BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan merupakan salah satu prioritas utama yang dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pendidikan telah dicantumkan oleh pemerintah secara

A. LATAR BELAKANG MASALAH

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi serta impian di masa depan. Melalui pendidikan setiap masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. budaya, tetapi juga aspek ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya pendidikan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat, karena dengan pendidikan, manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi rendahnya prestasi yang diperoleh siswa dapat dipengaruhi oleh banyak

I. PENDAHULUAN. yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat madani ( civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan suatu keharusan dalam produktivitas, efektivitas

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan sebagaimana yang telah tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA (S

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Bisa dilihat saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. baik. Oleh sebab itulah perkembangan teknologi ini harus diimbangi dengan. adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembangunan. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan unsur terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan selalu mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas tinggi merupakan suatu bangsa yang akan mampu bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal ini berkaitan dengan ha kikat pendidikan yaitu sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha secara sadar yang sengaja dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara yang masih berkembang, pendidikan di Indonesia masih. sangat rendah dari segi Sumber Daya Manusia (SDM)

2015 PENGARUH FASILITAS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEBIASAAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter atau insan kamil (Wibowo, 2012:19). Menurut Undang-Undang RI

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

Development Index (HDI) untuk 180 negara. Indonesia menempati peringkat ke- 110 dari 180 negara pada tahun 2015, mengalami penurunan dari tahun 2013

PENGARUH KOMPETENSI DOSEN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA (Survey Pada Mahasiswa Angkatan 2012 Kelas B Program Studi Pendidikan Akuntansi UPI).

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi (PP No. 47 Tahun 2008). Hal-hal itulah yang menjadi cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman menuntut perubahan dalam setiap aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta dengan akreditasi A,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era global saat ini. Seiring perkembangan itu salah satu yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

VARIASI PENATAAN KELAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD N 02 LEMAHBANG KECAMATAN JUMAPOLO

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh peserta didik. Menurut pendapat Nurkencana (1986:92) bahwa

KESIAPAN DOSEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN . Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Education For All Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut Sagala (2010:1) mutu. Menurut Laporan Pengembangan Manusia (Human Developement

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2008). Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan aktivitas dalam bidang-bidang pendidikan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pendidikan adalah manusia.pendidikan bertujuan untuk. menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pembelajaran sastra saat ini. Kondisi itu menyebabkan hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi agenda penting pemerintah

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. maksimal, hendaknya guru mempunyai kompetensi yang memadai.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan merupakan salah satu prioritas utama yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam membangun kemajuan suatu Negara. Pendidikan bertransformasi untuk membangun manusia yang berkualitas baik dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi serta karakter bangsa itu sendiri. Kunci utama kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan. Oleh karena itu, kemajuan tersebut dapat dicapai melalui pendidikan yang berkualitas. Ketatnya persaingan yang timbulkan atas efek dari globalisasi menjadi sebuah tantangan bagi dunia pendidikan, tak terkecuali di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk menyiasati hal tersebut. Selain sumber daya alam, sumber daya manusia yang berkualitas pun memiliki peranan yang cukup strategis dalam membenahi permasalahan yang mencuat. Pendidikan merupakan salah satu garda terdepan yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan pembangunan atas suatu bangsa. Karena dari dunia pendidikan inilah muncul bibit-bibit baru yang memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk mengubah kemajuan bangsa itu sendiri. Sayangnya, hari ini kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Hal ini dikemukakan oleh Education Development Index (EDI) bahwa Indonesia berada pada

2 peringkat ke-69. Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahun berisi hasil pemantauan pendidikan dunia, dari 127 negara, Education Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69, dibandingkan Malaysia (65) dan Brunei (34) (http://indonesiaberkibar.org/id/fakta-pendidikan). Fakta lainnya disebutkan oleh Human Development Index (HDI) (dalam Mulyasa, 2012:3) bahwa Indonesia menempati peringkat 108 tahun 1998, peringkat 109 tahun 1999, dan ranking 111 tahun 2004 dari 174 negara yang diteliti. Pendidikan yang berkualitas tergantung dari sebuah proses pembelajaran yang terjadi di dalamnya. Dimana semua komponen yang berhubungan dengan aktivitas tersebut memiliki kaitan yang erat sehingga dapat menciptakan output yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Uno (2010 : 15) belajar adalah : Pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan), atau melalui suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar. Dalam melaksanakan proses belajar tentunya dibutuhkan suatu tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan belajar menurut Hamalik (2010 : 73) yaitu : Sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikapsikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil pembelajaran.

