I. PENDAHULUAN. menyejahterakan masyarakatnya, salah satu dari kekayaan yang dimiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Agraria merupakan sumber

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Pringsewu adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang

PENYELESAIAN SENGKETA LAHAN HUTAN DI REGISTER 22 WAY WAYA KABUPATEN PRINGSEWU

III. METODE PENELITIAN. terhadap konflik yang terjadi di tanah Register 22 Way Waya. sehingga

I. PENDAHULUAN. aspek sosial, politik serta aspek pertahanan dan keamanan. Kenyataan

I. PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan, menyebabkan permasalahan

I.PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan hutan itu bermanfaat sebesarbesarnya

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu contoh kebijakan publik yang paling mendasar.

REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. telah berlangsung sebelum legalitas hukum formal ditetapkan oleh pemerintah.

BAB III METODE PENELITIAN. data yang digunakan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan dan akurat.

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai pertanahan tidak pernah surut. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. implementasi dari pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat

I. PENDAHULUAN. dasar bagi pembangunan nasional yang dipergunakan untuk meningkatkan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PUTUSAN NOMOR : 18/X/KIProv-LPG-PS-A/2016. KOMISI INFORMASI PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak geografis KPHL Batutegi terletak pada BT dan 5 5 -

Monitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO. Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

2011, No c. bahwa dalam rangka menjamin kepastian terhadap calon pemegang izin pada areal kerja hutan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Menter

Draft 0 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. /Menhut -II/2014 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sebagian besar penduduknya menggantungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 14/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 08 TAHUN 2000 T E N T A N G PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN PEKON

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Mengenai Peranan. 1. Definisi Peranan. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status).

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PRINGSEWU DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN dengan luas wilayah 2.184,00 km 2.. Sebagai kabupaten (daerah. seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang 23 Tahun2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan sekaligus merupakan

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pagelaran Utara merupakan Kecamatan yang baru terbentuk pada

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, maka perlu pengaturan kembali mengenai Tata Cara Pemberian dan Peluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.27/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

2013, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1918); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUBANG

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Kementerian melaksanakan kebijakan

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

ASET PEMPROV BALI DI BALI HYATT SANUR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

G U B E R N U R L A M P U N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 8 Hutan, sebagai karunia dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MESUJI DI PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, maka pembangunan harus dilaksanakan secara berkelanjutan,

BERITA NEGARA. No.859, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pelayanan. Komunikasi Masyarakat. Rencana Aksi Nasional. HAM. Pedoman.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.01/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.28/Menhut-II/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.169/MENHUT-II/2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERANAN BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DALAM PEMBANGUNAN PLANOLOGI KEHUTANAN KATA PENGANTAR

BAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat. disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. tidak dapat ditambah ataupun dikurangi. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

Hutan negara yang masih rimba alam, dibiarkan begitu saja selama bertahun-tahun

BAB I PENDAHULUAN. ruang angkasa, sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa mempunyai fungsi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. masuk dalam pengelolaan TNGGP. Klaim dilakukan dengan cara alih status Batu

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN. Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN... TENTANG

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 tentang Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat dan Hak Perorangan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Profil Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mesuji


Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 2 TAHUN 2008

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Pada konstelasi otonomi daerah, persoalan manajemen pertanahan daerah yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MESUJI DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH

PUTUSAN NOMOR : 21/XII/KIProv-LPG-PS-A/2016 KOMISI INFORMASI PROVINSI LAMPUNG

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kaya, menyimpan banyak kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, kekayaan tersebut diharapkan dapat menyejahterakan masyarakatnya, salah satu dari kekayaan yang dimiliki tersebut adalah tanah. Seperti yang penulis ketahui bahwa tanah merupakan kebutuhan dasar dari kehidupan manusia, hampir dari semua kegiatan kehidupan manusia memerlukan tanah. Mengingat begitu pentingnya tanah bagi kehidupan, maka setiap orang akan berusaha untuk memiliki bahkan menguasainya. Adanya alasan tersebut maka dapat menimbulkan konflik mengenai pengelolaan tanah dan usaha untuk menguasai tanah di dalam masyarakat. Sementara konflik sendiri merupakan proses perubahan sosial yang tidak dapat dihindari dari masyarakat yang salah satunya adalah konflik dalam pengelolaan tanah. Nur Fauzi (2002: 2) menyebutkan bahwa masalah pertanahan perlu mendapat perhatian yang serius dari semua pihak sebab masalah ini mempunyai kerawanan sosial akibat tindak kekerasan yang sering ditimbulkan oleh pihak-pihak yang terlibat. Hal ini dapat dimaklumi mengingat tanah sebagai

2 sumber daya langka yang tidak dapat diperbaharui bukan saja merupakan faktor produksi utama, melainkan juga simbol status atau bahkan simbol harga diri. Mengingat konflik pertanahan tergolong sebagai suatu permasalahan yang kompleks dan sifatnya berkepanjangan, maka diperlukan penyelesaian yang optimal. Salah satunya adalah konflik tanah yang terjadi di Kabupaten Pringsewu Kecamatan Pagelaran Utara tepatnya di kawasan Tanah Register 22 Way Waya. Tanah yang dipersengketakan adalah tanah seluas 175 hektar yang diklaim oleh sebagaian masyarakat adalah tanah kompensasi. Sementara masayarakat yang berkonflik adalah masyarakat Pekon Madaraya, Pekon Sumber Bandung Pagelaran Utara, dan Masyarakat pembeli lahan. Konflik yang terjadi di Register 22 Way Waya Kabupaten Pringsewu itu bermula dari proses kompensasi (tukar guling) lahan register dengan tanah marga pada tahun 1999, serta terbitnya Surat Keputusan (SK) Kementerian Kehutanan Republik Indonesia (RI) No: 742/MENHUT-II/2009 tentang Penetapan Sebagian Kawasan Hutan Lindung Kelompok Way Waya register 22, seluas 175 hektar yang terletak di wilayah Kecamatan Pagelaran sebagai kawasan hutan tetap dengan fungsinya sebagai hutan lindung. Salah seorang dari masyarakat yang terlibat dalam konflik ini, yaitu Dharsono mengaku memiliki lahan di wiliyah Madaray, menurut Dharsono tanah tersebut sebelumnya adalah wilayah register. Pada tahun 2001 Badan Panalogi Kehutanan Pusat membuat batas-batas di Register 22 Way Waya yang disusul dengan keluarnya SK Kementerian Kehutanan RI No:

3 742/MENHUT-II/2009, sehingga tanah miliknya berubah status menjadi tanah marga. Masyarakat khususnya petani warga Pekon Madaraya tidak setuju dengan adanya kompensasi lahan itu dengan anggapan bahwa munculnya SK itu tidak melalui proses clean and clear. Mereka tidak merasa menikmati lahan hasil tukar guling karena diserahkan ke orang lain yang sejak awal tidak mengelola lahan tersebut oleh panitia kompensasi. Keluarnya SK tersebut disinyalir karena adanya akta notaris yang berdasar pada akta jual beli (AJB) palsu dari tim kompensasi. Warga sendiri merasa tidak pernah menandatangani AJB. Warga yang tidak mengetahui lahan resmi yang didapat dari proses jual beli dan masuk lahan marga itu, ditukar guling dengan lahan di register 22. Selain itu, lahan kompensasi yang seluas 175 hektar sebagian dianggap berasal dari lahan warga yang dimasukkan untuk memenuhi kuota kompensasi. Hal ini membuat warga menuntut agar Menteri Kehutanan RI mencabut SK MENHUT Nomor 742 kembali, karena SK tersebut diduga terjadi penipuan kepada warga. Pemerintah Kabupaten Pringsewu yang saat itu menunggu tanggapan dari Kementerian Kehutanan RI terkait surat yang dilayangkan, surat tersebut dimaksudkan untuk meredistribusikan lahan kompensasi tersebut. Sementara fakta di lapangan sudah terjadi tumpang tindih kepemilikan lahan dan menyebabkan konflik horizontal antar warga yang sama-sama mengklaim lahan di wilayah Register 22 Way Waya.

