Pemetaan Potensi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) pada Perairan Sungai di Kabupaten Purworejo

dokumen-dokumen yang mirip
KERAGAMAN IKAN SIDAT TROPIS (Anguilla sp.) DI PERAIRAN SUNGAI CIMANDIRI, PELABUHAN RATU, SUKABUMI

KOMPOSISI JENIS LARVA SIDAT (Anguilla spp.) YANG BERMIGRASI KE MUARA SUNGAI PROGO, YOGYAKARTA

PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

Pertumbuhan berbagai jenis ikan sidat (Anguilla spp.) yang dipelihara pada kolam budi daya

DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL IKAN SIDAT (Anguilla sp.) YANG BERMIGRASI KEHULU DI SUNGAI TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tujuh jenis ikan sidat dari total 18 jenis di dunia, ketujuh jenis

STRUKTUR UKURAN GLASS EEL IKAN SIDAT (Anguilla marmorata) DI MUARA SUNGAI PALU, KOTA PALU, SULAWESI TENGAH ABSTRAK

b) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Elver ikan sidat (Anguilla Sp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA

KATAKUNCI : Ukuran, sebaran tangkapan, Sidat (Anguilla marmorata), Sungai Poso, Sulawesi Tengah

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan, Jatiluhur-Purwakarta 2)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Sidat ( Glass ell Klasifikasi sidat

KOMPOSISI SPESIES IKAN SIDAT (Anguilla spp.) DI DELAPAN SUNGAI YANG BERMUARA KE TELUK PALABUHANRATU, SUKABUMI, INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Prospek perikanan dan budidaya sidat memiliki peluang baik untuk

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

RUAYA IKAN Macam-macam Ruaya a. Ruaya Pemijahan

KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI, AKTIVITAS PENANGKAPAN, DAN PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS) PADA PERIKANAN SIDAT DI DAS CIMANDIRI, JAWA BARAT

2.1. Ikan Kurau. Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut. Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus

SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IKTIOPLANKTON: KEANEKARAGAMAN TELUR DAN LARVA IKAN LAUT

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

Pusat Riset Perikanan Budidaya Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan **)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

3. METODE PENELITIAN

UMUR GLAS EEL (Anguilla spp.) YANG MASUK MUARA SUNGAI PROGO, YOGYAKARTA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

Ikan sidat mempunyai bentuk morfologis yang relatif serupa dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

PENGARUH FASE BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN GLASS EEL DI MUARA SUNGAI CIBUNI TEUGAL BULEUD, KABUPATEN SUKABUMI

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

OPSI PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN SIDAT BERDASARKAN DISTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DI SUNGAI-SUNGAI YANG BERMUARA KE TELUK PALABUHANRATU, JAWA BARAT

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR

PERTUMBUHAN IKAN KERALI (Labocheilos falchifer) DI PERAIRAN SUNGAI LEMATANG, SUMATERA SELATAN

KEBIJAKAN TENTANG INTEGRASI AKTIVITAS PENANGKAPAN DENGAN PEMBUDIDAYAAN UNTUK KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA IKAN SIDAT (Anguilla spp) DI DAS POSO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

II. BAHAN DAN METODE

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lembaga Ilmu Pengetahuan Agus Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting salah satunya adalah teripang yang dikenal dengan nama lain teat fish, sea

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

DIVERSITAS, DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN GLASS EEL DI MUARA SUNGAI PALU

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)

BAB I PENDAHULUAN UMUM

ANALISIS EKOLOGI TELUK CIKUNYINYI UNTUK BUDIDAYA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

III. METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS

5 HASIL 5.1 Kegiatan Penangkapan Juvenil Sidat Alat tangkap (1) Anco / sirib / tangkul

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Pertumbuhan Ikan Kardinal Banggai (Pterapogon kauderni) yang dipelihara pada Salinitas yang Berbeda dalam Wadah Terkontrol

515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

KONDISI PERAIRAN DI BEBERAPA SUNGAI YANG BERMUARA DI TELUK PALABUHAN RATU, JAWA BARAT SEBAGAI HABITAT IKAN SIDAT (Anguilla spp.

ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL PENGEMBANGAN USAHA IKAN SIDAT (Anguilla sp.) DI KOTA PALU

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia,

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

Banggai Cardinal Fish (BCF) Ikan hias asli Indonesia

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

Transkripsi:

F2 08 Pemetaan Potensi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) pada Perairan Sungai di Kabupaten Purworejo Ayuningtyas Indrawati *, Sutrisno Anggoro, Suradi, W.S * Pascasarjana Manajemen Sumberdaya Pantai Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Imam Bardjo SH, Semarang, Email : ayuningtyas.indrawati@yahoo.com Abastrak Sidat memiliki nilai ekonomis tinggi dan permintaan global semakin meningkat. Salah satu daerah di Pulau Jawa yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan menjadi jalur ruaya larva sidat (glass eel) adalah Kabupaten Purworejo. Namun hingga saat ini, belum ada laporan ilmiah mengenai keberadaan sumberdaya sidat di Kabupaten Purworejo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi sidat ditinjau dari sebaran tangkapan ikan sidat, jumlah hasil tangkapan di alam dan variasi ukuran. Pemetaan dilakukan dengan 2 tahap yakni menentukan beberapa lokasi sungai yang terdapat hasil tangkapan sidat berdasarkan informasi masyarakat dan pengambilan sampel sidat pada malam hari saat fase bulan gelap 28-29 kalender lunar Maret hingga Mei 2015. Alat tangkap yang digunakan anco dan bubu. Pengukuran parameter fisika kimia perairan dilakukan bersamaan pada saat sampling sampel sidat meliputi suhu, salinitas, ph, oksigen terlarut, nitrat dan fosfat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 3 lokasi sungai yang terdapat sumberdaya sidat yakni Muara Sungai Jali, Sungai Wasiat dan Sungai Pantai Jatimalang dan ikan sidat yang tertangkap di Kabupaten Purworejo adalah jenis Anguilla bicolor bicolor dengan rincian masing masing lokasi sebagai berikut di Muara Sungai Jali sebanyak 1003 ekor merupakan sidat pada fase larva (glass eel) dengan panjang 4,7 8,6 cm dan berat 0,20 0,50 gr. Hasil sampling di Sungai Wasiat sebanyak 10 ekor merupakan sidat fase yellow eel dengan panjang 15 42 cm dan kisaran berat 9-75 gr, sedangkan di Sungai Pantai Jatimalang ikan sidat tertangkap merupakan fase yellow eel sebanyak 25 ekor dengan panjang 10 37 cm dan kisaran berat 3-82 gr. Kata Kunci: Potensi Sidat, Sungai di Purworejo, Anguilla bicolor bicolor, Glass eel, Yellow eel PENDAHULUAN Genus ikan sidat adalah Anguilla, yang terdiri dari sekitar 18 spesies, sebagian besar di antaranya hidup di daerah tropis (Aoyama, 2009). Biodiversitas di perairan Indonesia ditemukan 9 spesies/subspesies yakni A. bicolor bicolor, A. nebulosa nebulosa, A. bicolor pacifica, A. interioris, A. borneensis, A. celebesensis, A. marmorata, A. obscura dan A. megastoma (Sugeha et al., 2008). Penyebaran ikan sidat di Indonesia 669

dimulai dari sepanjang pantai Sumatera, pesisir selatan Jawa, Bali, NTB, NTT, sepanjang pantai timur Kalimantan, perairan Sulawesi, Maluku sampai perairan di Papua (Fahmi, 2015). Ikan sidat merupakan salah satu ikan yang mempunyai karakteristik habitat yang unik yaitu mendiami beberapa kondisi perairan termasuk perairan tawar, estuari dan laut. Siklus hidup ikan sidat adalah katadromus, memijah di laut, kemudian larvanya beruaya ke sungai, dan mencapai usia dewasa di perairan tawar. Saat akan bereproduksi, sidat akan kembali ke laut untuk memijah (Tesch, 2003). Siklus hidup ikan sidat umumnya mempunyai 5 stadia yakni Leptochepalus, Glass eel, Elver, Yellow eel dan Silver eel (McKinnon, 2006). Leptocephalus merupakan fase larva sidat berbentuk seperti daun dan transparan, mempunyai kemampuan adaptasi tinggi serta hidup secara planktonik di laut terbuka. Larva sidat secara aktif beruaya ke sungai, setelah bermetamorfosis menjadi fase glass eel (Aoyama, 2009). Kepulauan Indonesia memiliki berpuluh-puluh muara sungai atau wilayah estuari yang potensial bagi rekruitmen larva sidat (glass eel) karena dikelilingi oleh lautan dan samudera yang potensial sebagai daerah pemijahan sidat tropis. Salah satu daerah di Pulau Jawa yang merupakan jalur ruaya larva sidat (glass eel) adalah Kabupaten Purworejo. Secara geografis Kabupaten Purworejo terletak di pesisir selatan Provinsi Jawa Tengah, dengan wilayah sebelah selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Potensi sidat di Kabupaten Purworejo diperkirakan besar karena banyaknya palung di perairan Pantai Selatan yang menjadi tempat bertelur ikan tersebut. Ikan sidat (Anguilla sp) memiliki nilai ekonomi penting dan menjadi komoditas ekspor. Ikan tersebut diminati pasar internasional terutama Korea, Jepang, Taiwan dan China. Pemanfaatan sumberdaya ikan sidat hingga saat ini masih merupakan usaha penangkapan dari perairan umum untuk memenuhi permintaan pasar yang cukup tinggi. Pengembangan komoditi ikan sidat hingga saat ini juga masih terhambat karena belum ada teknologi untuk pemijahan. Keterbatasan tersebut menyebabkan harga sidat di pasaran menjadi cukup tingi. Ikan sidat memiliki daya tarik untuk diteliti baik dari sisi penelitian ilmiah dan sisi komersial, namun sampai saat ini belum ada laporan mengenai keberadaan sidat di Kabupaten Purworejo. Berkaitan dengan hal tersebut perlu dilakukan studi pendahuluan 670

