PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMBENTUKAN JUMLAH ANAKAN PADA BAWANG MERAH GENERASI KE 3 YANG BERASAL DARI UMBI TSS. Oleh: Sartono Putrasamedja

ADAPTASI KLON-KLON BAWANG MERAH (Allium ascollonicum L.) DI PABEDILAN LOSARI CIREBON ABSTRACT

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

AGROVIGOR VOLUME 8 NO. 2 SEPTEMBER 2015 ISSN

UJI PENDAHULUAN KLON-KLON HASIL SILANGAN BAWANG MERAH PADA MUSIM PENGHUJAN DI LEMBANG

Respons Tanaman Bawang Merah Asal Biji True Shallot Seeds terhadap Kerapatan Tanaman pada Musim Hujan

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

EVALUASI SEPULUH KULTIVAR LOKAL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KERSANA BREBES

PENGUJIAN BEBERAPA KLON BAWANG MERAH DATARAN TINGGI (CLONES TESTING OF SOME HIGHLANDS SHALLOTS)

No. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

Oleh: Sartono Putrasamedja Balai Penelitian Tanaman Sayuran - Lembang

ALAT POLINASI DAN AKTIVITAS TERHADAP PRODUKSI BENIH BAWANG DAUN (Alium fistolosum) U. SUMPENA

Pengaruh Kerapatan Tanaman dan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh terhadap Produksi Umbi Bibit Bawang Merah Asal Biji Kultivar Bima

Produksi Biji Bawang Merah Samosir Aksesi Simanindo Terhadap Konsentrasi GA3 dan Lama Perendaman di Dataran Tinggi Samosir

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

Respons Pembungaan dan Hasil Biji Bawang Merah Terhadap Aplikasi GA3 dan Fosfor

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBELAHAN UMBI BIBIT PADA BEBERAPA JARAK TANAM

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. Var. TUKTUK) ASAL BIJI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KALIUM DAN JARAK TANAM

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

Penampilan Bawang Merah Pada Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Di Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Oleh: Susantidiana

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOMPOS KULIT BUAH KOPI SKRIPSI OLEH:

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

PENGARUH DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP SERAPAN UNSUR HARA N, PERTUMBUHAN DAN HASIL PADA BEBERAPA VARIETAS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat Kultivar Intan dan Mutiara pada Berbagai Jenis Tanah

Penerapan Inovasi Teknologi Beberapa Varietas Bawang Merah di Daerah Dataran Rendah Sulawesi Barat

SKRIPSI OLEH : RIRI AZYYATI / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

BAHAN METODE PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL APLIKASI EKSTRAK DAUN INSULIN (Thitonia difersifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH

DOSIS PUPUK CAIR ANORGANIK DAN JARAK TANAM BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. var. TUK TUK ) ASAL BIJI

Pengaruh Naungan Plastik Transparan, Kerapatan Tanaman, dan Dosis N terhadap Produksi Umbi Bibit Asal Biji Bawang Merah

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

Uji Adaptasi Lima Varietas Bawang Merah Asal Dataran Tinggi dan Medium pada Ekosistem Dataran Rendah Brebes

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.2, April 2017 (35):

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PENAMBAHAN PUPUK ORGANIK CAIR ABSTRAK

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk

Aplikasi Pupuk Organik dan Anorganik dalam Budidaya Bawang Putih Varietas Lumbu Hijau

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Pengaruh Varietas dan Pemberian Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

Kata Kunci: GA3, Perendaman, Konsentrasi, Bawang merah

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

Evaluasi Daya Hasil Kultivar Lokal Bawang Merah di Brebes

SKRIPSI. Oleh : ERNIKA SEPTYMA BR PARDEDE/ AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (560) :

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

Respons Pertumbuhan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Aplikasi Mulsa dan Perbedaan Jarak Tanam

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN URIN DOMBA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENGARUH UKURAN FISIK DAN JUMLAH UMBI PER LUBANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

PENGARUH BOBOT MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) KULTIVAR KUTILANG

KAJIAN PENGGUNAAN PUPUK BIOURIN SAPI DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.)