4 Terjadinya konflik yang dikhawatirkan menjadi kekerasan terkait erat dengan proses penyelesaian konflik pada awalnya dan hal ini terkait dengan kemampuan pemerintah dan masyarakat untuk menyelesaikan konflik. Pencegahan konflik diarahkan untuk menciptakan kondisi yang mendorong penyelesaian konflik secara dini dan meningkatkan kemampuan pemerintah dan masyarakat untuk menyelesaikan konflik sebelum berkembang menjadi kekerasan. Terkait dengan hal itu sesuai dengan Asas Desentralisasi yaitu Penyerahan kewenangan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri, Gubernur Lampung menyerahkan penyelesaian konflik tanah Register 22 ini sepenuhnya kepada Pemerintah Kabupaten Pringsewu. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Pasal 1 ayat 4 dan 5 menyatakan: (4) Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (5) Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Pringsewu sesuai dengan salah satu fungsi Pemerintah yaitu fungsi regulasi yang menyebutkan bahwa pemerintah mengkondisikan masyarakat agar menjadi komunitas yang kondusif dan jauh dari pertikaian dan kesewenang-wenangan. Seiring dengan hal itu maka keluarlah Keputusan

5 Bupati Pringsewu No. B/126/KPTS/1.01/2012 tentang Pembentukan Tim Terpadu Penyelesaian Masalah Tanah Eks Register 22 Way Waya Kabupaten Pringsewu, Tim ini dibentuk khusus untuk meresolusi konflik yang telah terjadi di tengah-tengah masyarakat. Sejauh ini Tim Terpadu sendiri telah melakukan beberapa tindakan dalam upaya resolusi konflik tanah Register 22 Way Waya, diawali dengan memberlakukannya status quo terhadap tanah sengketa. Hal ini dilakukan guna menghindari konflik horizontal antar masyarakat. Meski dalam status quo, masyarakat yang masih menggarap lahan di Register 22 Way Waya masih diperkenankan melanjutkan aktivitasnya, dengan ketentuan tidak diperkenankan melakukan aktivitas jual beli ataupun mengalihkan status atas lahan di Register 22 Way Waya. Keputusan ini dilakukan sampai menunggu hasil keputusan Menteri Kehutanan. Pada tahapan selanjutnya, Tim Terpadu mulai melakukan identifikasi kepemilikan lahan, masyarakat yang merasa memiliki lahan dipersilahkan untuk menunjukkan bukti-bukti kepemilikan atas lahan. Warga di sekitar wilayah tersebut seperti Pekon Giritunggal dan Pekon Margosari diketahui sudah banyak yang ikut dalam program transmigrasi lokal ke Mesuji, sehingga secara administrasi mereka tidak berhak lagi menguasai lahan di tempat tingal semulanya, dengan begitu Tim Terpadu melakukan pendataan ulang guna menyelesaikan sengketa lahan di kawasan Register 22 Way Waya secara konfrehensif mengingat masih banyaknya warga yang merasa tidak mengikuti program transmigrasi lokal tersebut.

6 Peranan lainnya yang dilakukan Tim Terpadu adalah melakukan sosialisasi mengenai tapal batas di Register 22 Way Waya, sosialisasi ini selain dihadiri oleh masyarakat juga dihadiri oleh LSM SERTANI, kelompok dari Ma mun (Ketua Kompensasi). Tim Terpadu bersama Dinas Kehutanan dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) melakukan penelusuran dengan turun lapangan untuk memastikan batas wilayah tanah kawasan dan memastikan patok yang hilang maupun yang telah berpindah di wilayah Pekon Madaraya guna mendapat data berupa perbatasan tanah kawasan dan tanah marga yang sebenarnya. Penelusuran ini dilakukan sesuai dengan dokumen serta bantuan alat khusus dari Dinas Kehutanan. Perbedaan pemahaman mengenai status lahan yang beredar di masyarakat, bahwa lahan yang menjadi sengketa itu sebelumnya adalah lahan register, dan sebagian masyarakat menyebutkan bahwa sebagai tanah marga mebuat Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang didatangkan oleh Tim Terpadu ke lapangan memberi catatan bahwa harus diadakannya koordinasi antara Pemerintah Daerah ke Kementrian Kehutanan untuk merekonstruksi tapal batas dan identifikasi fisik lahan dengan maksud untuk memudahkan Tim Terpadu dalam mengidentifikasi antara lahan Register dan lahan warga. Permasalahan lainnya yang dihadapi oleh Tim Terpadu adalah Ketua Tim Kompensasi (Makmun) dinyatakan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) oleh Polsek Sukoharjo karena telah memalsukan akta jual beli yang dijadikan dasar kompensasi lahan Register 22 Way Waya seluas 175 hektar tersebut,

7 sehingga semakin jelas bahwa keluarnya SK 742 itu tidak melalui proses clean and clear. Hal itu juga didukung oleh pernyataan Kepala Bidang Intag Dinas Kehutanan Provinsi Lampung bahwa SK 742 hanya menetapkan areal pengganti sebagai hutan tetap fungsi lindung, yang semestinya untuk dijadikan lahan kompensasi harus ada SK pelepasan dengan kewenangan dari Kementrian Kehutanan. Menteri Kehutanan Republik Indonesia Zulkifli Hasan yang didatangkan langsung oleh Tim Terpadu pada tanggal 25 Februari 2013 (Radar Tanggamus, 26 Februari 2013) guna menindaklanjuti adanya penyalahgunaan wewenang SK Menteri Kehutanan oleh panitia kompensasi, dan menjanjikan untuk menyelesaikan sengketa yang ada. Proses penukaran lahan sendiri menurutnya akan terjadi apabila tersedianya lahan pengganti dari penukaran. Sementara yang terjadi di Register 22 Waya Waya terkait penukaran lahan justru menimbulkan konflik antar masyarakat karena lahan kompensasi sebagian merupakan lahan warga, sehingga harus diidentifikasi secara mendalam antara lahan register dengan lahan marga. Melihat dari fenomena yang ada, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana peranan yang dilakukan secara aktif oleh Tim Khusus Kabupaten Pringsewu, peniliti mencoba melihat peranan yang dilakukan Lembaga Pemerintah tersebut dalam kontribusinya sebagai Tim yang dibentuk langsung Pemkab Pringsewu dalam menanggapi fenomena terjadinya tumpang tindih kepemilikan lahan.

8 B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa dalam sebuah konflik yang melibatkan kelompok masyarakat diperlukan adanya penyelesaian dari pihak pemerintah yang berwenang untuk memberikan solusi terbaik dalam penyelesaiannya. Perumusan masalah yang akan dibahas melalui penelitian ini adalah : Bagaimanakah peranan yang dilakukan oleh Tim Terpadu Kabupaten Pringsewu dalam meresolusi konflik di tanah Reister 22 Way Waya Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan dari Tim Terpadu Kabupaten Pringsewu dalam resolusi konflik di tanah Reister 22 Way Waya Kecamatan Pagelaran. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Pemerintahan dalam mengkaji tentang konflik pengelolaan tanah register di Kabupaten Pringsewu.

9 2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi dalam menyikapi kasus konflik horizontal antar masyarakat khususnya di bidang sengketa tanah di masa mendatang.