The Effect Of Operating Leverage Analysis On Break Even Point At Division Tempa And Cor Pt.Pindad (Persero) Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya dunia usaha dewasa ini, sejalan dengan kebijakan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

ANALISIS MODAL KERJA DAN EFISIENSI BIAYA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP RENTABILITAS PADA PT. POS INDONESIA (PERSERO) BANDUNG.

PENGARUH PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP JUMLAH PRODUK CACAT PADA PERUSAHAAN SURYA JAYA TASIKMALAYA. Agnes Sekarini

PENGARUH ARUS KAS OPERASI TERHADAP RETAINED EARNING PADA P.T. FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE TBK DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH TOTAL ASSET TURNOVER (TAT) DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA DAN PERPUTARAN AKTIVA TETAP TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT MAYORA INDAH TBK

ANALISIS PENGARUH PERPUTARAN TOTAL ASET TERHADAP RETURN ON INVESTMENT PADA PT GOODYEAR INDONESIA, Tbk

PENGARUH MODAL KERJA DALAM MENINGKATKAN RENTABILITAS EKONOMI PADA KOPERASI KARYAWAN RUWA JURAI PTP NUSANTARA VII UNIT USAHA SENABING

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP PENJUALAN DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN PADA PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS MARGIN OF SAFETY DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERENCANAAN LABA PADA TOKO PROFIL DAN PLAFON GIPSUM PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian dari perusahaan pasti memiliki suatu tujuan yang jelas. Ada

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek Pada penulisan skripsi ini, adalah Analisis Modal

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penulisan dalam rangka menulis sebuah laporan. Penelitian ini dilakukan untuk

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Albinatus Riki Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PD. BPR GARUT

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

ABSTRAK Pengaruh Likuiditas dan Perputaran Aset Terhadap Return On Assets PT. Unilever, Tbk. Disusun oleh: Desti Fitriani

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS PERUSAHAAN PADA INDUSTRI SEMEN YANG TERDAFTAR DIBURSA EFEK INDONESIA

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang menjadi fokus penulis dalam penelitian ini adalah

PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya)

PENGARUH PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA LANGSUNG TERHADAP HARGA POKOK PRODUK (Study Kasus Pada Perusahaan Galunggung Raya Blok) Oleh :

PENGARUH BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA. (Studi Kasus pada KJPP Rija Husaeni Cabang Tasikmalaya) YOGI GINANJAR NPM.

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

PENGARUH BIAYA DANA BANK DAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP RENTABILITAS (Studi Kasus pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Tasikmalaya)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK Rahmawati Arjun.

PENDAHULUAN Asuransi merupakan salah satu alternatif untuk mengalihkan dan mengendalikan risiko finansial dari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh kar

PENGARUH HARGA POKOK PRODUKSI TERHADAP LABA KOTOR (Studi Kasus Pada PT. Gudang Garam, Tbk.) DERIS REGIANTO PURNAMA NPM.

Prosiding Manajemen ISSN:

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN BIAYA PROMOSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN (Studi Kasus Pada PT. ANISAB MITRA UTAMA Jakarta)

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Emiten LQ45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun Nisran, LCA. Robin Jonathan, Suyatin

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, TINGKAT PERTUMBUHAN, DAN RISIKO BISNIS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT DAN JANGKA WAKTU PEMBERIAN KREDIT TERHADAP KREDIT YANG DISALURKAN

PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA) DAN NILAI BUKU TERHADAP HARGA SAHAM PADA PT ASTRA INTERNATIONAL, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. objek penelitian yang penulis lakukan adalah Biaya Produksi susu dan

Analisis Penerapan International Financial Report Standards. Terhadap Laba PT LIPPO KARAWACI Tbk. : Irma Nuarti NPM :

ABSTRAK PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN PENYALURAN KREDIT TERHADAP LABA OPERASIONAL

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu

PENGARUH CURRENT RATIO DAN PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP RETURN ON ASSET PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK.

Prosiding Manajemen ISSN:

PENGARUH MODAL USAHA DAN PENJUALAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN PENGGILINGAN PADI UD. SARI TANI TENGGEREJO KEDUNGPRING LAMONGAN

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah Kerangka kerja dalam suatu studi tertentu, guna

PENGARUH SIKAP SISWA PADA MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI PERSAMAAN KUADRAT

Jurnal Akuntansi dan Bisnis

PENGARUH ROE, BOPO DAN NPL TERHADAP TINGKAT DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH

Prosiding Manajemen ISSN:

PENGARUH BIAYA PROMOSI GUDANG GARAM. TBK JEKSON TUA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Triyanto Prasetya Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH CURRENT RATIO DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP CASH DIVIDEND PADA PT. ASTRA AGRO LESTARI, Tbk. Agnes Agrifany

DINA YULIANI ABSTRAK. Dibawah Bimbingan : H. Beben Bahren H. Nana Sahroni

PENGARUH PERPUTARAN AKTIVA TETAP TERHADAP PROFITABILITAS PADA RUMAH SAKIT UMUM HERNA MEDAN

ANALISIS PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT. ASURANSI JASA INDONESIA DI MAKASSAR

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Yang menjadi objek Pada penulisan skripsi ini, adalah aktiva tetap dan marjin

EFFECT OF ACCOUNTING PROGRAM DEVELOPMENT BANK STATEMENT OF FINANCIAL ACCOUNTING STANDARDS BASED ON THE FINANCIAL DISTRICT IN BMT TEGAL

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP TINGKAT RETURN ON ASSET (ROA) BANK SYARIAH

Prosiding Akuntansi ISSN:

PENGARUH BIAYA PROMOSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN PERUSAHAAN DAN DAMPAKNYA PADA LABA OPERASI (Studi Kasus Pada PT. Cakra Putra Parahyangan)

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN ALAM WISATA RESTO. Ahmad Mustakim

Pengaruh Investasi Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

BAB IV ANALISIS PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI DESA PROTO KEDUNGWUNI PEKALONGAN

Prosiding Akuntansi ISSN:

Analisis Dampak Beban Operasional Terhadap Tingkat Profit Margin Pada Unit Usaha Susu Perah Koperasi Unit Desa (Kud) Sarwa Mukti Cisarua Bandung

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS LAPORAN KEUANGAN. Annisa Lucia Kirana

PENGARUH TARGET JUMLAH PASIEN KATARAK BAKSOS TERHADAP JUMLAH ANGGARAN OPERASI KATARAK PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUKABUMI

PENGARUH PENYALURAN KREDIT TERHADAP PEROLEHAN PENDAPATAN (Studi Kasus : Koperasi Kredit Mitra Usaha Sejahtera Rahastra)