PENGARUH KOMBINASI TAKARAN PUPUK UREA DAN SP-36 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L,) Alumni Fakultas Pertanian 2)

Kajian Aplikasi Dosis Pupuk ZA dan Kalium Anak Agung Gede Putra 10

Blok I Blok II Blok III 30 cm

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

Optimasi Jarak Tanam dan Dosis Pupuk NPK untuk Produksi Bawang Merah dari Benih Umbi Mini di Dataran Tinggi

BAWANG MERAH YANG DIRILIS OLEH BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN PENDAHULUAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Dosis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan Tipe Pemotongan Umbi

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

DINAMIKA KEGUGURAN BUNGA DAN BUAH DENGAN STATUS N JARINGAN DAN PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH CPPU PADA TANAMAN LOMBOK (Capsicum annuum L.

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Pengaruh Varietas dan Ukuran Umbi terhadap Produktivitas Bawang Merah

Lampiran 1. Tabel Tinggi Tanaman 2 MST (cm) Ulangan

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicuml.) MENGGUNAKAN MEDIA DAN BAHAN TANAM BERBEDA

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

TATA CARA PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

46 Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5 No. 1, Januari 2017: ISSN: Rangga Herwanda *), Wisnu Eko Murdiono dan Koesriharti

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

PENGARUH JARAK TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum)

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA DATARAN RENDAH DENGAN PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN NPK

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

Transkripsi:

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI Effects of Various Weight of Shallot Bulb Derived from First Generation on Its Production Oleh: S. Putrasamedja Peneliti Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang-Bandung ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari potensi bibit yang berasal dari generasi ke satu. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Dinas Pertanian Kramat, Tegal, Jawa Tengah pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2005. Materi yang dijadikan percobaan adalah bibit bawang merah generasi ke satu (G-1) yang berasal dari hasil selfing. Perlakuan ini terdiri atas A1 = 1-2,5 gram; A2 = 2,6-3,5 gram; A3 = 3,6-4,6 gram per umbi dan B1 = jarak tanam 10 x 10 cm; B2 = jarak tanam 15 x 15 cm; B3 = jarak tanam 15 x 20 cm. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial, dengan 9 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan. Hasil akhir diperoleh bahwa pada jarak tanam 15 x 15 cm dengan ukuran umbi 2,6-3,5 gram, diperoleh produksi tinggi diikuti oleh jarak tanam 15 x 20 cm dengan ukuran umbi 2,6-3,5 gram dan jarak tanam 15 x 20 cm dengan berat umbi 3,6-4,6 gram Kata kunci: tanggapan, Allium ascalonicum L., bibit, generasi ke satu, produksi. ABSTRACT The objective of this experiment was to study how many potention of production from one generation. This experiment was conducted simultan usually site in agricultural of service garden Kramat, Tegal, Central Java, 4 meter sea level from March until May 2000. Material to experiment from bulp of shallot from selfing. Contain 9 of combination every treatment 3 repliation which is A1 = 1-2,5 gram; A2 = 2,6-3,5 gram; A3 = 3,6-4,6 gram every bulp and B1 = plant distance 10 x 10 cm; B2 = plant distance 15 x 15 cm; B3 = plant distance 15 x 20 cm. This treatment were arranged as factorial designed and Randomized block design with 9 replication. The result showed planting design 15 x 15 cm and bulp measure 2,6-3,5 gram is highest fallow by planting distance 15 x 20 cm bulp measure 2,6-3,5 gram and planting distance 15 x 20 cm bulp measure 3,6-4,6 gram. Key word: respons, seed, Allium ascalonicum L., first generation, production. PENDAHULUAN Umumnya bibit bawang merah yang ditanam oleh para petani berasal dari umbi bibit. Bibit semacam itu ukurannya sangat bervariasi dan ditanam dengan cara dicampurkan. Sampai sekarang belum diketahui bobot rata-rata umbi yang ideal untuk dijadikan pedoman kebutuhan bibit per hektarnya. Selain itu, jarak tanam optimal berapa yang produksinya paling tinggi belum diketahui. Bibit bawang merah G1 adalah bibit yang berasal dari generatif sehingga tingkat kesehatan serta potensi hasilnya tinggi. Selama ini para petani selain 19