untuk mengetahui potensi sidat ditinjau dari sebaran tangkapan, jumlah hasil tangkapan di alam dan variasi ukuran. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Maret Mei 2015. Sungai yang dipilih adalah berdasarkan informasi masyarakat terdapat hasil tangkapan sidat. Sungai yang disampling pada penelitian adalah perairan Sungai Jali dan aliran DAS Jali yang sejajar pantai (Sungai Wasiat dan Sungai Pantai Jatimalang), tersaji dalam Gambar 1. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel sidat (Anguilla sp) yang tertangkap, sampel air sungai di lokasi titik pengamatan. Pengambilan Sampel Sampling di setiap sungai dilakukan pada malam hari saat fase bulan gelap tanggal 28 kalender lunar. Alat yang digunakan adalah anco berukuran 2 x 2 m dengan ukuran mata jaring 1 mm dan bubu yang terbuat dari pipa pralon dengan panjang 30 cm, diameter 10 cm dan ukuran mata jaring 1 mm. Penangkapan sidat dilakukan bersama nelayan lokal setempat dengan pemasangan anco pada pukul 19.00 hingga 23.00 WIB untuk lokasi Sungai besar Jali (jarak 7,5 km dari muara), sedangkan pemasangan bubu pada pukul 18.00 dan diangkat pada keesokan hari pukul 05.00 untuk lokasi hulu aliran DAS Jali yaitu Sungai Wasiat dan Sungai Pantai Jatimalang. Pengukuran parameter fisika kimia perairan dilakukan bersamaan dengan waktu sampling larva sidat, yakni meliputi suhu air, salinitas, ph air, oksigen terlarut. Sampel air diambil untuk analisa nitrat dan fosfat. 671

Gambar 1. Lokasi Penelitian meliputi: 1. Sungai Jali; 2. Sungai Wasiat; 3. Sungai Pantai Jatimalang. Identifikasi Pengamatan lebih lanjut terhadap hasil tangkapan larva sidat fase glass eel dilakukan di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Diponegoro dengan pengambilan sampel secara acak sebanyak 100 ekor dimasukkan ke formalin untuk identifikasi jenis species menggunakan mikroskop, sedangkan ikan sidat dewasa fase yellow eel dimasukkan dalam larutan minyak cengkeh agar sampel pingsan sehingga mudah untuk melakukan identifikasi dengan analisa morfologi. Salah satu cara yang digunakan dalam mengidentifikasi spesies glass eel adalah identifikasi berdasarkan karakter kunci Anal Dorsal Vertebrata (ADV), yaitu dengan menghitung jumlah ruas tulang punggung anodorsal (anodorsal vertebrae). Ruas tulang anodorsal yang dihitung adalah ruas-ruas yang tepat berada di antara ujung sirip dorsal dan ujung sirip anal. Apabila ada ruas tulang punggung yang simetris dengan ujung sirip dorsal atau ujung sirip anal atau kedua ujung sirip tersebut, maka ruas tersebut tadi tidak dihitung dapat dilihat pada Gambar 2 (Ege, 1939 dalam Ndobe, 2010) 672

