BAB I PENDAHULUAN. yang semakin penting, sebagai lembaga pelayanan publik menjamin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan prima yangmempunyai sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada. terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu program kerja Kementerian Dalam Negeri adalah memperbaharui

BAB I PENDAHULUAN. implisit terkandung didalam Pembukaan Undang-Undang 1945 alinea ke 4, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Kartu Tanda Penduduk atau KTP adalah suatu identitas resmi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai hal yang melekat di dalamnya seperti kartu tanda penduduk atau

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Ada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. penduduk resmi negara Indonesia yang berbasis NIK (Nomor Induk

KARYA TULIS ILMIAH E-BISNIS PENERAPAN E-KTP PADA MASYARAKAT INDONESIA

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. a. Dari hasil penelitian lapangan, pelayanan publik dalam pelaksanaan e-

JURNAL KETAHANAN NASIONAL. NOMOR XX (1) April 2014 Halaman 27-38

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan menjadi bahasan yang penting dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. untuk perencanaan pembangunan berkelanjutan. Selama ini data

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM DAN PROSEDUR PENDAFTARAN PENDUDUK. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. optimal dari bagian organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di

BAB I PENDAHULUAN. maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan prima

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 7 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN KABUPATEN LANDAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 16 TAHUN 2009 TLD NO : 15

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat. Fakta telah

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1. Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2. Pasal 5. Huruf a. Cukup jelas. Huruf b...

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN ( E.KTP ) DI DISTRIK URFAS KABUPATEN WAROPEN TAHUN

ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DALAM BINGKAI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh : Taufiqurrohman, SH, M.Si

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya sistem administrasi kependudukan merupakan sub sistem

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA PALANGKA RAYA

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 028 TAHUN 2018

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

KUALITAS PELAYANAN e-ktp DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PEMERINTAH KOTA SURABAYA BERDASARKAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT

KERTAS POSISI TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP. No: 002/KP/PSLH/XII/2017

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam Tabel 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Kota Depok menunjukkan peningkatan secara signifikan. Peningkatan jumlah penduduk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB II FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA PEMALSUAN KARTU TANDA PENDUDUK. A. Perkembangan Pemalsuan Kartu Tanda Penduduk di Medan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 177 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

KATA PENGANTAR. Ngawi, Januari 2018 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENPENCATATAN SIPIL KABUPATEN NGAWI

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (Information

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 2 TAHUN 2012 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NASKAH AKADEMIS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN UU NO.23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 1

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG

UU ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UU 23 TAHUN 2006 DIPERBAHARUI UU 24 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

I. UMUM. Dalam...

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB II. KERANGKA TEORITIS, HASIL PENELITIAN dan ANALISIS

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengamanatkan Pemerintah Daerah sebagai pelayan masyarakat untuk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. wajib tunduk pada aturan-aturan hukum yang menjamin dan melindungi hak-hak

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PENERAPAN KARTU TANDA PENDUDUK BERBASIS NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN SECARA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, terjadi perubahan paradigma pelayanan administrasi publik. Pada era 80-an

SOSIALISASI KARTU IDENTITAS ANAK ( K I A ) KOTA MAGELANG TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sumber informasi yang diperlukan oleh suatu instansi, organisasi, atau

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

I. PENDAHULUAN. Perbedaan tersebut berkaitan dengan luas wilayah yang terbatas, kompleksitas. jumlah penduduk dengan mobilitas yang tinggi.

BUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2011 NOMOR 46 TAHUN 2011 SERI D NOMOR 16

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. tantang terbesar yang dihadapi oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, berisi mengenai

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG.

BAB I PENGANTAR. strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam negara modern, pelayanan publik menjadi lembaga dan profesi yang semakin penting, sebagai lembaga pelayanan publik menjamin keberlangsungan administrasi negara yang melibatkan pengembangan kebijakan pelayanan dan pengelolaan sumberdaya yang berasal dari dan untuk kepentingan publik (Suharto, 2008 : 1). Pelayanan publik semakin penting seiring tingkat peradaban manusia yang semakin tinggi.interaksi antar manusia berada di berbagai kondisi dan profesi yang membentuk sistem sosial yang kompleks. Dalam kehidupan sosial yang demikian itu, pelayanan publik merupakan kebutuhan masyarakat di negara modern. Kebutuhan terhadap pelayanan publik akan melibatkan dua aktor yaitu negara yang menyediakan pelayanan publik, dan individu warga negara yang menikmati pelayanan publik. Oleh karena itu, pelayanan publik akan mencerminkan hubungan antara negara dengan warga negaranya. Jika hubungan tersebut di atas terus terbina dengan baik, maka akan melahirkan semangat kebangsaan atau nasionalisme bagi seluruh warga negara bagi tetap tegak, utuh dan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Karena, nasionalisme merupakan salah satu unsur dalam pembinaan kebangsaan atau national building (Ichlasul Amal & Armaidy Armawi, 1998:11). Menurut Ichlasul Amal dan Armaidy Armawi (1998:161-162) sasaran antara nasionalisme adalah terbentuknya suatu nation state, yang akan menjadi wahana politik yang akan mewujudkan tercapainya sasaran nasionalisme itu, yaitu suatu masa depan yang