menggunakan bibit dari berbagai ukuran juga bibit yang mereka tanam berasal dari umbi konsumsi. Kemurnian serta kesehatannya sangat diragukan karena adanya kontaminasi dari generasi sebelumnya tidak terdeteksi sehingga produksi yang diperoleh menjadi rendah. Keberhasilan usaha tani ditentukan oleh penggunaan bibit dengan mutu baik dan teknik penanaman yang tepat. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu pengadaan bibit yang bermutu, mengetahui ukuran bibit berapa yang paling optimal dan penampilan warna umbi yang disukai oleh para pengguna. Untuk menyiapkan berbagai tingkat ukuran bibit, dilakukan penelitian menggunakan teknik jarak tanam. Hal ini karena adanya kecenderungan bahwa semakin rapat jarak tanam maka biaya penggunaan bibit semakin meningkat penggunaan bibit rata-rata adalah sebesar 40% dari biaya produksi, terutama untuk daerah dataran rendah. Sedangkan, untuk daerah dataran tinggi pada umumnya penggunaan bibit lebih rendah, hanya mencapai 18% dari biaya produksi. Perbedaan semacam ini disebabkan karena jarak tanam yang berbeda-beda (Suherman dan Basuki, 1990). Apabila jarak tanam yang digunakan 15 x 20 cm dengan berat umbi + 3,5 g/umbi maka jumlah bibit yang akan diperlukan pada setiap hektarnya berkisar antara 9-12 kw. Sedangkan, apabila yang digunakan bibit umbi yang berasal dari generatif, jumlah kebutuhan bibit setiap hektarnya diharapkan dapat ditekan sampai dengan 50% sehingga biaya pengadaan bibit pun dapat ditekan. Percobaan sebelumnya menunjukan bahwa peranan bawang merah yang berasal dari biji kultivar Maja pada jarak tanam 10 cm x 15 cm menunjukkan produksi paling baik (Putrasamedja, 1995a). Jarak tanam dan ukuran umbi berpengaruh besar terhadap produksi dan penampilan. Ada kecenderungan bahwa setiap kultivar mempunyai karakter yang berbeda-beda dalam produksi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh bobot umbi dan jarak tanam terhadap produksi. Penelitian dilakukan agar dapat diperoleh informasi yang tepat tentang penggunaan kelas bobot umbi yang paling efisien disertai dengan jarak tanam untuk menghasilkan produksi yang optimal. Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari potensi bibit yang berasal dari generasi ke satu dengan kriteria bobot dan jarak tanam yang tepat. METODE PENELITIAN Material yang dicoba terdiri atas umbi bawang merah generasi pertama (G 1 ) dari hasil serbuk sendiri (selfing) varietas Kuning. Bibit ditanam setelah mengalami pecah dormansi, yaitu umur 2 bulan setelah panen. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Kramat, Tegal, Jawa Tengah pada bulan Maret sampai dengan Mei 2005. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan pola faktorial. Perlakuan terdiri atas dua faktor, pertama bobot umbi (A) yang terdiri atas: A 1 = 1 2.5 g; A 2 = 2.6 3.5 g; dan A 3 = 3.6 4.6 g. Faktor kedua yaitu jarak tanam (B), yang terdiri atas: B 1 = 10 cm x 10 cm; B 2 = 15 cm x 15 cm; dan B 3 = 15 cm x 20 cm. Masing masing perlakuan diulang 3 kali. Ukuran plot 1.5 m X 3 m, jumlah tanaman 300, 200 dan 150 tanaman per plot. Percobaan dilakukan di kebun percobaan Kramat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah pada ketinggian 4 m 20

