BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pemerintahan, para aparatur pemerintah/pegawai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Latar Belakang Biro Hubugan Masyarakat Setda Provinsi Riau

BAB II KONDISI UMUM BIRO HUMAS DAN PROTOKOL

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perusahaan maka akan dapat diketahui kesalahan-kesalahan dan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan organisasi yang ideal, dan perlu mendapat perhatian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. disiapkan, namun tanpa sumber daya manusia yang professional semuanya

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM BIRO HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI BALI

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

TUPOKSI SEKRETARIAT DAERAH (Kutipan Perda Kab. Samosir No. 20 Tahun 2007)

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

PERAN PIMPINAN DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN MELEKAT DI KANTOR DINAS TENAGA KERJA PROPINSI JAWA TIMUR. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

GUBERNUR BALI, Mengingat

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN SRAGEN

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SRAGEN BUPATI SRAGEN,

profesional, bersih dan berwibawa.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 7 TAHUN 2008

Informasi tentang Organisasi, Administrasi, Personil dan Keuangan

Informasi tentang Organisasi, Administrasi, Personil dan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

REVISI RENCANA STRATEGIS

bantuan hukum, pengkajian hukum serta dokumentasi,

BAB II RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI 2 SETDA

PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 02 TAHUN 2008

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 119 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan dan peranan Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur Negara

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2013 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V PENUTUP. Pelaksanaan pengawasan diantaranya: b. Tindak lanjut hasil pengawasan sangat diperlukan dalam rangka

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BAGIAN UMUM KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN SRAGEN

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Pembangunan aparatur Negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan. dari keseluruhan proses pembangunan nasional yang diarahkan untuk

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukannya jauh dari sekedar alat produksi dan penggerak aktivitas

I. PENDAHULUAN. Protokol Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Lampung adalah Pegawai

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

-2- Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT PENGENDALIAN PEMERINTAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam mencapai tujuan. menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (Hariandja, 2002). Menurut Sumarsono (2003), Sumber Daya Manusia atau human

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah. Daerah telah di atur dalam Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2001 yang

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. dengan publik dan sebaliknya. Hubungan komunikasi sangat dibutuhkan guna

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. terlihat seiring dengan era keterbukaan informasi publik saat ini. Tetapi

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDO... NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama dalam manajemen adalah tenaga kerja, sehingga dalam

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pemerintahan, para aparatur pemerintah/pegawai menjadi tolak ukur dalam keberhasilan suatu organisasi, baik pemerintahan Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun pemerintahan Desa. Pada dasarnya seluruh aparatur pemerintah diarahkan menjadi aparatur yang lebih efisien, efektif, bersih dan berwibawa serta mampu melaksanakan seluruh tugas umum pemerintahan dengan sebaik-baiknya dalam upaya menciptakan aparatur pemerintahan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan seluruh tugas pemerintah dengan sebaikbaiknya. Namun, hal di atas masih sulit untuk dicapai karena masih banyak pegawai dalam melaksanakan seluruh tugas umum pemerintahan belum memahami tugas yang diberikan, sehingga masih banyak ditemui para pegawai yang masih kurang efisien dan kurang efektif dalam pelaksanaan tugas. Dampaknya, masyarakat mempunyai persepsi yang kurang baik terhadap para aparatur pemerintah. Aparatur pemerintah dinilai lamban, kurang responsif, tidak disiplin, kurang ramah dan citra-citra negatif lainnya. Meskipun masih ada sebagian kecil aparatur pemerintah/pegawai yang masih taat dan bekerja secara professional. Untuk mengatasi masalah yang dapat menghambat jalannya pemerintahan serta merusak citra dan kewibawaan aparatur pemerintah dalam pelaksanaan tugas dan meningkatkan kedisiplinan di lingkungan aparatur pemerintah maka perlu ditingkatkan secara lebih terpadu proses pengawasan. 1

