BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Zakat Center Thoriqotul Jannah (Zakat Center) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi di negara berkembang

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga memiliki potensi zakat yang cukup besar. melansir

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (BKKBN) dalam Diskusi dua mingguan Pimpinan BKKBN dengan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

Di dalam al-quran telah disebutkan bahwa zakat diperuntukkan kepada 8 as{na>f, sebagaimana surah al- Taubah ayat 60 berikut;

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BAB I PENDAHULUAN. untuk kesejahteraan masyarakat, selain itu juga dapat berupa shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'. (Qs. Al Baqarah : 43).

No (BAZNAS) yang secara kelembagaan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat secara nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini adalah usaha mikro. Lokasi penelitian terpilih adalah Kota. fakta ini tergambar dalam tabel berikut: Tabel 1.

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DALAM PROGRAM PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU. kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (ZIS)

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Maret 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, tentunya kedaulatan yang diperoleh dari hasil semangat juang serta tetesan darah

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (atthaharatu)

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses sosial dan manajemen. Dalam proses itu, individu-individu atau kelompokkelompok

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KOTA PADANG

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahun 2000, perwakilan dari 189 negara termasuk Indonesia menandatangi

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima Rukun Islam yang wajib dilaksanakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Di Indonesia kemiskinan masih menjadi isu utama pembangunan, saat ini pemerintah masih belum mampu mengatasi kemiskinan secara tuntas. Hingga tahun 2008 angka kemiskinan masih berada pada kisaran 15%, jauh di atas target tahun 2009 yang dipatok dikisaran 5%. Oleh karena itu, diperlukan komponen lain yang memiliki potensi sangat besar dalam proses pembangunan bangsa. Terjadinya krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997 menyebabkan terpuruknya pendapatan per kapita masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $1.050.- USA. Pada awal tahun 1997 menjadi sekitar $400.-USA, dan akhir tahun 1998 sehubungan menurunnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Kondisi ini menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat, berkurangnya lapangan kerja serta bertambahnya jumlah pengangguran yang mengakibatkan jumlah penduduk miskin meningkat tajam menjadi 79,4 juta jiwa atau 39,1% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah pengangguran ini mencapai angka 40 juta jiwa dengan 7 juta penduduk yang tidak mempunyai pekerjaan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan program-program pemberdayaan yang melibatkan secara aktif masyarakat untuk berperan aktif mulai dari 1

perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pengembangan kegiatan dalam mengingkatkan kualitas hidup sejahtera, sehingga pada suatu saat mereka mampu mandiri. Tahun 2004 dan 2005 potensi Zakat, Infaq, dan Shodaqoh setiap tahunnya mencapai 19,3 Trilyun. Dari data BPS (Badan Pengawasan Statistik) pada tahun 2003, penduduk miskin di Indonesia berjumlah 37,3 juta jiwa dan 17,4% diantaranya berada di bawah garis kemiskinan, jika dibagikan dana zakat yang terkumpul saat ini secara merata maka seorang penduduk miskin akan mendapatkan Rp 6.700/tahun, jika upah minimum provinsi pada tahun 2004 sebesar Rp 366.500, maka penambahan tersebut hanya 0,15% dari upah minimum provinsi Jawa Barat pada tahun 2004, namun tentu saja kondisi ini sangat tidak ideal. Sepanjang tahun 2008, cukup banyak perusahaan yang mengalami penurunan kinerja akibat terkena dampak krisis keuangan global. Bahkan, beberapa perusahaan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap sebagian karyawannya agar tetap bertahan hidup. Menurunnya kinerja perusahaan bisa berdampak pada penurunan dana tanggung jawab sosial yang selama ini menjadi salah satu sumber dana LAZ. Sedangkan, banyaknya karyawan yang berpotensi meningkatkan angka kemiskinan di tanah air sehingga peran zakat semakin dibutuhkan. http://www.forumzakat.net. Pengelolaan Zakat dan Wakaf masih rendah kinerja zakatnya, disebabkan oleh faktor utama: (1) rendahnya penghimpunan dana zakat melalui Lembaga 2