3 Tujuan belajar dalam proses pembelajaran merupakan hal yang penting. Karena sistem pembelajaran menjadi titik tolak dalam merancang sistem yang efektif. Secara khusus kepentingan itu terletak pada ( Hamalik, 2010 : 75 ) : 1. Untuk menilai hasil pembelajaran; 2. Untuk membimbing siswa belajar; 3. Untuk merancang sistem pembelajaran; 4. Untuk melakukan komunikasi dengan guru-guru lain dalam meningkatkan proses pembelajaran; dan 5. Untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan program pembelajaran. Dalam proses belajar terdapat faktor-faktor y ang mempengaruhi siswa. Salah satunya adalah motivasi belajar siswa itu sendiri. Menurut Purwanto (2011:71), motivasi adalah pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasilnya atau tujuan tertentu. Perbuatan belajar terjadi karena adanya motivasi yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Namun, terkadang motivasi siswa perlu dirangsang dari luar sehingga menimbulkan motivasi belajar. Santrock (2007 : 509) menyatakan bahwa motivasi adalah aspek penting dari pengajaran dan pembelajaran. Murid yang tidak punya motivasi tidak akan berusaha keras untuk belajar. Murid yang bermotivasi tinggi senang ke sekolah dan menyerap proses belajar. Hal yang dipaparkan diatas menjelaskan bahwa motivasi merupakan elemen penting dalam proses belajar agar siswa terdorong untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan keberhasilan yang optimal. Sayangnya motivasi yang

4 tumbuh di kalangan siswa belum muncul ke permukaan. Hal ini dapat dilihat dari data pra penelitian yang dibagikan pada siswa XI IPS SMAN 14 Bandung. Tabel 1.1 Gambaran Sementara Motivasi Belajar Siswa Alternatif Jawaban Skala Frekuensi Persentasi Positif tertinggi 5 27 12,86% Positif tinggi 4 43 20,48% Positif sedang 3 87 41,43 % Positif rendah 2 31 14,76 % Positif terendah 1 22 10,48 % Jumlah 210 100% Sumber : Pra Penelitian di SMAN 14 Bandung (Data diolah) Pra penelitian ini untuk mengungkap gambaran motivasi belajar siswa kelas XI IPS di SMAN 14 Bandung mengenai kecenderungan siswa dalam menyempatkan waktunya untuk belajar akuntansi, tingkat aspirasi, arah sikap, ketertarikan siswa terhadap akuntansi, dan kemampuan siswa dalam memahami akuntansi. Berdasarkan tabel 1.1 tentang gambaran motivasi belajar siswa kelas XI IPS SMAN 14 Bandung menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa termasuk ke dalam golongan sedang dengan persentase sebesar 41,43%. Motivasi yang tergolong sedang ini menunjukkan kecenderungan siswa dalam melakukan aktivitas yang berhubungan dengan mata pelajaran akuntansi masih belum begitu mendalam. Hal tersebut pun diakui oleh siswa kelas XI IPS SMAN 14 Bandung saat diwawancarai oleh peneliti. Meskipun diakui bahwa mereka telah memiliki ketertarikan terhadap mata pelajaran akuntansi, namun hal tersebut belum dapat memicu motivasi belajar mereka. Kecenderungan dalam meluangkan waktu untuk

5 belajar mata pelajaran akuntansi diakui masih sangat jarang bahkan tidak pernah dilakukan. Tingkat ketabahan dan keuletan siswa dalam menghadapi kesulitan pun belum terlihat begitu tinggi. Jika dihadapkan pada soal akuntansi yang dianggap sulit, siswa lebih memilih untuk menunggu guru akuntansi membahas soal secara bersamasama di kelas. Pada akhirnya siswa memang menyadari bahwa motivasi belajar mereka terhadap akuntansi belum tumbuh secara utuh. Melihat masalah tersebut maka perlu ada upaya untuk mengatasinya. Salah satunya adalah dengan membenahi motivasi belajar siswa. Apabila motivasi belajar siswa tidak tumbuh secara tepat maka kesadaran siswa untuk melakukan perbuatan belajar dan mencapai keberhasilan pembelajaran tidak akan optimal. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hamalik (2010 : 108) bahwa motivasi dapat menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan optimal. Oleh karena itu, motivasi menjadi salah satu salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang efektif. Dalam hal ini peran guru sebagai tenaga pendidik memiliki peranan penting untuk mendongkrak motivasi belajar siswa agar tercapainya keberhasilan program pembelajaran. Seorang guru menjadi tolok ukur dunia pendidikan. Kualitas seorang guru merupakan salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan. Hal tersebut karena kualitas seorang guru akan menentukan dan memberi pengaruh besar terhadap kualitas pendidikan. Seorang guru haruslah menjadi figur teladan, sehingga dapat menjadi contoh yang baik bagi siswanya. Selain menjadi