dpl dengan jenis tanah aluvial. Tanah tempat percobaan dipupuk dengan pupuk kompos 10 ton/ha dan pupuk buatan yaitu Urea = 435 kg/ha, TSP = 200 kg/ha, dan ZA = 476 kg/ha. Dalam aplikasinya di lapangan, TSP dan KCl diberikan lima hari sebelum tanam sedangkan Urea + ZA 50% diberikan pada saat tanaman berumur dua minggu setelah tanam (MST) dan sisanya diberikan 7 MST. Agar tanaman tetap sehat diberikan insektisida Decis atau Curacron dan fungisida Dithane M45 atau Antracol dengan dosis masing-masing 1-2 cc/l air atau 1-2 gram/l air, yang aplikasinya diberikan setiap 4 hari sekali atau disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Variabel pertumbuhan yang diamati meliputi: jumlah anakan, tinggi tanaman, dan jumlah daun. Jumlah anakan diamati pada umur 35 hari setelah tanam (HST), sedangkan tinggi tanaman dan jumlah daun diamati pada umur 40 HST. Data variabel pertumbuhan diambil dari 10 tanaman contoh. Variabel hasil meliputi bobot umbi basah dan umbi kering. Bobot umbi basah diamati dengan menimbang umbi saat panen pada setiap plot. Hasil umbi kering diperoleh dengan menimbang umbi yang sudah dijemur selama satu minggu. Pengaruh antar perlakuan dianalisis dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jumlah anakan Pengamatan jumlah anakan dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berinteraksi terhadap bobot umbi yang ditanam, dimana umbi yang paling besar memiliki jumlah anakan yang paling banyak. Hal ini terlihat pada perlakuan bibit berbobot 3,6-4,6 gram dengan jarak tanam 15 x 20 cm dengan jumlah anakan 7 berbeda sangat nyata terhadap kelompok yang beratnya 1-2,5 gram dan jarak tanam 10 cm x 10 cm dengan rata-rata jumlah anakan 4, ada interaksi antara jarak tanam dan ukuran umbi. Umbi yang berukuran 3 gram ke atas pada umumnya membentuk anakan normal, sifat ini adalah sifat genetis yang diturunkan oleh induknya. Agar umbi menjadi besar besar, jarak tanam juga harus disesuaikan dengan besarnya umbi, sesuai dengan hasil percobaan sebelumnya (Putrasamedja, 1995b). Pada umbi yang besar akan terbentuk jumlah anakan yang banyak. Umbi yang memiliki berat 3 gram ke atas, rata-rata jumlah anakannya banyak tetapi menghasilkan umbi yang ukurannya kecil-kecil. Semakin besar umbi semakin banyak tunas di dalam umbi yang akan berpengaruh pada pembentukan jumlah anakan, karena persaingan yang ketat didalam mengkonsumsi zat makan maka umbi menjadi lebih kecil. B. Tinggi tanaman Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan bobot umbi tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Hal ini terjadi selain karena faktor genetik, bibit berasal dari satu induk yang sama dengan cara diselfing sehingga keseragaman genetiknya sama. Terutama pada tinggi tanaman di lapangan terlihat sama tingginya ditambah dengan kesuburan tanah yang merata (Gunadi dan Suwandi, 1989; Hilman dan Suwandi, 1990) juga karena berkaitan 21