Keterangan: a-d = panjang total (LT) b-d = panjang dorsal (LD) c-d = panjang anal (LA) b-c = Anodorsal Gambar 2. Pengukuran Panjang Sidat Tabel 1. Kisaran Jumlah Ruas Tulang Anodorsal Spesies Jumlah Ruas o Tulang Anodorsal A, marmorata 14-18 A. bicolor bicolor 0 3 A. nebulosa nebulosa 19-22 A. bicolor pacifica - (1-3) Sumber: Watanabe (2005) dalam Budiharjo (2010) Penentuan jenis ikan sidat dewasa berdasarkan pengukuran morfometrik mengacu pada Elie (1982) dalam Fahmi et al., (2010), yaitu jarak antara panjang anal (LA) dan panjang dorsal (LD) dibagi panjang total (LT), nilai AD didapatkan dengan persamaan berikut: A/D % = Tabel 2. Pengukuran morfometrik sidat Spesies Ano-dorsal (%) o A, marmorata A. bicolor bicolor A. nebulosa nebulosa A. bicolor pacifica Sumber: Tesch, 2003 Pengukuran Panjang dan Berat 16,3 0,8 11,7 0,2 Pengukuran panjang tubuh larva sidat menggunakan kertas berskala 1 mm. Ukuran panjang digunakan adalah panjang total yaitu mulai dari ujung mulut hingga ujung ekor. Berat larva sidat diukur menggunakan timbangan digital. 673

Analisis Data Penelitian Data yang dikoleksi tentang sidat adalah jenis, kelimpahan, ukuran. Kelimpahan sidat dihitung berdasarkan jumlah individu sidat yang tertangkap. Data faktor lingkungan, jumlah tangkapan, jenis, ukuran panjang berat, ruaya glass eel dianalisis menurut lokasi keberadaan sidat secara deskriptif untuk mengetahui penyebaran ikan sidat di Sungai Jali. HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi dan Sebaran Sidat di Kabupaten Purworejo Hasil penelitian selama Maret-Mei 2015 menunjukkan terdapat sumberdaya sidat di Kabupaten Purworejo. Samudera Hindia diduga menjadi lokasi pemijahan dari ikan sidat tropis (Aoyama, 2009). Secara teori, perairan muara sungai di Pulau Jawa yang bermuara ke Samudera Hindia akan dimasuki oleh larva sidat yang kemudian dimanfaatkan menjadi benih sidat untuk budidaya. Larva sidat tersebut beruaya dari lokasi pemijahan yang berada pada perairan laut dalam (deep sea) menuju ke sungai yang bermuara ke perairan laut tersebut, termasuk ke Sungai Jali Kabupaten Purworejo. Jenis sidat yang tertangkap selama penelitian di lokasi penelitian Pesisir Selatan Kabupaten Purworejo adalah ikan sidat sirip pendek (Anguilla bicolor bicolor). Menurut hasil penelitian Fahmi (2010) dan Budiharjo (2010), bahwa perairan selatan Pulau Jawa yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia didiami oleh jenis Anguilla bicolor bicolor dalam jumlah banyak dan A. marmorata dengan kelimpahan yang sedikit. Sidat yang tertangkap di stasiun pengamatan I (Sungai Jali) adalah larva sidat fase glass eel, sedangkan di stasiun pengamatan II (Sungai Wasiat) dan III (Sungai Pantai Jatimalang) adalah sidat fase yellow eel. o Tabel 3. Potensi dan Sebaran Hasil Tangkapan Ikan Sidat Lokasi Penangkapan Jumlah Kisaran Kisaran Berat (ekor) Panjang Sungai Jali 1003 4,7 8,6 cm 0,20-0,50 g Sungai Wasiat 10 15 42 cm 15-42 g Sungai Pantai Jatimalang 25 10 37 cm 3-82 g Sidat fase glass eel tersebut beruaya masuk melalui muara Sungai Jali kemudian berenang melawan arus menuju hulu sungai. Selanjutnya sidat hidup di perairan tawar 674