2 lebih baik bagi seluruh bangsanya. Dalam hal ini, pelayanan publik dapat dikatakan sebagai sarana dan sekaligus juga tujuan dari hubungan antara negara dan warga negaranya dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik di masa depan. Pelayanan publik di era otonomi daerah telah menjadi ujung tombak yang mendekatakan hubungan negara dan warga negara, sesuai paradigma baru dalam penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistisasi ke desentralisasi. Hal ini menuntut perubahan dalam mindset kita, tidak saja di dalam formulasi kebijakan tetapi juga implementasinya (Utomo, 2006 : 83). Dengan perubahan paradigma ini, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan yang luas yang sebelumnya berada di Pemerintah Pusat, sehingga dapat lebih cepat dalam merespon tuntutan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Sebagai daerah otonom, Pemerintah Daerah secara umum memiliki fungsi yang dapat digolongkan kedalam empat kelompok, yaitu penyediaan pelayanan, pengaturan, pembangunan, dan perwakilan (Syauqi Makarim, 2012 : 17). Fungsi penyediaan pelayanan berorientasi pada lingkungan dan kemasyarakatan. Fungsi pengaturan menyangkut perumusan dan menegakkan (enforce) peraturan-peraturan. Fungsi pembangunan melibatkan secara langsung pemerintah daerah dalam bentukbentuk kegiatan ekonomi, seperti industri, perkebunan, kehutanan, maupun perdagangan. Fungsi perwakilan, berhubungan dengan menyatakan pendapat daerah atas hal-hal di luar bidang tanggungjawab eksekutif. Melihat keempat fungsi pemerintahan daerah tersebut, maka fungsi pelayanan publik merupakan inti dari penyelenggaraan pemerintahan daerah. Keberadaan Pemerintah daerah

3 bisa teruji baik jika sudah menyelenggarakan pelayanan publik secara optimal (Kushandajani, 2004 : 5). Kemudian setelah diberlakukannya UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diganti dengan UU No.32 Tahun 2004 membawa implikasi kepada penyelenggaraan pelayanan publik di tingkatan pemerintahan. Implikasi tersebut antara lain menempatkan Lurah tidak lagi sebagai kepala wilayah di tingkat desa melainkan sebagai perangkat daerah. Hubungannya dengan Camat bersifat koordinasi karena delegasi kewenangan yang dijalankan oleh Lurah berasal dari Bupati/Walikota, sehingga Lurah bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota melalui Camat. Pada dasarnya kelurahan merupakan tingkatan wilayah yang memiliki posisi sangat dekat dengan masyarakat. Karenanya bentuk maupun macam kewenangan yang diserahkan kepada Lurah seyogyanya bersifat praktis, sederhana, dan menyentuh kehidupan riil masyarakat. Kualitas pelayanan publik menjadi barometer bagi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. Salah satu bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan di Kelurahan Kalibaru adalah pelayanan perekaman Kartu Tanda Penduduk Elektronik atau e- KTP yang berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) secara nasional. e-ktp merupakan dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional. Dengan demikian, pelayanan e-ktp merupakan salah satu pelayanan publik berbasis teknologi khususnya teknologi informasi. Dengan e-ktp, penduduk nantinya hanya memiliki satu KTP di Indonesia. NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor

4 NIK yang ada di e-ktp akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006). Proyek e-ktp dilatarbelakangi oleh sistem pembuatan KTP konvensional di Indonesia yang memungkinkan seseorang dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis data terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta tersebut memberi peluang penduduk yang ingin berbuat curang terhadap negara dengan menduplikasi KTP-nya. Beberapa diantaranya digunakan untuk menghindari pajak, memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat di seluruh kota, mengamankan korupsi, dan menyembunyikan identitas misalnya oleh para pelaku teroris. Bagi warga negara pelayanan pembuatan e-ktp merupakan pelayanan publik yang vital bagi kehidupannya, karena e-ktp adalah identitas resmi selaku warga negara dan bukti diri yang diterbitkan oleh instansi berwenang yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Program e-ktp diluncurkan oleh Kementerian Dalam Negeri RI pada bulan Februari 2011 dimana pelaksanannya terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama dimulai pada tahun 2011 dan berakhir pada 30 April 2012 yang mencakup 67 juta penduduk di 2348 kecamatan dan 197 kabupaten/kota. Sedangkan tahap kedua mencakup 105 juta penduduk yang tersebar di 300 kabupaten/kota lainnya di Indonesia. Secara keseluruhan, pada akhir 2012, ditargetkan setidaknya 172 juta penduduk sudah memilik e-ktp (Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo, 2012).

