BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

dokumen-dokumen yang mirip
Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013

II. KAJIAN PUSTAKA. anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan. yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

BAB II. Kajian Teoretis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran penemuan (discovery learning) merupakan nama lain

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan

BAB II LANDASAN TEORI

1. Pengertian Strategi : Strategi dalam kegiatan pembelajaran dapat diartikan dalam pengertian secara sempit dan pengertian secara luas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian efektivitas pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

BAB 1 PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK DAN TAKTIK

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORETIS

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nadia Dezira Hasan, 2015

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY (PENEMUAN)

PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN TANGRAM GEOGEBRA UNTUK MENEMUKAN LUAS PERSEGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING. Etik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengisi ruang bangun. Kalau satuan volume yang digunakan. beraturan misalnya batu yang ditemukan di jalan 18.

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran baik berkenanaan dengan guru ataupun siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lebih baik. Lie (2002: 5) berpendapat belajar adalah suatu kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DI SDN 10 SUNGAI SAPIH PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan tergantung pada proses kegiatan belajar. belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengertian Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan berfungsi sebagai pencetak SDM

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kompleks sehingga pendidikan sebagai titik acuan untuk meningkatkan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dengankepercayaan dan keyakinanbahwaanak-anak dapat dididik, anak-anak dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan pendapat Hamalik (2004: 28) yang menyatakan bahwa belajar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun lingkungannya. Menurut Undang undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menulis, menulis merupakan proses yang dilakukan oleh penulis untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. didik di perlukan proses belajar-mengajar. Belajar merupakan tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang

BAB V PEMBAHASAN. mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan cara perbaikan proses pembelajaran. mencapai tujuan tersebut, tidak selalu cocok pada semua siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 yang dinyatakan dalam pasal 1 bahwa pendidikan adalah

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA DALAM MENEMUKAN RUMUS BARISAN ARITMATIKA BERBANTUAN ALAT PERAGA SEDERHANA

DISCOVERY LEARNING DALAM MATA KULIAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN PENEMUAN DIRI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara (UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Bab I Pasal 1 ayat 1 Tahun 2003). Pendidikan dikatakan bermutu apabila proses pembelajaran berlangsung secara efektif, peserta didik (siswa) memperoleh pengalaman yang bermakna bagi dirinya, dan produktif pendidikan merupakan individu-individu yang bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan bangsa. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai perserta didik (Slameto, 2003: 1). Sekolah sebagai suatu organisasi adalah wadah intelektual individu yang berkerja sama ke arah yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan perserta didik yang baik dan berkualitas. 1

2 Belajar adalah Suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dimana sebuah perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain (Slameto, 2003: 2). Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa akan ditentukan oleh kerelevasian penggunaan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Hal ini berarti tujuan pembelajaran akan dicapai dengan penggunaan model yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terdapat didalam suatu tujuan. Model yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran bermacam-macam, penggunaannya tergantung dari rumusan tujuan (Kustyani: 2009). Kajian mendalam tentang model pembelajaran Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Pembelajaran dengan penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri (Slavin, 1977: 256).

3 Pengertian Discovery Learning menurut J. Bruner (2007: 133) adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya Discovery Learning, yaitu dimana siswa mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Sebagai sebuah strategi belajar, model pembelajaran discovery learning memiliki prinsip yang mirip dengan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran problem solving, Perbedaannya dengan model discovery yaitu bahwa pada model pembelajaran ini permasalahan yang diberikan kepada peserta didik sebagai suatu masalah yang sudah direkayasa oleh pendidik, sedangkan pada model pembelajaran inkuiri permasalahan yang dibuat bukan merupakan hasil rekayasa. Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan pendekatan Discovery Learning dalam pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan dan kelemahankelemahan, antara lain : 1). Kelebihan Penerapan Discovery Learning. a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakankunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

4 b. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. d. Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. f. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. g. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. 2). Kelemahan Penerapan Discovery Learning. a. Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. b. Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

5 Langkah-langkah operasional dari model pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut : a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. b. Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah) Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah, 2004: 54). Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

6 c. Data Collection (Pengumpulan Data) Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004: 54). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki (Syah, 2004: 55). d. Data Processing (Pengolahan Data) Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002: 14). Data processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

7 e. Verification (Pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004: 16). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004: 17). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsipprinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

8 Dalam meningkatkan keefektifitasan dalam pembelajaran Ruang Lingkup Biologi, di perlukannya pendekatan model yang sesuai dengan keadaan siswa, dimana salah satu pendekatan model yang bisa di gunakan di salah satu SMA Pasundan 3 kota Bandung adalah pendekatan model pembelajaran Discovery Learning dengan harapan dapat meningatkan hasil belajar pada siswa. Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka di lakukan penelitian yang berjudul Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning pada konsep Ruang Lingkup Biologi B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas,maka permasalahan dalam penelitian ini dapat di identifikasi sebagai berikut : 1. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa kurang interaktif terhadap materi yang disampaikan karena siswa masih terbiasa dengan pembelajaran Teacher Center bukan Student Center. 2. Dalam kegiatan pembelajaran,metode yang di gunakan adalah ceramah, sehingga hal tersebut membuat anak atau siswa merasa jenuh, bosan dan mudah mengantuk, maka pemilihan model perlu di lakukan dan sangat berpengaruh penting terhadap motivasi pembelajaran siswa. Hasil belajar serta keterampilan siswa dalam suatu pembelajaran.

9 C. Rumusan dan Batasan Masalah a. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah,maka permasalahan dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut apakah penerapan model pembelajaran Discovery Learning pada konsep Ruang Lingkup Biologi di SMA Pasundan 3 kota Bandung dapat meningkatkan hasil belajar siswa? b. Batasan Masalah Mengingat bahasan masalah diatas terlalu luas, maka peneliti dalam penelitian ini akan dibatasi dalam hal sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. 2. Penelitian ini berlangsung pada siswa kelas X di SMA Pasundan 3 kota Bandung. 3. Konsep pembelajaran pada penelitian ini yaitu tentang Ruang Lingkup Biologi. D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Discovery Learning. 2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran Discovery Learning.

10 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang di peroleh dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi guru a. Untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. b. Menambah referensi dalam memilih model pembelajaran yang akan di gunakan dalam suatu kegiatan belajar mengajar. 2. Bagi siswa a. Mendapatkan pengalaman baru dengan diterapkannya model pembelajaran Discovery Learning. b. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dapat berpotensi mengembangkan kemampuan hasil belajar siswa. 3. Bagi peneliti lain a. Memberikan informasi tentang peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. b. Memberikan kesempatan bagi peneliti lain untuk mengembangkan model pembelajaran Discovery Learning. F. Definisi Operasional Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi definisi operasional variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, definisi operasional variabel penelitian yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut :

11 1. Model pembelajaran Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. 2. Hasil belajar yang di teliti pada penelitian ini merupakam upaya perubahan tingkah laku pada pada diri masing-masing siswa,yang akan di amati dalam perubahan sikap serta keterampilan yang harus di dapatkan oleh siswa. Dimana dalam hal ini perubahan sebagai bentuk peningkatan dan pengembangangan yang lebih baik dari sebelumnya seperti yang tidak tahu menjadi tahu. G. Struktur Organisasi Skripsi Gambaran lebih jelas tentang isi dari keseluruhan skripsi disajikan dalam struktur organisasi skripsi berikut dengan pemahamannya. Struktur organisasi skripsi tersebut disusun sebagai berikut : 1. Bab I Pendahuluan Bab ini merupakan bagian awal dari skripsi yang menguraikan latar belakang penelitian yang berkaitan dengan kesenjangan harapan dan fakta di lapangan, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan struktur organisasi skripsi.

12 2. Bab II Kajian Pustaka Bab ini berisi tentang kajian teori-teori mengenai pengertian Belajar, model pembelajaran Discovery Learning dan konsep Ruang Lingkup Biologi. 3. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisi tentang metode penelitian yang di gunakan,desain penelitian,deskripsi mengenai lokasi dan waktu penelitian, operasionalisasi variabel, pengumpulan data, langkah-langkah penelitian, analisis data. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini mengemukakan tentang analisis dan pembahasan hasil penelitian. 5. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini mengemukakan secara singkat kesimpulan, mencakup jawaban yang diperoleh dari interpretasi data yang merupakan jawaban terhadap permasalahan penelitian, nilai lebih dan kelemahan dari penelitian yang telah dilakukan. Saran yang diberikan harus singkat.