PENGEMBANGAN E-MODULE

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN LKPD IPA MATERI TEKANAN ZAT BERPENDEKATAN AUTHENTIC INQUIRY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan problem solving pada dasarnya merupakan hakikat tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Research and Development. Model Research and Development yang digunakan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKDP) BERBASIS GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN PRACTICAL SKILLS DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA PESERTA DIDIK SMP

PENGEMBANGAN INTERESTING HANDOUT BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGEMBANGAN E-MODULE PEMBELAJARAN IPA BERBASIS LECTORA SEBAGAI BAHAN BELAJAR MANDIRI SISWA SMP KELAS VII ARTIKEL SKRIPSI

Abstrak. : Desi Hartinah, Dr. Insih Wilujeng, dan Purwanti Widhy H, M. Pd, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

E-journal Prodi Edisi 1

PENGEMBANGAN MODUL IPA YANG DAPAT MENANAMKAN SIKAP SPIRITUAL DAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA SMP ARTIKEL SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research

BAB III METODE PENELITIAN. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengembangkan suatu produk (Paidi, 2010: 57). Produk R&D dalam

IPA TEMA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR BERBASIS PEDAGOGY FOR SUSTAINABILITY

PENGEMBANGAN MEDIA POP-UP PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK SMP KELAS VII ARTIKEL SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK IPA DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY

PENGEMBANGAN LKPD IPA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK KELAS VII

PENGEMBANGAN LKPD IPA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING TEMA PEMANASAN GLOBAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK SMP/MTs

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) IPA MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP KELAS VII JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan pengembangan adalah langkah langkah untuk mengembangkan

PENGEMBANGAN MODUL TEKNIK LISTRIK PADA MATA PELAJARAN TEKNIK LISTRIK KELAS X TEKNIK AUDIO VIDEO DI SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA

HALAMAN JUDUL ARTIKEL E-JOURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2010: 297) menyatakan bahwa R&D adalah penelitian yang

PENGEMBANGAN E-MODULE IPA BERBASIS SERVICE LEARNING DENGAN TEMA PENCEMARAN UDARA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP KELAS VII

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) IPA BERBASIS SERVICE LEARNING MATERI SISTEM PENCERNAAN UNTUK MENINGKATKAN REFLECTIVE THINKING

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D).

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R & menggunakan model penelitian R & D yaitu melalui 4-D model.

THE DEVELOPMENT STUDENT WORKSHEETS ON THEME ENVIRONTMENTAL (SOIL) POLLUTION" WITH THE PROJECT BASED LEARNING (PjBL) WHICH SCIENCE PROCESS SKILL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. modul IPA ini menggunakan metode Research and Development. (R&D). Penelitian R&D menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2012:

PERWUJUDAN KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENGEMBANGKAN KNOWLEDGE, SKILL, DAN ATTITUDE PESERTA DIDIK SMA

PENGEMBANGAN MODUL PERALATAN KANTOR UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK SMK NEGERI 1 DEPOK SLEMAN

Kata Kunci: mobile learning berbasis android, hasil belajar ranah kognitif, minat belajar

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta 2)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan atau disebut juga Research and Development

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SISTEM GERAK MANUSIA BERBASIS PETA KONSEP DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI SMA DI KABUPATEN JEMBER

PENGARUH PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SCIENTIFIC INQUIRY AND SCIENCE ISSUES PADA KETERCAPAIAN 3 RANAH HASIL BELAJAR SISWA SMP ARTIKEL SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODUL MATA PELAJARAN TEKNIK ELEKTRONIKA DASAR KELAS X TEKNIK AUDIO VIDEO DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL

PENGEMBANGAN MODUL SIMULASI DIGITAL PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL (SIMDIG) KELAS X TEKNIK AUDIO VIDEO DI SMK N 2 DEPOK

PENGEMBANGAN LKS DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU TESIS

PENGEMBANGAN LKS IPA KALOR DAN PEMBUATAN GARAM BERPENDEKATAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengembangkan produk berupa Lembar Kegiatan Peserta Didik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan Research and Development (R&D). Maksud