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh perputaran modal kerja

PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP EARNING PER SHARE PADA PT BUMI SERPONG DAMAI, Tbk DAN ENTITAS ANAK

ABSTRACT. THE INFLUENCE MARGIN FINANCING MURABAHAH ON ABILITY PROFIT OF BANK SYARIAH (Study Case at Bank Syariah Mandiri)

PENGARUH RISIKO PEMBIAYAAN TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Kasus Pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Tasikmalaya)

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Apotek Nusa indah merupakan usaha yang bergerak dalam bidang

PENGARUH RISIKO INVESTASI TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUBSEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

BAB IV PENGARUH FEE BASED INCOME TERHADAP EARNING PER SHARE (EPS) DI BRI SYARIAH

bebas yang diberi simbol X. Data selisih kurs diperoleh dari Laporan

PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP KEMAMPUAN LAYANAN KARYAWAN PADA HOTEL MADANI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN TEKNIK ANALISA BIAYA PEMASARAN UNTUK PERENCANAAN DAN PENGARAHAN PEMASARAN MAJALAH MATAN DI JAWA TIMUR Mu`ah ABSTRAK

PENGARUH BIAYA PEMASARAN TERHADAP LABA PADA PT. PRIMA KARYA MANUNGGAL KABUPATEN PANGKEP

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk. Tabel. 4.1 Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENJUALAN TUNAI DAN PENJUALAN KREDIT TERHADAP LABA PADA INDUSTRI BENGKEL LAS DIANA DI PALOPO. Pasoni Mustafa Muhani¹ Sumiati²

KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT DAN PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA KOPERASI PEMBATIKAN NASIONAL (KPN) SOLO

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah awal yang harus dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka akan semakin kompleks

Transkripsi:

DAMPAK ANALISIS OPERASI LEVERAGE TERHADAP TITIK IMPAS PADA DIVISI TEMPA DAN COR PT.PINDAD (PERSERO) BANDUNG The Effect Of Operating Leverage Analysis On Break Even Point At Division Tempa And Cor Pt.Pindad (Persero) Bandung Disusun Oleh : Ratih Ambar Sari B.B (21106102) UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA ABSTRACK This research is done at PT.PINDAD (Persero) Bandung one or the other Body Effort Property Government to move in industry weapon. The aim the research is to know Operating Leverage at PT.PINDAD (Persero) Bandung, to know Break Even Point at PT.PINDAD (Persero) Bandung, the with to know the big several some the effect of Operating Leverage Analysis on Break Even Point At Division Tempa and Cor PT.PINDAD (Persero) Bandung. Object of this research is Operating Leverage and Break Even Point at PT.PINDAD (Persero) Bandung and sample was used is balance sheet and statement profit and loss at PT.PINDAD (Persero) Bandung report period continuous form 2002 until 2009. The method use in this research is the analytical descriptive, hypothesis testing and also the application of SPSS 12.0 for windows that was used to strengthening the calculation manually. Based of the calculation of the correlate coefficient was obtained, assuming that the relation of Operating Leverage to Break Even Point has a strong relation and not refuse, weather the relation of Operating Leverage to Break Even Point is 58,3% and the rest of it is 41,7% influence by other factor like the machine production broken, factor banner for example: flood, broken the street. The t test product showed Operating Leverage has a significant influence to Break Even Point or in other words the hypothesis by researcher means that the influence of Operating Leverage to Break Even Point was profeed. Kewword : Operating Leverage, Break Even Point, Fixed Cost, Variable Cost, and Sales 1. Latar Belakang Penelitian Dengan berkembangnya dunia usaha dewasa ini, sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan disektor industri, maka persaingan antar perusahaan khususnya yang sejenis semakin meningkat untuk menjaga kesinambungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat tersebut, diperlukan penanganan dan pengelolaan yang baik. Penanganan dan pengelolaan yang baik tersebut hanya dapat dilakukan oleh manajer pula, manajer dapat mengkoordinasikan penggunaan perusahaan secara efektif dan efesien. Manajer hendaknya dapat berfikir kritis dalam mengambil setiap keputusan, agar setiap keputusan yang diambil tersebut membawa dampak yang baik bagi perkembangan perusahaan. Kemampuan berfikir kritis inilah yang dapat mengantisipasi hal-hal yang harus dilakukan perusahaan untuk dapat bertahan dalam situasi persaingan pasar yang selalu meningkat. Selain itu, dalam mengambil suatu keputusan manajer hendaknya mempertimbangkan dan menilai aspek yang ada, agar keputusan tersebut memberikan hasil yang maksimal terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Manajer memahami biaya perilaku yang akan lebih mampu

