BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup masyarakat, hal ini seiring dengan tujuan pembangunan yang tertuang

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan-persaingan diantara perusahaan, sehingga perlu pemikiran yang makin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengaruh Keahlian Dan Kecermatan Profesional Auditor Internal Terhadap Efektifitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern

BAB I PENDAHULUAN. terutama pelaksanaan kegiatan dalam perusahaan. Sehingga apabila terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. objektif. Benar-benar dilakukan tanpa bias (Sawyer, 2005:8).

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan barang dan jasa tetapi juga instansi pemerintah /BUMN/ sangat penting dalam pendukung kegiatan operasional.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian internal yang baik agar semua komponen dalam perusahaan berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan orang-orang yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

BAB I PENDAHULUAN. situasi kompetisi global seperti ini, Good Corporate Governance (GCG)

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian intern. Berdasarkan KPMG Fraud Survey 2012 yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian di Indonesia. Pembentukan BUMN sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kesalahan seperti watch dog yang selama ini ada di benak kita sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan terhadap kinerja perusahaan (Wardhini, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. roda perusahaan manajemen akan diawasi oleh fungsi satuan pengawasan internal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB I PENDAHULUAN. melakukan ekonomi agar tetap eksis dalam persaingan. Keadaaan ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. dengan prosedur penggajian yang ditetapkan. pemotongan gaji dan pembayaran gaji yang salah. Hal tersebut akan

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.2. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Semakin berkualitas audit internal maka kualitas informasi dan kinerja

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kecurangan akuntansi telah menarik banyak perhatian media

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kemunculannya pada pertengahan abad 20 sampai dengan abad 21

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB V KONKLUSI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil evaluasi penerapan sistem pengendalian internal atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Negara mempunyai suatu pemerintahan yang berfungsi sebagai kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kompleks. Keadaan ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perbankan memiliki peranan penting dalam perekonomian

Modul ke: AUDIT INTERNAL. Standar Audit Internal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan menyediakan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi suatu kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan tersebut. Internal

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi agar tetap eksis dalam persaingan. Keadaan ini menuntut para

BAB I PENDAHULUAN. audit internal. Banyak pelaku ekonomi dewasa ini semakin mengandalkan peran

1. Keandalan laporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang ada. 3. Efektifitas & efisiensi operasi

PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PT.AVIA AVIAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. lebih meningkatkan kualitas pengelolanya, dalam hal ini aktivitas-aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB I PENDAHULUAN. tim audit. Auditor dituntut untuk mampu memberikan hasil pemeriksaan yang

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk terus berkompetisi. Tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. sistematis serta mengevaluasi pengendalian intern dalam perusahaan. Namun pada. penyimpangan-penyimpangan dalam perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. concern) dan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) (Brigham et al

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya bidang

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan kepandaian khusus dalam menjalankannya. (Hiro, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

BAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN AUDIT OPERASIONAL DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN BIAYA OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan berdirinya berbagai jenis perusahaan, diantaranya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek penting yang menjadi tolok ukur keberhasilan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. baik yang besar maupn kecil ataupun tidak ditemukan adanya kecurangan.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lingkup aktivitas perusahaan-perusahaan yang merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan dalam perwujudan good governance yang semakin meningkat berimplikasi pada sistem pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. etika profesi. Adanya etika profesi maka tiap profesi memiliki aturan-aturan khusus

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan informasi seperti saat ini lingkungan bisnis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan langsung maupun kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN terdiri atas Persero dan Perum. Bentuk Perjan tidak dikenal lagi karena sifat permodalan dan status karyawannya sulit diperlakukan sebagai korporasi yang mandiri, selain karena kekayaannya merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan atau menyatu dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). BUMN merupakan organisasi pemerintah yang memiliki Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) melaksanakan pembinaan terhadap perusahaan Negara/Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1973. Pada tahun 1998 sampai dengan 2000, pemerintah Republik Indonesia mengubah bentuk organisasi pembina dan pengelola BUMN menjadi setingkat kementrian. Kementrian BUMN sebagai unsur pelaksana pemerintah bertugas dalam melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 yang merupakan dasar hukum Badan Usaha Milik Negara. Institusi Kementrian BUMN harus didukung oleh perangkat dan sumber daya yang memadai, berupa sumber daya manusia yang kompeten, berintegritas, serta berdedikasi tinggi dalam mewujudkan rencana dan program kerja serta mampu mengemban amanat Undang-Undang tersebut. Adapun tujuan dan fungsi dari BUMN yaitu: 1. Tujuannya yaitu Kementrian BUMN mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang pembinaan Badan Usaha Milik Negara dalam pemerintahan untuk membantu presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. 2. Fungsinya antara lain: a. Perumusan dan penetapan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan Badan Usaha Milik Negara; 1

b. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan Badan Usaha Milik Negara; c. Pengelolaan barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementrian BUMN; dan d. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementrian BUMN. Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki potensi kaya akan sumber daya alam dan struktur lingkungan yang baik. Beberapa BUMN yang ada di indonesia berkantor pusat di Bandung mengingat potensi pemamfaatan energi dan luasnya lahan terbentang. BUMN memiliki aset, sarana dan prasarana dengan jumlah yang besar, dimana minimal 51% sahamnya adalah milik negara sehingga dibutuhkan pengendalian yang efektif dan memadai untuk mengontrol seluruh sumber daya dan aset yang dimiliki. Total BUMN yang ada di Indonesia per 31 desember 2014 sebanyak 119 (www.bumn.go.id) dimana kota Bandung merupakan kota kedua terbanyak yang memiliki BUMN pusat. Untuk itu, peneliti memilih lokasi objek penelitian pada 10 BUMN yang berkantor pusat di Bandung (www.sebandung.com) dimana dengan fokus pada bidang Satuan Pengawas Intern (SPI). 1.2 Latar Belakang Penelitian Organisasi saat ini semakin membutuhkan peran auditor internal dalam menjaga efektivitas sistem pengendalian intern, pengelolaan risiko, dan governance. Auditor internal dianggap sebagai pihak yang independen dalam melakukan analisis risiko bisnis terutama untuk menghindari krisis serta kegagalan organisasi. Auditor internal dapat memberikan sumbangan yang besar dalam mentaati kewajiban tersebut dan memberikan nilai tambah bagi organisasi (SPAI, 2004:3) Di Indonesia, pembentukan fungsi audit internal merupakan keharusan bagi Badan Usaha Milik Negara (SPAI, 2004:3). Dibawah pengawasan komite audit, fungsi audit internal dijalankan oleh auditor internal. Auditor internal harus memiliki independensi sebagai pendukung bahwa seorang auditor adalah pihak yang mandiri, tidak ada gangguan dari pihak lain dalam menjalankan tugasnya. Seorang auditor 2

internal juga harus memiliki keahlian profesional sebagai dasar penentuan kondisi yang diharapkan dapat menguntungkan serta meminimalkan risiko yang mungkin terjadi yang dapat menghambat proses bisnis manajemen. Pengalaman kerja yang dimiliki seorang auditor merupakan pengalaman dari pelajaran akan situasi dan kondisi sulit yang mungkin pernah dihadapi. Penerapan pengendalian intern yang efektif dan pengelolaan risiko perusahaan secara terpadu menjadi sangat penting mengingat jumlah aset negara yang dikelola oleh BUMN sangat signifikan. Berdasarkan data dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), pada Semester I Tahun 2013, BPK telah melakukan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) pada 21 objek pemeriksaan di lingkungan BUMN dan menemukan 510 kasus yang terdiri atas 234 kasus kelemahan sistem pengendalian intern dan 276 kasus ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan. Dari jumlah kasus ketidakpatuhan, dapat dirinci bahwa : 1. Sebanyak 3 kasus merupakan temuan kerugian negara sebesar Rp 1,32 miliar; 38 kasus merupakan temuan kerugian perusahaan/korporasi sebesar Rp 1,77 triliun, dan 52 kasus merupakan temuan kekurangan penerimaan sebesar Rp 832,93 miliar; dan 2. Sebanyak 6 kasus merupakan temuan ketidakhematan sebesar Rp 4,19 miliar; sebanyak 2 kasus merupakan temuan ketidakefisienan sebesar Rp 2,28 miliar; dan sebanyak 28 kasus merupakan temuan ketidakefektifan sebesar Rp 44,75 triliun (www.bpk.go.id). Audit Internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, salah satunya dengan mengevaluasi pengendalian internal. Pengendalian internal akan membantu organisasi dalam mencapai efektivitas dan efisiensi operasi. Kasus yang dialami PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) terkait ditemukannya pemborosan yang menyebabkan inefisensi. Panitia Kerja (Panja) Sektor Hulu Listrik Komisi VII memanggil mantan Direktur Utama PLN, Dahlan Iskan, berdasarkan temuan pemborosan sebesar Rp 37 triliun pada tahun 2009-2010. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu Sektor Hulu Listrik pada PT. Perusahaan Listrik Negara di dalamnya mengaudit delapan pembangkit listrik 3