PENYUSUNAN KAMUS ANIMALIA BERBASIS ANDROID SEBAGAI MEDIA BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SEMESTER II SMA/MA

Oleh: Maryunia Siwi Utami, Asri Widowati, M.Pd., dan Sabar Nurohman, M.Pd., FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thiagarajan,

Siti Nurhayati 21, Didik S. Pambudi 22, Dinawati Trapsilasiwi 23

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Research and Development (R&D) sesuai dengan Thiagarajan, et. all.,

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS DISCOVERY INQUIRY PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI UNTUK SISWA KELAS XI SMA

Oleh. Sri Thirteen Julian *), Rahmi **), Anna Cesaria **)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan pengembangan atau disebut juga Research and Development

Pengembangan Modul Fisika Berbasis Visual untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)

Pengembangan Modul Dasar (Muhammad Firda Husain) 1

PENGEMBANGAN CHEMISTRY ELECTRONIC MODULE MATERI LARUTAN ASAM BASA KELAS XI SMA/MA

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI EKSPONEN DAN LOGARITMA UNTUK SISWA KELAS X SMA KARTIKA 1-5 PADANG

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS Volume 2, No 2, September 2015 ( ) Tersedia Online:

Oleh : Indri Frastiyanti dan Sukardiyono ABSTRAK ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Peserta Didik (LKPD) IPA pada siswa kelas VIII SMP Negeri 15

PENGEMBANGAN LKPD IPA BERBASIS PEDAGOGY FOR SUSTAINABILITY DENGAN MODEL PROBLEM SOLVING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI LINGKARAN UNTUK SISWA SMP KELAS VIII JURNAL

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ADOBE FLASH PROFESSIONAL CS6

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA UNTUK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) PADA MATERI POKOK HIMPUNAN KELAS VII SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berbasis inkuiri terbimbing yang

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KIMIA SMA KELAS XI MATERI ASAM BASA UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

PENGEMBANGAN MODEL E-BOOK INTERAKTIF TERMODIFIKASI MAJALAH PADA MATERI STRUKTUR ATOM

Ernita Vika Aulia dan Ismono Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut, maka desain dari penelitian ini adalah penelitian pengembangan

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN KELAS XI SMA.

Oleh : Ayu Rizqiana Ulfah, Yusman Wiyatmo

Oleh: Asri Setyaningrum dan Yusman Wiyatmo, Prodi Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta,

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2

PENGEMBANGAN MODUL YANG DILENGKAPI PETA KONSEP BERGAMBAR PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP UNTUK SMP

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Pendidikan Fisika

Oleh. Erwina Yulia Nengsih * ), Melisa ** ), Rahima ** ) ABSTRACT

PENGEMBANGAN JOB SHEET MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PRAKTIK SISWA KELAS X DKV DI SMK NEGERI 5 YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA UNTUK SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 16 KERINCI

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA/MA KELAS XI

Kata Kunci: perangkat pembelajaran, webbed, kemampuan kognitif, sikap peduli lingkungan, keterampilan generik

PENGEMBANGAN MODUL DILENGKAPI MIND MAP DAN GLOSARIUM PADA MATERI PELAJARAN BIOLOGI UNTUK SISWA KELAS X SMAN 12 PADANG

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono

PENGEMBANGAN LKPD IPA BERMUATAN NATURE OF SCIENCE UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REALISTIK UNTUK MATERI PECAHAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V MIN KORONG GADANG KECAMATAN KURANJI.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun berdasarkan model penelitian Research and

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN LKS FISIKA BERORIENTASI MODEL LEARNING CYCLE 7-E PADA MATERI ELASTISITAS SEBAGAI PENUNJANG PEMBELAJARAN SMA

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) DENGAN PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KELAS X SMKN 6 PADANG.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK

PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS E-LEARNING PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA

PENYUSUNAN MEDIA BELAJAR MANDIRI BERBASIS BLOG SUBMATERI SISTEM SARAF MANUSIA UNTUK SISWA SMA

Transkripsi:

Pengembangan E-module IPA... (Wahyu Meidiana Armiyanti) 1 PENGEMBANGAN E-MODULE IPA BERPENDEKATAN AUTHENTIC INQUIRY LEARNING UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII SMP ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Wahyu Meidiana Armiyanti NIM. 1231524411 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 216