memprediksi berapa besarnya biaya pada berbagai situasi operasi bisnis dan biaya akan merespons perubahan-perubahan tingkat aktivitas. Dalam mengestimasi dan mengendalikan biaya secara lebih baik, maka pemahaman terhadap biaya yang sangat penting. Karena investasi dalam peralatan cukup bear, maka analisis perilaku biaya juga semakin penting seiring dengan semakin terotomasinya pabrikpabrik. Dalam membedakan antara periode jangka pendek dan jangka panjang dalam hubungannya dengan biaya tetap dan biaya variabel. Dalam jangka panjang, tidak terdapat biaya terikat. Apabila manajemen harus memutuskan untuk tidak mengoperasikan fasilitas pabrik, biasanya mereka dapat membatalkan persetujuan leasing dan menghindari pembayaran sewa. Namun dalam jangka pendek, manajemen tidak dapat menginformasikan kepada lessor (pihak yang meleasekan) bahwa operasi telah berhenti dan mereka ingin segera menghentikan leasing tersebut. Jika biayanya adalah tetap, maka akan tetap untuk suatu periode jangka pendek tertentu.( L. Gayle Rayburn, 2003:63-64) Operating Leverage yang digunakan dengan adanya kepekaan EBIT (Earnings Before Interest and Tax) atau laba bersih sebelum bunga dan pajak terhadap perubahan penjualan perusahan. Operating Leverage timbul karena perusahaan menggunakan biaya operasi tetap. Dengan adanya biaya operasi, perubahan pada penjualan akan mengakibatkan perubahan yang lebih besar pada EBIT perusahaan. Perusahaan meningkatkan kualitas penjualan lebih baik agar konsumen tertarik membeli barang yang akan dijual supaya meningkatkan laba sehingga bisa menutupin biaya tetap dan biaya variabel. (Sumber: http://ums.ac.id/staf/triyono/ Analisa dan Pengaruh.doc) Dalam memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang maupun jasa, perusahaan terkadang perlu terlebih dulu merencanakan berapa besar laba yang ingin diperoleh. Artinya dalam hal ini besarnya laba merupakan prioritas yang harus dicapai perusahaan. Agar perolehan mudah ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan beroperasi pada jumlah produksi atau penjualan tertentu sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan. Analisis titik impas atau dikenal dengan nama analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis keuangan sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas sering disebut analisis perencanaan laba. Analisis ini biasanya lebih sering digunakan apabila perusahaan ingin mengeluarkan suatu produk baru. Artinya dalam memproduksi produk baru tentu berkaitan dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian penentuan harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual ke konsumen. Dalam hal ini, salah satu alat bantu yang digunakan manajemen adalah Analisis Break Even Point, yang merupakan bagian dari Analisis Biaya-Volume-Laba. Yaitu suatu analisis yang memberikan informasi tentang berapa tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh laba sama dengan nol. Dan dari hasil ini manajemen juga akan mengetahui berapa produk yang harus dijual untuk ditentukan mencapai tingkat EBIT yang diinginkan. Selain itu, analisis Break Even Point memberikan gambaran sejauh mana harga jual dapat diturunkan tanpa menyebabkan kerugian (EBIT yang negatif). Jumlah produksi yang akan dijual akan berkaitan erat dengan biaya yang dikeluarkan. Pada akhirnya biaya-biaya ini menjadi penentu terhadap harga jual perusahaan. Besar kecilnnya biaya sangat berpengaruh terhadap harga jual, sedemikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, salah satu kegunaan analisis titik impas adalah untuk menentukan biaya-biaya yang dikeluarkan dan jumlah produksi. Dengan demikian, akan memudahkan perusahaan untuk mempertimbangkan apakah harga jual sudah layak jika dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan dan kapasitas produksi yang dimilikinya.(kasmir, 2009:332-333) Analisis Operating Leverage erat kaitannya dengan Break Even Point, karena mempelajari pertimbangan antara saldo pendapatan dimana biaya tetap ditambah biaya variabel sama dengan total biaya, sehingga total pendapatan dikurangi total biaya sama dengan laba operasional. Oleh karena itu, unit produksi yang tinggi untuk menutup total biaya produksi. Dalam penelitian ini, penulis akan memunculkan permasalahan biaya tetap, biaya variabel dan penjualan. Hal tersebut penulis munculkan karena biaya tetap dan biaya variabel untuk menekan dan menutup biaya supaya tidak terjadi hutang atau tidak membayar hutang maka

tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahan tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh laba sama dengan nol. Fenomena pada PT. PINDAD (Persero), untuk mencapai tujuan perusahaan, sudah melakukan analisis mengenai Operating Leverage dan Break Even Point (BEP), dalam hal ini penulis akan mencoba mengkaitkannya dengan biaya tetap, biaya variabel dan penjualan jika adanya jumlah produksi yang dilakukan dalam kapasitas penuh atau sebaliknya, tetapi memerlukan tambahan kapasitas produksi, akan ada tambahan biaya tenaga kerja atau upah yang mengakibatkan naiknya biaya variabel dan jika diperlukan tambahan peralatan atau pabrik. Maka, biaya tetap juga akan meningkat. Dalam jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian adalah agar perusahaan mampu menentukan batas jumlah produksi dalam kondisi tidak rugi dan tidak laba dari kapasitas produksi yang dimilikinya. Dengan mengetahui Operating Leverage dan Break Even Point (BEP), maka perusahaan dapat melakukan perhitungan lebih jauh mengenai pencapaian tujuan. Tabel 1.1 Biaya Tetap, Biaya Variabel dan Penjualan PT. PINDAD ( Persero) (Dalam Rupiah) Tahun Biaya Tetap Biaya Variabel Penjualan 2002 24.629.943.414,89 2.058.448.538,34 30.228.280.462,24 2003 25.398.717.716,39 2.878.526.389,82 39.759.216.994,72 2004 29.116.252.788,69 3.654.163.939,79 50.107.150.717,24 2005 31.855.170.205,10 5.373.062.351,60 61.489.905.394,10 2006 31.956.311.708,48 3.170.412.390,87 46.206.970.505,76 2007 35.045.300.195,31 4.213.819.288,04 64.950.727.849,00 2008 36.931.936.196,26 5.323.390.068,41 102.951.728.037,37 2009 40.736.415.467,85 6.453.316.364,18 211.002.983.738,05 Sumber : Laporan Keuangan PT. PINDAD (Persero) Bandung, 2010 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa biaya tetap, biaya variabel dan penjualan dari tahun 2002 sampai dengan 2009 sangat fluktuatif yaitu pada tahun 2002 biaya tetap dan biaya variabel menurun dengan sebesar Rp 24.629 dan Rp 2.057 miliar rupiah penjualan mengalami penurunan sebesar Rp 30.228 miliar rupiah maka dari itu Operating Leverage menurun dan Break Even Point meningkat menyebabkan tidak terjadinya hutang dan tidak mendapatkan keuntungan diperusahaan tersebut. Pada tahun 2003 biaya tetap dan biaya variabel menurun dengan sebesar Rp25.398 miliar rupiah dan Rp 2.378 miliar rupiah sedangkan penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp 39.759miliar rupiah maka dari itu Operating Leverage menurun dan Break Even Point meningkat menyebabkan tidak terjadinya hutang dan mendapatkan keuntungan perusahaan tersebut (laba yang diinginkan perusahaan). Pada tahun 2004 biaya tetap mengalami kenaikan sebesar Rp 29.115 miliar rupiah dan biaya variabel mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp 3.654 miliar rupiah sedangkan penjualan mengalami peningkatan sebesar Rp 50.107 miliar rupiah. Bahwa semakin Operating Leverage tinggi dan Break Even Point meningkat maka dampaknya semakin besar risiko bisnis dari operasi-operasi perusahaan atau terjadinya hutang. Biaya tetap dan biaya variabel pada tahun 2005 mengalami kenaikan tinggi sebesar Rp31.854 miliar rupiah dan Rp5.372 miliar rupiah sedangkan penjualan pada tahun 2005 yaitu mengalami kenaikan tinggi sebesar 61.489 miliar rupiah maka dari itu semakin tinggi Operating Leverage dan Break Even Point meningkat menyebabkan semakin besar risiko bisnis dari operasi-operasi perusahaan. Pada tahun 2006 biaya tetap mengalami kenaikan kembali sebesar Rp31.955 miliar rupiah dan biaya variabel mengalami penurunan sebesar Rp3.170 miliar rupiah sedangkan penjualan pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar Rp 46.206 miliar rupiah maka Operating Leverage tinggi dan Break Even Point meningkat maka semakin besar risiko bisnis karena kemampuan menyesuaikan harga jika ada perubahan biaya, semakin mudah harga berubah. Pada tahun 2007 biaya tetap mengalami kenaikan sebesar Rp35.044 miliar rupiah dan biaya variabel mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp4.213 miliar rupiah sedangkan penjualan mengalami peningkatan kembali sebesar Rp64.950 miliar rupiah. Bahwa semakin Operating Leverage tinggi dan Break Even Point meningkat maka