berbasis dual firing. Hasil Pemeriksaan BPK-RI Nomor: 30/AuditamaVII/PDTT/09/2011 Tertanggal 16 September 2011, diantaranya menemukan kebutuhan gas PLN pada 8 unit pembangkit yang berbasis dual firing tidak terpenuhi. Hasil audit BPK menemukan beberapa unsur yang terindikasi merugikan negara antara lain pengadaan barang dan jasa seperti batu bara dan rental genset yang tidak sesuai prosedur, serta penetapan anggaran yang tidak mematuhi Undang-Undang APBN. Sumber VIVAnews menjelaskan bahwa sumber ketidakefisienan PLN dalam penggunaan sumber energi pada delapan pembangkit itu antara lain adalah pada kontraknya yang tidak menyebutkan adanya sanksi jika pemasok batu bara atau gas tidak memenuhi kewajibannya (www.viva.co.id). Penyebab awal inefisiensi karena pemasok tidak dapat memasok kebutuhan persediaan akan gas dan batu bara untuk membangkitkan tenaga listrik pada tahun 2009. Pada tahun 2010 kasus yang sama terjadi, dimana pemasok tidak dapat memenuhi kebutuhan akan persediaan gas dan batubara. Mengingat hal itu, seharusnya internal audit lebih kritis dalam mencari penyebab risiko kebutuhan persediaan tidak terpenuhi dan memberikan rekomendasi untuk menanggulangi penyebab agar kegiatan operasional dapat berjalan secara lancar. Pada elemen kedua kerangka pengendalian internal Committe of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO), yaitu pengukuran risiko, risiko biasanya dipetakan dan diukur berdasarkan tingkat kemungkinan terjadi (likelihood) dan dampaknya (magnitude). Risiko tidak terpenuhinya kebutuhan persediaan berupa gas dan batu bara untuk membangkitkan tenaga listrik sepatutnya menjadi risiko utama yang kemungkinan terjadinya paling tinggi yang harus dipertimbangkan auditor mengingat kegiatan utama PLN adalah memasok tenaga listrik. Untuk meyakinkan bahwa kebutuhan persediaan dapat terus dipenuhi dapat tertuang dalam kontrak perjanjian antara pembeli dan pemasok berupa sanksi apabila kebutuhan persediaan tidak terpenuhi. Kasus lainnya terjadi pada PT Askrindo. PT Askrindo adalah salah satu BUMN yang bergerak dibidang kredit asuransi. Awal penempatan investasi berawal dari upaya Askrindo sejak 2002 untuk mencegah pembayaran klaim penjaminan. 4

Beberapa nasabah produk penjaminan diperkirakan tidak mampu memenuhi kewajibannya yang kemudian mengakibatkan Askrindo harus membayar klaim. Untuk itu, Askrindo mengupayakan skema dukungan pendanaan agar nasabah tersebut mampu memenuhi kewajibannya. Pada laporan keuangan Askrindo 2009 yang telah diaudit, Bapepam-LK mengidentifikasi adanya investasi berupa obligasi dan reksa dana. Padahal dalam pemeriksaan Bapepam-LK mereka tidak dapat membuktikan adanya kepemilikan tersebut. Penempatan investasi tersebut telah dilakukan dalam bentuk investasi lain yaitu Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) sejak 2005 dan Repurchase Agreement (Repo) sejak 2008. Padahal berdasarkan aturan pasar modal V.G.6, perusahaan asuransi dilarang menempatkan investasi dalam bentuk kontrak bilateral atau KPD. Total dana yang diinvestasikan mencapai Rp 439 miliar, dan dana investasi yang kembali hanya sebesar Rp 35 miliar. Prof. Dr. Sofyan S. Harahap menjelaskan kasus Askrindo mengarah pada dua kemungkinan. Pertama, terungkapnya pelanggaran kontrak bilateral menjadi cermin kelalaian pemerintah dalam melakukan pengawasan. Kemungkinan kedua, fungsi dari badan pengawasan internal tersebut yang tidak berfungsi atau memang sengaja dialih fungsikan dalam hal ini ada internal control, namun internal audit perusahaan yang tidak jalan (www.neraca.co.id). Ketidakpatuhan terhadap peraturan yang berlaku menjadi penyebab awal diselewengkannya dana investasi yang dilakukan PT Askrindo sebesar Rp439 miliar. Apalagi Investasi dalam bentuk KPD tersebut telah dilakukan sejak tahun 2005 dan baru ditemukan pada 2011 oleh Bapepam, sehingga peran dari internal audit dipertanyakan. Ketidakmampuan mendeteksi kekeliruan akan menimbulkan pertanyaan tentang keahlian dan kompetensi yang dimiliki seorang auditor. Namun jika auditor internal ikut mengamankan informasi internal yang mengandung unsur kecurangan maka kemungkinan yang dipertanyakan adalah independensi seorang auditornya. Pada kasus ini juga ikut melibatkan lingkungan internal Askrindo sendiri yaitu mantan Direktur Keuangan Askrindo Zulfan Lubis dan mantan Direktur Investasi Askrindo Rene Setiawan. Lemahnya pengawasan pada lingkungan internal dan diotorisasinya dana investasi yang tidak diperbolehkan menandakan bahwa pengawasan pada lingkungan internal dan prosedur untuk 5