2 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi... Tahun..ke.. 216

Pengembangan E-module IPA... (Wahyu Meidiana Armiyanti) 3 PENGEMBANGAN E-MODULE IPA BERPENDEKATAN AUTHENTIC INQUIRY LEARNING UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII SMP THE DEVELOPMENT OF SCIENCE E-MODULE USING AUTHENTIC IQUIRY LEARNING APPROACH TO DEVELOP THE PROBLEM SOLVING SKILL AND THE LEARNING INDEPENDENCE FOR THE FIRST GRADE OF JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS Oleh: Wahyu Meidiana Armiyanti, Sabar Nurohman, M.Pd., dan Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Email: meidiana.army@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kelayakan hasil pengembangan e-module IPA berpendekatan authentic inquiry learning menurut para ahli, (2) kepraktisan e-module IPA berpendekatan authentic inquiry learning yang mengintegrasikan kemampuan problem solving dan kemandirian belajar peserta didik berdasarkan respon peserta didik, (3) efektivitas modul untuk mengembangkan kemampuan problem solving, dan (4) kemandirian belajar peserta didik kelas VII SMP. Penelitian ini merupakan jenis penelitian R & D (Research and Development) yang dikemukakan oleh Thiagarajan yang terdiri dari empat tahapan yaitu define, design, develop, dan disseminate. Subjek penelitian adalah 24 anak kelas VII B SMP N 1 Muntilan. Instrumen yang digunakan berupa lembar validasi e-module IPA, lembar observasi kemampuan problem solving dan kemandirian belajar peserta didik, dan angket respon peserta didik terhadap e-module IPA. Teknik analisis yang digunakan antara lain rerata skor untuk mencari skor aktual, konversi skor menjadi nilai skala empat, perhitungan persentase penguasaan kemampuan, dan gain score. Hasil penelitian ini adalah (1) e-module IPA berpendekatan authentic inquiry learning yang dikembangkan layak digunakan menurut para ahli dengan mendapatkan nilai A dengan kategori sangat baik (2) Kepraktisan e-module IPA berpendekatan authentic inquiry learning yang mengintegrasikan kemampuan problem solving dan kemandirian belajar peserta didik berdasarkan respon peserta didik mendapatkan nilai B dengan kategori baik. (3) Keefektifan e-module IPA untuk mengembangkan kamampuan problem solving berdasarkan lembar observasi mengalami pengembangan sebesar 18,9%, sedangkan melalui soal pretest-posttest dengan perhitungan gain score menunjukkan angka,31 dengan kategori sedang. (4) Keefektifan e-module IPA untuk mengembangkan kemandirian belajar melalui lembar observasi yaitu mengalami pengembangan sebesar 5,3%, sedangkan melalui angket kemandirian memperoleh jumlah rerata skor 7,5 dari skor maksimal 96 dengan kategori sangat baik. Kata Kunci: E-module, Authentic Inquiry Learning, Problem solving, Kemandirian Belajar Abstract This study aims to determine: (1) the feasibility of the development of e-module IPA authentic inquiry learning approach according to experts, (2) the practicality of e-module IPA authentic inquiry learning approach that integrates problem solving ability and independence of learners based on the responses of learners, (3) the effectiveness of the modules to develop problem solving ability, and (4) the independence of learners class VII. This research is a study of R & D (Research and Development) is expressed by Thiagarajan which consists of four phases that define, design, develop, and disseminate. Subjects were 24 children in grade VII B SMP N 1 Muntilan. Instruments used in the form of e-module validation sheet IPA, observation sheet problem solving ability and independence of learners, and the questionnaire responses of learners to e-module IPA. The analysis technique used, among others, the mean score for seeking actual score, converting scores into four scale values, the calculation of the percentage of mastery ability, and gains score. The results of the development of the science e- module are (1) The science e-module by using authentic inquiry learning approach is proper to be used for the learning material and it is included as best category, (2) The practicality of e-module IPA authentic inquiry learning approach that integrates the capabilities of problem solving and independent learning learners based on the responses of students to get B with good category. (3) The effectiveness of e-module IPA to develop problem solving skill based on the observation sheet progression of 18.9%, while through about pretest-posttest with the calculation of gain score showed.31 with medium category. (4) The effectiveness of e-module IPA to develop independent learning through observation sheet that is experiencing the development of 5.3%, while the amount obtained through a questionnaire independence mean score of 7,5 out of a maximum score of 96 with best category. Key words: e-module, Authentic Inquiry Learning, problem solving, and the learning independence

Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi... Tahun..ke.. 216 4 PENDAHULUAN Kemampuan problem solving pada dasarnya merupakan hakikat tujuan pembelajaran yang menjadi kebutuhan peserta didik dalam menghadapi kehidupan nyata. Oleh karena itu dalam pembelajaran IPA sebaiknya mengintegrasikan kemampuan problem solving dalam pembelajaran. Namun berdasarkan hasil observasi selama PPL di SMP Negeri 1 Muntilan di sekolah tersebut belum mengintegrasikan kemampuan problem solvng ke dalam pembelajaran. Selain itu masih banyak kegiatan pembelajaran IPA yang berpotensi dilakukan secara penyelidikan tetapi masih dilakukan dengan ceramah saja.. Penyelidikan erat kaitannya dengan problem solving. Penyelidikan akan membantu peserta didik secara aktif menemukan sendiri berbagai konsep holistik, bermakna, otentik, serta aplikatif untuk kepentingan pemecahan masalah. Oleh karena itu perlunya diterapkannya pendekatan inkuiri. Menurut pendapat W.Gulo (28: 111) pemecahan masalah merupakan bagian dari inkuiri yang penekanan lebih pada keyakinan atas diri sendiri terhadap apa yang ditemukan, sedangkan penyelesaian masalah pada terselesaikannya masalah itu sendiri. Selain pendekatan inkuiri juga perlu diterapkan pendekatan authentic learning dalam melakukan problem solving yang terdapat di dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan authentic learning merupakan pendekatan yang dapat mendorong peserta didik aktif berinkuiri, berpikir kritis dan melakukan refleksi tentang masalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pendekatan yang cocok untuk melakukan problem solving dalam kehidupan sehari-hari adalah pendekatan authentic inquiry learning Selain kemampuan problem solving di era berkembangnya ICT peserta didik dituntut untuk belajar mandiri dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan ICT oleh peserta didik di Indonesia masih tergolong rendah khususnya penggunaan yang dimanfaatkan untuk mencari informasi dalam penunjang pembelajaran secara mandiri. Hal ini juga terlihat ketika observasi pada peserta didik di SMP N 1 Muntilan bahwa mereka telah memiliki banyak fasilitas ICT seperti laptop dan handphone tetapi mereka masih menggunakannya hanya sebatas untuk senang-senang seperti bermain game. Selain peserta didik, guru juga masih sangat jarang memanfaatkan ICT yang digunakan sebagai bahan ajar ataupun media pembelajaran. Padahal pembelajaran dengan memanfaatkan ICT akan sangat membantu guru mentransfer ilmu yang abstrak dengan menggunakan media visual supaya lebih efisien. Di SMP Negeri 1 Muntilan terlihat bahwa peran guru dalam pembelajaran masih menonjol sehingga peserta didik tidak terbiasa belajar mandiri. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 2 guru IPA di SMP Negeri 1 Muntilan mayoritas di sekolah tersebut hanya menggunakan bahan ajar berupa buku paket yang berasal dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Penggunaan buku paket sebagai sumber belajar yang sama untuk setiap peserta didik akan menghambat kemampuan peserta didik yang memiliki pengetahuan akademik tinggi. Sedangkan kemampuan akademik seperti kemampuan,

