BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

44. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

09. Mata Pelajaran Matematika

51. Mata Pelajaran Matematika Kelompok Teknologi, Kesehatan dan Pertanian untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A.

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

09. Mata Pelajaran Matematika

B. Tujuan Mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

50. Mata Pelajaran Matematika Kelompok Akuntansi dan Pertanian untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Analisis Kesalahan Buku Matematika pada Topik Segitiga dan Segiempat Kelas VII Semester II Serta Alternanit Pemecahannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

pikir manusia. Astuti (2009:1) mengemukakan bahwa perkembangan pesat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan berbagi dengan temannya. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang dihadapi manusia, suatu cara yang menggunakan informasi,

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pengertian Matematika Kata matematika sudah tidak asing lagi bagi kita, matematika merupakan ratu dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

A. Latar Belakang Masalah

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terkenal dengan kehebatan sains dan teknologinya. 1. meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memajukan daya pikir manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Karena

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. dengan semboyan learning by doing. Berbuat untuk mengubah tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan sesuatu yang tidak asing bagi semua kalangan

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN 2.1.1 Pengertian Permainan Kartu Bilangan Chalidah menyatakan bahwa permainan adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilakukan dengan sukarela dan menggunakan aktifitas fisik, sensorik, emosi, komunikasi dan pikiran (2005 : 124). Sadiman (2006 : 76) mengatakan bahwa permainan adalah suatu yang menyenangkan untuk dilakukan dan sesuatu yang menghibur. Permainan dalam pembelajaran matematika di sekolah bukan untuk menerangkan melainkan suatu cara atau teknik untuk mempelajani atau membina keterampilan dan suatu materi tertentu. Secara umum permainan cocok untuk membantu mempelajari fakt dan keterampilan (Sukayati, 2004: 14). Kartu adalah kertas tebal yang segi empat bangunnya (Kamus Bahasa Indonesia, 1999 : 145). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang (Depdiknas, 2005 : 510). Secara umum kartu bilangan adalah Kartu yang berisi angka- angka atau bilangan yang digunakan dalam pelajaran matematika. 2.1.2 Petunjuk Permainan Kartu Bilangan Pujiati (2003: 19) mengemukakan bahwa bentuk permainan kartu bilangan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil masingmasing beranggotakan 2-4 siswa. Setiap putaran permainan diikuti oleh semua kelompok. 2. Waktu setiap putaran lebih kurang 10 menit. 3. Guru menunjukkan salah satu kartu yang merupakan hasil atau jawaban dari suatu pertanyaan atau hasil perkalian. 6

7 4. Siswa mencari dan memilih kartu siswa yang berupa jawaban dari pertanyaan yang sesuai dan cocok dengan kartu guru. 2.1.3 Sarana Permainan Lacak Kartu Bilangan Sarana permainan lacak kartu bilangan terdiri dari : 1. Kartu untuk guru Kartu untuk guru dibuat dari kertas cukup tebal, misalnya kertas duplek atau kertas marga dengan ukuran lebih kurang setengah folio. Kartu untuk guru bertuliskan pertanyaan bisa berupa gambar atau hasil perkalian dari fakta dasar yang dipilih. Lomba ini dilakukan 6 kali permainan dalam satu putaran, maka kartu guru harus berjumlah enam kartu terdiri atas pertanyaan yang berbeda. 2. Kartu untuk siswa Kartu untuk siswa dibuat dari kertas manila atau kertas buffalo, dan untuk setiap kelompok, kartu yang diberikan berbeda warna agar memudahkan dalam penskoran. Kartu untuk siswa berukuran lebih kecil dari kartu untuk guru misalnya seperempat kertas folio dan berisi perkalian dari dua bilangan satu angka. Banyak kartu siswa lebih kurang 30 kartu yang terdiri dari jawaban yang mungkin dari kartu guru ditambah beberapa kartu, agar siswa tetap memilih kartu-kartunya sampai kartu guru yang terakhir dimainkan. 3. Kartu untuk kelompok. Kartu untuk kelompok dibuat warnanya sama dengan kartu untuk siswa, berisi nomor 1 sampai dengan 6 ( sesuai banyak kelompok ) dengan ukuran lebih kecil dan berbeda bentuk dengan kartu guru dan kartu siswa. Kartu ini berguna untuk menandai pengumpulan kartu oleh tiap kelompok pada tiap putaran. 2.1.4 Cara Berlomba Cara berlomba dalam permainan lacak kartu bilangan adalah sebagai berikut :

