HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KINERJA PERAWAT DENGAN SISTEM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD SETJONEGORO WONOSOBO

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RS NUR HIDAYAH BANTUL

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyampaikan pendapat bagi warga negaranya, termasuk dalam masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD AMBARAWA

A Study of the Completeness of Nursing Care Documentation in Inpatient Room Class I Utama and Class III at RSUD Bendan Kota Pekalongan

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

ANALISIS PENERAPAN STANDAR DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD GAMBIRAN

dalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas

Oleh : Rahayu Setyowati

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. menganggap dokumentasi sebagai bagian yang penting dari praktek. mencerminkan perubahan pada praktek keperawatan.

HUBUNGAN PRE CONFERENCE DENGAN PELAKSANAAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD dr. R. GOETHENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

DAFTAR PUSTAKA. Bittel, L.R. (1987). Supervisory training development. California : Addison Wesley.

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

SKRIPSI HUBUNGAN FUNGSI PENGARAHAN KEPALA RUANGAN DENGAN PELAKSANAAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti

OLEH : Senorita Helendina 1 Linda Sitanggang 2. Rustika 3 ARTIKEL ILMIAH PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIK SINT CAROLUS, JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam memberikan pelayanan kepada klien. Pelayanan keperawatan

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR SKEMA... x

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI NON-VERBAL PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MODEL ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM DENGAN IMPLEMENTASINYA DI RUANG BEDAH FLAMBOYAN RSUD DR SOETOMO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

DOKUMENTASI KEPERAWATAN Oleh Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN. Yulianto

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

Indrawati Bahar (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PERAWAT DI RUANG MPKP DAN BUKAN MPKP DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, identifikasi konseptual pernyataan riset dan variabel riset dan

PENGARUH KINERJA PERAWAT DAN PENGORGANISASIAN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP MENGGUNAKAN METODE TIM DI RSI FAISAL MAKASSAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN MELAKSANAKAN PENDOKUMENTASIAN ASKEP DI RUANG RAWAT INAP RS JIH YOGYAKARTA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

SUPERVISI KEPERAWATAN ENI WIDIASTUTI

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUKATOR DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal ini membuat perawat berada pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PERSIAPAN PASIEN PULANG TERHADAP KEPUASAN PASIEN TENTANG PELAYANAN KEPERAWATAN DI RS ROMANI SEMARANG

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

PENERAPAN STANDAR PROSES KEPERAWATAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP CILACAP. Rachmat Susanto 1 1. Akademi Keperawatan Seruling Mas, Maos-Cilacap

HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PENGKAJIAN DATA DASAR KEPERAWATAN DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2014

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Ali, Zaidin. (2010). Dasar-dasar dokumentasi keperawatan. Jakarta : EGC.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL DISTRES SPIRITUAL DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

METODE PENUGASAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN By setiadi

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

KUESIONER PENELITIAN. Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN

OLEH : Arlis Ernawati NIM : ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BEBAN KERJA PERAWAT PELAKSANA BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN. Iin Inayah dan Wahyuni

GAMBARAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RS TENTARA 2013

HUBUNGAN PENGAWASAN KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PEMBIMBING KLINIK DALAM PENERAPAN NILAI-NILAI PROFESIONALISME MAHASISWA TAHUN 2013

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUPERVISI KEPALA RUANGAN BERDASARKAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. Mathis (2001) faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: kemampuan, motivasi,

tindakan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2009).

HUBUNGAN PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi, setiap perusahaaan akan berusaha untuk

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA Emanuel Agung Wirawan*, Dwi Novitasari**, Fiki Wijayanti*** 1. Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo, Ungaran, Indonesia 2. PSIK STIKES Ngudi Waluyo, Ungaran, Indonesia 3. PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, Ungaran, Indonesia Email: agungwirawanemanuel@yahoo.com ABSTRAK Pengawasan merupakan kegiatan yang penting dalam rangka mencapai hasil yang optimal. Pengawasan diperlukan sebagai sarana pembelajaran bagi orang yang diawasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara supervisi kepala ruang dengan di RSUD Ambarawa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelatif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini sejumlah 81 responden perawat. Sampel perawat dengan menggunakan total populasi terhadap 81 responden. Analisis data dengan uji chi square. Hasil penelitian didapatkan supervisi kepala ruang paling banyak adalah kurang baik yaitu 37 responden (45,7%). Pendokumentasian asuhan keperawatan diketahui paling banyak adalah baik sebanyak 56 responden (69,1%). Terdapat hubungan antara supervisi kepala ruang dengan di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa (p value 0,000). Saran bagi rumah sakit perlunya supervisi secara periodik terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan karena dokumentasi merupakan aspek legal yang penting untuk mengetahui tindakan terhadap pasien dan perkembangan pada pasien yang dirawat. Kata kunci: Supervisi, Hubungan Antara Supervisi Kepala Ruang Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Emanuel Agung Wirawan, Dwi Novitasari, Fiki Wijayanti 1

PENDAHULUAN Setiap pelaksanaan proses keperawatan, perawat akan selalu melakukan pencatatan atau sering disebut pendokumentasian, mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dokumentasi merupakan aspek penting dari praktik keperawatan karena berisi catatan-catatan yang berguna untuk komunikasi, tagihan finansial, edukasi, pengkajian, riset, audit dan dokemenatasi legal, Dokumentasi didifinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang, dokumentasi yang baik mencerminkan tidak hanya kualitas perawatan tetapi juga membuktikan pertanggunggugatan setiap anggota tim perawat dalam memberikan perawatan (Potter & Perry, 2005). Dokumentasi yang akurat adalah salah satu pertahanan diri yang terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan. Catatan dokumentasi berfungsi sebagai bukti tertulis terhadap segala sesuatu yang terjadi dan dilakukan kepada klien. Asuhan keperawatan dapat saja berjalan dengan sangat baik, namun asuhan keperawatan yang tidak didokumetasikan berarti asuhan yang tidak dilakukan dalam peradilan hukum (Perry & Potter, 2005). Penelitian yang berhubungan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan oleh Pribadi (2009) yang didapatkan hasil bahwa pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD Kelet Jepara dalam kategori baik 58,1% dan kategori tidak baik 41,9%. Perawat dalam melaksanakan tugas sehari-hari dipimpin oleh seorang kepala ruang. Kaitannya dengan pendokumentasian asuhan keperawatan tersebut, kepala ruangan memiliki tugas untuk memberikan pendampingan/supervisi terhadap anggota ruangannya karena sebagian besar hasil dari audit dokumentasi masih kurang dari nilai 75 (Keliat, 2012). Pendampingan/supervisi dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan dapat dilakukan supaya seluruh anggota ruangan memiliki kesempatan yang sama memperoleh pendampingan. Menurut Keliat (2012) supervisi adalah proses pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan untuk memastikan apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai tujuan organisasi dan standar yang telah ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan yang cakap dalam bidang yang disupervisi. Supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. Menurut Keliat (2012) manajer keperawatan atau kepala ruang memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang efektif serta aman kepada sejumlah pasien dan memberikan kesejahteraan fisik, emosional dan kedudukan bagi perawat. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan metode kuantitatif, dengan menggunakan rancangan cross-sectional. Populasi adalah seluruh perawat pelaksana dan ketua tim ruang rawat inap di RSUD Ambarawa sejumlah 81 perawat. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2013 di RSUD Ambarawa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar observasi tentang pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan. Analisi data yang digunakan adalah analisis chi square. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian didapatkan gambaran supervisi kepala ruangan paling banyak adalah kurang baik yaitu sebanyak 37 responden (45,7%). Gambaran oleh perawat pelaksana paling banyak adalah baik sebanyak 56 responden (69,1%). Terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi kepala ruang dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa (p value 0,000). 2 Jurnal Managemen Keperawatan. Volume 1, No. 1, Mei 2013; 1-6

PEMBAHASAN 1. Gambaran supervisi kepala ruangan di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Supervisi kepala ruang kurang baik didapatkan karena berdasarkan isian kuesioner oleh perawat, kepala ruang belum secara maksimal menjadi role model bagi perawat, penjelasan tindak lanjut dan pemberian umpan balik positif belum dilakukan secara optimal oleh kepala ruang. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar supervisi dalam kategori tidak baik, sehingga kepala ruang memerlukan bantuan dalam mengambil keputusan melalui pengamalan dalam tugas. Manajer kemudian menemukan metoda yang lebih baik guna melaksanakan pendelegasian tugas dalam kelompok kerja, yang tentu memerlukan dukungan dari anggota kelompok. Tingkat pendidikan kepala ruang di RSUD Ambarawa yang bervariasi antara D3 Keperawatan dan S1 Keperawatan dimungkinkan menjadi kategori supervisi menjadi tidak baik. Selain faktor pendidikan, peralatan keperawatan dan lingkungan keperawatan sangat mempengaruhi keberhasilan asuhan keperawatan yang dapat menunjang kinerja perawat (Hidayati, 2009). Tujuan utama supervisi adalah orientasi, latihan dan bimbingan individu, berdasarkan kebutuhan individu dan mengarah pada pemanfaatan kemampuan dan pengembangan keterampilan yang baru. Perawat pelaksana setelah kegiatan supervisi akan mampu menyesuaikan tugasnya dengan melakukan tindakan asuhan yang diajarkan (Suyanto, 2009). Pelaksana supervisi, membuat suatu keputusan tentang suatu pekerjaan yang akan dilaksanakan. Pembagi tugas pelaksanaan supervisi kemudian mengatur siapa yang akan melaksanakan supervisi. Pelaksana supervisi perlu memberikan penjelasan dalam bentuk arahan kepada para pelaksana (Suarli, 2009). 2. Gambaran pendokumentasian asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Hasil penelitian menunjukkan pendokumentasi belum dapat mencapai angka yang optimal, karena belum adanya upaya evaluasi kinerja dalam pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat, sehingga faktor tingkat pendidikan dan masa kerja juga tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kelengkapan dokumetasi asuhan. Faktor pendidikan belum tentu menjadi faktor penentu kelengkapan dalam dokumentasi asuhan keperawatan. Pengalaman dalam bekerja serta faktor sosial yang telah menjadi kebiasaan akan menjadikan hasil dari suatu kinerja menjadi kurang maksimal. Melainkan terdapat berbagai faktor antara lain kebiasaan/budaya, banyaknya pekerjaan perawat dan evaluasi dari atasan lebih menentukan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Sugiharti (2012) bahwa kelengkapan hasil dokumentasi asuhan keperawatan di rumah sakit belum dapat mencapai 80%. Hasil penelitian pada pendokumentasian yang belum mencapai 80%, hal ini disebabkan karena kelengkapan dokumentasi bukan hanya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan perawat, tetapi beban kerja perawat dan ketersediaan waktu juga dapat mempengaruhi kelengkapan dokumentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Fiscbach (2011), bahwa banyak faktor yang merupakan hambatan dalam melaksanakan dokumentasi keperawatan, meskipun pada dasarnya proses keperawatan telah diterapkan. Beberapa hambatan yang berhubungan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan menurut Depkes RI (2008) yaitu kurangnya pemahaman dasardasar dokumentasi keperawatan. hal ini bisa terjadi karena latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, sehingga tidak adanya keseragaman pelaksanaan dokumentasi keperawatan. Kurangnya kesadaran akan pentingnya dokumentasi keperawatan. Penulisan dokumentasi keperawatan tidak mengacu pada standar yang sudah ditetapkan, sehingga terkadang Hubungan Antara Supervisi Kepala Ruang Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Emanuel Agung Wirawan, Dwi Novitasari, Fiki Wijayanti 3