erat dengan asal bibit yang dijadikan perlakuan, dimana jika bibit yang diperlakukan berasal dari induk yang sama maka genotipenya juga akan sama serta sifat dan karakternya akan sama. C. Jumlah daun Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pada perlakuan jarak tanam 15 cm x 20 cm dengan berat umbi 1-2,5 gram (A1B1) rata-rata 26,8 helai. Keadaan seperti ini berbeda sangat nyata dengan perlakuan jarak tanam 10 cm x 10 cm dengan berat umbi 1-2,5 gram (A1B1) jumlah daunnya 26,8 helai dan A3B3 jumlah daunnya 37 helai tetapi tidak ada perbedaan terhadap perlakuan yang lainnya (Tabel 1). Tabel. 1. Jumlah anakan, tinggi tanaman dan jumlah daun Perlakuan Jumlah Anakan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun A1B1 4.11 a 36.95 a 26.80 c A1B2 5.01 bc 35.55 a 27.20 bc A1B3 5.29 bc 34.70 a 32.00 abc A2B1 6.16 abc 35.10 a 31.25 abc A2B2 5.17 bc 35.00 a 32.01 abc A2B3 6.59 ab 36.10 a 33.69 abc A3B1 6.57 ab 35.55 a 32.55 ab A3B2 6.56 ab 36.05 a 35.56 ab A3B3 7.66 a 35.75 a 37.01 a CV ( % ) 15.77 5. 93 10.71 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5 %. Untuk karakter karakter lainnya, terjadi suatu keragaman yang berhubungan dengan besar umbi, jumlah anakan, dan jumlah daun. Di sini terlihat jelas bahwa umbi besar rata-rata memiliki jumlah anakan yang banyak, berpengaruh kepada peningkatan jumlah daun dan anakan. Sedangkan pada perlakuan-perlakuan yang berasal dari umbi-umbi yang berukuran kecil, jumlah daun yang diproduksi relatif kecil (Kadams and Amans, 1995) terlihat adanya interaksi antara jarak tanam dan ukuran umbi. D. Berat produksi basah Hasil per petak yang diperoleh tanam 10 cm x 10 cm berat umbi 1-2,5 gram/umbi berbeda nyata dengan perlakuan dengan berat umbi 3,6-4,6 gram/umbi. Berat basah rata-rata setiap plot menunjukan bahwa ukuran bibitbibit yang digunakan akan mempengaruhi ukuran umbi. Pada perlakuan yang berasal dari bibit-bibit yang berukuran lebih dari 3 gram, dalam pertumbuhannya di lapangan, pertumbuhan awalnya rata-rata cukup baik tetapi pada waktu umbi mulai membentuk anakan, umbi yang dihasilkannya kecil-kecil. Hal ini disebabkan adanya persaingan dalam pengambilan unsur hara yang terlalu ketat antara umbi yang satu dengan umbi yang lainnya. Sebaliknya pada perlakuan yang berasal umbi-umbi yang berukuran kecil meskipun jumlah anakannya lebih sedikit namun mampu membentuk ukuran umbi yang lebih besar, sehingga dalam penampilannya, baik ukuran maupun warnanya lebih baik dibandingkan dengan umbi-umbi yang berasal dari penanaman umbi berukuran besar. keadaan ini sama dengan percobaanpercobaan sebelumnya (Putrasamedja dan Anggoro, 1997; Gunadi dan Suwandi, 1998). E. Bobot kering Berat kering umbi yang diamati adalah hasil panen setelah kering eskip, merupakan produksi yang dijemur 22