kepatuhan pada peraturan masih kurang yang mengarah pada lemahnya pengendalian internal. Contoh kasus diatas menjelaskan betapa penting efektivitas pengendalian internal dalam suatu perusahaan guna meminimalkan pengaruh dari risiko sehingga aktivitas operasi akan lebih terjamin untuk mencapai tujuan operasi sekaligus tujuan organisasi secara keseluruhan. Efektivitas dalam sistem pengendalian internal diartikan sebagai kemampuan sistem pengendalian intern yang direncanakan dan ditetapkan agar mampu mewujudkan tujuannya yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, serta efektivitas dan efisiensi operasi (Dianawati dan Ramantha, 2013). Pengendalian internal harus dilaksanakan seefektif mungkin dalam suatu perusahaan untuk mencegah dan menghindari terjadinya kesalahan, kecurangan, dan penyelewengan. Oleh sebab itu, penerapan sistem pengendalian internal sangat penting karena dalam menjalankan aktivitasnya perusahaan akan selalu dihadapkan pada berbagai macam risiko dan masalah (Firdaus, 2013). Adanya pengendalian internal ini dapat menjadi salah satu alat bantu manajemen dalam meningkatkan efektivitas perusahaan yang memberikan analisis, rekomendasi, bimbingan serta review informasi (Kwang Bu, 2006). Terkait dengan efektivitas pengendalian internal, peran dari auditor juga tidak kalah penting dalam memberikan kontribusi. Karena auditor sebagai pihak ahli dalam perusahaan juga harus dinilai kualitas dan atribut yang melekat guna memberikan keyakinan yang memadai atas pengendalian internal yang dievaluasi. Faktor yang mempengaruhi yaitu independensi yang dimiliki. Internal auditor dikatakan independen apabila dapat secara bebas melakukan pekerjaan pemeriksaannya. Dengan independensi, internal auditor mendapat pertimbangan-pertimbangan yang dan tidak memihak sehingga pelaksanaan pekerjaannya menjadi layak. Internal auditor harus independen terhadap aktivitas bagian-bagian yang diperiksanya pada perusahaan (Hapsari, 2012). Kemungkinan adanya faktor tekanan dan pembatasan terkadang membuat sikap independensi seorang auditor tidak berjalan sebagaimana mestinya. Auditor internal dikatakan independen apabila dapat melaksanakan tugas secara bebas dan objektif. Independensi memungkinkan auditor melaksanakan 6

tugasnya dengan tidak berpihak (YPIA, 2008:27). Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu yang menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda (inkonsistensi hasil) diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2013) menemukan bahwa secara simultan dan parsial variabel independensi tidak memiliki pengaruh terhadap efektivitas struktur pengendalian internal. Hasil penelitian ini berbeda dengan Dianawati dan Ramantha (2013) yang menunjukkan bahwa independensi auditor internal berpengaruh positif terhadap efektivitas struktur pengendalian internal dimana semakin tinggi independensi auditor akan meningkatkan efektivitas pengendalian internal. Keahlian profesional adalah tingkat kemahiran profesional auditor internal dalam melakukan pemeriksaan yang dilaksanakan dengan keterampilan dan kecermatan profesionalnya terhadap penerapan struktur pengendalian (Dianawati dan Ramantha, 2013). Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. (Herawaty, 2013). Simanjuntak (1983:67) dalam Herawaty (2013) menyatakan dalam menilai kemampuan seseorang perlu juga melihat latar belakang pendidikan; Pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih baik dan tepat. Latihan membentuk dan meningkatkan keterampilan kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan serta latihan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan kerjanya. Ruang lingkup audit internal menjadi lebih luas sesuai dengan aktivitas masing-masing kegiatan bisnis perusahaan. Audit internal tentunya harus lebih jeli dan teliti dalam mengawasi jalannya pengendalian internal. Pasalnya auditor internal sebagai pihak ahli dituntut untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lainnya sesuai dengan Standar Atribut 1210 pada Standar Profesi Audit Internal (SPAI). Auditor yang memiliki tingkat keahlian profesional yang tinggi akan menghindarkan perusahaan dari kerugian yang bernilai materiil. Keahlian di dalam prinsip dan teknik akuntansi diperlukan bagi para auditor yang bekerja secara ekstensif dengan catatan-catatan dan laporan keuangan (SPAI, 2004:59). Penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2013) menemukan bahwa secara simultan dan parsial variabel keahlian profesional tidak memiliki pengaruh terhadap efektivitas 7