2 Pengawasan pada dasarnya merupakan salah satu dari fungsi administrasi/ manajemen. Fungsi administrasi/manajemen ini secara umum meliputi : 1) fungsi perencanaan, 2) fungsi pengorganisasian, 3) fungsi penggerakkan, dan 4) fungsi pengawasan. Penempatan fungsi pengawasan pada urutan terakhir ini tidak berarti bahwa kegiatan pengawasan ini harus dilakukan setelah kegiatan berakhir seluruhnya, karena fungsi pengawasan dapat dilakukan setiap saat, baik selama proses administrasi berlangsung maupun setelah berakhir, ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan suatu organisasi tersebut. Pengawasan pada hakikatnya melekat pada jabatan pemimpin sebagai pelaksana fungsi administrasi/manajemen. Namun, pelaksanaan pengawasan di dalam administrasi/manajemen pemerintah sangat luas maka pengawasan perlu dibedakan menjadi lima, yaitu: 1) pengawasan fungsional, 2) pengawasan politik, 3) pengawasan yang dilakukan BPK, 4) pengawasan sosial, dan 5) pengawasan melekat. Pengawasan-pengawasan yang dilakukan tersebut harus ada kerja sama antara pimpinan dan bawahan agar tercipta pemerintahan yang lebih baik. Pengawasan diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Untuk mengetahui apakah semua kegiatan sudah berlangsung sesuai peraturan yang berlaku dan kebijaksanaan yang telah digariskan sebelumnya maka diperlukan pengawasan dari atasan langsung atau pimpinan langsung dari suatu instansi yang disebut pengawasan melekat, hal ini disebabkan karena atasan langsung lebih mengetahui situasi di lingkup kerja daripada orang luar.

3 Sebagaimana digariskan dalam Inpres No. 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat, Pengawasan Melekat yang pada hakikatnya mewajibkan agar setiap atasan langsung atau pejabat pimpinan lainnya langsung mengetahui kegiatan nyata dari setiap aspek serta permasalahan pelaksanaan tugas dalam lingkungan satuan organisasi masing-masing untuk selanjutnya ketika terjadi penyimpangan dapat langsung mengambil langkah-langkah perbaikan dan tindakan sepenuhnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sejalan dengan itu, seperti yang tercantum dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (KEPMENPAN) No. 46 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat, dijelaskan bahwa pengawasan melekat merupakan salah satu bentuk pengendalian aparatur pemerintah di setiap instansi dan satuan organisasi dalam meningkatkan mutu kinerja di dalam lingkungan tugasnya masing-masing agar tujuan instansi/organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Setiap atasan langsung dalam melaksanakan pengawasan melekat harus mengetahui secara tepat komponen-komponen yang menjadi sasarannya. Dewasa ini masih tampak gejala bahwa pada umumnya atasan langsung kurang memperhatikan komponen tersebut. Komponen tersebut tercantum dalam KEPMENPAN No. 46 Tahun 2004. Adapun yang menjadi komponen/unsur pengawasan melekat yaitu pengorganisasian; personil; kebijakan; perencanaan; prosedur; pencatatan, pelaporan, supervisi dan review intern.

4 Pengawasan melekat merupakan salah satu unsur penting dalam rangka peningkatan Pendayagunaan Aparatur Negara dalam pelaksanaan tugas-tugas umum menuju terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN serta tercapainya pemerintahan yang baik ( Good Governance) dengan lebih memaksimalkan komponen pengawasan melekat. Membicarakan Biro Hubungan Masyarakat (Humas) Setda provinsi Riau yang mempunyai tugas pokok sebagai pengkoordinasi penyelenggaraan tugas dan program kehumasan untuk pengumpulan informasi, penyajian informasi, penerangan, dan publikasi ini jika menjalankan fungsi pengawasannya dengan baik tentu dalam pelaksanaan tugas tidak akan terjadi kesalahan, penyimpangan ataupun kegagalan. Selanjutnya untuk mengetahui jalannya fungsi pengawasan melekat yang dilakukan Kepala Biro Humas ini perlu diketahui susunan jabatan struktur yang ada pada Biro Humas guna mengetahui siapa-siapa saja yang perlu diawasi. Adapun susunan organisasi Biro Humas sekretariat daerah (Setda) Provinsi Riau berdasarkan Perda Provinsi Riau No. 7 Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

5 Tabel 1.1 : Susunan PNS di Biro Hubungan Masyarakat Provinsi Riau No. Jabatan Jumlah (Orang) 1. Kepala Biro 1 2. Kepala Bagian 4 3. Kepala Sub Bagian 12 4. Staf 27 JUMLAH 44 Sumber: Laporan Akuntabilitas Kinerja Biro Humas Sekda Prov. Riau 2012 Berdasarkan tabel di atas, dapat dirincikan secara singkat fungsi dari struktur organisasi pada Biro Humas : 1) Kepala Biro memiliki fungsi Mengkoordinasikan penyelenggaraan tugas dan program kehumasan. 2) Bagian Pengumpulan Informasi memiliki fungsi melaksanakan perencanaan, pemantauan serta menganalisis pendataan informasi dan penyaringan informasi. Bagian ini terdiri dari beberapa sub bagian yaitu: a) Sub Bagian Pendataan Informasi, b) Sub Bagian Penyaringan Informasi, c) Sub Bagian Tata Usaha Biro 3) Bagian Penyajian Informasi memiliki fungsi melaksanakan perencanaan, pemantauan serta menganalisis program hubungan pers, dokumentasi dan distribusi. Bagian ini terdiri dari beberapa sub bagian yaitu: a) Sub Bagian Hubungan Pers, b) Sub Bagian Dokumentasi, c) Sub Bagian Distribusi