sampai 1 minggu, ciri-ciri kering eskape adalah daun sudah mengering. Hasil produksi rata-rata secara statistik menunjukkan bahwa antara perlakuan yang satu dengan yang lainnya tidak ada perbedaan nyata. Meskipun demikian, dari angka-angka produksi rata-rata setiap perlakuan, dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam 15 cm x 15 cm dengan berat bibit 2,6-3,5 gram merupakan perlakuan yang dapat menghasilkan produksi paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi yang berasal dari umbi-umbi dengan ukuran 2,6-3,5 gram, selain mampu menghasilkan produksi paling tinggi juga penyusutannya tinggi jika dibandingkan dengan produksi yang berasal dari bibit dengan ukuran 3,6-4,6 gram dengan jarak tanam 15 x 20 cm (Kusumo dan Muhajir, 1987; Aliudin, 1990). Meskipun demikian, potensi hasilnya tidak kalah jika dibandingkan dengan produksi dari berbagai ukuran dari luar negeri (Kadams dan Amans, 1995). F. Warna umbi Pengamatan pada warna umbi dilakukan pada waktu umbi baru dipanen dari lapangan sehingga masih terlihat warna aslinya. Warna umbi di dominasi oleh warna merah muda dan sebagian lagi berwarna pucat. Secara keseluruhan, terlihat bahwa sebagian besar produksi umbi yang berasal dari umbi-umbi yang berukuran besar, setelah ditanam tidak banyak mengalami perubahan warna. Sebaliknya, untuk produksi umbi yang berasal dari umbi-umbi yang berukuran kecil masih banyak yang mengalami perubahan dari merah muda menjadi warna pucat (Putrasamedja, 1998), sehingga untuk penanaman generasi berikutnya perlu diadakan seleksi berdasarkan warna maupun bentuk umbi. Warna merah adalah merupakan pilihan konsumen. Tabel 2. Berat Produksi basah, berat produksi kering dan warna umbi Perlakuan Bobot Umbi Bobot Umbi Warna Umbi (%) Basah (kg) Kering (kg) Merah Pucat A1B1 3.48 a 1.93 a 78 22 A1B2 3.27 ab 1.22 a 91 9 A1B3 2.01 ab 1.46 a 84 16 A2B1 2.35 ab 1.28 a 81 19 A2B2 2.64 ab 2.03 a 79 21 A2B3 2.6 ab 1.96 a 90 10 A3B1 1.78 b 1.39 a 90 10 A3B2 2.77 ab 1.96 a 85 15 A3B3 1.68 ab 1.43 a 92 8 CV ( % ) 28.903 19.69 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5 %. KESIMPULAN Umbi bibit ukuran 2.6 3.5 gram dalam budidaya bawang merah jarak tanam yang sesuai adalah 15 cm x 15 cm, untuk ukuran umbi bibit 3.6 4.5 gram jarak tanam yang sesuai 15 cm x 20 cm. DAFTAR PUSTAKA Aliudin, 1990. Pengaruh jarak antara baris tanaman dan dosis pupuk nitrogen terhadap produksi bawang merah kultivar Balijo di musim penghujan. Bul. Penel. Hort. 20(11): 26-30. Kadams A.M, and E.B. Amans, 1995. Onion Seed Producrion in Relation and Field Management in Nigeria. Onion Newsletter for The Tropics. 23

Kusumo, S. dan F. Muhadjir, 1987. Pengaruh bibit dan pengolahan tanah terhadap hasil bawang merah. Bul. Penel. Hort. 15:1-5. Gunadi, N. dan Suwandi, 1998. Pengaruh dosis dan waktu aplikasi pemupukan fosfat pada tanaman bawang merah kultivar Sumenep 1. pertumbuhan dan hasil. Bul. Penel. Hort. 18(2): 8-106. Suherman, R. dan R.S. Basuki, 1990. Strategi pengembangan luas areal usaha tani bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) di Jawa Barat ditinjau dari segi biaya usaha tani terendah. Bul. Penel. Hort. 18(1): 11-18. Putrasamedja, S. 1995a. Pengaruh jarak tanam pada bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum). J. Hort. 5(1): 76-80. Putrasamedja, S. 1995b. Cara produksi benih bawang merah melalui biji (TSS). Prosiding Seminar Ilmiah Komoditas Sayuran. Balitsa, Lembang, Bandung. Putrasamedja, S. 1998. Uji Pendahuluan Bawang Merah dari TSS. Laporan Tahunan Hasil Penelitian. Balitsa, Lembang, Bandung. Putrasamedja, S. dan Anggoro H. Permadi, 1997. Uji Pendahuluan Hasil Hasil Silangan Bawang Merah dan Bawang Daun, Bawang Merah dan Bawang Bombay. Laporan Tahunan Hasil Penelitian. Balitsa, Lembang, Bandung. Hilman, Y.dan Suwandi, 1990. Pengaruh penggunaan pupuk nitrogen dan dosis fosfat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang. Bul. Penel. Hort. 19(1): 25-31. 24