6 tenaga pengajar, seorang guru juga harus mampu mendidik, mengarahkan, menjadi fasilitator, dan motivator siswanya agar mampu maju dan berkembang sesuai dengan cita-cita mereka sendiri. Dalam kaitannya dengan motivasi belajar siswa, guru merupakan salah satu motor penggerak yang dapat menimbulkan motivasi belajar pada siswa. Karena menurut Mulyasa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki peran dalam meningkatkan pendidikan yang terencana dan berkala. Dalam menjalankan perannya tersebut guru harus selalu melakukan perkembangan atas dirinya sendiri baik itu dari aspek kompetensi maupun keterampilannya. Adapun kompetensi yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh guru menurut UU No.14 Tahun 2005 terdiri atas kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Menurut Mulyasa (2012:58) : Eloknya setiap guru memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana peserta didik belajar dan menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi belajar lingkungannya. Hal tersebut akan menambah pemahaman dan wawasan guru sehingga memungkinkan proses pembelajaran berlangsung lebih efektif dan optimal, karena pengetahuan tentang kejiwaan anak yang berhubungan dengan masalah pendidikan bisa dijadikan sebagai dasar dalam memberikan motivasi kepada peserta didik sehingga mau dan mampu belajar sebaik-baiknya. Oleh karena itu guru yang dibekali kompetensi pedagodik, kepribadian, profesional, dan sosial mampu untuk mengerahkan kemampuannya dalam menumbuhkan motivasi belajar pada siswa.

7 Guru dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan menjadikan dirinya sebagai sosok yang inspiratif dan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dalam kegiatan belajar. Karena menurut pernyataan Gary dan Margaret (dalam Mulyasa, 2012:21) bahwa : Guru yang efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, (2) kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, (3) memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback), dan penguatan (reinforcement), dan (4) memiliki kemampuan untuk peningkatan diri. Hal ini serupa pun dinyatakan oleh Naim (2011:171) bahwa, perpaduan antara guru yang inspiratif dan suasana pembelajaran akan menjadi dimensi inspiratif semakin menemukan momentum untuk mengkristal dan membangun energi perubahan positif dalam diri setiap siswa. Perubahan positif inilah yang akan menimbulkan motivasi belajar dalam diri siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyasa (2012:58) bahwa motivasi dapat menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, baik yang menyangkut kejiwaan, perasaan, maupun emosi, dan kemudian bertindak atau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, guru dapat menjadi salah satu faktor yang memiliki peran penting dalam mengarahkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa agar dapat dapat tumbuh dengan baik. Maka berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di SMAN 14 Bandung.

8 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka masalah mengenai penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran kompetensi guru mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung. 2. Bagaimana gambaran motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung. 3. Bagaimana pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui gambaran kompetensi guru mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung. 2. Untuk mengetahui gambaran motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung. 3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung.

9 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis serta menguji kebenaran teori mengenai adanya pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa. Selain itu untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas belajar siswa. 2. Secara praktis a. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti mengenai gambaran serta pengaruh kompetensi guru akuntansi dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi. Hal ini juga dapat menjadi bekal bagi peneliti ketika melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran akuntansi. b. Bagi guru-guru, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk dapat terus memotivasi belajar siswa dan mengasah kompetensi guru serta menjadi bahan evaluasi ke depannya sehingga dapat membawa dampak positif dalam meningkatkan kinerja guru. c. Bagi Sekolah, hasil penelitian dapat menjadi bahan evaluasi dan inovasi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dan kompetensi guru dalam proses pembelajaran. d. Bagi LPTK, hasil penelitian menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi sehingga terus meningkatkan kualitas dalam mencetak guru-guru yang profesional bagi bangsa Indonesia.