struktur pengendalian intern. Hasil penelitian ini berbeda dengan Dianawati dan Ramantha (2013) yang menunjukkan bahwa keahlian profesional berpengaruh positif terhadap efektivitas struktur pengendalian internal dimana semakin tinggi tingkat keahlian maka akan meningkatkan efektivitas pengendalian internal. Semakin besar suatu perusahaan akan semakin bertambah pula kegiatankegiatannya baik kegiatan perusahaan sendiri maupun kegiatan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan (Herawaty, 2013). BUMN merupakan perusahaan milik negara yang memiliki cakupan yang luas dalam pengendalian internalnya. Pengalaman kerja yang dimiliki akan membuat adaptasi lingkungan kerja yang lebih baik, tingkat kedisiplinan, serta perspektif yang lebih luas. Pengalaman kerja merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah yang lebih tinggi (Dianawati dan Ramantha, 2013). Pengalaman kerja seorang auditor akan mendukung keterampilan dan kecepatan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sehingga tingkat kesalahan akan semakin berkurang. Penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2013) menemukan bahwa secara simultan dan parsial variabel pengalaman auditor tidak memiliki pengaruh terhadap efektivitas struktur pengendalian intern. Hasil penelitian ini berbeda dengan Dianawati dan Ramantha (2013) yang menunjukkan bahwa pengalaman kerja auditor internal berpengaruh positif terhadap efektivitas struktur pengendalian internal dimana semakin banyak pengalaman auditor akan meningkatkan efektivitas pengendalian internal. Berdasarkan fenomena diatas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena cukup penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas pengendalian internal. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian mengenai Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Auditor Internal terhadap Efektivitas Pengendalian Internal (Survey pada BUMN yang Berkantor Pusat di Wilayah Bandung). 8

1.3 Perumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kondisi independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja auditor internal terhadap efektivitas pengendalian internal yang dihasilkan pada BUMN yang ada di Bandung? 2. Bagaimana pengaruh independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja auditor internal secara simultan terhadap efektivitas pengendalian internal BUMN yang ada di Bandung? 3. Bagaimana pengaruh independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja auditor internal secara parsial terhadap efektivitas pengendalian internal, yaitu: a. Apakah indepedensi berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal? b. Apakah keahlian profesional berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal? c. Apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kondisi independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja auditor internal yang dilakukan terhadap efektivitas pengendalian internal yang dihasilkan pada BUMN yang ada di Bandung. 2. Untuk mengetahui pengaruh independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja auditor internal secara simultan terhadap efektivitas pengendalian internal pada BUMN yang ada di Bandung. 9

3. Untuk mengetahui pengaruh independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja auditor internal secara parsial terhadap efektivitas pengendalian internal, yaitu: a. Untuk mengetahui pengaruh independensi terhadap efektivitas pengendalian internal. b. Untuk mengetahui pengaruh keahlian profesional terhadap efektivitas pengendalian internal. c. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja terhadap efektivitas pengendalian internal. 1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Aspek Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman audit menyangkut sikap independensi yang dimiliki auditor internal, keahlian profesional, dan pengalaman kerja auditor internal dalam mewujudkan efektivitas pengendalian internal dengan memberi kontribusi tambahan terhadap pengembangan teori di dalamnya. b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi oleh peneliti sejenis untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja auditor internal terhadap efektivitas pengendalian internal. 1.5.2 Aspek Praktis a. Bagi profesi Auditor Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta pembelajaran bagi para auditor mengenai efektivitas pengendalian internal yang akan dihasilkan oleh mereka akibat sikap independensi, kemampuan keahlian profesional, dan pengalaman kerja yang dimiliki. 10

b. Bagi organisasi yang di audit (manajemen) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk dapat meningkatkan efektivitas pengendalian internal sehingga dapat meningkatkan pelaksanaan tugas auditor internal. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa sub-bab antara lain : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang mendasari penellitian, penelitianpenelitian terdahulu, kerangka pemikiran, pengembangan hipotesis serta ruang lingkup penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tentang jenis penelitian, tahapan penelitian, populasi dan sample teknik analisis data yang dipakai penelitian ini. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dijelaskan mengenai karakteristik responden, hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang disertai dengan saran bagi auditor dan BUMN. 11