kesiapan, dan kecepatan belajar setiap peserta didik berbeda-beda. Oleh karena itu perlunya bahan ajar yang membuat peserta didik dapat mencapai kompetensi sesuai dengan kemampuan, kesiapan, dan kecepatan belajarnya sendirisendiri. Oleh karena itu pembelajaran yang dilakukan dapat menggunakan bahan ajar berupa e-module. Penggunaan e-module sebagai bahan ajar IPA cocok dengan berkembang pasatnya ICT yang digunakan sebagai bahan ajar belajar mandiri yang lebih efisien. Sesuai permasalahan yang muncul dengan memanfaatkan ICT peneliti mengembangkan e- module IPA berpendekatan authentic inquiry learning berorietasi pada kemampuan problem solving dan kemandirian belajar peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kelayakan hasil pengembangan e-module IPA berpendekatan authentic inquiry learning menurut para ahli, (2) kepraktisan e-module IPA berpendekatan authentic inquiry learning yang mengintegrasikan kemampuan problem solving dan kemandirian belajar peserta didik berdasarkan respon peserta didik, (3) efektivitas modul untuk mengembangkan kemampuan problem solving, dan (4) kemandirian belajar peserta didik kelas VII SMP. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and Development (R & D). Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SMP N 1 Mutilan dan dilakukan pada bulan November 215. Pengembangan E-module IPA... (Wahyu Meidiana Armiyanti) 5 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah peserta didik sebanyak 24 anak pada kelas VII B SMP N 1 Muntilan sebagai responden. Objek penelitian adalah e-module IPA hasil pengembangan. Prosedur Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian pengembangan model 4-D (Four D Models) menurut Thiagarajan dalam Trianto (21) meliputi empat tahap yaitu tahap pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan diseminasi (disseminate). Pada tahap define dilakukan dengan analisis permasalahan, analisis peserta didik, analisis tugas, analisis konsep, dan merumuskan tujuan pembelajaran. Pada tahap design dilakukan penyusunan instrumen, pemilihan bahan ajar, pemilihan format, dan rancangan produk awal. Tahap develop (pengembangan) meliputi tahap peninjauan oleh dosen pembimbing, penilaian ahli (validasi oleh dosen ahli dan guru IPA), dan uji coba produk. Pada tahap disseminate (penyebaran) hanya dilakukan secara terbatas, mengingat ranah penelitian R & D sangat luas. Teknik Analisis Data Analisis validasi/kelayakan, respon peserta didik, dan angket kemandirian belajar dilakukan dengan menghitung rata-rata skor, rata-rata skor kemudian dikonversi menjadi skala empat yang tersaji dalam Tabel 1. Tabel 1. Konversi ke Nilai pada Skala Empat No. Rentang Nilai Kategori 1. X X i + 1. Sbi A Sangat baik 2. X i +1.Sbi >X X i B Baik 3. X i > X X i 1.Sbi C Cukup 4. X X i - 1.Sbi D Kurang (Sumber: Djemari Mardapi, 27: 123)

6 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi... Tahun..ke.. 216 Penguasaan observasi kemampuan problem solving dan observasi kemandirian belajar dihitung persentase dan diubah menjadi nilai kategori yang tersaji dalam Tabel 2. Tabel 2. Persentase Penguasaan Kemampuan No Tingkat Nilai Kategori/ Penguasaan (%) Huruf Predikat 1. 86-1 A Sangat Baik 2. 76-85 B Baik 3. 6-75 C Cukup 4. 55-59 D Kurang 5. 54 E Sangat Kurang (Ngalim Purwanto, 1994: 12) Analisis Tes Kemampuan Problem solving dilakukan dengan gain score dengan konversi seperti yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Batasan Kategori/ Predikat g>,7 Tinggi,3 g,7 Sedang g <,3 Rendah (Hake, 1999:1) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kelayakan E-moduleIPA Hasil Pengembangan Kelayakan E-module IPA yang dikembangan divalidasi oleh tiga orang dosen ahli dan tiga orang guru IPA sebagai validator. Adapun aspek penilaian yang dinilai oleh dosen ahli dan guru IPA adalah kelayakan isi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafisan. Berikut ini hasil validasi e-module IPA oleh dosen ahli dan guru IPA disajikan dalam bentuk diagram pada Gambar 1. 1 8 6 4 2 Aspek Dosen Guru IPA Maksimal Gambar 1. Diagram Penilaian E-module IPA oleh Dosen Ahli dan Guru IPA Berdasarkan keseluruhan skor penilaian produk E-module IPA hasil pengembangan oleh validator mendapatkan skor 145,55 dari skor maksimal 156 dengan kategori sangat baik (A) layak untuk digunakan dan dikembangkan. Keefektifan E-module Berdasarkan Angket Respon Data respon peserta didik terhadap e- module IPA menggunakan angket diberikan pada akhir kegiatan pembelajaran. Angket respon peserta didik terhadap e-module IPA hasil pengembangan terdiri dari 16 pernyataan. Angket respon peserta didik terdiri dari empat aspek yaitu kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafisan. Berikut adalah diagram respon peserta didik terhadap e-module IPA hasil pengembangan yang disajikan pada Gambar Gambar 2. Gambar 2. Keefektifan Berdasarkan Respon Peserta Didik 3 25 2 15 1 5 Aspek Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, rerata penilaian respon peserta didik terhadap E- module IPA hasil pengembangan sebesar 47,5 dari skor maksimal 64 dengan kategori baik. Kemampuan Problem solving Maksimal Penilaian kemampuan problem solving dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan lembar observasi dan tes problem solving. Untuk kemampuan problem solving yang diukur dengan menggunakan lembar observasi