5 Keberhasilan pelaksanaan e-ktp akan ditentukan oleh kesiapan Pemerintah Daerah dan kesadaran identitas masyarakat, khususnya di tingkat Kelurahan. Oleh karena itu, Djoko Soerjo (2012:17) menyatakan dalam pembinaan bangsa dan negara bangsa perlu penyegaran kembali negara bangsa, ikatan kebangsaan dan keindonesiaan. Dalam hal ini ketiadaan mutu pelayanan publik yang optimal di Kelurahan sebagai penyedia pelayanan publik akan memiliki kontribusi terhadap ikatan kebangsaan dan rasa keindonesiaan setiap aspek kehidupan warga negara selaku pihak yang menggunakan jasa pelayanan publik. Dengan pelayanan publik, diharapkan negara (pemerintah) dan warga negara senantiasa dapat bertindak secara konstitusional, mentaati peraturan perundang-undangan, memegang teguh prinsip dan etika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Hal menunjukkan pentingnya konstitusionalisme dalam praktek bernegara, dengan asumsi bahwa kekuasaan negara harus dibatasi, supaya tidak menjadi tiran terhadap individu (Amalinda Savirani, 2012:5). Dengan demikian, individu-individu warga negara Indonesia yang dapat dipuaskan dengan pelayanan publik, akan terdorong untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat, bangsa dan negaranya. Semangat memberikan yang terbaik itu, akan memupuk nasionalisme, ikatan kebangsaan dan rasa keindonesiaan untuk masa depan kehidupan nasional yang lebih baik. Karena melalui mutu pelayanan publik yang diselenggarakannya, negara mampu menjamin terlaksananya hak-hak dan kewajiban-kewajiban azasi individu warga negaranya. Hal ini membuktikan bahwa pelayanan publik dapat menyentuh inti dari Ketahanan Nasional, yaitu Ketahanan Individu. Tingkat Ketahanan Individu

6 setiap penduduk akan menentukan kondisi Ketahanan Masyarakat. Tingkat Ketahanan Masyarakat ini akan menentukan kondisi Ketahanan Wilayah di Kelurahan Kalibaru. Oleh karena itu, seiring dengan kemajuan dan semakin vitalnya peranan teknologi informasi dan komunikasi bagi kemajuan bangsa dan negara, maka pelayanan publik dalam pelaksanaan e-ktp perlu lebih dioptimalkan baik pada tahap penjadwalan, pemanggilan, perekaman maupun pendistribusiannya. Hal ini terkait dengan kebutuhan mendasar hidup bernegara yaitu identitas sebagai warga negara Indonesia yang terdokumentasi dalam bentuk Kartu Tanda Penduduk Elektronik atau e-ktp. Dari uraian di atas judul penelitian yang diusulkan adalah Optimalisasi pelayanan publik dalam pelaksanaan e-ktp guna memperkokoh Ketahanan Wilayah (Studi di Kelurahan Kalibaru Kecamatan Cilodong Kota Depok). 1.2 Permasalahan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang diajukan dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana kualitas pelayanan publik dalam pelaksanaan e-ktp di Kelurahan Kalibaru Kecamatan Cilodong Kota Depok? b. Kendala-kendala apakah yang dihadapi dalam pelayanan publik dalam pelaksanaan e-ktp di Kelurahan Kalibaru Kecamatan Cildong Kota Depok? c. Bagaimana strategi optimalisasi pelayanan publik dalam pelaksanaan e- KTP di Kelurahan Kalibaru Kecamatan Cildong Kota Depok dan Implikasinya terhadap Ketahanan Wilayah?

7 1.3 Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran di perpustakaan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan atau penelitian yang sedang dilakukan, berkaitan dengan mutu pelayanan publik terkait dengan penelitian tentang Optimalisasi Pelayanan Publik Dalam Pelaksanaan e-ktp guna Memperkokoh Ketahanan Wilayah (Studi di Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilodong Kota Depok), belum pernah diteliti sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini asli baik dari segi materi maupun lokasi penelitiannya. Dengan demikian, keaslian penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan secara keilmuan. 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada point 1.2 di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Mengetahui kondisi kualitas pelayanan publik dalam pelaksanaan e-ktp di Kelurahan Kalibaru Kecamatan Cilodong Kota Depok. b. Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi pelayanan publik dalam pelaksanaan e-ktp di Kelurahan Kalibaru Kecamatan Cildong Kota Depok. c. Memformulasikan strategi optimalisasi pelayanan publik dalam pelaksanaan e-ktp di Kelurahan Kalibaru Kecamatan Cilodong Kota Depok dan implikasinya terhadap Ketahanan Wilayah. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