dampaknya semakin besar risiko bisnis dari operasi-operasi perusahaan atau terjadinya hutang. Pada tahun 2008 biaya tetap mengalami kenaikan kembali sebesar Rp36.929 miliar rupiah dan biaya variabel mengalami kenaikan sebesar Rp5.323 miliar rupiah sedangkan penjualan pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar Rp102.951 miliar rupiah maka Operating Leverage tinggi dan Break Even Point meningkat maka semakin besar risiko bisnis karena kemampuan menyesuaikan harga jika ada perubahan biaya, semakin mudah harga berubah dan mengalami kerugian karena tidak bisa menekan biaya yang dibutuhkan. Biaya tetap dan biaya variabel pada tahun 2009 mengalami kenaikan tinggi sebesar Rp40.734 miliar rupiah dan Rp6.453 miliar rupiah sedangkan penjualan pada tahun 2009 yaitu mengalami kenaikan tinggi sebesar Rp211.002 miliar rupiah maka dari itu semakin tinggi Operating Leverage dan Break Even Point meningkat menyebabkan semakin besar risiko bisnis dari operasi-operasi perusahaan dan bisa menutup biaya supaya tidak terjadi hutang. Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang adanya Dampak Analisis Operating Leverage Terhadap Break Even Point (BEP). Pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. A) Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka penulis dapat mengidentifikasikan dan merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Operating Leverage pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. 2. Bagaimana Break Even Point pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. 3. Seberapa besar dampak analisis Operating Leverage terhadap Break Even Point (BEP) pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. B) Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak analisis Operating Leverage terhadap Break Even Point (BEP) pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, mka tujuan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui Operating Leverage pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. b. Untuk mengetahui Break Even Point pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. c. Untuk mengetahui seberapa besar dampak analisis Operating Leverage terhadap Break Even Point (BEP) pada PT. PINDAD (Persero) Bandung. C) Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa kegunaan yang berguna bagi berbagai pihak. Adapun pihakpihak yang berkepentingan dengan penelitian ini adalah : A. Kegunaan Akademis 1. Bagi Pengembangan Ilmu Memberikan referensi tentang ilmu yang berhubungan dengan akuntansi manajemen, akuntansi biaya, dan manajemen keuangan. 2. Bagi Peneliti Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat pengetahuan mengenai dampak analisis Operating Leverage terhadap Break Even Point (BEP) pada PT.PINDAD Bandung. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan penelitian yang berguna dalam melaksanakan penelitian yang mengenai dampak analisis Operating Leverage terhadap Break Even Point (BEP) pada PT.PINDAD Bandung. B. Kegunaan Praktis 1. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan mengenai dampak analisis Operating Leverage terhadap Break Even Point (BEP) pada PT.PINDAD Bandung. 2. Bagi Staf Divisi Tempa dan Cor Memberikan informasi tentang dampak analisis Operating Leverage terhadap Break Even Point (BEP) sehingga dapat digunakan unpan balik bagi Staf Divisi Tempa dan Cor. 2. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Dalam manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama dalam menyusun dan penyajian laporan keuangan perusahaan, manajemen juga berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan ( neraca dan laporan laba rugi). Dalam laporan laba rugi manajemen menyajikan informasi dengan metode penentuan harga pokok produksi yaitu variable costing. Dari pengertian diatas variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi mempunyai biaya produksi saja dengan berperilaku variabel. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya manusia yang dipercayakan. Dari uraian diatas laporan keuangan adalah proses akuntansi yang mempunyai fungsi media informasi dan komunikasi antara pihak intern (perusahaan) dan pihak ekstern atau pihak lain. Laporan keuangan di perusahaan menggunakan neraca dan laporan laba rugi. Operating Leverage terjadi jika adanya Leverage, yang fungsinya untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang sehingga Operating Leverage memiliki fungsi untuk melihat bagaimana sumber dana tersebut digunakan dimana untuk penggunaannya disertai dengan biaya tetap berupa penyusutan dan bunga. Rumus : OL = Sumber: McGraw Hill Compames, 2006 Keterangan : Q = out put dalam unit P = harga per unit VC = biaya variabel per unit FC = biaya tetap S = volume penjualan Break even point adalah suatu usaha dimana tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian sama dengan nol. Rumus: BEP rupiah = Sumber:Mulyadi, 2005 Keterangan : FC = biaya tetap P = harga per unit VC = biaya variabel per unit Dari uraian diatas, tampak jelas Dampak Analisis Operating Leverage terhadap Break Even Point (BEP). Dengan melandaskan pada pendapat beberapa ahli, teori-teori yang relevan dan berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dilakukan paradigma sebagai berikut:

Perusahaan Laporan Keuangan : 1. Neraca 2. Laporan Laba Rugi Biaya Tetap Biaya Variabel Penjualan Operating Leverage Break Even Point Judul : Dampak Analisis Operating Leverage terhadap Break Even Point (BEP) pada PT.PINDAD (Persero) Bandung Gambar 2.6 Skema Kerangka Pemikiran Dari kerangka pemikiran tersebut, dapat diambil hipotesis yaitu : Operating Leverage berpengaruh terhadap Break Even Point (BEP) Pada PT. PINDAD (Persero) Bandung. 3. OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek dari penelitian ini adalah Operating Leverage dan Break Even Point pada Divisi Tempa dan Cor PINDAD (Persero) Bandung, yang berlokasi di Jl. Gatot Subroto No.517 Bandung. Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang akan diteliti terdiri dari berbagai sumber yaitu dilakukan dengan cara: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di perusahaan yang menjadi objek penelitian, dengan tujuan untuk mendapatkan data mengenai Laporan Keuangan Tahunan perusahaan dan data pendukung lainnya. Data yang diperoleh merupakan data primer yang diperoleh dengan cara observasi (pengamatan langsung) dan interview (wawancara). 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) emperoleh data yang bersifat teori sebagai pembanding dengan data penelitian yang diperoleh. Data tersebut dapat diperoleh dari literature, catatan kuliah serta tulisan lain yang berhubungan dengan penelitian. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini dibagi dalam 1 jenis, yaitu data primer (data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti). Dalam penelitian ini, penulis menerapkan desain penelitian yang lebih luas, yang mencakup proses-proses berikut ini : 1. Identifikasi Masalah. Identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu : a. Perusahaan meningkatkan kualitas produk penjualan lebih baik agar konsumen tertarik membeli produk yang akan dijual supaya meningkatkan laba sehingga bisa menekan biaya tetap dan biaya variabel.