(sungai) dan daerah persawahan untuk tumbuh menjadi fase elver, yellow eel hingga fase silver eel (matang gonad). Sebaran hasil tangkapan ikan sidat di Kabupaten Purworejo (Gambar 3). Sidat yang berhasil ditangkap selama sampling di Sungai Jali sebanyak 1003 ekor berupa larva sidat fase glass eel. Ciri larva sidat pada fase tersebut adalah bentuk tubuh silindris khas glass eel dan tidak memiliki pigmen eksternal kecuali bintik gelap pada ekor (Gambar 4). Gambar 4. Sidat fase glass eel Gambar 3. Sebaran hasil tangkapan ikan sidat menurut lokasi penelitian Ruaya larva sidat ke Sungai Jali berlangsung pada malam hari karena sidat merupakan hewan nokturnal. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Mei 2015 yang merupakan akhir dari musim penghujan, tanggal 28 bulan gelap saat intensitas cahaya sangat rendah dan air laut sedang pasang, sehingga ditemui glass eel yang melimpah. Larva sidat melakukan ruaya hanya pada waktu tertentu saja yakni pada musim hujan, sehingga pada musim kemarau tidak ditemui larva sidat di Sungai Jali. Menurut Budiharjo (2010), puncak migrasi tahunan glass eel berlangsung setelah didahului dengan curah hujan yang tinggi 3-5 bulan sebelumnya. 675

Stasiun II (Sungai Wasiat) dan III (Sungai Pantai Jatimalang) merupakan aliran DAS Sungai Jali berupa sungai-sungai kecil irigasi di daerah persawahan dan menjadi habitat dari ikan sidat dewasa. Sidat yang berhasil ditangkap masing-masing sebanyak 10 dan 25 ekor berupa sidat fase yellow eel dengan panjang 15 42 cm dan 10 37 cm. Ciri dari yellow eel, yaitu dimana sidat telah berpigmentasi secara sempurna, mempunyai warna punggung kelabu, coklat, atau kekuning-kuningan, sedangkan warna perutnya putih, kusam dan kelabu (Gambar 5). Yellow eel berenang secara aktif sehinga dapat menentukan orientasi ruayanya. Sidat tersebut akan menetap dan tumbuh hingga dewasa matang gonad dan akan kembali ke laut lepas untuk memijah. Gambar 5. Sidat Fase Yellow eel Parameter Fisika Kimia Perairan Hasil pengukuran parameter fisika kimia perairan lokasi penelitian tertera pada (Tabel 4). Nilai parameter kualitas air menunjukkan perairan lokasi sampling ideal untuk tempat hidup ikan sidat dan berada dalam kisaran normal untuk beruaya glass eel. Glass eel bermigrasi masuk ke perairan tawar pada saat salinitas perairan di muara sungai yang relatif rendah (1-2 ppt). Tabel 4. Hasil Pengukuran Parameter Fisika Kimia Perairan Lokasi Suhu ( o C) Salinitas DO (ppm) ph Nitrat (mg/l) Fosfat (mg/l) Jali 23 4 ppt 5,3 7 4,64 0,235 Wasiat 26 0 ppt 4 7 7,45 0,019 Jatimalang 25 0 ppt 5,6 7 11,31 0,107 Ruaya dan Penangkapan Sidat Selama penelitian, hasil tangkapan ikan sidat di Sungai Jali jauh lebih tinggi dibandingkan lokasi lainnya. Sungai Jali mempunyai sumberdaya larva sidat glass eel yang diperlukan untuk benih sidat guna budidaya pembesaran sidat. Hingga saat ini benih 676

untuk budidaya masih sangat tergantung dari hasil tangkapan alam, sehingga ketersediaan benih tidak stabil. Ruaya adalah bagian penting dalam siklus hidup ikan untuk kelangsungan proses regenerasi (Lucas et al., 2001). Pada stasiun pengamatan I Sungai Jali jarak 7,5 km dari muara sungai terdapat Dam Siwatu yang merupakan dam setinggi 6 meter. Dam yang dibangun tersebut akan menghentikan ruaya larva sidat glass eel yang seharusnya terus beruaya ke arah hulu. Terhentinya migrasi larva sidat oleh dam yang dekat muara sungai menyebabkan sidat kehilangan sebagian habitatnya (Larinier, 2000). Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh nelayan sidat di daerah Sungai Jali untuk menangkap dengan cara mencegat ruaya glass eel di bawah Dam. Hal ini mengakibatkan glass eel tidak mempunyai kesempatan untuk tumbuh hingga menjadi fase matang gonad untuk melakukan reproduksi, sehingga proses penambahan stok baru (recruitment) terhambat Penangkapan sidat di sungai tanpa diimbangi dengan masuknya larva sidat ke sungai akan mempercepat penurunan populasi sidat di Sungai Jali. Eel ladder atau tangga ikan sidat pada dam merupakan salah satu solusi untuk mengatasi terhentinya migrasi larva sidat karena keberadaan dam. Beberapa penelitian di Eropa memperlihatkan bahwa eel ladder dapat memfasilitasi migrasi sidat melewati dam. Beberapa pertimbangan penting dalam pembuatan eel ladder adalah desain dan lokasi penempatannya pada dam. Desain eel ladder disesuaikan dengan kondisi kemampuan memanjat sidat. Penempatan eel ladder harus didasarkan pada perilaku migrasi sidat di sungai (Larinier, 2000). Upaya lainnya yang dapat dilakukan oleh pemerintah setempat dalam pelestarian ikan sidat dalam artian pemanfaaran secara berkelanjutan antara lain: 1. Pelarangan penangkapan sidat ukuran dewasa matang gonad khususnya di daerah sepanjang Sungai Jali. 2. Pembuatan jalur ruaya ikan sidat (eel ladder) 3. Membuat peraturan pelarangan kawasan penangkapan sidat di bawah dam 4. Pemeliharaan habitat yang digunakan sebagai jalur ruayanya, menjaga agar tidak terjadi penutupan bagian muara Sungai Jali. 5. Restocking atau penebaran kembali ikan sidat ukuran fingerling di hulu dan hilir Sungai Jali 677