8 1. Sebelum permainan dimulai, masing-masing kelompok diberi 1 set kartu. 2. Guru menjelaskan aturan permainan yaitu siswa diminta untuk mencari sebanyak banyaknya kartu yang merupakan perkalian dari dua bilangan yang hasilnya ditunjukkan oleh guru dengan kartu guru. Waktu pencarian kartu siswa dibatasi. Guru memberi tanda saat pencarian kartu dimulai dan mengatakan stop yang menandakan waktu pencarian habis, kemudian wakil kelompok mengumpulkan kartu yang diperolehnya kedepan pada tempat yang telah ditentukan. Penjelasan ini disertai contoh. 3. Permainan putaran I 4. Guru memberikan pertanyaan. Siswa dibiarkan mencari beberapa detik untuk mencari kartu. Bila dirasa waktu sudah cukup, guru mengatakan stop sambil mengetuk Meja sebagai tanda waktu pencarian kartu berakhir. Wakil kelompok diminta untuk mengumpulkan kartu pada tempat yang telah disediakan, yaitu pada kartu lingkaran I (putaran I) dengan warna yang sesuai dengan kartu siswa pada masing masing kelompok (ada kemungkinan banyak kartu yang dikumpulkan berbeda dan belum tentu semuanya benar). 5. Langkah diulang untuk kartu guru yang lain, misal untuk kartu guru 24 pada putaran II, kartu guru 36 pada putaran III dan seterusnya. 2.1.5 Penilaian hasil permainan Untuk mengetahui hasil, maka permainan perlu diadakan penilaian sebagai berikut : 1. Setelah permainan selesai, dilakukan penilaian terhadap kartu yang dikumpulkan oleh setiap kelompok. Kartu yang dinilai adalah kartu jawaban yang benar. Banyaknya kartu yang benar yang telah terkumpul kemudian dicatat pada papan penilaian.

9 2. Pemenang permainan didasarkan pada banyaknya kartu jawaban yang benar yang dikumpulkan. Pemenang I adalah kelompok pengumpul kartu jawaban benar terbanyak. Pemenang bisa bisa dicari sampai dua atau tiga pemenang. Dari tiga urutan pemenang, jika terjadi seri bisa ditambah satu putaran lagi sampai diperoleh urutan I, II dan III. Para pemenang bisa diberi hadiah ringan, misalnya permen. Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan papan penilaian seperti disajikan dalam tabel 2.1 di bawah ini. KELOMPOK I II III IV Tabel 2.1 Papan Penilaian Hasil Permainan PUTARAN PERMAINAN I II III IV V VI JUMLAH NILAI 2.2 Metode Demonstrasi 2.2.1. Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah suatu penyajian yang dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan dan mempertunjukkan yaitu sebuah tindakan atau posedur yang digunakan. Metode ini disertai dengan penjelasan, ilustrasi, dan pernyataan lisan (oral) atau peragaan (visual) secara tepat dalam Canei, 1986:38). Dari batasan ini, nampak bahwa metode ini ditandai adanya kesengajaan untuk mempertunjukkan tindakan atau penggunaan prosedur yang disertai penjelasan, ilustrasi, atau pernyataan secara lisan maupun visual. Winarno mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang diminta, atau siswa memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas (Winarno, 1980:87). Batasan yang

10 dikemukakan Winarno memberikan kepada kita, bahwa untuk mendemonstrasikan atau memperagakan tidak harus dilakukan oleh guru sendiri dan yang didemonstrasikan adalah suatu proses. Dengan mempedulikan batasan metode demonstrasi seperti dikemukakan oleh Cardille dan Winarno, maka dapat dikemukakan bahwa metode demonstrasi merupakan format interaksi belajarmengajar yang sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses, atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian siswa. Dengan batasan metode demonstrasi ini, menunjukkan adanya tuntutan kepada guru untuk merencanakan penerapannya, memperjelas demonstrasi oral maupun visual, dan menyediakan peralatan yang diperlukan. 2.2.2 Tujuan Penerapan Metode Demonstrasi Metode demonstrasi barangkali lebih sesuai untuk mengajarkaan keterampilan tangan ini dimana gerakan-gerakan jasmani dan gerakangerakan dalam memegang sesuatu benda akan dipelajari, ataupun untuk mengajar hal-hal yang bersifat rutin (Staton, 1978:91). Dengan kata lain, metode demonstrasi bertujuan untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan fisik daripada keterampilan-keterampilan intelektual. Cardille mengemukakan bahwa metode demonstrasi dapat dipergunakan untuk: 1. Mengajar siswa tentang bagaimana melakukan sebuah tindakan atau menggunakan suatu prosedur atau produk baru. 2. Meningkatkan kepercayaan bahwa suatu prosedur memungkinkan bagi siswa melakukannya. 3. Meningkatkan perhatian dalam belajar dan penggunaan prosedur. (Canei, 1986:38) Sedangkan Winarno mengemukakan bahwa tujuan penerapan metode demonstrasi adalah :

11 1. Mengajarkan suatu proses, misalnya proses pengaturan, proses pembuatan, proses kerja. Proses mengerjakan dan menggunakan. 2. Menginformasikan tentang bahan yang diperlukan untuk membuat produk tertentu. 3. Mengetengahkan cara kerja. (Winarno, 1980:87-88) Berdasarkan pendapat di atas, maka tujuan penerapan metode demonstrasi yang dikemukakan oleh Staton, Cardille, dan Winarno, dapat diidentifikasi tujuan penerapan metode demonstrasi yang mencakup: 1. Mengajar siswa tentang suatu tindakan, proses atau prosedur keterampilan-keterampilan fisik/motorik. 2. Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan para siswa secara bersama-sama. 3. Mengkonkretkan infomasi yang disajikan kepada para siswa. 2.2.3 Keunggulan Metode Demonstrasi Metode demonstrasi memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut: 1. Memperkecil kemungkinan salah bila dibandingkan kalau siswa hanya membaca atau mendengar penjelasan saja, karena demonstrasi memberikan gambaran konkret yang memperjelas perolehan belajar siswa dari hasil pengamatannya. 2. Memungkinkan para siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan demonstrasi, sehingga memberi kemungkinan yang besar bagi para siswa memperoleh pengalaman-pengalaman langsung. Peluang keterlibatan siswa memberikan kesempatan siswa mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan dari teman-temannya. 3. Memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap penting, sehingga para siswa akan benar-benar memberikan perhatian khusus kepda hal tersebut. Dengan kata lain,