b. Perusahaan menggunakan biaya tetap dan biaya variabel yang semakin besar yang diikuti dengan meningkatnya penjualan. Break Even Point akan berubah-ubah seiring dengan terjadinya berbagai perubahan kondisi lingkungan atau kebijakan perusahaan dan naikturunnya Break Even Point artinya pihak manajemen harus selaku mengantisipasi apabila terjadi perubahan-perubahan yang akan menyebabkan perubahan perolehan titik impas. c. Biaya tetap dan biaya variabel untuk menekan dan menutup biaya supaya tidak terjadi hutang atau tidak membayar hutang maka tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahan tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh laba sama dengan nol. 2. Merumuskan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan luas jangkauan (Scope), hipotesis untuk diuji. Rumusan masalah dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 yaitu: : a. Bagaimana Operating Leverage pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. b. Bagaimana Break Even Point yang dilakukan pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. c. Seberapa besar dampak analisis Operating Leverage terhadap Break Even Point (BEP) pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. 3. Memilih serta memberi definisi terhadap setiap pengukuran variabel. Penelitian ini hanya terdapat dua variabel yaitu variabel independen (Operating Leverage) dan variabel dependen (Break Even Point). 4. Menentukan sampel Sampel dalam penelitian ini diperoleh dari neraca dan laporan laba rugi tahunan di PT. PINDAD (Persero) Bandung yaitu data biaya tetap, biaya variabel dan laba sebelum bunga dan pajak selama 8 periode yaitu dari tahun 2002-2009. 5. Memilih teknik pengumpulan data-data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan 2 cara, yaitu data sekunder yang di dapat dari PT. PINDAD (Persero) Bandung dalam bentuk neraca dan laporan laba rugi dan penelitian kepustakaan atau data yang di peroleh dari sumber lain, seperti buku, literatur, ataupun catatan-catatan perkuliahan dan melalui internet. 6. Menghitung dampak analisis Operating Leverage terhadap Break Even Point (BEP) dengan menggunakan Regresi linier sederhana. 7. Pelaporan hasil penelitian termasuk proses penelitian dan interpretasikan data. Untuk meneliti dampak analisis Operating Leverage terhadap Break Even Point ada dua operasionalisasi variabel dalam penelitian ini. Variabel, konsep variabel, indikator, dan skala pengukuran yang digunakan baik untuk variabel X maupun variabel Y dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator Operatin g Leverage (X) BreakEven Point (BEP) (Y) Operating Leverage adalah digunakan dengan adanya kepekaan EBIT (Earnings Before Interest and Tax) terhadap perubahan penjualan perusahaan dalam menggunakan biaya tetap. (McGraw Hill Compames, 2006:320) Break Even Point adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi sama dengan nol. (Mulyadi, 2005:232) DOL (Degree of Operating Leverage OL = (McGraw Hill Compames, 2006:320) BEP rupiah = (Mulyadi, 2005:232 Rasio Rasio Adapun populasi dalam penelitian ini adalah laporan perhitungan laba rugi dan perusahaan tahunan Divisi Tempa dan Cor PT. PINDAD (Persero) Bandung yang dapat

dipublikasikan selama 8 tahun terakhir, yaitu mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2009. Sampel yang digunakan dalam pemilihan data menggunakan metode sensus Sampel dalam penelitian ini adalah Laporan Perhitungan Neraca dan Laba Rugi PT. PINDAD (Persero) Bandung dalam 8 tahun, yaitu dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2009. Metode analisis dan rancangan pengujian hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: Rancangan Analisis Dan Uji Hipotesis 1. Rancangan Analisis 2. Analisi Kuantitatif Analisis Regresi Linier Sederhana Analisis Korelasi (Pearson) Koefisien Determinasi Uji Hipotesis 1.Menentukan Hipotesis Statistik Ho : Tidak terdapat Dampak Analisis antara Operating Leverage terhadap Break Even Point Pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. Ha : Terdapat Dampak Analisis antara Operating Leverage terhadap Break Even Point Pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. 2. Penetapan Tingkat Signifikansi α = 0,05 dengan df = n - 2 = 8-2 = 6 3. Uji Hipotesis uji t Kriteria : Ha diterima jika t hitung t tabel Ha ditolak jika t hitung t tabel 4.Menggambarkan daerah Penerimaan dan Penolakan 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Kualitatif Bandung. Hasil penelitian dan pembahasan Operating Leverage pada PT.PINDAD (Persero) Operating Leverage Divisi Tempa dan Cor PT.PINDAD (Persero) Bandung Periode 2002-2009 Tahun Operating Leverage Selisih Perkembangan % 2002 7,9578302684392317106492258971011 - - 2003 3,212051706010077249185615791964 4,75 59,60 2004 2,6794543198025110470392072791058 (0,53) (16,50) 2005 2,3129832562903257938068398693277 (0,36) (13,48) 2006 3,8840795174007186603234196477189 1,57 67,67 2007 2,3640757595451284529299910377797 1,52 39,07 2008 1,6084699441420797612269460342457 0,76 32,06 2009 1,2486759465053569991551932000019 (0,36) (22,36)

1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 operating leverage 7,95 3,21 2,67 2,31 3,88 2,36 1,60 1,24 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Gambar 4.1 Grafik Operating Leverage Dari penjelasan tersebut diatas tentang Operating Leverage pada tahun 2002 sampai dengan 2009 pada PT.PINDAD (Persero) pada umumnya mengalami kenaikan dan penurunan. Hal ini disebabkan karena kenaikan volume penjualan dalam menentukan kualitas produk yang baik maka dengan cepat manajemen dapat memperkirakan kenaikan laba sehingga bisa menekan biaya tetap dan biaya variabel dan sebaliknya jika penurunan volume penjualan dalam kualitas produk tidak bagus maka laba akan mengalami penurunan sehingga bisa menekan biaya tetap dan biaya variabel tersebut. Hal ini diungkapkan pula oleh Eugene F. Brigham dan Joel F.Houston (2004:9) yaitu Operating Leverage meningkat maka penurunan dalam penjualan dapat mengakibatkan penurunan yang besar dalam laba operasi dan sebaliknya jika Operating Leverage menurun maka dalam penjualan meningkat dapat mengakibatkan kenaikan yang besar dalam laba operasi. Hasil penelitian dan pembahasan Break Even Point pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. Break Even Point Divisi Tempa dan Cor PT.PINDAD (Persero) Bandung Periode 2002-2009 Tahun Break Even Point Selisih Perkembangan % 2002 26.429.722.382,643176807653640073631 - - 2003 27.381.079.706,230391101378450966531 (588) (2,22) 2004 31.406.645.040,795721865831867846113 4.388 16,24 2005 34.905.231.585,124625613064395148641 3.500 11,14 2006 34.310.465.735,774661786328123809765 (592) (1,70) 2007 37.476.681.136,767240533667580678209 3.160 9,21 2008 38.945.727.544,596077994470196357828 1.470 3,92 2009 42.021.604.438,97757497202939247618 3.077 7,90