KESIMPULAN Kabupaten Purworejo secara geografis berbatasan langsung dengan Samudera Hindia mempunyai potensi sumberdaya ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor). Sebaran tangkapan ikan sidat terdapat pada tiga lokasi adalah Sungai Jali, sidat yang berhasil ditangkap sebanyak 1003 ekor dengan kisaran panjang 4,7 8,6 cm dan kisaran berat 0,2 0,5 g. Muara Sungai Jali merupakan jalur ruaya untuk larva sidat glass eel. Sidat ruaya berenang menuju hulu dan masuk ke cabang-cabang Sungai Jali untuk mencari lingkungan yang sesuai untuk kelangsungan hidup. Sungai Wasiat dan Sungai Pantai Jatimalang merupakan habitat untuk ikan sidat tumbuh hingga dewasa matang gonad. Hasil sampling di Sungai Wasiat, sebanyak 10 ekor dengan panjang 15 42 cm dan kisaran berat 9-75 gr dan Sungai Pantai Jatimalang sebanyak 25 ekor dengan kisaran panjang 10 37 cm dan kisaran berat 3-82 gr. Sidat pada kedua lokasi tersebut merupakan sidat fase Yellow eel. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Sutrisno Anggoro, M.S selaku pembimbing utama dan Dr. Ir. Suradi W.S, M.S selaku pembimbing anggota. Terimakasih kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Purworejo dan terimakasih kepada Bapak Nelayan Rojiun yang telah membantu penelitian lapangan. DAFTAR PUSTAKA Aoyama, J. 2009. Life History and Evolution of Migration in Catadromous Eels (Anguilla sp.). Aqua-Bio Science Monograph (AMSM). 2(1): 1-42. Budiharjo, A. 2010. Migrasi Larva Sidat (Anguilla spp.) di Muara Sungai Progo. Disertasi. Fakultas Biologi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Fahmi, M. R. 2010. Phenotypic Platisity Kunci Sukses Adaptasi Ikan Migrasi: Studi Kasus Ikan Sidat (Anguilla sp.). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai Riset Budidaya Ikan Hias. Depok. Fahmi, M. R. 2015. Short Communication: Conservation genetic of tropical eel in Indonesian waters based on population genetic study. Balai Riset dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Nasional, 1(1): 38-43. 678

Larinier, M. 2000. Dams and fish migration. Environmental Issues, Dams, and Fish Migration. World Comission on Dams. pp. 1-23. Lucas, M. C., and E. Baras. 2001. Migration of Freshwater Fishes. Blackwell Science. Oxford. McKinnon, L. J. 2006. A Review of Eel Biology: Knowledge and Gaps. EPA Victoria and Audentes Investments Pty, Ltd. Australia. Ndobe, S. 2010. Struktur Ukuran Glass eel Ikan Sidat (Anguilla marmorata) di Muara Sungai Palu, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Media Litbang Sulteng III (2): 144-150. ISSN: 1979-5971. Sugeha, H. Y., S. R. Suharti., S. Wouthuyzen., K. Sumadhiharga. 2008. Biodiversity, Distribution and Abudance of the Tropical Anguillid Eels in The Indonesian Waters. LIPI-Oseanografi. Jakarta. Jurnal. Marine Research in Indonesia. ISSN 0079-0435. 33(2): 129-137. Tesch, F. W. 2003. The Eel Third edition. Blackwell Publishing Company. London 679