6 4) Bagian Penerangan memiliki fungsi Melaksanakan penerangan yang berkaitan dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Riau. Bagian ini terdiri dari beberapa sub bagian yaitu : a) Sub Bagian Bina Penyuluhan, b) Sub Bagian Bina Pemberitaan, c) Sub Bagian Bina Penerbitan 5) Bagian Publikasi memiliki fungsi Melaksanakan publikasi kegiatan Pemerintah Provinsi Riau dan melaksanakan editing konsep pidato Gubernur Riau. Bagian ini terdiri dari beberapa sub bagian yaitu : a) Sub Bagian Audio Visual, b) Sub Bagian Publikasi, c) Sub Bagian Editor. Biro Humas pada umumnya bertujuan untuk menciptakan citra yang baik (good image) dari masyarakat ( public opinion) dengan mengeskpos kegiatankegiatan gubernur dan Biro ini tidak berkomunikasi langsung dengan masyarakat melainkan hanya menyampaikan kegiatan pemerintah khususnya gubernur sebagai suatu langkah pencitraan yang baik terhadap pemerintahan. Selain menjadi corong masyarakat, Biro Humas juga bertujuan sebagai jembatan untuk melihat permasalahan yang ada pada masyarakat yang tidak terserap oleh pemerintah dan kemudian menyampaikannya kepada atasan yang lebih tinggi sehingga dapat dibenahi dan dicari jalan keluarnya. Berdasarkan banyak penelitian yang dilakukan mengatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Ini artinya, bahwa pada dasarnya pendidikan sangat besar peranannya untuk membekali pegawai agar lebih kreatif dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Semakin tinggi tingkat pendidikan pegawai Humas berarti kemampuan pegawai tersebut

7 juga besar. Adapun tingkat pendidikan pegawai Biro Humas Setda Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini : Tabel 1.2 : Tingkat Pendidikan Pegawai di Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Daerah Provinsi Riau NO Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai Persen (%) 1 Strata 2 6 13,64 2 Strata 1 14 31,82 3 Diploma 3 4 9,09 4 Diploma 1 0 0 5 SLTA 20 45,45 Jumlah 44 100 % Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian Lapangan 2014 Berdasarkan tabel 1.2 tingkat pendidikan pegawai Humas dikategorikan sedang, karena hampir setengah pegawai hanya berpendidikan SLTA. Sehingga sangat diperlukan pengawasan melekat untuk dapat meningkatkan kinerja pegawai di Biro Humas Setda Provinsi Riau. Setiap kantor pemerintah maupun swasta memiliki aturan waktu masuk, istirahat dan pulang demi terciptanya keselarasan dan kedisiplinan kerja, begitu juga pada kantor Biro Humas Setda Provinsi Riau ini, yang mana dapat dilihat pada tabel 1.3 di bawah ini :

8 Tabel 1.3 : Jadwal Kegiatan Biro Humas No Jam Kegiatan 1 07.30-08.00 Apel Pagi 2 08.00-12.00 Melakukan Rutinitas Pekerjaan 3 12.00-13.00 Istirahat 4 13.00-16.00 Melakukan Rutinitas Pekerjaan 5 16.00 Pulang Sumber : Keterangan Pegawai Biro Humas Berdasarkan pengamatan di lapangan, masih terdapat aparatur Biro Humas yang tidak profesional dalam menjalankan tugas sehingga banyak terjadinya penyelewengan dan pelanggaran. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di Biro Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau yaitu adanya korupsi waktu, antara lain banyaknya pegawai yang tidak mengikuti apel pagi ini terjadi karena ringannya sanski yang diterima oleh pegawai yang tidak mengikuti apel pagi, hal ini diperkuat oleh wawancara penulis dengan seorang pegawai pada tanggal 24 April 2014, pegawai tersebut mengatakan : Kalo kami para pegawai yang tidak mengikuti apel pagi dikenai teguran langsung secara lisan melalui pimpinan tapi tidak bersifat surat peringatan, kalo pemotongan gaji itu memang ada tapi itu bagian kesra yang melaksanakan dengan melakukan pemotongan tunjangan. Menurut hasil wawancara di atas dirasa pemimpin yang kurang tegas dalam memberikan sanski sehingga pegawai masih sering untuk mengulanginya. Pelanggaran yang lain yaitu pulang disaat jam kantor terkadang jam 14.00 sudah bersiap-siap pulang padahal pada tabel 1.3 sudah jelas menyatakan bahwa jam pulang kantor adalah jam 16.00, kemudian tidak bekerja secara efektif atau sering