Break Even Point 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 26,429 27,381 31,406 34,905 34,310 37.476 38.945 42.021 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Gambar 4.2 Grafik Break Even Point Dari penjelasan tersebut diatas tentang Break Even Point pada tahun 2002 sampai dengan 2009 pada PT.PINDAD pada umumnya mengalami kenaikan dan penurunan. Hal ini disebabkan perusahaan menggunakan biaya tetap dan biaya variabel yang semakin besar yang diikuti dengan meningkatnya penjualan. Break Even Point akan berubah-ubah seiring dengan terjadinya berbagai perubahan kondisi lingkungan atau kebijakan perusahaan dan naik-turunnya Break Even Point artinya pihak manajemen harus selaku mengantisipasi apabila terjadi perubahan-perubahan yang akan menyebabkan perubahan perolehan titik impas. Turunnya Break Even Point akan lebih menarik manajemen jika dibandingkan dengan mengakibatkan kenaikan Break Even Point, karena semakin rendah Break Even Point berarti semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan laba dan sebaliknya naiknya Break Even Point maka akan menderita kerugian. Hal ini diungkapkan pula oleh S. Munawir (2005:204) yaitu Manajemen perusahaan dalam usahanya untuk meningkatkan penghasilan(pendapatan) yang akhirnya diharapkan untuk menaikkan keuntungan dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual. Tetapi harus diperhatikan dan perlu diadakan penelitian pasar akibat adanya kenaikan harga jual tersebut, sebab dengan adanya kenaikan harga jual dapat mengakibatkan perubahan besarnya Break Even Point. B. Analisis Kuantitatif Langkah-langkah yang dilakukan untuk menjelaskan permasalahan di atas adalah dengan menggunakan analisis statistik sebagai berikut: 1) Hasil penelitian dan pembahasan Dampak Analisis Operating Leverage Terhadap Break Even Point pada PT. PINDAD (Persero) Bandung. Operating Leverage dan Break Even Point Divisi Tempa dan Cor PT.PINDAD (Persero) Bandung Tahun 2002-2009 Tahun Operating Leverage Break Even Point 2002 7,9578302684392317106492258971011 26.429.722.382,643176807653640073631 2003 3,212051706010077249185615791964 27.381.079.706,230391101378450966531 2004 2,6794543198025110470392072791058 31.406.645.040,795721865831867846113 2005 2,3129832562903257938068398693277 34.905.231.585,124625613064395148641

2006 3,8840795174007186603234196477189 34.310.465.735,774661786328123809765 2007 2,3640757595451284529299910377797 37.476.681.136,767240533667580678209 2008 1,6084699441420797612269460342457 38.945.727.544,596077994470196357828 2009 1,2486759465053569991551932000019 42.021.604.438,97757497202939247618 45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 26,429 27,381 42,021 37,476 38,945 34,90534,310 31,406 Operating Leverage Break Even Point 10000 5000 0 7.95 3,21 2.67 2,31 3.88 2.36 1,60 1,24 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Gambar 4.3 Grafik Dampak Operating Leverage Terhadap Break Even Point Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa Operating Leverage terhadap Break Even Point, hal ini dapat terlihat setiap tahunnya jika Operating Leverage mengalami penurunan maka Break Even Point pun penurunan dikarenakan kerusakan mesin Divisi Tempa dan Cor PT.PINDAD (Persero) yang mengakibatkan naiknya biaya pemeliharan dan perbaikan mesin yang menyebabkan naiknya harga jual produk sebagai minat konsumen menjadi berkurang. Dengan berkurangnya minat konsumen, maka penjualan pada tahun tersebut mengalami penurunan. Jika Operating Leverage mengalami kenaikan maka Break Even Point pun mengalami kenaikan dikarenakan mesin tidak rusak maka harga jual produk tersebut meningkat dan penjualan pada tahun tersebut mengalami kenaikan. Hal tersebut juga dikemukakan oleh S Munawir (2005:201) bahwa faktor-faktor yang dapat berubah dalam hubungannya dengan analisis Break Even Point antara lain biaya tetap, biaya variabel, harga jual maupun komposisi penjualan. Perubahan salah satu faktor penentu Break Even Point atau faktor yang mengakibatkan perubahan tingkat Break Even Point, mungkin mengakibatkan perubahan pada faktor-faktor yang lain, misalnya perubahan yang terjadi pada jumlah biaya tetap, biaya variabel, harga jual, dan volume penjualan, tetapi kemungkinan bisa terjadi perubahan dalam salah satu faktor akan mengakibatkan perubahan pada faktor yang lain, misalnya perubahan harga jual bisa berakibat perubahan volume penjualan dan sebagainya. 2) Analisis Regresi Linier Sederhana Dengan menggunakan rumus Y = a + bx Hasil output dari pengolahan data menggunakan program SPSS versi 12.0 for Windows adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Tabel Statistik SPSS Koefisien Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 40361277540,824 2545150962,141 15,858,000 Operating Leverage -1979334077,933 683292779,015 -,764-2,897,027 a Dependent Variable: Break Even Point Y = 40361277540,824-1979334077,933X Untuk nilai a = 40361277540,824 b = -1979334077,933 adalah konstanta yang artinya menunjukkan Break Even Point sebagai variabel Y akan sebesar 40361277540,824 Rupiah disaat X= 0 pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. adalah jika terjadi kenaikan Operating Leverage maka Break Even Point akan meningkat sebesar -1979334077,933 Rupiah pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. 3) Analisis Korelasi (Pearson) Dengan menggunakan rumus : r = n( XY ) ( X )( Y ) 2 2 2 { n( X ) ( X ) } n( Y ) ( Y ) 2 { } Koefisien korelasi yang diperoleh dari pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 12.0 for Windows adalah sebagai berikut: Operating Leverage Tabel 4.6 Tabel Statistik SPSS Korelasi Operating Leverage Pearson Correlation Break Even Point 1 -,764(*) Sig. (2-tailed).,027 N 8 8 Break Even Point Pearson Correlation -,764(*) 1 Sig. (2-tailed),027. N 8 8 * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Dari hasil perhitungan manual dengan menggunakan rumus korelasi dengan penggunaan SPSS versi 12.0 for windows didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Nilai r = - 0,764 yang artinya adalah bahwa nilai korelasinya sebesar -0,764 yang berarti hubungan antara Operating leverage dengan Break Even Point dalam korelasi kuat pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. 2. Nilai korelasinya menunjukkan angka negatif yang artinya bahwa hubungan yang ditimbulkan oleh Operating leverage terhadap Break Even Point bersifat tidak searah yang