8 a. Manfaat Teoritis. 1) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi tentang data empiris yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. 2) Penelitian ini dapat dipergunakan untuk menambah khasanah perpustakaan. b. Manfaat Praktis. 1) Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang bertempat tinggal di Kelurahan Kalibaru, dan masyarakat Indonesia pada umumnya untuk lebih mengetahui kualitas pelayanan publik dalam pelaksanaan e-ktp, yang dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan SDM aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas utamanya selaku pelayanan masyarakat, sehingga dapat memberikan kontribusi guna memperkokoh Ketahanan Wilayah. 2) Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah, khususnya di lingkungan Pemerintahan di Kelurahan Kalibaru dalam hal mengambil kebijakan yang berhubungan dengan upaya mengoptimalisasikan pelayanan publik dalam pelaksanaan e- KTP guna memperkokoh Ketahanan Wilayah. 1.6 Sistematika Penulisan Bab I, menguraikan tentang pelayanan publik dalam pelaksanaan e-ktp dalam hubungan negara dengan warga negara khususnya penduduk di Kelurahan

9 Kalibaru. Dalam pelaksanaan e-ktp, perangkat daerah kelurahan dituntut memiliki kesiapan dan kecakapan dalam melaksanakan pelayanan publik. Pelaksanaan e-ktp yang optimal akan dapat meningkatkan kesadaran beridentitas bagi warga negara yang berdomilisi di Kelurahan Kalibaru. Kesadaran identitas selaku warga negara Indonesia inilah yang sesungguhnya menjadi titik krusial dalam memperkokoh Ketahanan Wilayah. Dari latar belakang tersebut kemudian dirumuskan permasalahan penelitian. Kemudian sebagai sebuah tulisan ilmiah, dikemukakan tujuan penelitian, keaslian penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II, menguraikan hasil penelusuran penelitian terdahulu yang relevan dengan fokus penelitian ini yaitu optimalisasi pelayanan publik dalam pelaksanaan e-ktp. Dari penelusuran tersebut terdapat beberapa hal terkait dengan pelayanan publik yang perlu diperhatikan dalam penulisan tesis ini. Kemudian diuraikan juga landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori optimalisasi, teori pelayanan publik, dan konsepsi Ketahanan Wilayah. Bab III, menguraikan cara pengolahan data, yaitu keseluruhan data baik primer maupun sekunder dianalisis dengan menggunakan metoda induktif dan deduktif melalui pendekatan kualitatif, dengan mengetengahkan jenis penelitian dan pemilihan lokasi, teknik pengumpulan sampel, variabel yang digunakan, alat penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian data. Bab IV, diuraikan profil Kelurahan Kalibaru yang meliputi sejarah singkat, kondisi geografi, kondisi demografi, sosial dan ekonomi, serta organisasi dan kelembagaan Kelurahan Kalibaru yang meliputi struktur organisasi, tugas dan

10 fungsi, administrasi pelayanan publik, sumberdaya manusia aparatur, sarana dan prasarana Kelurahan Kalibaru. Bab V, menguraikan program e-ktp dan pelaksanaan pelayanan e-ktp di Kelurahan Kalibaru. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang diteliti dalam pelayanan publik dalam pelaksanaan e-ktp adalah struktur organisasi dan administrasi pelayanan, aparatur pelayanan, sarana dan prasarana pelayanan, serta kinerja pelayanan e-ktp Kelurahan Kalibaru Tahun 2012, Bab VI, menguraikan kendala-kendala pelayanan publik dalam pelaksanaan e-ktp di Kelurahan Kalibaru. Dalam penelitian ini kendala-kendala yang diteliti dalam pelayanan publik dalam pelaksanaan e-ktp adalah kendala organisasi dan administrasi, kendala sumberdaya manusia, dan kendala sarana dan prasarana dalam pelaksanaan e-ktp di Kelurahan Kalibaru. Bab VII, menguraikan strategi optimalisasi pelayanan publik dalam pelaksanaan e-ktp di Kelurahan Kalibaru dan implikasinya terhadap Ketahanan Wilayah. Strategi optimalisasi dalam penelitian ini mencakup optimalisasi organisasi dan administrasi, optimalisasi sumberdaya manusia, optimalisasi sarana dan prasarana. Kemudian diuraikan tentang implikasi optimalisasi pelayanan publik dalam pelaksanaan e-ktp tersebut terhadap Ketahanan Wilayah yang mencakup ketahanan di bidang ideologi politik, ekonomi, sosial budaya, dan keamanan. Pada Bab VII, menguraikan kesimpulan dari hasil analisis, serta dikemukakan saran-saran yang diperlukan untuk mendukung hasil analisis.