Rerata Presentase Rata-Rata % dilakukan oleh observer selama pembelajaran dilakukan. Berikut adalah diagram kemampuan problem solving berdasarkan observasi yang disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Diagram Observasi Kemampuan Problem solving Berdasarkan analisis yang dilakukan kemampuan problem solving mengalami peningkatan dari 54,5% menjadi 73,4%. Sedangkan kemampuan problem solving yang dilakukan dengan menggunakan tes dapat dilihat pada diagram yang disajikan pada gambar 4. 8 6 4 2 12 1 8 6 4 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pretest Posttest Gambar 4. Diagram Tes Kemampuan Problem solving Berdasarkan analaisis tes kemampuan problem solving mengalami peningkatan dari skor 8,4 menjadi 1,8. Lalu skor tersebut dihitung dengan menggunakan gain score memperoleh hasil,31 dengan kategori sedang. Jadi dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan kegiatan pebelajaran dengan pendekatan authentic inquiry learning dengan mengintegrasikan kemampuan problem solving Pengembangan E-module IPA... (Wahyu Meidiana Armiyanti) 7 dapat meningkatkan kemampuan problem solving peserta didik. Hal ini dikarenakan karena peserta didik yang awalanya tidak tebiasa dengan pembelajaran yang megintegrasikan pemecahan masalah didalam pembelajaran setelah menggunakan e-module berpendekaran authentic inquiry learning akan terbiasa dengan pemecahan masalah. Ketika peserta didik memiliki kemampuan problem solving, mereka akan mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tujuan yang diinginkan (Antony & Susan, 211: 231). Siswoyo (211:111) berpendapat bahwa berdasarkan teori Piaget peserta didik yang berumur pada kisaran 11-14 tahun seharusnya berada pada tahap operasional formal yaitu peserta didik seharusnya memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif seperti kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak sehingga mampu berpikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan. Kemandirian Belajar Peserta Didik Penilaian kemandirian belajar dilakukan dengan observasi kemandirian belajar dan angket kemandirian belajar. Untuk observasi kemandiria belajar yang diukur dengan lembar observasi dilakukan oleh observer selama pembelajaran dilakukan. Berikut ini adalah diagram observasi kemandirian belajar peserta didik yang disajikan pada Gambar 5.