berarti jika Operating leverage mengalami kenaikan maka Break Even Point pun akan mengalami penurunan pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. Begitu juga sebaliknya jika Operating leverage mengalami penurunan maka Break Even Point pun akan meningkat pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. Sedangkan berdasarkan hasil dari tabel 4.6 dengan menggunakan program SPSS versi 12.0 for windows maka dapat diambil keputusan dengan ketentuan : Jika probabilitas atau signifikansi < 0,05, hubungan kedua variabel signifikan dan Ho ditolak. Jika probabilitas atau signifikansi > 0,05, hubungan kedua variabel tidak signifikan dan Ho diterima. Pada tabel 4.6 tersebut, ternyata probabilitas ialah 0,027 < 0,05 maka Ho ditolak dan pengujian signifikan artinya Operating leverage mempunyai hubungan erat dengan Break Even Point pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. 4) Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar dampak Operating leverage sebagai variabel X terhadap Break Even Point sebagai variaabel Y pada PT.PINDAD (Persero) Bandung. Perhitungan dengan menggunakan rumus koefisien determinasi sebagai berkut : KD = r 2 x 100% Didapatkan : KD = (0,764) 2 x 100% = 0,583 x 100% KD = 58,3 % Perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 12.0 for windows didapatkan hasil sebagai berikut : Model 1 Tabel 4.7 Tabel Statistik SPSS Model Summary R Adjusted R Std. Error of the R Square Square Estimate,764(a),583,514 3815957325,3873 7 a Predictors: (Constant), Operating Leverage b Dependent Variable: Break Even Point Dari hasil perhitungan manual dengan menggunakan rumus koefisien determinasi dan penggunaan program SPSS versi 12.0 for windows diperoleh bahwa nilai KD= 58,3 % yang berarti pengaruh yang ditimbulkan Operating leverage terhadap Break Even Point sebesar 58,3 % karena menyebabkan perubahan yang terjadi pada jumlah biaya tetap, biaya variabel, dan penjualan sedangkan sisanya sekitar 41,7% dipengaruhi oleh faktor lainnya yaitu mesin produksi rusak, faktor alam seperti : banjir, jalannya rusak. C. Pengujian Hipotesis Untuk menguji generalisasi (signifikan hasil penelitian) dalam penelitian ini dilakukan tahapan-tahapan uji hipotesis sebagai berikut: a. Menentukan tingkat kepercayaan Untuk menguji diterima atau ditolaknya hipotesis, maka dilakukan dengan cara pengujian dua pihak dengan tingkat signifikan sebesar 5% (0,05). Dengan taraf signifikan α = 0,05 dimana df = n-2, dan t (α/2; n-2). α/2 = 0,05/2 = 0,025 df = n-2 = 8-2 = 6 maka diperoleh t tabel (0,025;6) = ±2,447

b. Uji Hipotesis (Uji t) Untuk menguji diterima atau ditolaknya hipotesis, maka dilakukann dengan cara pengukuran menggunakan rumus statistik uji t, yaitu sebagai berikut : t hitung = r n 2 2 1 r = -0,764 8-2 1- (0,764) 2 = -0,764 6 1- (0,583) = -0,764(2,449) 0,417 = 1,871036 0,6457 t hitung = -2,897 Dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh t hitung sebesar -2,897 c. Menentukan Kriteria Penerimaan Hipotesis Kriteria penerimaan hipotesis dapat ditentukan dengan membandingkan antara t hitung dan t tabel yang dapat dilihat dibawah ini : Jika t hitung > dari t tabel, maka Ho ditolak, H a diterima Jika t hitung < dari t tabel, maka Ho diterima, H a ditolak Dari hasil perhitungan diketahui t hitung > t tabel (-2,897 > -2,447). Artinya Ho berada di daerah penolakan dan Ha diterima, menjelaskan bahwa Operating Leverage berpengaruh terhadap Break Even Point. d. Menggambarkan Daerah Penerimaan dan Penolakan -2,897(t hitung) -2,447 (t tabel) 2,447 (t tabel) Gambar 4.5 Uji Dua Pihak Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Berdasarkan gambar 4.5 t hitung berada di daerah penolakan, maka Ho ditolak. Hal ini dikarenakan t hitung > t tabel atau -2,897 > -2,447. Apabila Ho ditolak, maka Ha diterima. Artinya