Amil Zakat, karena perilaku wajib zakat (muzzaki) yang masih karikatif, yaitu berorientasi jangka pendek, (2) Masih rendahnya efesien dan efektivitas tasharuf (pendayagunaan) dana zakat terkait masih besarnya jumlah Organisasi Pengelola Zakat dengan skala usaha yang kecil, (3) Lemahnya zakat karena ketiadaan lembaga regulator pengawas dan tidak jelasnya relasi zakat-pajak, (4) Lemahnya kapasitas kelembagaan dan Sumber Daya Manusia bidang zakat http://www.ui.ac.id/download/kliping/departemen agama.pdf. Fenomena yang menggembirakan ini, ditengah kemelut krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda bangsa kita adalah makin meningkatnya kegiatan pengelolaan zakat, infak dan shodaqoh yang dilakukan oleh organisasi pengelola zakat, baik Badan Amil Zakat maupun Lembaga Amil Zakat. Meski banyak yang masih menerapkan pola tradisional dalam pendistribusiannya dalam arti harta zakat dibagi hanya untuk hibah konsumtif belaka, sehingga target zakat sebenarnya yaitu pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi umat belum dapat terealisir secara maksimal. Hal ini terlepas dari perlu adanya pengendalian intern agar penurunan dana zakat tidak terjadi secara terus-menerus. (http://www.infoanda.com). Permasalahan yang dihadapi yang berkenaan dengan zakat yang khususnya di Indonesia adalah: (1). Tata kelola zakat di Indonesia hingga kini memberikan hasil yang optimal, pengumpulan dan pemberdayaan dana zakat masih belum mampu memberikan pengaruh besar bagi terwujudnya kesejahteraan umat Islam. Padahal, tata kelola zakat ditopang oleh sebuah perangkat hukum yaitu Undang-Undang No.38 tahun 1999 tentang pengelola zakat. Menurut Ketua Umum Forum Zakat (FOZ), Naharus Surur, kurang optimalnya keberadaan Undang-Undang disebabkan oleh dua hal yaitu sosialisasi, dan perangkat Undang- Undang itu sendiri. (2). Langkah sosialisasi juga menjadi kendala bagi maksimalnya pelaksanaan Undang-Undang tersebut. Ditambah dengan kurangnya profesionalisme, dan kreativitas para pengurus Lembaga Pengelola Zakat baik dalam Lembaga Amil Zakat, dan Badan Amil Zakat. (www.republika.co.id. 3

10/12/2004). (3). Perbenturan kepentingan antar organisasi pengelola yang menimbulkan kekhawatiran terjadinya persaingan secara tidak sehat, akibatnya organisasi-organisasi itu terkesan berjalan sendiri-sendiri. (4). Kurang kepercayaan masyarakat kepada Lembaga Pengelola Zakat, karena dipandang belum amanah. Akhirnya sebagai masyarakat masih menggunakan pola tradisional yaitu memberikan zakat langsung kepada ulama dan tokoh masyarakat kemudian didistribusikan kepada umat. (5). Belum adanya dukungan politik secara penuh dari pemerintah, dukungan pemerintah terhadap Lembaga Amil Zakat selama ini dinilai masih setengah-setengah. (6). Masih adanya kelemahan dalam aspek Sumber Daya Manusia Pengelola Zakat. (www.republika.co.id.11/07/2003). Dalam rentang enam dekade pasca kemerdekaan negeri ini, zakat mengalami pasang surut perkembangan. Walau telah mendapatkan perhatian sejak awal pemerintahan orde baru, namun kebangkitan zakat Indonesia justru dimulai oleh masyarakat sipil. Kurang optimalnya pengelolaan zakat yang dilakukan oleh negara menyebabkan sebagian masyarakat berinisiatif untuk mengelola zakat secara lebih produktif. Berbagai Lembaga Amil Zakat bermunculan di tanah air, kehadiran Lembaga Amil zakat ini melahirkan aktitivitas yang menjadi inspirasi masyarakat. Terlepas dari minimnya peran zakat dalam pembangunan nasional secara makro yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat dalam skala mikro atau komunitas, pengalaman berbagai kelompok mustahik (orang yang berhak menerima) dan berbagai indikator awal lainnya menunjukkan bahwa telah cukup banyak program-program pendayagunaan zakat yang berhasil meningkatkan kesejahteraan komunitas yang dibantunya. Hal ini terlihat antara lain dalam pendayagunaan zakat untuk bidang kesehatan, pendidikan, bantuan untuk bencana alam, dan bidang ekonomi. 4

Ada beberapa kemungkinan tidak tercapainya target pengumpulan zakat di Indonesia, yaitu: 1.Kurangnya kesadaran di kalangan muslim Indonesia tentang kewajiban membayar zakat. 2.Kepercayaan yang rendah terhadap Lembaga Amil Zakat di Indonesia dari para muzakki sehingga para muzakki di Indonesia lebih memilih langsung membayarnya kepada para mustahiq. Dalam rangka mengoptimalkan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan dana zakat di Indonesia, pemerintah menerbitkan Undang-Undang No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dan Keputusan Menteri Agama RI No.581 tentang pelaksanaan Undang-Undang No.38 tahun 1999 pengelolaan zakat, bahwa zakat harus di dayagunakan secara efektif dan seefisien mungkin, sehingga perlu adanya pengawasan dan pengendalian intern. Dalam Bab II pasal 5 Undang-Undang No.38 tahun 1999 tentang Pengelola Zakat dinyatakan bahwa pengelola zakat bertujuan: 1. Meningkatkan pelayanan begi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama. 2. Meningkatkan fungsi dan peranan keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadailan sosial. 3.Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Berdasarkan sifat operasinya, organisasi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: yang pertama organisasi yang berorientasi mencari keuntungan, kelangsungan organisasi ini terletak pada keuntungan yang didapat dari aktivitasnya, sedangkan yang kedua adalah organisasi yang dalam menjalankan 5

aktivitasnya tidak berorientasi menghasilkan laba keuntungan. Untuk mengembangkan unit bisnis atau komersial Yayasan Dompet Dhuafa Bandung yang mendorong pemberdayaan pengelolaan layanan kepada masyarakat sebesarbesarnya, diciptakan untuk iklim profesionalisme bisnis berdasarkan koridor syariah. Oleh karena itu, dalam pengelolaan dana zakat tersebut dibutuhkan lembaga khusus yang menangani aktivitas seputar zakat yang faham dan mengerti tentang tata cara pencatatan dalam akuntansi zakat. Yayasan Dompet Dhuafa Bandung memiliki masyarakat yang bertujuan mengangkat harkat sosial kaum dhuafa, dengan adanya dukungan personil (amil), berupaya mengulirkan programprogram inovatif, solutif, dan berdayaguna sesuai dengan prinsip syariah, sehingga dana ZISWaf bisa lebih efektif khususnya dalam menangulangi berbagai macam problem. Sebelum adanya ketentuan formal berupa Undang-Undang yang mengatur pengelolaan zakat, masyarakat sebetulnya telah terbiasa melaksanakan ibadah zakat, khususnya zakat fitrah. Akan tetapi, fungsi sosialnya yang lebih spesifik dalam memberikan bimbingan keagamaan, pengelolaan lembaga zakat dengan melibatkan para pemuka agama ini, tidak menunjukkan hasil yang maksimal. Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang ketiga yang mempunyai keunikan tersendiri karena terdapat dua dimensi sekaligus, yakni dimensi ketaatan dalam kontek hubungan hamba dengan Allah SWT, sekaligus dimensi kepedulian hubungan sesama makhluk Allah SWT, khususnya hubungan sosial kemanusiaan sehingga zakat memiliki posisi dan peran yang sangat khas dan strategis. Namun 6

zakat ini bukan semata ekonomi dan sosial saja tetapi zakat harus diawali dengan kesucian jiwa, karena seseorang rela mengeluarkan zakat dari hartanya tentu diawali dengan keikhlasan dan pemahaman yang benar terhadap Islam. Perintah zakat di dalam al-qur an sering dirangkaikan dengan perintah pelaksanaan sholat....dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat (QS.Albaqoroh:43). Ayat ini menjelaskan bahwa perintah sholat sama pentingnya dengan membayar zakat. Dengan seiring berkembangnya masa dan berkembangnya bentuk usaha manusia dalam memperoleh rezeki dan penghasilan, banyak kegiatan usaha dan jasa yang mendatangkan uang. Dengan ijtihad melalui alqur an dan assunah dengan memperhatikan maksud tersirat dan tersurat, maka para alim ulama mengembangkan jenis-jenis harta, usaha, dan jasa yang wajib dizakatkan, seperti adanya ketentuan tentang zakat profesi. Ini sebagai bukti bahwa Islam menginginkan adanya keseimbangan. Dengan keluarnya Undang- Undang Zakat ini menimbulkan masalah baru bagi umat Islam, khususnya para orang aghniya (kaya). Mereka memikul beban kewajiban berdimensi ganda, yakni sebagai orang muslim berkewajiban mengeluarkan zakat. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama No.581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.38 tahun 1999 dinyatakan bahwa Lembaga Zakat harus memiliki persyaratan teknis, antara lain: 1. Berbadan hukum 2. Memiliki data muzakki dan mustahiq 3. Memiliki program kerja yang jelas 4. Memiliki pembukuan yang baik 7

5. Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit. Perkembangan zaman yang cepat dan persaingan yang ketat membuat profit organization terus berkembang dengan adanya konsep manajemen modern. Manajemen modern yang efektif memerlukan mekanisme untuk memperoleh kepastian yang memadai bahwa tujuan sebuah organisasi dapat tercapai. Mekanisme untuk memperoleh kepastian yaitu pengendalian intern. Dalam jangka panjang diharapkan hal ini dapat meningkatkan kesadaran membayar zakat dan dapat kepercayaan terhadap Lembaga Amil Zakat, sehingga dana zakat bisa dioptimalkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dari beberapa penelitian diatas yang menitik beratkan masalah terhadap Pengelolaan Dana Zakat yang dilakukan orang pengelola dana zakat terdapat kurang antusiasme masyarakat terhadap organisasi pengelolaan zakat sehingga dana zakat yang dikumpulkan setiap orang tersebut belum optimal. Kurangnya optimal pengumpulan dana zakat tersebut bisa juga disebabkan oleh tidak adanya pengendalian intern yang dilakukan oleh organisasi pengelola dana zakat dan juga pengelolaan terhadap dana zakat tersebut belum efektif sehingga kurangnya kepercayaan dari masyarakat. Dalam penelitian kali ini penulis mencoba meneliti lebih lanjut masalah pengendalian intern pada organisasi pengelola dana zakat yang akan berpengaruh terhadap efektivitas pendayagunaan dana zakat yang bertujuan untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat terhadap Lembaga Amil Zakat dan Organisasi pengelola dana zakat. 8

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH PENGENDALIAN INTERN TERHADAP EFEKTIVITAS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT. 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH 1.2.1 Identifikasi Masalah 1.Pengendalian Intern pada Yayasan Dompet Dhuafa tidak efektif, karena kurangnya antusiasme masyarakat tentang pengelolaan zakat. 2.Pengendalian Intern yang tidak efektif akan berdampak pada pendayagunaan dana zakat. 3.Penyaluran dana zakat belum terealisir secara optimal, sehingga dibutuhkan pengendalian intern dengan baik. 1.2.2 Rumusan Masalah 1.Bagaimana pelaksanaan pengendalian intern pada Yayasan Dompet Dhuafa Bandung. 2.Bagaimana efektivitas pendayagunaan dana zakat pada Yayasan Dompet Dhuafa Bandung. 3.Penyaluran dana zakat belum terealisir secara maksimal, sehingga dibutuhkan pengendalian intern dengan baik. 9

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai pengaruh pengendalian intern terhadap efektivitas pendayagunaan dana zakat. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengendaliaan intern pada Yayasan Dompet Dhuafa Bandung. 2. Untuk mengetahui efektivitas pendayagunaan dana zakat pada Yayasan Dompet Dhuafa Bandung. 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh pengendalian intern terhadap efektivitas pendayagunaan dana zakat pada Yayasan Dompet Dhuafa Bandung. 1.4 KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1 Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini dapat berguna bagi Yayasan Dompet Dhuafa Bandung yang diteliti sebagai bahan masukan untuk membantu memecahkan masalah yang sejenis, atau mungkin dapat pula dijadikan informasi dasar dalam pengambilan keputusan manajemen untuk pengembangan lebih lanjut yang dianggap perlu. 10

I.4.2 Kegunaan Akademis Penelitian ini berguna bagi penulis sebagai bahan perbandingan antara teori-teori selama ini dipelajari dalam perkuliahan dengan praktek yang nyata di Yayasan Dompet Dhuafa Bandung. 1.5 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 1.5.1 Lokasi Penelitian Penulis melakukan penelitian di Yayasan Dompet Dhuafa Bandung yang beralamat di Jl. HOS Tjockroaminoto No.143 (Pasir Kaliki). Dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Februari 2010. 1.5.2 Waktu Penelitian Tabel 1.1 Waktu Penelitian No Kegiatan 1 Persiapan UP 2 Penyusunan UP 3 Pencarian Data 4 Bimbingan UP Pendaftaran 5 Seminar UP 6 Seminar UP 7 Revisi UP Bimbingan 8 Skripsi 9 Analisis Data Penyusunan 10 Laporan Pendaftaran 11 Sidang 12 Sidang Skripsi Oktober November Desember Januari Februari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 11

13 Revisi Skripsi 12