Presentase Rata-Rata% 8 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi... Tahun..ke.. 216 Gambar 5. Diagram Observasi Kemandirian Belajar Berdasarkan analisis yang dilakukan kemandirian belajar peserta didik mengalami peningkatan dari 86,1% menjadi 91,4%. Sedangkan kemandirian belajar yang diukur dengan menggunakan angket dapat dilihat pada diagram yang disajikan pada Gambar 6. 3 25 2 15 1 92 9 88 86 84 82 5 Gambar 6. Diagram Angket Kemandirian Belajar Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, rerata penilaian angket kemandirian belajar sebesar 7,5 dari skor maksimal 96 dengan kategori sangat baik. Pertemuan 1 Pertemuan 2 pertemuan 3 Aspek Maksimal Berdasarkan hasil observasi dan angket e- module IPA berpendekatan authentic inquiry learning dapat dijadikan bahan ajar mandiri karena e-module IPA berpendekatan authentic inquiry learning memenuhi ciri-ciri tentang kemandirian belajar berdasarkan bahwa belajar mandiri dapat dilihat dari motivasi belajar, sumber belajar/ bahan ajar, cara belajar, tempo dan irama belajar, evaluasi hasil belajar, dan refleksi (Haris Mudjiman, 27: 223). Semakin tinggi motivasi belajar maka akan semakin besar kompetensi yang diperoleh dan semakin besar tujuan pembelajaran yang dicapai; selain motivasi belajar bahan e-module IPA merupakan sumber dan bahan ajar yang berisi selfinstructonal material yang dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam belajar mandiri; lalu tempo dan irama belajar juga berfungsi untuk mengetahui kecepatan belajar dan intensitas kegiatan belajar yang ditentukan sendiri oleh peserta didik; sedangkan evaluasi hasil belajar dilakukan dengan melakukan self assesment; dan refleksi merupakan langkah agar peserta didik dapat menialai bagaimana ia belajar, serta bagian materi mana yang gagal dan berhasil mereka kuasai. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan module IPA Berdasarkan hasil pengembangan e- dapat disimpulkan beberapa hal yaitu, 1) E-module IPA berpendekatan authentic inquiry learning yang dikembangkan layak digunakan menurut para ahli dengan mendapatkan nilai A dengan kategori sangat baik 2) Kepraktisan e-module IPA berpendekatan authentic inquiry learning yang mengintegrasikan kemampuan problem solving dan kemandirian belajar peserta didik berdasarkan respon peserta didik mendapatkan nilai B dengan kategori baik. 3) Keefektifan e-module IPA untuk mengembangkan kamampuan problem solving berdasarkan lembar observasi mengalami pengembangan sebesar 18,9%, sedangkan melalui soal pretest-posttest dengan perhitungan gain score menunjukkan angka,31 dengan kategori sedang. 4) Keefektifan e-module IPA untuk mengembangkan kemandirian belajar melalui

lembar observasi yaitu mengalami pengembangan sebesar 5,3%, sedangkan melalui angket kemandirian memperoleh jumlah rerata skor 7,5 dari skor maksimal 96 dengan kategori sangat baik. Saran 1) Jika memungkinkan perlu dilakukan penelitian sejenis sampai pada tahapan disseminate sehingga diharapkan e-module IPA yang dikembangkan akan lebih baik. 2) Bila memungkinkan mencari aplikasi lain yang dapat digunakan untuk menuliskan jawaban esay, sehingga pembelajaran menggunakan e-module murni memanfaatkan ICT. 3) Sebaiknya didesain pembelajaran dengan jangka waktu yang lebih lama, supaya peserta didik terbiasa melakukan pembelajaran dengan pendekatan authentic inquiry learning sehingga peserta didik terbiasa melakukan kegiatan ilmiah dengan mengintegrasikan kemampuan problem solving. DAFTAR PUSTAKA Djemari Mardapi. (28). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. Hake, Richard R. (1999). Analyzing Change/ Gain Scores. Diakses dari http:// www.physics.indiana.edu/sdi/analyzing Change, pada tanggal 15 Januari 216. Ngalim Purwanto. (22). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.Hanafiah & Cucu Suhana. (212). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama. Anthony J & Sausan M. (211). Educational Assessment Of Studet Sixth Edition. USA: Pearson Haris Mudjiman. (27). Belajar MAndiri (Selfmotivated learning). Surakarta: UNS Press. Dwi Siswoyo,dkk. 211. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY PressLickona, Pengembangan E-module IPA... (Wahyu Meidiana Armiyanti) 9 Thomas. (28). Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa menjadi Pintar dan Baik. (Terjemahan Lita S). Bandung: Nusa Media. Trianto. (21). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, progresif, Dan Kontekstual. Jakarta: Kencana Prenada Media Group W. Gulo. (28). Startegi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana