Karakteristik Empat Cendawan Patogen pada Durian: Phytophthora palmivora, Phytopythium vexans, Pythium cucurbitacearum, dan Pythium sp.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

V. PEMBAHASAN Penyakit gugur buah kelapa dan busuk buah kakao merupakan penyakit penting secara ekonomi dan dipandang sebagai ancaman utama pada

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

MODUL-12 MENGENAL GEJALA PENYAKIT DAN TANDA PADA TANAMAN. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP A. KOMPTENSI DASAR B.

Phytophthora palmivora MENGANCAM KEBUN DURIAN

Kalender Budidaya Durian

PERBAIKAN MUTU BUAH SIRSAK MELALUI PENYERBUKAN

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp.

Varietas Unggul Manggis Bebas Getah Kuning Ratu Tembilahan

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) salah satu komoditas sayuran penting di Asia Tenggara karena seringkali

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

KARAKTERISTIK Phytophthora capsici ISOLAT PROVINSI SULAWESI TENGGARA

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

INDONESIA BERPOTENSI PRODUKSI DURIAN SEPANJANG TAHUN

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan gandum (Samadi, 1997). Mengacu pada program pemerintah akan

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Duku (Lansium domesticum Corr.) sebagai buah unggulan Provinsi Jambi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU

I. PENDAHULUAN. tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

II. TINJAUAN PUSTAKA

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Benih lada (Piper nigrum L)

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora) DI JAWA TIMUR Oleh: Tri Rejeki, SP. dan Yudi Yuliyanto, SP.

I. PENDAHULUAN. Cabai adalah tanaman perdu dari famili terong-terongan ( Solanaceae) yang

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Varietas Unggul Baru Mangga Merah DARI KP. cukurgondang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah

I. PENDAHULUAN. unggulan, baik untuk tujuan ekspor mau pun kebutuhan dalam negeri. Ditinjau

SI KARAT TEBU DI MUSIM HUJAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

8 penghasil gaharu yang terkena infeksi penyakit hingga ke bagian tengah batang (Siran dan Turjaman 2010). Namun sering indikator ini tidak tepat dala

PENGARUH AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLUORESEN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU (Fusarium sp.) DAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI PENANGGULANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA ANGGREK PHALAENOPSIS BERBASIS WEB

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

DAFTAR GAMBAR. optimal, dan yang tidak dipupuk

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

III. BAHAN DAN METODE

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

PERTUMBUHAN DAN INSIDENSI HAMA PENYAKIT BEBERAPA VARIETAS JERUK DARI BIBIT BEBAS CVPD

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman yang. termasuk dalam family Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan),

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun yang diserang rusak dan kering sehingga aktivitas fotosintesa terganggu.

FENOMENA PENYAKIT BUDOK PADA TANAMAN NILAM

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

MENGENAL PENYAKIT AKAR COKLAT (Phellinus noxius) PADA TANAMAN KOPI. Oleh: Umiati,SP dan Dwi Purbo Lestari, SP.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU

BAB I PENDAHULUAN. industri masakan dan industri obat-obatan atau jamu. Pada tahun 2004, produktivitas

Transkripsi:

iptek hortikultura Karakteristik Empat Cendawan Patogen pada Durian: Phytophthora palmivora, Phytopythium vexans, Pythium cucurbitacearum, dan Pythium sp. D37 Budidaya durian di Indonesia sedang berkembang dari budidaya subsisten kearah yang lebih intensif oleh para pekebun rakyat, perusahaan swasta, maupun badan usaha milik pemerintah (Santoso & Hermanto 2012). Pergeseran cara budidaya ini memberikan harapan pada meningkatnya kualitas dan produktivitas buah durian di masa depan. Namun demikian, cara budidaya intensif ditengarai dapat meningkatkan serangan penyakit, terutama penyakit layu pohon (tree decline) yang menyebabkan kematian tanaman (Drenth & Quest 2004). Penyakit ini disebabkan oleh cendawan dari famili Pythiaceae, di antaranya Phytophthora palmivora, Phytopythium vexans, Pythium cucurbitacearum, dan Pythium sp. D37. Phytophthora palmivora merupakan cendawan yang paling banyak dilaporkan sebagai penyebab penyakit mati pohon durian. Negara-negara penghasil durian di kawasan Asia Tenggara dan Australia sangat tinggi perhatiannya terhadap patogen ini (Drenth & Quest 2004). Phytopythium vexans merupakan nama baru dari yang sebelumnya Pythium vexans. Spesies ini memiliki morfologi pertengahan antara genus Phytophthora dan Pythium, yaitu adanya papilla, proliferasi sporangium secara internal, dan anteridia yang silindris. Cendawan ini dilaporkan telah ditemukan bersama dengan P. palmivora di kebun-kebun durian di Queensland dan menunjukkan daya tahan yang lebih tinggi di kondisi basah maupun kering (Vawdrey et al. 2015). Pythium cucurbitacearum merupakan spesies yang baru dilaporkan sebagai patogen durian di Indonesia yang menyebabkan pohon layu dan mengering. Sebaran kedua cendawan P. vexans dan P. cucurbitacearum di Indonesia diketahui lebih luas dibandingkan dengan P. palmivora, sedangkan Pythium sp. D37 merupakan cendawan yang belum banyak dipelajari dan masih masuk kategori belum terklasifikasi (Santoso et al. 2015). Dalam studi sebelumnya, diketahui cendawan ini memiliki agresifitas terhadap daun durian yang paling tinggi dibandingkan ketiga cendawan Pythiaceae (Santoso et al. 2014). Banyaknya jenis cendawan patogen dari satu famili yang berpotensi menyerang tanaman durian dapat menimbulkan kesalahan identifikasi secara morfologi. Hal ini biasa terjadi pada identifikasi tingkat spesies, karena beberapa 59

No. 12 - September 2016 A B C Gambar 1. Motif koloni dari empat cendawan patogenik pada durian. (a) petallate, (b) stellate, dan (c) stoloniferous Tabel 1. Karakteristik sporangium empat cendawan Pythiaceae yang berasosiasi dengan durian Cendawan Bentuk sporangium Papila Ukuran sporangium (µm) Panjang Lebar P. cucurbitacearum globose, ovoid, ellipsoid, lemonform, irreguler tidak dan ya 7 28 5 22 P. vexans globose, ovoid, ellipsoid, lemonform, irreguler P. palmivora ovoid, ellipsoid, obpyriform, lemonform, globose tidak 7 28 5 22 dan ya ya 28 51 19 39 Pythium sp. D37 globose tidak 15 25 15 25 spesies yang berkerabat dekat memiliki karakter yang mirip sehingga mengakibatkan salah interpretasi (Spies et al. 2011). Di sisi lain, ketepatan identifikasi merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan strategi pengendalian secara efektif dan akurat. Oleh karena itu perlu diketahui karakter-karakter kunci untuk membedakan keempat spesies ini agar dapat diidentifikasi secara tepat. Motif Koloni Motif yang terbentuk dari pertumbuhan koloni isolat bervariasi antara satu spesies dengan spesies lainnya. Ada tiga motif dasar koloni yang ditemukan pada keempat spesies patogen ini, yaitu petallate, stellate, dan stoloniferous (Gambar 1). Isolat dari spesies P. cucurbiteacearum dan P. vexan umumnya bermotif petallate atau stellate. P. palmivora umumnya bermotif stellate, sedangkan Pythium sp. D37 bermotif stoloniferous. Dua motif petallate dan stellate biasanya bervariasi dalam besar atau kecilnya ukuran motif. Namun demikian, belum ditemukan adanya perbedaan yang mencolok sebagai penciri spesies. Secara umum, P. palmivora bermotif stellate, namun motif ini juga ditunjukkan oleh dua spesies lain, yaitu P. cucurbitacearum dan P. vexans. Kedua spesies ini juga menunjukkan motif petallate dan stellate sehingga sulit apabila menentukan ketiga spesies ini berdasarkan motif koloni. Kecuali hanya Pythium D 37 satu-satunya yang memiliki motif stoloniferous dan berbeda dari yang lain sehingga motif ini dapat dijadikan karakter khusus sebagai pembeda spesies ini dengan ketiga spesies lainnya. Bentuk dan Ukuran Sporangium Di antara tiga spesies cendawan P. palmivora, P. vexans, dan P cucurbitacearum, dapat ditemukan enam tipe sporangium, yaitu globose, ovoid, ellipsoid, oblong, lemonform, dan obpyriform, sedangkan pada Pythium sp. D 37 hanya bentuk globose. Secara umum, di antara keempat spesies cendawan terdapat variasi bentuk dan ukuran sporangium, kecuali P. vexans dan P. cucurbitacearum yang memiliki sporangium sama. Karakteristik tipe sporangium keempat spesies cendawan ditampilkan pada Tabel 1. Pythium cucurbitacearum dan P. vexans secara umum memiliki kesamaan dalam bentuk dan ukuran sporangium. Bentuk sporangium paling umum dari kedua spesies ini ialah globose 60

iptek hortikultura Gambar 2. Bentuk sporangium P. cucurbitacearum yang berasosiasi dengan durian a b c Gambar 3. Bentuk sporangium P. vexans yang berasosiasi dengan durian sampai ovoid. Bentuk lain juga dapat ditemukan dalam jumlah sedikit antara lain ellipsoid, lemonform, dan irregular. Sporangium tersebut umumnya tidak memiliki papilla dan sebagian kecil ada yang memiliki papilla. Secara umum sporangium kedua spesies berukuran dari yang terkecil panjang 7 um x lebar 5 um, dan yang terbesar panjang 28 um x lebar 22 um (Gambar 2 dan 3). Phythophthora palmivora sporangiumnya berbentuk ovoid dan obpyriform, bentuk lain seperti globose dan irregular juga dapat ditemukan. Secara umum, sporangiumnya tampak lebih menonjol karena ukurannya yang relatif besar dengan panjang berkisar 28 51um dan lebar 19 39 um dan yang juga menjadi ciri spesifiknya ialah semua sporangium memiliki papilla yang tampak jelas (Gambar 4a). Pythium sp. D37 semua sporangiumnya bentuk globose tanpa papilla. Cendawan ini sporangiumnya berdiameter 15 25 um, yang berarti rerata lebih besar dari P. cucurbitacearum dan P. vexans tetapi lebih kecil daripada P. palmivora (Gambar 4b). Dengan demikian, bentuk dan ukuran sporangium dapat menjadi karakter kunci membedakan antara keempat cendawan, kecuali antara P. cucurbitacearum dengan P. vexans. Gejala Fisik Tanaman Tanaman yang terserang keempat cendawan ini sekilas menunjukkan gejala yang sama. Secara umum menunjukkan perubahan yang mencolok pada kanopi tanaman, yaitu daun menjadi pucat, kemudian menguning, dan rontok atau mengering dahulu kemudian tanaman mati. Serangan penyakit ini ada yang cepat sehingga dalam waktu 3 bulan seluruh bagian tanaman menjadi kering. Pada serangan yang lambat daun kelihatan kusam, sebagian daun rontok. Batang tanaman kulitnya rusak dan mengelupas, bila tumbuh tunas baru tidak dapat berkembang dengan baik. Tanaman tidak mampu lagi menghasilkan buah. Kadang tanaman masih dapat berbunga sedikit, tetapi kemudian rontok. Disamping gejala umum ini, masing-masing cendawan juga menimbulkan ciri fisik yang berbeda. 61

No. 12 - September 2016 a b Gambar 4. Bentuk sporangium (a) P. palmivora dan (b) Pythium sp. D37 yang berasosiasi dengan durian a b c Gambar 5. Gejala fisik pada tanaman durian yang terserang P. palmivora. (a) pada ketiak cabang primer, (b) pada kulit batang, dan (c) pada daun a b Gambar 6. Gejala fisik pada tanaman durian yang terserang P. vexans. (a) gejala pada batang dan (b) serangan yang berat menyebabkan tanaman meranggas dan mati Tanaman yang terserang P. palmivora terdapat kanker pada batang dan ketiak cabang utama. Kanker ini mengeluarkan cairan berwarna cokelat kemerahan. Bila menyerang daun menimbulkan gejala bercak bermotif bunga mawar (Gambar 5). Phytopythium vexans menimbulkan gejala kanker kering, pada batang yang terserang tampak tumbuh lebih menonjol dari batang normal, berwarna kelabukuning. Tanaman yang terserang daunnya pucat- 62

iptek hortikultura a b Gambar 7. Gejala fisik pada tanaman durian yang terserang P. cucurbitacearum. (a) gejala awal serangan dan (b) tanaman mati mengering menguning dan rontok, kemudian tanaman mati (Gambar 6). Pythium cucurbitacearum dan Pythium sp. D37 umumnya tanpa mengeluarkan gejala khusus yang mencolok, kecuali batang mengering agak kehitaman dan muncul warna kelabu-kuning mirip P vexans. Gejala awal P. cucurbitacearum dimulai dengan timbulnya spot warna kelabu hitam pada batang. Serangan yang parah ditandai daun yang rontok (Gambar 7). Pada kulit batang yang masih segar gejala ini akan tampak pada pagi hari sekitar jam 8 9 sebagai spot basah. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Dari identifikasi ketiga karakteristik, yaitu: motif koloni, bentuk, dan ukuran sporangium, serta gejala fisik pada tanaman, menunjukkan bahwa keempat spesies cendawan patogen pada durian memiliki karakter yang mirip satu sama lain sehingga sekilas tampaknya hanya disebabkan oleh satu cendawan saja, dan selama ini yang dituduh bertanggungjawab ialah P. palmivora. Namun demikian, masingmasing spesies menunjukkan adanya karakter khusus yang dapat digunakan sebagai pembeda, walaupun tidak mutlak hanya dengan satu karakter dapat dibedakan secara pasti. Phytophthora palmivora menunjukkan ciri khusus pada sporangium yang berukuran besar dan semuanya memiliki papilla, serta gejala fisik keluarnya cairan berwarna kemerahan pada lokasi serangan. Pythium sp. D37 menunjukkan ciri khusus pada motif koloni stoloniferous dan bentuk sporangium globose. Phytopythium vexans dan P. cucurbitacearum memiliki karakter yang paling mirip satu sama lain dan paling sulit dibedakan. Observasi lebih detail, misalnya pengamatan mikroskopik dengan pembesaran yang lebih tinggi mungkin dapat membedakan kedua spesies, juga penggunaan marka molekuler dengan sekuensing gen barkoding ITS-nrDNA. Sebagai spesies cendawan patogen yang baru diketahui identitasnya, keempat patogen ini masih memungkinkan adanya ciri spesifik lain yang dapat digunakan untuk membedakan satu sama lain yang lebih mudah dan akurat. Oleh karena itu, surveisurvei lanjutan perlu dilakukan untuk verifikasi kebenaran dan mendapatkan karakterisitik yang lebih lengkap. Informasi ini dapat digunakan dalam mendukung upaya pengembangan metode pengendalian penyakit mati pohon durian, seiring meningkatnya budidaya komoditas durian secara intensif di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA 1. Cock AWAM de, Lodhi AM, Rintoul, TL, Bala K, Robideau, GP, Abad, ZG, Coffey, MD, Shahzad, S & Lévesque, CA 2015, Phytopythium: Molecular phylogeny and systematic, Persoonia, no. 20, pp. 25-39. 2. Drenth, A & Guest, DI 2004, Diversity and management of Phytophthora in Southeast Asia, BPA Print Group Pty Ltd. Australia, ACIAR Monograph, no. 114, pp. 10-28. 3. Santoso, PJ & Hermanto, C 2012, Keragaan budidaya dan sebaran musim panen durian di Indonesia, Makalah Seminar Nasional PER- HORTI 2012, UPN Veteran Surabaya, 13-14 Nopember 2012. 63

No. 12 - September 2016 4. Santoso, PJ, Pancoro, A, Suhandono, S & Aryantha, INP, 2014, Virulensi isolat Pythiaceae dan ketahanan varietas durian terhadap Pythium sp. berdasarkan Detached Leaf Bioassay, Makalah Seminar PERHORTI 2014, UB Malang 5 7 Nopember 2014. 5. Santoso, PJ, Pancoro, A, Suhandono, S & Aryantha, INP, 2015, Pythiaceae associated with durian in Indonesia:its molecular,morphology and distribution, Asian Journal of Plant Pathology, accepted. 6. Spies, CFJ, Mazolla, M & McLeod, A 2011a, Characterization and detection of Pythium and Phytophthora species associated with grapevines in South Africa, Eur. J. Plant Pathol., no. 131, pp. 103-19; 7. Vawdrey, LL, Langdon, P & Martin, T 2005, Incidence and pathogenicity of Phytophthora palmivora and Pythium vexans associated with durian decline in far northern Queensland, Australasian Plant Pathology, no. 34, pp. 127-8 DOI:10.1071/AP04093. Panca Jarot Santoso Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Jln. Raya Solok-Aripan Km. 8 PO Box 5, Solok, Sumatera Barat 27301 E-mail: 70pjsantos@gmail.com 64