9 meninggalkan kantor pada saat jam kerja, menunda tugas yang diberikan atasan, dan tidak disiplin dalam melaksanakan tugas. Pelanggaran-pelanggaran tersebut menyebabkan banyaknya pekerjaan menjadi terbengkalai dan tidak selesai tepat pada waktunya sehingga sangat dibutuhkan pengawasan melekat dari atasan langsung terhadap bawahannya. Pelanggaran-pelanggaran tersebut di atas, merupakan salah satu dampak kurangnya pengawasan melekat yang dilakukan oleh Kepala Biro sebagai pimpinan langsung. Hal ini diperkuat oleh kutipan pembicaraan penulis dengan Kasubbag Editor tanggal 5 Maret 2014 pada saat penulis menanyakan apakah Kepala Biro ada ditempat, dan Kasubbag Editor tersebut mengatakan : Bapak lagi keluar dek, bisa saja nemuin bapak tapi bapak sibuk karena banyak juga urusan di luar kantor, coba buat surat permohoan meminta waktu ketemu biar tau pastinya kapan bisa ketemu sama bapak. Dari kutipan pembicaraan di atas maka dapatlah diketahui bahwa Kepala Biro selaku atasan langsung Biro Humas tersebut sering sibuk, untuk ditemui saja harus meminta waktu dengan mengajukan surat permohonan. Dari keterangan mengenai pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pada Biro Humas yang menyebabkan terbengkalainya pekerjaan dalam biro tersebut, dan melihat Kepala Biro Humas yang sering sibuk, Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai IMPLEMENTASI FUNGSI PENGAWASAN MELEKAT PADA BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI RIAU.

10 1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah implementasi fungsi pengawasan melekat pada Biro Humas Setda Provinsi Riau? 2. Apakah fungsi pengawasan melekat pada Biro Humas Setda Provinsi Riau sudah dapat meningkatkan mutu kinerja dan disiplin kerja? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, karena dengan adanya tujuan penelitian maka seorang peneliti akan lebih terarah kemana akan lebih difokuskan penelitiannya dalam pemecahan masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui implementasi fungsi pengawasan melekat pada Biro Humas Setda Provinsi Riau 2. Untuk mengetahui peningkatan mutu kinerja dan disiplin kerja setelah adanya pengawasan melekat pada Biro Humas Setda Provinsi Riau 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berfikir penulis melalui karya ilmiah ini serta menerapkan teori-teori yang penulis peroleh selama perkuliahan. 2. Sebagai informasi bagi yang membutuhkan tentang implementasi pengawasan melekat khususnya di Biro Humas Setda Provinsi

11 3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengadakan penelitian dalam konteks permasalahan yang sama dimasa yang akan datang. 1.5 Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini untuk memperoleh gambaran umum hal-hal yang akan dibahas, maka penulis membagi menjadi enam (VI) Bab dan masingmasing Bab terbagi atas beberapa Sub Bab yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan yaitu sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat serta sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Pada Bab ini penulis akan mengemukakan teori-teori yang relevan dengan judul penelitian sebagai landasan dalam pembahasan skripsi. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Dalam Bab ini berisikan uraian mengenai metode penelitian, yaitu mengenai lokasi penelitian, jenis, dan sumber data dan metode pengumpulan data serta analisis data.

12 BAB IV : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Dalam Bab ini diuraikan mengenai sejarah singkat Kantor Gubernur Riau, gambaran struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi serta visi dan misi Biro Humas Setda Provinsi Riau. BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam Bab ini merupakan hasil dari penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan di Biro Humas Setda Provinsi Riau. BAB VI : PENUTUP DAFTAR PUSTAKA Merupakan Bab penutup, yang berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta saran-saran yang diperlukan.