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Operating Leverage terhadap Break Even Point. e. Kesimpulan Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa ada dampak antara Operating Leverage terhadap Break Even Point dimana tingkat keeratan hubungan (korelasi) yang kuat diperoleh yaitu sebesar 0,764, sementara Operating Leverage terhadap Break Even Point 58,3 % karena menyebabkan perubahan yang terjadi pada jumlah biaya tetap, biaya variabel dan penjualan dan sisanya 41,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti mesin produksi rusak, faktor alam seperti : banjir, jalannya rusak. Maka hubungan dalam dampak Operating Leverage terhadap Break Even Point tersebut bersifat tidak searah yang berarti semakin meningkat Operating Leverage maka akan mengalami penurunan Break Even Point atau sebaliknya jika Operating Leverage semakin menurun maka Break Even Point mengalami peningkatan. Hal tersebut juga dikemukakan oleh S Munawir (2005:201) bahwa faktor-faktor yang dapat berubah dalam hubungannya dengan analisis Break Even Point antara lain biaya tetap, biaya variabel, harga jual maupun komposisi penjualan. Perubahan salah satu faktor penentu Break Even Point atau faktor yang mengakibatkan perubahan tingkat Break Even Point, mungkin mengakibatkan perubahan pada faktor-faktor yang lain, misalnya perubahan yang terjadi pada jumlah biaya tetap, biaya variabel, harga jual, dan volume penjualan, tetapi kemungkinan bisa terjadi perubahan dalam salah satu faktor akan mengakibatkan perubahan pada faktor yang lain, misalnya perubahan harga jual bisa berakibat perubahan volume penjualan dan sebagainya. Maka semua ini membuktikan bahwa Operating Leverage pada PT.PINDAD (Persero) mempunyai dampak yang signifikan dalam Break Even Point. 5 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penulis yang dilakukan pada PT.PINDAD (Persero) Bandung, maka penulis dalam hal ini menyimpulkan sebagai berikut: 1. Operating Leverage terdapat di Divisi Tempa dan Cor PT.PINDAD (Persero) Bandung adalah dengan pendekatan variable costing. Operating Leverage selama 8 (delapan) tahun dari tahun 2002 sampai dengan 2009 mengalami perkembangan yang meningkat, namun pada tahun 2004, 2005 dan 2009 Operating Leverage yang diperoleh pada PT.PINDAD (Persero) Bandung mengalami penurunan sebesar 16,50%, 13,48% dan 22,36%. Hal ini dikarenakan penurunan volume penjualan dalam kualitas produk tidak bagus maka laba akan mengalami penurunan dan sebaliknya jika kenaikan volume penjualan dalam menentukan kualitas produk yang baik maka dengan cepat manajemen dapat memperkirakan kenaikan laba. 2. Break Even Point terdapat di Divisi Tempa dan Cor PT.PINDAD (Persero) Bandung mengalami fluaktuasi dalam 8 (delapan) periode dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2009. Break Even Point yang diperoleh PT.PINDAD (Persero) Bandung pada tahun 2002 sampai 2009 mengalami perkembangan yang meningkat, namun pada tahun 2003 dan 2006 Break Even Point yang diperoleh PT.PINDAD (Persero) Bandung mengalami penurunan sebesar 2,22% dan 1,70%. Hal ini dikarenakan perusahaan menggunakan biaya tetap dan biaya variabel yang semakin besar yang diikuti dengan meningkatnya penjualan. Break Even Point akan berubah-ubah seiring dengan terjadinya berbagai perubahan kondisi lingkungan atau kebijakan perusahaan dan naik-turunnya Break Even Point artinya pihak manajemen harus selaku mengantisipasi apabila terjadi perubahanperubahan yang akan menyebabkan perubahan perolehan titik impas. Turunnya Break Even Point akan lebih menarik manajemen jika dibandingkan dengan mengakibatkan kenaikan Break Even Point, karena semakin rendah Break Even Point berarti semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan laba dan sebaliknya naiknya Break Even Point maka akan menderita kerugian. 3. Dampak Operating Leverage terhadap Break Even Point di Divisi Tempa dan Cor PT.PINDAD (Persero) Bandung adalah hubungan yang erat dan tidak searah, artinya semakin meningkatnya Operating Leverage maka Break Even Point pun menurun yang

diperoleh oleh PT.PINDAD (Persero) Bandung. Begitu juga sebaliknya apabila Operating Leverage menurun maka Break Even Point pun meningkat yang diperoleh oleh PT.PINDAD (Persero) Bandung. Oleh karena itu Operating Leverage mempunyai dampak yang signifikan atau penting dalam Break Even Point di Divisi Tempa dan Cor PT.PINDAD (Persero) Bandung. Adapun saran dari penulis yang dapat dijadikan masukan kepada pihak PT.PINDAD (Persero) yaitu sebagai berikut : 1. Dalam Operating Leverage perusahaan diharapkan mampu menggunakan seefektif dan seefesien mungkin. Misalnya penekanan biaya tetap dan biaya variabel supaya biaya tersebut tidak terjadi hutang, sehingga perusahaan akan mampu menaikkan volume produksi dan volume penjualan. 2. Dalam Break Even Point perusahaan harus lebih memperhatikan proses pengklasifikasikan mengenai biaya tetap, biaya variabel dan volume penjualan/produksi agar operasional perusahaan berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi Break Even Point. Dalam hal ini perusahaan diharapkan dapat menekan pengeluaran biaya dan berusaha meningkatkan volume penjualan sehingga diperoleh tingkat Break Even Point yang maksimal. 3. Penulis mengusulkan bagi peneliti lain yang ingin menyusun penelitian mengenai dampak analisis Operating Leverage terhadap Break Even Point agar lebih baik lagi dan mengembangkan tentang Operating Leverage terhadap Break Even Point. 6 DAFTAR PUSTAKA Carter dan Usry F. Milton. 2004. Akuntansi Biaya, edisi ke-13. Jakarta: Salemba Empat. Efferin, Sujoko. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston. 2004. Fundamental Financial of Management. Jakarta: Salemba Empat Halim, Abdul. 2007. Manajemen Keuangan Bisnis. Bogor: Ghalia Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Irawati Susan. 2006. Manajemen Keuangan. Bandung: Pustaka. Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT.Bumi Aksara. Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. L. Gayle Rayburn. 2003. Akuntansi Biaya Dengan Menggunakan Pendekatan Manajemen Biaya. Jakarta: Erlangga. Martono dan Agus Harjito.2005. Manajemen Keuangan, cetakan kelima. Yogyakarta: Ekonasia. McGraw Hill Compames. 2006. Manajemen Biaya. Jakarta. Salemba Empat. Mulyadi. 2004. Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, edisi ke-3. Yogyakarta: BPFE UGM..2005. Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Munawir, S.2005. Analisis Laporan Keuangan, edisi keempat. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Padji dan Alimisisyah. 2005. Kamus Istilah Akuntansi, cetakan ke-1. Bandung: CV.Yrama Widya. Philip Kotler. 2006. Analisis Implemensil, dan Kontrol, jilid satu. Jakarta: PT.Pratelindo. S. Hendra. 2009. Akuntansi Manajemen dan Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Sarwono, Jonathan. 2005. SPSS 12 Teori dan Latihan, edisi 11. Bandung: PT. Dana Martha Sejahtera.. 2006 Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Simamora, Henry. 2004. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. 2007. Statiska Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Suhayati, Ely dan Sri Dewi Anggadini. 2006. Pengantar Akuntansi Satu. Bandung:UNIKOM (Universitas Komputer Indonesia). Sundjaja, Ridwan S dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan 2 (Dua), edisi ke-4. Jakarta: Literatur Lintas Media. Sutrisno.2007. Manajemen Keuangan, Teori, Konsep, dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Empat. Syafri Harahap, Sofyan. 2004. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada. Umar, Husein. 2005. Metodologi Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi baru-7. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada. http://ums.ac.id/staf/triyono/analisa dan Pengaruh.doc