12 perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar dan tidak tertuju kepada yang lain. 4. Memungkinkan para siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum mereka ketahui selama demonstrasi berjalan, jawaban dari pertanyaan dapat disampaikan oleh guru ada saat itu pula. 2.2.4 Penerapan Metode Demonstrasi Sebelum mengajar atau pembelajaran dilaksanakan, seorang guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menentukan konsep materi yang akan dipelajari siswa, mencari dan merumuskan masalah yang sesuai dengan konsep tersebut, serta merencanakan strategi pembelajaran yang cocok. Mengacu dari metode yang dipergunakan, maka selama proses kegiatan belajar mengajar siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa memperoleh pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan, pertanyaanpertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat dilaksanakannya demonstrasi, apabila terjadi keraguan siswa dapat menanyakan secara langsung kepada guru, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki karena langsung diberikan contoh konkritnya. Menurut Basyirudin Usman (2002:46) menyatakan bahwa keunggulan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat, menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu kesimpulan, karena siswa mengamati secara langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan. Adapun menurut Syaiful Bahri Djamara (2000:56) menyatakan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik

13 memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu kegiatan pembelajaran, memudahkan berbagai jenis penjelasan, kesalahankesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya. Berdasarkan uraian di atas maka penggunaan metode demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pokok bahasan nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan. Adapun prosedur demonstrasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran, dalam hal ini untuk meningkatkan pemahaman pada pelajaran matematika pada pokok bahasan nilai tempat adalah: 1. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran. 2. Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan. 3. Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa. 4. Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan latihan) terhadap demonstrasi. 5. Kesimpulan. 2.3 Hakekat Matematika 2.3.1 Latar belakang Kata matematika merupakan ratu dari ilmu pengetahuan dimana materi matematika di perlukan di semua jurusan yang di pelajarai oleh semua orang. Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau mathematick (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti relating to learning. Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir). Jadi berdasarkan etimologis

14 (Elea Tinggih dalam Erman Suherman, 2003:16), perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi. Sementara Reys, dkk. (1984) mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Berdasarkan pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa ciri yang sangat penting dalam matematika adalah disiplin berpikir yang didasarkan pada berpikir logis, konsisten, inovatif dan kreatif. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

15 memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. 2.3.2 Tujuan Matematika Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

16 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 2.3.3 Ruang Lingkup Matematika Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspekaspek sebagai berikut. 1. Bilangan 2. Geometri dan pengukuran 3. Pengolahan data. 2.3.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibukukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar beserta hasil belajarnya, indikator dan materi pokok untuk setiap aspeknya. Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada materi didasarkan menurut disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak dicapai. Aspek atau ruang lingkup materi pada standar kompetensi matematika adalah bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar, trigonometri, peluang dan statistik, dan kalkulus.

17 Kelas II, Semester 1 Bilangan Standar kompetensi 1. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 2.4 Kerangka Pikir Geometri dan Pengukuran 2. Menggunakan pengukuran wak tu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah Pelaksanaan pembelajaran di SD Babalan Kompetensi Dasar 1.1 Membandingkan bilangan sam pai 500 1.2 Mengurutkan bilangan sampai 500 1.3 Menentukan nilai tempat ra tusan, puluhan, dan satuan 1.4 Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 2.1 Menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam 2.2 Menggunakan alat ukur pan jang tidak baku dan baku (cm, m) yang sering digunakan 2.3 Menggunakan alat ukur berat 2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda Kecamatan Gabus Kabupaten Pati pada untuk peningkatan kemampuan siswa dalam pelajaran matematika sub bab berhitung. Sebagai guru, guru harus pandai dalam menyikapi hal ini maka untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti melakukan tindakan pembelajaran. Adapun kerangka pikirnya dapat digambarkan dalam skema berikut : Kondisi Awal Siswa Kemampuan berhitung rendah 1. Alat bantu 2. Topik 3. Demonstrasi 4. Penguatan Siswa aktif Kemampuan berhitung meningkat Prestasi Kurang Meningkatkan kemampuan berhitung dengan metodel demonstrasi kartu bilangan. Gambar. 2.1 Hubungan Antara Penggunaan Metode Demonstrasi dan Kemampuan Berhitung

18 2.5 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan dalam gambar 2.1, hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan metode demonstrasi kartu bilangan dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa kelas II SDN Babalan Kecamatan Gabus Kabupaten Pati pada semester I Tahun 2011/2012.