pengetahuan Alam; dan h. SO/MI dan SOLB meliputi Bahasa Indonesia, Matematika dan IImu Pengetahuan Alam. Pasal 25 (1) Kompetensi keahlian kejuruan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf e terdiri atas teori kejuruan dan praktik kejuruan. (2) Ujian teori kejuruan SMK diselenggarakan oleh Oinas.

11 (3) Ujian praktik kejuruan SMK dilaksanakan oleh satuan pendidikan masing-masing bersama dunia industri dan/atau asosiasi profesi. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai ujian kompetensi keahlian kejuruan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Bersama Kepala Dinas dengan Kepala Kanwil Kementerian Agama. Pasal 26 Orang perseorangan, kelompok dan/atau lembaga yang terlibat dalam penyelenggaraan UN wajib menjaga kejujuran, kerahasiaan, keamanan dan kelancaran penyelenggaraan UN. Pasal 27 Sebelum pelaksanaan UN, Dinas bersama dengan Kanwil Kementerian Agama melakukan sosialisasi UN kepada Sekolah/Madrasah. BAB VI BAHAN UJIAN Pasal 28 (1) Naskah soal UAMBN disusun oleh Direktur Pendidikan Madrasah. (2) Penyelenggara USBN PAl tingkat pusat dengan Direktur PAl sebagai penanggung jawab menyusun 25% (dua puluh lima persen) butir soal ujian tulis dan Penyelenggara USBN PAl tingkat Kabupaten/Kota dengan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota menyusun 75% (tujuh puluh lima persen) butir soal ujian tulis USBN PAl. (3) Satuan pendidikan menyusun naskah soal US/M berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (4) Penyelenggara Tingkat Pusat menyusun naskah soal UN berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Standar lsi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Naskah soal UN sebelum digunakan diklasifikasikan sebagai dokumen negara. Pasal 29 (1) Kisi-kisi soal US/M disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (2) Kisi-kisi soal UN disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Kisi-kisi soal US/M sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan ditetapkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan. (4) Kisi-kisi soal UN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dan ditetapkan oleh BSNP. (5) Ketentuan lebih lanjut tentang penyiapan, penggandaan dan distribusi bahan US/M serta distribusi UN dengan Keputusan Bersama Kepala Dinas dengan Kepala Kanwil Kementerian Agama.

12 Pasal 30 (1) Penggandaan dan pendistribusian naskah soal US/M SO/MI, SOLB, SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB dan SMK dilakukan oleh satuan pendidikan masing-masing. (2) Pencetakan dan pendistribusian bahan UN SO/MI dan SOLB dilakukan oleh penyelenggara tingkat Provinsi. (3) Pencetakan dan pendistribusian bahan UN SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB dan SMK dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. BAB VII PESERTA UN BAGI PESERTA OIOIK BERKEBUTUHAN KHUSUS 01 SEKOLAH INKLUSIF Pasal 31 (1) Peserta didik yang mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan standar nasional pendidikan atau di atas standar nasional pendidikan wajib mengikuti UN. (2) Peserta didik yang memiliki kelainan dan mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang dikembangkan di bawah standar nasional pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan. (3) Peserta didik yang menyelesaikan dan lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan mendapatkan ijazah yang blankonya dikeluarkan oleh pemerintah. (4) Peserta didik yang memiliki kelainan yang menyelesaikan pendidikan berdasarkan kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan di bawah standar nasional pendidikan mendapatkan STTB yang blankonya dikeluarkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan. (5) Blanko sebagaimana dimaksud pad a ayat (4) berasal dari Oinas. (6) Peserta didik yang memperoleh STTB dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat atau jenjang yang lebih tinggi pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau satuan pendidikan khusus. BAB VIII PEMBIAYAAN Pasal 32 Biaya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan US/M danlatau UN dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Oaerah (APBO). Pasal 33 Pemerintah Oaerah dan satuan pendidikan dilarang memungut biaya penyelenggaraan UN dari peserta didik, orang tua/wali dan/atau pihak yang membiayainya.

13 BAB IX SANKSI Pasal 34 Orang perseorangan, kelompok dan/atau lembaga yang terbukti secara sah melakukan pemungutan biaya penyelenggaraan UN dan/atau pelanggaran akan diproses dan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 35 Peraturan Gubernur ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ditetapkan di Jakarta padatanggal 17 Februari 2012 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBU OTA JAKARTA, Oiundangkan di Jakarta pada tanggal 17 Feb r uar i 2012 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, FADJAR PANJAITAN NIP 195508261976011001 BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2012 NOMOR 14