tidak lengkap dan akurat. Dokumentasi keperawatan dianggap beban. Banyaknya lembar format yang harus diisi untuk mencatat data dan intervensi keperawatan pada pasien membuat perawat terbebani. Keterbatasan tenaga. Kurangnya tenaga perawat yang ada dalam suatu tatanan pelayanan kesehatan memungkinkan perawat bekerja hanya berorientasi pada tindakan saja. Tidak cukup waktu untuk menuliskan setiap tindakan yang telah diberikan pada lembar format dokumentasi keperawatan. Ketiadaan pengadaan lembar format dokumentasi keperawatan oleh institusi. Tidak semua tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien dapat didokumentasikan dengan baik. Karena lembar format yang ada tidak menyediakan tempat (kolom untuk menuliskannya). 3. Analisis hubungan antara supervisi kepala ruang dengan di RSUD Ambarawa. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menuju kearah pelayanan keperawatan yang profesional melalui peningkatan ilmu pengetahuan, ketrampilan, hubungan interpersonal yang dikemas dalam berbagai bentuk pelatihan, seminar, lokakarya dan workshop. Penerapan pendekatan manajemen yang ditujukan untuk memantau adalah kegiatan supervisi yang dapat dilakukan oleh kepala ruang. Adanya supervisi diharapkan akan berpengaruh pada pendokumentasian yang benar pada proses keperawatan, maka bukti secara profesional dan legal dapat dipertanggung jawabkan, oleh karena itu pelaksanaan pendokumentasian merupakan aspek yang harus diperhatikan sehingga apa yang telah dilaksanakan telah tercatat dengan baik dan benar (Setyowaty & Kemala Rita, 2008). Supervisi terhadap merupakan kegiatan yang perlu dilakukan terhadap perawat pelaksana. Perawat perlu dijaga, dibina, dan ditingkatkan sikap positifnya terhadap pekerjaannya. Sikapsikap positif perawat terhadap pekerjaannya akan tercapai apabila diberikan motivasi, bimbingan dan penghargaan terhadap hasil kerjanya yang akan menciptakan kepuasan kerja perawat. Kepuasan kerja perawat pada praktik keperawatan tercapai apabila perawat merasa telah memberikan kontribusi, dianggap penting, mendapat dukungan dari sumber-sumber yang ada, dan out-come keperawatan banyak tercapai (Huber, 2006). Supervisi merupakan bagian yang penting dalam manajemen keperawatan. Pengelolaan asuhan keperawatan membutuhkan kemampuan manajer keperawatan dalam melakukan supervisi. Kepala ruangan merupakan manajer garda depan dan penanggung jawab ruangan harus mampu menjadi supervisor yang baik terhadap perawat pelaksana, sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perawat pelaksana. Hal ini didukung oleh penelitian Izzah (2002) tentang hubungan teknik dan frekuensi kegiatan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap rumah sakit umum daerah Batang Jawa Tengah juga mendapatkan bahwa proporsi perawat pelaksana yang mendapatkan supervisi satu kali dalam satu harinya akan memiliki peluang kinerja lebih baik dibandingkan perawat pelaksana yang mendapatkan supervisi dua kali atau lebih dalam satu hari. Banyak beberapa hal yang mempengaruhi perawat dalam penatalaksaan ketrampilan yang berkaitan prosedur tetap yang tidak semata hanya karena adanya faktor pengetahuan. Didukung dengan penjelasan Soekanto (2003), menyatakan bahwa tidak semua pengetahuan merupakan suatu ilmu, hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematis saja yang merupakan ilmu pengetahuan. Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. 4 Jurnal Managemen Keperawatan. Volume 1, No. 1, Mei 2013; 1-6

Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali (Suarli. 2009). Perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan dipengaruhi oleh faktor internal dari perawat itu sendiri. Faktor internal tersebut dapat diakibatkan dengan sikap perawat, kebiasaan atau perilaku yang ada selama bekerja, adapun faktor eksternal yang ada dapat diakibatkan oleh jumlah peralatan/sarana, perbandingan tenaga perawat pelaksana dan pasien, sehingga dalam pelaksanaan diperlukan pengawasan dan bimbingan dalam bentuk supervisi. Supervisi yang kurang baik tetapi yang baik didapatkan pada 16 responden (28,6%), dan supervisi yang baik menghasilkan pendokumentasian asuhan keperawatan kurang baik sebanyak 2 responden (8,0%). Menurut penjelasan Suarli (2009) bahwa perbedaan antara pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang oleh pekerja dengan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang telah dimiliki inilah yang merupakan arti kebutuhan. Pendokumentasian asuhan keperawatan dipengaruhi oleh pengalaman seseorang tersebut. Proses supervisiyang kurang baik, dalam hal ini tidak akan mempengaruhi pendokumentasian, adanya pengalaman nyata dan rutin dilakukan dapat membentuk perawat mampu melaksanakan kegiatan pendokumentasian secara baik. KESIMPULAN Supervisi kepala ruangan diperlukan terhadap pelaksanaan untuk menjamin bahwa pendokumentasian asuhan keperawtan berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip utaa pendokumentasian. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Standar pelayanan minimal rumah sakit. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik, Depkes RI. Fiscbach, T. F., (2011), Documentating care: the communication, the nursing process and documentation standards. F.A, Davis Comp. Philadelphia. Hidayati, S. (2009), Pengaruh gaya kepemimpinan kepala ruangan terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Diunduh dari http://www.unair.ac.id, tanggal 23 Februari 2013. Huber., D.L. (2006). Leadership & nursing care management. Third Edition. USA: Saunders, Elsevier Inc. Izzah, N., (2002), Hubungan teknik dan frekuensi kegiatan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap rumah sakit umum daerah Batang Jawa Tengah. Diunduh dari http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libr i2/detail.jsp?id=71407&lokasi=lokal tanggal 23 Februari 2013. Keliat, BA., Akemat, (2012), Model praktik keperawatan profesional jiwa, EGC, Jakarta. Potter P.A., & Perry, A.G., (2005), Buku saku: ketrampilan & prosedur dasar. Edisi 5. Jakarta: EGC Pribadi, A., (2009), Analisis faktor pengetahuan, motivasi dan pengetahuan persepsi perawat tentang supervisi kepala ruang terhadap pelaksanaan dokumentasi Hubungan Antara Supervisi Kepala Ruang Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Emanuel Agung Wirawan, Dwi Novitasari, Fiki Wijayanti 5

asuhan keperawat di ruang rawat inap RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah di Jepara, Tesis Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentras Administrasi Rumah Sakit. Setyowati Dan Kemala Rita, (2008). Suatu alternatif pemecahan masalah dalam pendokumentasian keperawatan telaahan penelitian optimalisasi pendokumentasian keperawatan di Rumah Sakit. JKI. II. 5. Jakarta: FIKUI. Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, (2003), Suatu Tinjauan Singkat Kepatuhan, Rajawali Press, Jakarta, Suarli, S., & Bachtiar, (2009), Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktik. Jakarta: Erlangga Suyanto, (2008), Mengenal kepemimpinan dan manajemen keperawatan di rumah sakit. Jokjakarta:Mitra Cendikia Press Sugiharti, (2012), Persepsi perawat terhadap sistem penilaian kinerja dan hubungannya dengan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di rumah sakit krakatau medika cilegon. Tesis Master Tidak Diterbitkan. Universitas Indonesia, Jakarta : Indonesia 6 Jurnal Managemen Keperawatan. Volume 1, No. 1, Mei 2013; 1-6